PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak didaerah tropis
yang dilewati oleh garis khatulistiwa, memiliki keanekaragaman tanaman buah, baik
jenis tanaman yang berbuah musiman maupun jenis tanaman yang berbuah sepanjang
tahun. Durian merupakan salah satu jenis tanaman buah tropis yang banyak
Sebutan ini diperkirakan berasal dari istilah melayu yaitu dari kata duri yang diberi
akhiran -an sehingga menjadi durian. Kata ini terutama dipergunakan untuk
menyebut buah yang kulitya berduri tajam. Durian biasa disebut sebagai King of the
Fruit dan sangat terkenal di Indonesia. Buah durian memiliki kandungan protein dan
nilai gizi yang tinggi. Di Indonesia buah durian tidak hanya dikonsumsi sebagai buah
segar, tetapi juga dapat diolah menjadi aneka hidangan olahan durian jenis lain seperti
es krim, cake durian, kripik biji durian, onde-onde durian, serabi durian, kolak durian
Tanaman durian berasal dari daerah tropis di Asia, hutan Malaysia, Sumatra, dan
Penyebaran durian ke arah Barat adalah Thailand, Birma, India, dan Pakistan. Buah
durian telah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Pada musim buah durian,
berbagai vearitas dan tipe diperdagangkan diberbagai pasar dalam negeri, untuk pasar
disentra produksi, masih dalam upaya peningkatan mutu buah (Wiryanta, 2008).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas
buah durian adalah dengan menyediakan bibit bermutu dan berkualitas baik, terutama
menjadi dua, yaitu secara alami dan secara buatan. Perbanyakan vegetatif yang
biasanya dilakukan adalah vegetatif buatan, salah satunya dengan cara menempel atau
okulasi. Cara perbanyakan tanaman dengan okulasi memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan stek dan cangkok, karena okulasi dilakukan pada tanaman
dengan perakaran yang baik serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit
dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah lezat, tetapi mempunyai
perakaran yang kurang baik. Teknik okulasi dapat menciptakan tanaman durian
dengan variasi yang baru dan memiliki kualitas yang lebih baik (Sudiani dan Ni Luh
2013).
1.2. Tujuan
teknik okulasi
kembar (dicotyl). Dihabitat aslinya tanaman durian dapat berumur sampai kurang
Ordo : Bombacales
Familia : Bombacaceae
Genus : Durio
dengan warna kayu makin dalