Anda di halaman 1dari 40

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak didaerah tropis

yang dilewati oleh garis khatulistiwa, memiliki keanekaragaman tanaman buah, baik

jenis tanaman yang berbuah musiman maupun jenis tanaman yang berbuah sepanjang

tahun. Durian merupakan salah satu jenis tanaman buah tropis yang banyak

dikembangkan di Indonesia dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi.

Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan tanaman buah berupa pohon.

Sebutan ini diperkirakan berasal dari istilah melayu yaitu dari kata duri yang diberi

akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk

menyebut buah yang kulitya berduri tajam. Durian biasa disebut sebagai King of the

Fruit dan sangat terkenal di Indonesia. Buah durian memiliki kandungan protein dan

nilai gizi yang tinggi. Di Indonesia buah durian tidak hanya dikonsumsi sebagai buah

segar, tetapi juga dapat diolah menjadi aneka hidangan olahan durian jenis lain seperti

es krim, cake durian, kripik biji durian, onde-onde durian, serabi durian, kolak durian

dan lain sebagainya (Sunarjono dan Hendri, 2008).

Durian (Durio zibethinus Murr.) termasuk dalam family Bombacaceae.

Tanaman durian berasal dari daerah tropis di Asia, hutan Malaysia, Sumatra, dan

Kalimantan kemudian menyebar ke Asia Tenggara dan berbagai belahan dunia.

Penyebaran durian ke arah Barat adalah Thailand, Birma, India, dan Pakistan. Buah

durian telah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Pada musim buah durian,

berbagai vearitas dan tipe diperdagangkan diberbagai pasar dalam negeri, untuk pasar

Laporan Tugas Akhir 1


luar negeri, penyuluhan rekomendasi vaeritas unggul serta promosi masih perlu

ditingkatkan sesuai permintaan pasar. Peningkatan aplikasi teknologi budidaya durian

disentra produksi, masih dalam upaya peningkatan mutu buah (Wiryanta, 2008).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas

buah durian adalah dengan menyediakan bibit bermutu dan berkualitas baik, terutama

dari hasil perkembangan vegetatif. Perbanyakan vegetatif yang dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu secara alami dan secara buatan. Perbanyakan vegetatif yang

biasanya dilakukan adalah vegetatif buatan, salah satunya dengan cara menempel atau

okulasi. Cara perbanyakan tanaman dengan okulasi memberikan hasil yang lebih baik

dibandingkan dengan stek dan cangkok, karena okulasi dilakukan pada tanaman

dengan perakaran yang baik serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit

dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah lezat, tetapi mempunyai

perakaran yang kurang baik. Teknik okulasi dapat menciptakan tanaman durian

dengan variasi yang baru dan memiliki kualitas yang lebih baik (Sudiani dan Ni Luh

2013).

1.2. Tujuan

Tujuan dari laporan tugas akhir ini adalah :

1. Mengetahui perbanyakan vegetatif tanaman durian dengan menggunakan

beberapa teknik okulasi

2. Mengetahui persentase hidup tanaman durian dengan menggunakan beberapa

teknik okulasi

3. Mengetahui perbandingan pertumbuhan tunas hasil beberapa teknik okulasi

Laporan Tugas Akhir 2


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Krakteristik Komoditi

Durian (Durio zibethinus Murr.) termasuk tanaman buah berkeping 2 atau

kembar (dicotyl). Dihabitat aslinya tanaman durian dapat berumur sampai kurang

lebih 200 tahun. Ketinggian durian dapat mencapai 25-50 m.

Taksonomi tanaman durian menurut Wiryanta (2008) :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub divisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Classis : Dicotyledonae (berkeping dua/dikotil)

Ordo : Bombacales

Familia : Bombacaceae

Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus Murr

Durian termasuk tanaman tahunan, batang durian memiliki diameter 100 cm

dengan warna kayu makin dalam semakin kemerah-merahan, beserta kasar, ringan

dan tidak berbau. Daun tanaman durian berbentuk elips sampai lonjong. Panjang

daun antara 10-15 cm dan lebarnya 3-4,5 cm. Bunga bergantung pada batang atau

cabang yang sudah tua. Bunga muncul secara bergerombol 3-30 bunga, panjang

tangkai bunga 5-7 cm, panjang bunga antara 5-6 cm dengan diameter 2 cm. Kelopak

bunga berwarna putih atau hijau keputihan, mahkota bunga berjumlah 5 helai, bunga

Laporan Tugas Akhir 3


akan mekar pada sore hari. Kebanyakan durian bersifat menyerbuk silang

(Sumarsono dan Lasimin, 2002).

Bentuk buah durian bundar atau lonjong, panjang buah dapat mencapai 25 cm

dengan diameter 20 cm. warnah kulit buah hijau, kuning hingga kecoklatan, yang

dikelilingi dengan duri tajam berbentuk kerucut. Panjang biji dapat mencapai

panajang 4 cm yang tertutup oleh daging buah yang halus dan rasa manis, berwarna

putih atau kekuningan tergantung jenis durian (Sumarsono dan Lasimin, 2002).

2.2. Manfaat Tanaman Durian

Tanaman durian mempunyai banyak manfaat selain daging buahnya yang

enak dinikmati, kulit dan biji durian juga ternyata memberikan nilai manfaat. Durian

merupakan buah yang tanamannya berupa pohon. Tanaman ini biasa digunakan

sebagai pencegah erosi dilahan yang miring, Selain itu batangnya juga kerap

digunakan sebagai bahan bangunan. Bagian yang utama dimanfaatkan dari durian

adalah daging buahnnya, selain rasanya yang lezat dan legit untuk dimakan, ternyata

durian juga memiliki khasiat untuk meremajakan kulit. Buah beraroma kuat ini dapat

mencegah dampak dari penuaan, dengan mencampurkannya menggunakan bahan

yang lain. Durian mampu menghilangkan tanda penuaan diarea kelopak mata, seperti

kerutan, garis halus, kendur serta melingkar hitam (Sobir dan Napitupulu, 2012).

Durian merupakan jenis buah yang kaya akan fitonutrient, yaitu omega 3 dan

omega 6, fitosterol, dan polifenol. Sebagai buah asli nusantara durian juga dikenal

sebagai obat berbagai penyakit, antara lain obat anti malaria, obat cacing, obat

Laporan Tugas Akhir 4


kuning, serta anti diabetes (Sobir dan Napitupulu, 2012). Nilai nutrisi pada durian

bisa dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Nutrisi Durian

KANDUNGAN JUMLAH

Energi 147.00 kcl


Protein 1,47 g
Karbohidrat 27.9 g
Lemak 12.95 g
Vitamin C 47.9 mg
Calsium 15 g
Air 46.99
Potassium 436 mg
Magnesium 30 g
Sumber : http://www.wikipedia.org.durian.2012

Varietas durian yang banyak dibudidayakan dan termasuk durian unggul

terdapat 6 jenis yaitu, Petruk, Sukun, Sunan, Si tokong, kani, dan Otong (Montong).

Sebenarnya tidak mudah mencari kekhasannya setiap durian unggul dari bibit. Tetapi

bila dilakukan pengamatan dengan teliliti akan diketahui perbedaan yang mencirikan

masing-masing (Mawardi, 2001).

2.3. Aspek Agroekologi

Durian merupakan tanaman buah yang dapat tumbuh baik pada ketinggian

tempat antara 400-600 m dari permukaan laut dan ditanam pada tanah lempung

berpasir, subur, dan gembur. Tingkat keasaman (pH) tanah 6-7. Pada dataran rendah

juga dapat ditanaman durian dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Curah

Laporan Tugas Akhir 5


hujan untuk tanaman durian maksimum 3000-3500 mm/tahun. Curah hujan merata

sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik dari pada

hujan terus menerus. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-

80%. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30oC. Pada suhu 15oC durian

dapat tumbuh tetapi pertumbuhanya tidak optimal. Bila suhu mencapai 35oC daun

akan kering (Mukminatin dan Harisudin, 2012).

2.4. Aspek Produksi

Tanaman durian pada umumnya berkembang tanpa cara budidaya yang benar.

Sebagian besar tanaman durian rakyat berasal dari biji dan bergantung pada alam,

artinya pertumbuhan durian dan perkembangannya sangat mengendalikan keadaan

iklim setempat. Menggunakan teknik perbanyakan seperti itu, baik keragaman pohon,

produksi maupun mutu buahnya sangat beragam. Kondisi yang demikian sangat

menyulitkan dalam meraih peluang pasar, padahal persyaratan utama untuk dapat

bersaing adalah penampilan buah menarik, ukuran tertentu dan relatif seragam,

kualitas buah terjamin, dan kepastian suplai yang berkesinambungan, untuk

mendapatkan mutu buah yang baik seperti itu dapat dilakukan perbanyakan tanaman

durian secara vegetatif yaitu salah satunya dengan cara okulasi (Pracaya, 1998).

Laporan Tugas Akhir 6


2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Okulasi

Menurut Sudiani (2013), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

keberhasilan okulasi (penempelan) dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu :

A. Faktor Lingkungan

Lingkungan tumbuh yang optimal diperlukan untuk proses penyembuhan luka

jaringan mata tempel (mata entres) dan semaian batang bawah. Oksigen, temperatur

dan kelembaban mempunyai peranan penting dalam mengatur proses penyatuan

jaringan. Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan cara pengikatan okulasi yang

terlalu kencang.

- Waktu Penempelan

Penempelan pada umumnya dilakukan pada waktu cuaca yang cerah, tidak

hujan, dan tidak dibawah terik matahari.

- Temperatur dan Kelembaban

Temperatur dan kelembapan yang optimal akan meningkatkan pembentukan

jaringan halus yang sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu okulasi. Temperatur

optimum pada okulasi adalah 25 oC 30 oC. okulasi membutuhkan kelembaban yang

tinggi, apabila kelembaban rendah tanaman akan mengalami kekeringan, dan dapat

menghambat atau menghalangi pembentukan kalus pada sambungan karena banyak

sel-sel pada sambungan yang mati. Kelembaban udara dipertahankan diatas 70 %.

Laporan Tugas Akhir 7


- Cahaya

Cahaya matahari berpengaruh pada waktu pelaksanaan okulasi berlangsung,

oleh karena itu okulasi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat

matahari kurang kuat memancarkan sinarnya. Cahaya yang terlalu panas akan

menurunkan daya tahan batang atas terhadap kekeringan, dan dapat merusak

kambium pada daerah sambungan.

B. Faktor Tanaman

Semaian batang bawah yang sedang mengalami pertumbuhan aktif, yang

biasanya ditandai tumbuhnya tunas baru dan kulit batangnya mudah dikelupas

merupakan kondisi optimal untuk diokulasi. Ukuran diameter batang masih menjadi

patokan sebagai dasar kesiapan batang bawah untuk ditempel. Secara umum, semaian

batang bawah yang penampang batangnya pada ketinggian okulasi sudah berbentuk

bulat atau memiliki tinggi sekitar 40-50 cm merupakan kondisi yang ideal untuk

diokulasi.

- Kompatibilitas dan Inkompatibilitas

Batang atas dan batang bawah varietas yang sama akan menghasilkan

tempelan yang kompatibel, dan biasanya gabungan tanaman atau hasil tempelan yang

dihasilkan akan hidup lama, produktif dan kuat. Sedangkan inkompatibilitas, salah

satunya adalah terjadi penghambataan tumbuh pada tanaman hasil okulasi (tanaman

menjadi kerdil).

Laporan Tugas Akhir 8


- Kondisi Fisiologi Tanaman

Beberapa tanaman akan mengalami kesukaran untuk ditempelkan (diokulasi)

ketanaman lain, karena tanaman tersebut sulit membentuk kalus.

- Pengelupasan Kulit Kayu

Pengelupasan kulit kayu sangat berpengaruh pada okulasi. Apabila kulit kayu

mudah mengelupas, kerusakan kambium pada batang atas danbatang bawah yang

akan diokulasi dapat dihindari.

C. Faktor Pelaksana

- Keterampilan pelaksana

Penguasaan teknik perbanyakan yang benar mutlak harus dimiliki seorang

penangkar atau petugas okulasi sehingga dapat memilih teknik perbanyakan yang

sesuai, efisien waktu, tenaga dan biaya. Kecepatan menyambung (okulasi) merupakan

pencegahan paling baik terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium.

- Kesempurnaan alat

Melakukan okulasi diperlukan ketajaman dan kebersihan alat, tali pengikat

yang tipis dan lentur. Pisau okulasi yang digunakan harus benar-benar tajam,

sehingga syatan mata tempel dan batang bawah benar-benar menjadi rata dan dapat

menyatu sempurna, untuk menghindari adanya kontaminasi penyakit terutama yang

ditularkan melalui alat pertanian seperti pisau okulasi, gunting pangkas dan peralatan

lainnya, maka alat-alat tersebut sebelum dan sesudah digunakan harus disterilkan

dengan menggunakan larutan alcohol 70 % atau klorox.

Laporan Tugas Akhir 9


2.6. Teknologi produksi

2.6.1. Perbanyakan Vegetatif Secara Okulasi (Budding)

Perbanyakan tanaman untuk mendapatkan bibit yang bermutu dapat dilakukan

dengan perbanyakan secara generatif dan vegetatif, salah satunya adalah dengan

okulasi. Okulasi adalah menempelkan tunas kepada batang tanaman sejenis yang

akan dijadikan induk, yang merupakan gabungan antara metode perbanyakan secara

generatif dan vegetatif. Dimana batang bawah dihasilkan dari biji sedangkan batang

atas dari bagian vegetatif tanaman seperti mata tunas (entres). Cara memperbanyak

tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan

cangkok. Kelebihanya adalah okulasi mempunyai mutu lebih baik dari pada

induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang

mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit

dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat tetapi mempunyai

perakaran yang kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan

sebagai batang bawah yang akan ditempeli dan juga disebut dengan batang bawah,

sedangkan tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk

ditempelkan pada batang bawah dikenal dengan sebutan batang atas (Wudianto dan

Rini, 2002).

Menurut Dilanisa (2012), Kriteria tanaman yang digunakan sebagai sumber

batang atas yang dijadikan sebagai mata tunasnya adalah cukup tua dan sudah

berbuah minimal 3 kali, bukan berasal dari tunas air, berbuah lebat, memiliki rasa

buah yang manis, memiliki bentuk buah yang besar dan tanaman yang sehat.

Laporan Tugas Akhir 10


Menurut Winarno (1990), Kriteria tanaman yang digunakan sebagai batang

bawah adalah bentuk percabangan batang primer yang cendrung lurus, diameter

percabangan batang primer sekitar 1 cm atau sebesar pensil, batang primer harus

sehat, kondisi batang primer harus mulus, sistem perakaran yang kuat, tahan terhadap

hama dan penyakit, tahan terhadap kekurangan air dan sesuai dengan kondisi

setempat. Melakukan teknologi perbanyakan durian para penangkar bibit pada

umumnya menggunakan penempelan atau biasa dikenal sebagai okulasi pada batang

bawah yang telah berumur 6-12 bulan. Okulasi pada batang yang lebih muda telah

memberikan tingkat keberhasilan sekitar 70 %, yaitu yang dilakukan terhadap batang

berumur 4 bulan.

Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit

batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kayunya, Saat ini terjadi

pada saat pembelahan sel dalam kambium berlangsung secara aktif. Setiap pohon

mempunyai waktu pembelahan yang berbeda, ada yang aktif dimusim kemarau dan

ada juga yang aktif dimusim hujan. Factor-faktor yang mempengaruhi mudah atau

sulitnya pelepasan kulit kayu adalah curah hujan, pengairan, ketinggian tempat dan

sebagainya (Wudianto dan Rini, 2002).

Laporan Tugas Akhir 11


2.6.2. Teknik Penempelan (Okulasi)

a. Okulasi huruf T

Disebut dengan okulasi huruf T karena irisan batang pokok berbentuk huruf T

atau T terbalik (Ariyantoro Hadi, 2006).

Gambar 1. Teknik Okulasi Huruf T

b. Okulasi cara Forker

Okulasi Forker adalah teknik okulasi dengan irisan berbentuk huruf U atau U

terbalik dengan meninggalkan 1/4 bagian kulit yang diiris. (AAK, 1992).

Gambar 2. Teknik Okulasi Forker

c. Okulasi Forker yang Disempurnakan

Dasar okulasi ini seperti okulasi Forker, tapi mengalami sedikit perubahan,

sehingga bentuk irisanya seperti huruf H. Oleh sebab itu, cara okulasi Forker yang

disempurnakan sering disebut dengan okulasi H. okulasi H banyak diterapkan pada

Laporan Tugas Akhir 12


okulasi tanaman buah-buahan di Indonesia karena tingkat keberhasilannya tinggi

(AAK, 1992).

Gambar 3. Teknik Okulasi Forker yang Disempurnakan

d. Okulasi Segi Empat

Bentuk irisan okulasi segi empat sama dengan cara okulasi Forker yaitu

berbentuk bujur sangkar, hanya kulit yang diiris dari batang pokok dibuang

(Ariyantoro Hadi, 2006).

Gambar 4. Teknik Okulasi Segi Empat

e. Okulasi Jendela

Menurut Ariyantoro Hadi (2006), yang dimaksud dengan okulasi jendela yaitu

mata entres tidak tertutup seluruhnya, karena masih ada bagian yang terbuka dibagian

tengah, persis ditempat calon tunas yang akan keluar, seakan-akan ada jendelanya.

Pelaksanaan okulasi jendela memerlukan waktu yang agak lama dan agak rumit.

Laporan Tugas Akhir 13


Pada lidah kulit yang telah dibuat, harus dibuat lubang. Lubang tersebut nantinya

digunakan untuk tempat mata, dengan demikian mata tidak akan tertutup oleh lidah

atau kulit batang pokok.

Gambar 5. Teknik Okulasi Jendela

f. Okulasi Stempel

Menurut Ariyantoro Hadi (2006), cara okulasi ini lebih menguntungkan

dibanding menggunakan pisau okulasi karena harga alat lebih murah, bahkan dapat

dibuat sendiri. Cara kerjanya lebih cepat, tingkat keberhasilan lebih tinggi, dan biaya

produksi lebih rendah. Pada mulanya, alat ditemukan untuk memperbanyak kulit

jeruk, tetapi ternyata juga dapat digunakan untuk mengokulasi tanaman buah yang

berkulit tipis seperti jambu biji dan jambu air.

Gambar 6. Teknik Okulasi Stempel

Laporan Tugas Akhir 14


III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan praktek magang dimulai pada tanggal 16 Maret 2015 sampai 13

Juni 2015. Tempat pelaksanaan di kebun percobaan Balai Benih Induk Hortikultura

(BBIH), Jalan Kaharudin Nasution Km 10 Padang Marpoyan, Kelurahan Simpang

Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru. Ketinggian tempat 13 meter dari

permukaan laut.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain gunting stek, pisau okulasi/carter. Untuk

pengikat/pembalut batang durian yang telah diokulasi digunakan plastik tranparan,

selain itu juga digunakan label (sebagai alat penanda pengamatan).

Bahan yang digunakan dalan percobaan ini terdiri dari bibit tanaman durian.

Durian lokal sebagai batang bawah, sedangkan batang atasnya menggunakan durian

Montong (otong).

3.3. Perlakuan

Perlakuan perbanyakan tanaman durian dengan beberapa teknik okulasi yang

dilakukan adalah dengan 3 teknik okulasi yaitu :

Okulasi Forker

Okulasi huruf T

Okulasi Segi Empat

Laporan Tugas Akhir 15


3.4. Prosedur Pelaksanaan

3.4.1. Penyediaan bahan

a. Batang bawah

Bahan tanam untuk batang bawah berasal dari tanaman durian yang bebas dari

penyakit vaeritas lokal. Tanaman tersebut diambil dari Balai Benih Induk

Hortikulturta (BBIH) Padang Marpoyan, Pekanbaru. Bahan untuk perlakuan okulasi

diambil dari batang bawah yang sehat, sistem perakarannya baik, mampu beradaptasi

dengan batang atasnya sehingga mampu menyatu (kompatibel), tidak terserang hama

dan penyakit.

Langkah-langkah untuk mempersiapkan batang bawah yang akan digunakan

untuk okulasi sama seperti perbanyakan bibit dengan biji yaitu seleksi biji,

perendaman biji dalam larutan Atonik 0,1 %, menyiapkan media untuk menanam,

dapat di bedengan atau di polibag. Media berupa campuran tanah dan pupuk kandang

1:1. Setelah media disiapkan maka dilakukan penanaman biji dengan cara

membenamkan biji kedalam media. Perawatan mencakup pemupukan, penyiraman,

penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit. Setelah bibit berumur 2 4 bulan

(tinggi 40 50 cm), bibit siap untuk diokulasi (Irmawan, 2013).

b. Batang Atas

Bahan tanam untuk dijadikan batang atas adalah durian dari varietas Montong

(otong). Tanaman tersebut diambil dari Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH)

Padang Marpoyan, Pekanbaru. Tanaman yang akan digunakan sebagai batang atas

dipilih yang mampu tumbuh baik dengan batang bawahnya sehingga batang atas ini

Laporan Tugas Akhir 16


mampu menyatu dan dapat berproduksi dengan optimal (kompatibel) dan tidak

menimbulkan pengaruh negatif (inkompatibel), cabang berasal dari pohon yang sehat,

pertumbuhannya normal, memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, telah

pernah berbuah minimal 3 kali dan berasal dari pohon induk yang sifatnya benar-

benar unggul (Irmawan, 2013).

3.4.2. Pelaksanaan

a) Okulasi Huruf T

Cara mengokulasi dengan teknik okulasi huruf T sebagai berikut :

- Membuat irisan melintang kurang lebih 1 cm dari lingkaran batang. Dari

pertengahan irisan melintang ini dibuat irisan vertikal ke bawah (huruf T) atau ke

atas (huruf T terbalik). Panjang irisan vertikal lebih kurang 3 cm. Setelah itu

kulit dikedua belah sisi irisan vertikal diangkat dengan pisau.

- Selanjutnya mengambil mata entres dengan cara menyayat atau bentuk segi

empat. Setelah kayu dilepaskan dari kulit mata, maka mata ini segera disisipkan

ke bawah kulit batang pokok yang telah diiris tadi dan diikat dengan plastik

dengan cara diikat dari bawah keatas.

b) Okulasi Cara Forker

Cara mengokulasi dengan teknik forket adalah sebagai berikut :

- Membuat irisan melintang sepanjang 1 cm pada batang pokok, dari ujung irisan

melintang ini di buat irisan vertikal yang tegak lurus ke arah bawah sepanjang

3 cm.

Laporan Tugas Akhir 17


- Membuka irisan secara pelan-pelan dengan menggunakan sudip atau ujung pisau,

irisan dibuka dengan cara ditarik mulai dari atas ke bawah sehingga menyerupai

lidah dan potong lidah sebanyak 2/3 dari panjang kulit/lidah..

- Mengambil mata tunas pada entres dengan cara disayat atau irisan segi empat,

besarnya syatan atau irisan disesuaikan dengan ukuran irisan pada batang bawah,

kemudian melepaskan kayu yang terbawa pada bagian dalam sayatan mata tunas

tersebut.

- Kulit mata yang telah dilepaskan matanya ditempelkan pada irisan pada batang

pokok atau batang bawah dan kulit/lidah pada batang pokok ditutup kembali.

- Mengikat irisan yang telah ditempelkan dengan menggunakan tali plastik tipis

sampai bagian irisan tertutup semua, kecuali pada tanaman tertentu mata tunas

tidak ditutup. Cara pengikatannya dengan sistem genting yaitu dari bawah ke

atas.

c) Okulasi Segi Empat

Bentuk irisan okulasi segi empat sama dengan cara okulasi Forker, hanya

lidah dari kulit batang pokok dibuang, adapun caranya adalah sebagai berikut :

- Membuat irisan yang berbentuk segi empat atau bujur sangkar pada batang pokok

di tempat yang telah tentukan. Panjang sisisisi dari irisan ini adalah 1,21,5 cm.

- Kulit kayu diangkat sampai terlepas dengan menggunakan sudip (pisau)

- Selanjutnya membuat irisan segi empat pada kulit sekitar mata. Ukuran irisan segi

empat ini harus lebih kecil dibanding ukuran irisan pada batang pokok sehingga

bisa masuk pada irisan batang pokok.

Laporan Tugas Akhir 18


- Menempelkan kulit mata entres pada irisan batang pokok, kemudian mengikatnya

dengan tali plastik.

3.4.3. Pemeliharaan Pasca Okulasi

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari tergantung cuaca, apabila sering hujan

penyiraman tidak dilakukan karena pertumbuhan tanaman tidak baik apabila terlalu

banyak air dan apabila cuaca panas atau kering, penyiraman satu kali sehari bertujuan

untuk menjaga kelembaban media tumbuh. Penyiraman dilakukan setiap pagi atau

sore hari.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada umur 2 minggu setelah okulasi, untuk mengurangi

gangguan gulma dan tunas liar yang tumbuh pada batang bawah. Penyiangnan

dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang ada pada media

tumbuh, dan tunas liar dipotong dengan gunting.

c. Pelepasan plastik pengikat entres

Plastik pengikat okulasi dilepas pada umur 3 minggu setelah okulasi tanaman

durian berhasil, tujuan dari pelepasan plastik pengikat ini yaitu agar tunas (entres)

okulasi berkembang dengan baik. jika plastik pengikatan mata entres tidak dilepas

dapat menghambat perkembangan tunas (entres).

Laporan Tugas Akhir 19


d. Pemangkasan tunas air

Pemangkasan dilakukan pada umur 3-4 minggu setelah penempelan mata

tunas (okulasi). Tunas yang dipangkas yaitu tunas air karena tunas air rakus akan

unsure hara, yang menyebabkan perkembangan tunas okulasi jadi terhambat.

e. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan yaitu pengendalian hama

dan penyakit secara alami yaitu dengan mengambil tanaman yang terserang, jika

serangan di atas ambang ekonomi maka dilakukan pengendalian dengan

menggunakan insektisida dan fungisida.

3.5. Pengamatan

Parameter pengamatan yang diukur atau diamati dilpangan antara lain :

1. Persentase Hidup

Persentase hidup okulasi adalah jumlah okulasi yang hidup, dibagi dengan

jumlah tanaman yang diokulasi, dikali dengan 100 %.

Persentase hidup = Jumlah okulasi yang hidup X 100 %


Jumlah tanaman yang diokulasi

Pengamatan persentase hidup okulasi dilakukan 3 minggu setelah okulasi

pada tanggal (12 Mei 2015), tanaman yang hidup atau yang berhasil entresnya

berwarna hijau segar, sedangkan okulasi yang gagal atau tidak tumbuh entresnya

berwarna coklat kehitaman.

Laporan Tugas Akhir 20


2. Panjang Tunas

Pengamatan panjang tunas dilakukan pada tanggal 2 Juni 2015, minggu ke 6

setelah okulasi.

Rerata panjang tunas = panjang tunas yang tumbuh


Jumlah tanaman yang hidup

Laporan Tugas Akhir 21


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Persentase Hidup (%)

Hasil yang didapat dari pengamatan persentase hidup dengan menggunakan

beberapa teknik okulasi pada tanaman durian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Persentase Hidup Okulasi Durian


Perlakuan Jumlah Bibit Berhasil Gagal Persentase (%)

Okulasi Huruf T 10 5 5 50

Okulasi Forker 10 9 1 90

Okulasi Segi Empat 10 7 3 70

Pada Tabel 2 dapat dilihat persentase hidup okulasi durian, dengan

menggunakan 3 teknik okulasi yaitu okulasi huruf T, okulasi Forker, dan okulasi segi

empat. Okulasi yang persentase keberhasilan hidupnya tinggi yaitu okulasi Forker

dengan persentase keberhasilan 90 %, sedangkan okulasi segi empat persentase

keberhasilanya 70 %, dan okulasi dengan tingkat keberhasilanya yang paling rendah

adalah okulasi huruf T yaitu 50 %.

Laporan Tugas Akhir 22


4.1.2. Panjang Tunas

Hasil yang didapat dari pengamatan panjang tunas dengan menggunakan

beberapa teknik okulasi pada tanaman durian dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-Rata Panjang Tunas Okulasi Durian


Perlakuan Panjang Tunas Rata-Rata Panjang
Sampel Minggu 6 Tunas (cm)
Okulasi Forker 1 4 3.8
2 4
3 4.5
4 3
5 5
6 3.5
7 5
8 5
9 4
10 -

Okulasi Segi Empat 1 4 2.6


2 3
3 3.5
4 4.5
5 3
6 4
7 4
8 -
9 -
10 -

Okulasi huruf T 1 4 1.75


2 3.5
3 3
4 2
5 5
6 -
7 -
8 -
9 -
10 -

Laporan Tugas Akhir 23


Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat hasil pengamatan panjang tunas yang

dilakukan didapatkan rata-rata panjang tunas yang paling tinggi yaitu pada okulasi

Forker dengan rata-rata panjang tunas 3.8 cm, sedangkan pada okulasi segi empat

panjang tunas rata-rata 2.6 cm dan rata-rata panjang tunas yang paling rendah yaitu

pada teknik okulasi huruf T dengan rata-rata panjang tunas 1.75 cm.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Persentase Hidup

Kerja praktek yang dilaksanakan di BBIH Padang Marpoyan, Pekanbaru

dilakukan okulasi durian menggunakan 3 teknik okulasi yaitu okulasi huruf T, okulasi

Forker, dan okulasi segi empat. Hasil pengamatan persentase hidup ketiga teknik

okulasi ini dapat dilihat pada Tabel 2. Okulasi yang persentase keberhasilanya tinggi

yaitu okulasi Forker dengan persentase keberhasilan 90 %, sedangkan okulasi segi

empat persentase keberhasilanya 70 %, dan okulasi dengan tingkat keberhasilanya

yang paling rendah adalah okulasi huruf T yaitu 50 %. Menurut AAK (1992), okulasi

dengan cara Forker biasanya memberi hasil lebih baik dibanding dengan okulasi

huruf T karena kambium pada cara Forker tidak rusak tergores pisau, terutama

dibagian tengah yang akan ditempel mata entres.

Okulasi yang dilakukan dengan menggunakan teknik Forker pada tanaman

durian di Balai Benih Induk Hortikultura Padang Marpoyan, Pekanbaru memberikan

hasil yang lebih baik dibanding dengan menggunakan teknik okulasi huruf T karena

kambium pada teknik okulasi Forker tidak rusak tergores pisau, terutama dibagian

tengah yang akan ditempel mata entres. Okulasi dengan menggunakan teknik segi

Laporan Tugas Akhir 24


empat sebenarnya juga memberikan hasil lebih baik apabila memiliki keterampilan

pada teknik tersebut. Kecepatan dan keterampilan dibutuhkan pada teknik okulasi

segi empat ini, karena pengelupasan batang bawah terlalu terbuka, jika terlalu lama

melakukan penempelan mata entres pada batang bawah maka kambium akan kering

dan proses okulasi yang dilakukan tidak lagi steril karena lamannya waktu penyatuan

mata tunas ke batang bawah, mengakibatkan adanya angin dan debu yang masuk.

Selain itu jika tidak memiliki keterampilan dalam mengikat batang bawah yang telah

ditempel atau okulasi, mata entres dapat bergeser sehingga okulasi bisa menjadi

gagal.

Berbeda dengan menggunakan teknik okulasi Forker, pengelupasan batang

bawah tidak terlalu terbuka, karena pada okulasi Forker kulit batang bawah yang

dikelupaskan berbentuk lidah, sehingga dapat menutupi kambium sebelum ditempel

dengan mata entres. Pengikatan tanaman durian yang telah ditempel dengan

menggunakan teknik okulasi Forker tidak terlalu sulit, karena mata entres disisipkan

pada kulit batang bawah yang dikelupas menyerupai lidah sehingga mata entres tidak

bergeser saat pengikatan dengan plastik (Ariyantoro Hadi, 2006)

Perbedaan persentase keberhasilan okulasi durian yang telah dilakukan

disebabkan oleh beberapa faktor terutama dalam hal teknik perbanyakan okulasi

tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi antara lain

keterampilan pelaksana, lingkungan disekitar tempat pembenihan, serta kondisi

batang atas dan batang bawah. Batang bawah yang diharapkan dan digunakan untuk

okulasi adalah pertumbuhannya optimal, sehat, bebas hama atau penyakit, dan

mempunyai daya kompatibilitas dengan batang atas yang serasi. Sedangkan kriteria

Laporan Tugas Akhir 25


batang atas (mata entres) yang dipakai untuk penempelan adalah tidak terlalu tua

ataupun muda dan sehat (tidak terserang hama dan penyakit). Sesuai dengan pendapat

Sudiani dan Nih Luh (2013), kegagalan yang dialami dalam okulasi disebabkan

kurangnya keahlian atau keterampilan dan kecepatan dalam pengelupasan

(penyayatan) kulit batang bawah dengan penempelan mata tunas (entres), sehingga

mengakibatkan kambium menjadi kering. Selain itu kondisi batang bawah yang

digunakan dalam kondisi yang kurang baik karena telah beberapa kali dilakukan

okulasi yang hasilnya gagal. Kondisi batang bawah yang tidak baik ini diperkirakan

menjadi salah satu penyebab kegagalan okulasi yang dilakukan.

Proses pengikatan mata tunas ke batang bawah yang kurang kuat dan tidak

tertutup sempurna juga dapat mempengaruhi keberhasilan okulasi, karena dapat

menyebabkan air masuk kedalam tempelan tersebut. Apabila terdapat air yang masuk

kedalam tempelan tersebut dapat mengakibatkan okulasi menjadi gagal, karena mata

tunas (entres) akan busuk dan mati. Keterlambatan membuka plastik ikatan okulasi

dapat menyebabkan pembusukan pada batang durian, yang disebabkan terjadinya

penguapan dan mengakibatkan air yang menguap tergenang di dalam ikatan, sehingga

batang durian menjadi lembab dan terjadi pembusukan. Sinar matahari yang terlalu

terik dapat mengakibatkan kambium pada batang bawah dan mata tunas (entres) cepat

mengering, sehingga dalam hal ini faktor cuaca seperti hujan dan terik matahari juga

sangat mempengaruhi keberhasilan okulasi.

Laporan Tugas Akhir 26


4.2.2. Rata-rata Panjang Tunas

Okulasi durian yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik okulasi

menunjukan perbedaan hasil dari tiap-tiap teknik. Hasil pengamatan panjang tunas

yang dilakukan didapatkan rata-rata panjang tunas yang paling tinggi yaitu pada

okulasi Forker dengan rata-rata panjang tunas 3.8 cm, sedangkan pada okulasi segi

empat panjang tunas rata-rata 2.6 cm dan rata-rata panjang tunas yang paling rendah

yaitu pada teknik okulasi huruf T dengan rata-rata panjang tunas 1.75 cm.

Okulasi dengan teknik Forker memberikan hasil panjang tunas lebih tinggi

dibandingkan dengan menggunakan teknik okulasi segi empat dan teknik okulasi

huruf T. Hal ini diperkirakan karena kedua tanaman yang ditempel cocok dan irisan

luka okulasi rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu

kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan dan pertumbuhan tunas bisa menjadi

lebih baik. Sedangkan okulasi dengan menggunakan teknik huruf T, memungkinkan

terjadinya kerusakan kambium, karena sayatan bagian tengah pada batang bawah

yang berbentuk huruf T, sehingga pertumbuhan tunas menjadi kurang baik atau tidak

normal. Ashari (1995), mengemukakan bahwa tanaman yang diokulasi akan berhasil

jika kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka rata, serta pengikatan

sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan

jaringan dan pertumbuhan tunas bisa lebih baik.

Pertumbuhan dapat diketahui dari kenaikan panjang tunas suatu tanaman atau

bagian tanaman yang lain. Sedangkan peningkatan jumlah sel dan ukuran sel terjadi

pada jaringan meristem misalnya meristem ujung, meristem interkalar dan meristem

lateral. Pertumbuhan pada meristem ujung menghasilkan sel-sel baru diujung

Laporan Tugas Akhir 27


sehingga mengakibatkan bertambah tinggi atau panjang. Pertumbuhan tunas pada

dasarnya sangat erat hubungannya dengan waktu pecah tunas. Artinya semakin cepat

tunas itu pecah, maka akan semakin cepat juga tunas itu tumbuh asalkan unsur-unsur

yang diperlukan untuk pertumbuhannya terpenuhi.

Laju pertumbuhan tunas sangat dipengaruhi oleh ketersedian karbohidrat.

Daun-daun yang telah terbentuk akan segera melakukan fungsinya untuk

berfotosintesis. Dari sini akan dihasilkan karbohidrat dan zat pengatur tumbuh (ZPT).

Karbohidrat maupun ZPT baik auksin maupun sitokinin ditransfer dengan perantara

molekul air menuju daerah meristematis, diantaranya ujung tunas. Sel-sel pada

daerah tersebut akan memperbanyak diri dan memperpanjang ukuran, sehingga

mengakibatkan pemanjangan tunas (Tjitrosoepomo dan Gembong, 2005).

Laporan Tugas Akhir 28


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan diatas dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Perbanyakan vegetatif tanaman durian dilakukan menggunakan 3 teknik

okulasi yaitu okulasi huruf T, okulasi Forker dan okulasi segi empat

2. Okulasi yang persentase keberhasilanya tinggi yaitu okulasi Forker dengan

persentase keberhasilan 90 %, sedangkan okulasi segi empat persentase

keberhasilanya 70 %, dan okulasi dengan tingkat keberhasilanya yang paling

rendah adalah okulasi huruf T yaitu 50 %.

3. Laju pertumbuhan tunas yang tertinggi terdapat pada teknik okulasi Forker

dengan panjang tunas rata-rata 3.8 cm, sedangkan dengan teknik okulasi segi

empat panjang tunas rata-rata 2.6 cm dan pada teknik okulasi huruf T panjang

tunas rata-rata 1.75 cm.

5.2. Saran
Perbanyakan tanaman durian secara vegetatif (okulasi) disarankan

menggunakan teknik okulasi Forker, karena tingkat keberhasilan pada teknik okulasi

Forker lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan teknik okulasi huruf T dan

teknik okulasi segi empat.

Laporan Tugas Akhir 29


DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1992. Bertanam Buah-Buahan 1. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Ariyantoro Hadi. 2006. Teknik Perbanyakan Tanaman. PT.Citra Aji Prama.


Yogyakarta.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Dilanisa. 2012. Bertanam Buah-Buahan dengan Media Pot. Penerbit Jaya Lestari
Grafika. Bandung.

Irmawan. 2013. Cara okulasi. http://www.plengdut.com/2013/01/cara-okulasi.html.

Mawardi. 2001. Uji Kontabilita Durian Unggul Nasional. Palangkaraya.

Mukminatin S.N. dan Harisudin M. 2012. Strategi Pemasaran Durian Sanggaran


(Durio zibenthinus Murr) di Kecamatan Matesih Kabupaten Karang Anyar
dengan Metode Competitive Profil Matrix (CPM). Jurnal Sosial Pertanian.
15-32 hal.

Pracaya. 1998. Bertanan Durian. Penebar Swadaya. Jakarta

Sunarjono dan Hendri. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.
Jakarta. 176 hal.

Sukarmin dan A. Wahyudi. 2008. Berbagai Macam Cara Perbanyakan Durian.


Makalah Diklat Teknologi Maju Tanaman Buah-Buahan Bagi Penyuluh
Pertanian Provinsi Riau. Balitbu Tropika. 26-28 Agustus 2008. 5 hal.

Sumarsono dan Lasimin. 2002. Teknik Okulasi Bibit Durian Pada Stadia Entres dan
Model Mata Tempel yang Berbeda. Jurnal Teknik Pertanian.

Sudiani dan Ni Luh. 2013. Makalah Okulasi. http://luhsudiani. blogspot. Com./


2013/01/makalah-okulasi. html (diakses tanggal 26 April 2015).

Sobir dan R.M Napitupulu. 2012. Bertanam Durian Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta. 212 hal.

Tjitrosoepomo dan Gembong. 2005. Taksonomi Umum. Gajah Mada University


Press. Yogjakarta .

Laporan Tugas Akhir 30


Wiryanta. 2008. Sukses Bertanam Durian. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Winarno, M. 1990. Teknik Perbanyakan Cepat Buah-Buah Tropika. Puslitbanghor.


Jakarta.

Wudianto dan Rini. 2002. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar
Swadaya. Jakarta

{http://www.wikipedia.org.durian. 2012}. Diakses 28 Mei 2015.

Laporan Tugas Akhir 31


Lampiran 1. Dokumentasi Proses Okulasi di Lapangan

Gambar 1. Batang bawah durian

Gambar 2. Bahan mata tempel (batang atas yang akan digunakan)

Okulasi hurf T

Gambar 3. Pengirisan batang bawah membentuk huruf T dan pengambilan mata


entres

Laporan Tugas Akhir 32


Gambar 4. Penyisipan mata entres dan pengikatan dengan plastic

Okulasi Cara Forker

Gambar 5. Pengirisan batang bawah dengan cara Forker

Gambar 6. Penyisipan mata entres dan pengikatan dengan plastik

Laporan Tugas Akhir 33


Okulasi Segi Empat

Gambar 7. Pengirisan batang bawah dengan teknik okulasi segi empat

Gambar 8. Penyisipan mata entres dan pengikatan dengan plastik

Laporan Tugas Akhir 34


Hasil Okulasi Durian

Gambar 9. Okulasi Forker Berhasil Gambar 10. Okulasi Forker gagal

Gambar 11. Okulasi Huruf T Berhasil Gambar 12. Okulasi Huruf T Gagal

Gambar 13. Okulasi Segi Empat Berhasil Gambar 14. Okulas Segi Empat gagal

Laporan Tugas Akhir 35


Lampiran 2. Gambaran Umum Tempat Praktek Kerja Lapang

1. Sejarah Berdirinya Balai benih Induk Hortikultura Padang Marpoyan,


Pekanbaru

Balai Benih Induk (BBI) Hortikultura Padang Marpoyan Pekanbaru berdiri

pada tahun 1976, pada saat itu Riau masih tergabung dalam Provinsi Sumatra Tengah

(Riau, Jambi, Bengkulu), Balai Benih tersebut diberi nama Kebun Buah Percobaan

Pertanian Rakyat, yang didalamnya ditanami berbagai jenis tanaman buah-buahan.

Pertanian Rakyat diubah menjadi Pusat Pengembangan Pertanian Hortikultura

Padang Marpoyan Pekanbaru, disamping mengoleksi berbagai pohon induk juga

mulai melakukan kegiatan perbanyakan bibit untuk masyarakat dengan cara vegetatif.

Pada tahun 1985, dikeluarkan surat keputusan Direktur Jendral Pertanian

Tanaman Pangan No SK 1.A5.82.B tanggal 10 Februari 1985, yang merubah

namanya menjadi Balai Benih Induk Hortikultura Padang Marpoyan Pekanbaru.

2. Letak Geografis dan Lokasi Balai Benih Induk Hortikultura Padang


Marpoyan, Pekanbaru

Balai Benih Induk (BBI) Hortikultura Padang Marpoyan Pekanbaru terletak

antara 101o14 Bujur Timur dan 0o25 0o45 Lintang utara, ketinggian dari

permukaan laut berkisar 13 meter. Topografi wilayah pada umunya dapat

dikategorikan sebagai daerah datar. Letak lokasi Balai Benih Induk Hortikultura

Padang Marpoyan Pekanbaru tepat berada di pinggir jalan protocol, yaitu jalan

Kharuddin Nasution Km 10 Padang Marpoyan, Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan

Bukit Raya kota Pekanbaru (28284).

Laporan Tugas Akhir 36


3. Keadaan Iklim dan Tanah Balai Benih Induk Hortikultura Padang
Marpoyan, Pekanbaru

Balai Benih Induk Hortikultura berada didaerah yang beriklim panas dengan

suhu rata-rata 27 0C-32 0C dan tingkat kelembapan udara berkisar antara 80 90 %.

Tipe iklimnya A menurut Semidt dan Ferguson dengan rata-rata curah hujan berkisar

antara 2000-2000 mm per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim

hujan. Adapun jenis tanah yang terdapat di Balai Benih Induk Hortikultura adalah

Podzolik merah kuning (PMK) dan Aluvial.

4. Lahan

Balai Benih Induk Hortikultura Padang Marpoyan mempunyai lahan seluas

36,5 Ha, terdiri dari 36,5 Ha, terdiri dari 30,4 Ha lahan kering dan 6,1 Ha lahan

basah. Selain digunakanuntuk berbagai kegiatan yang berhubungan dengan produksi

benih dan untuk tempat berdirinya bangunan seperti tersebut diatas, maka khusus

lahan basah telah dimanfaatkan sebagai tempat penampungan air (embung), kolam,

wisata dan sebagai sawah irigasi teknis.

Dalam hubungannya dengan kegiatan produksi benih bermutu varietas

unggul, maka telah dimanfaatkan, lahan yang ada terutama untuk berbagai kegiatan

seperti :

a. Lahan untuk pertanaman pohon induk durian, rambutan, mangga, manggis,

jambu air/biji, sirsak dll.

b. Blok Fondasi (BF) dan Blok Pengadaan Mata Tempel (BPMT) tanaman jeruk.

Laporan Tugas Akhir 37


Pola perbanyakan tanaman buah ditempuh dengan system klonal. Dalam

melaksanakan system klonal, maka disediakan lahan untuk bangunan Blok Fondasi

dan Blok Pengadaan Mata Tempel. Pohon induk yang ada di Blok Fondasi adalah

pohon induk turunan pertama dari Pohon Induk Tunggal (PIT) yang telah dilepas oleh

Mentri Pertanian. Sedangkan pohon induk yang ada di Blok Pengadaan Mata Tempel

kemudian disebar kepada para penangkar benih untuk diperbnayak sebagai benih

sebar.

5. Disiplin Kerja

Disiplin kerja di Balai Benih Induk Hortikultura Propinsi Riau, Padang

Marpoyan bagi pegawai tetap baik yang masih honor maupun yang negeri dan

pekerja harian yaitu masuk jam 07.30 WIB, jika sekiranya pegawai berhalangan

penting, di anjurkan untuk melapor/memberitahukan kepada pimpinan. Apabila

terjadi pelanggaran diberikan sanksi sesuai dengan kesalahannya.

BBIH Padang Marpoyan memiliki beberapa tujuan dan tugas, antara lain

sebagai berikut :

a. Menjaga keutuhan varietas tanaman

b. Memperbanyak tanaman buah-buahan yang dianggap bernilai ekonomi tinggi,

misalnya: Durian, Manggis, Rambutan, Sawo, Jeruk, Mangga, Kelengkeng

c. Memperbanyak serta becocok tanam sayuran

d. Memperkenalkan bibit yang unggul kepada masyarakat luas

e. Meneliti dan menguji bibit tanaman hortikultura bermutu tinggi

Balai Benih Induk Hortikultura memiliki fungsi utama, yaitu memproduksi

benih tanaman, memurnikan kembali varietas yang terdapat disuatu daerah,

Laporan Tugas Akhir 38


melakukan observasi dibidang pertanian, meningkatkan SDM dibidang pembenihan

dan menyebarluaskan informasi tentang pembenihan kepada masyarakat.

Visi dari BBIH padang Marpoyan adalah menciptakan sisitem usaha

pembenihan tanaman pangan dan hortikultura di Provinsi Riau yang berbasis potensi

daerah, yang mampu menyediakan benih bermutu yang dibutuhkan masyarakat,

terutama petani. Sementara misi yang dijalankan oleh BBIH adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan institusi perbenihan penghasil benih sumber

tanaman pangan dan hortikultura khususnya balai benih tanaman pangan

2. Meningkatkan kemampuan tenaga sumber daya manusia (SDM) tanaman

pangan dan hortikultura

3. Mendorong peran swasta dalam mengembangkan dan meningkatkan produksi

maupun bisnis perbenihan tanaman pangan dan hortikultura

4. Mengembangkan teknologi perbenihan serta meningkatkan kemampuan

laboratorium kultur jaringan dalam menghasilkan benih berkualitas.

Laporan Tugas Akhir 39


Laporan Tugas Akhir 40

Anda mungkin juga menyukai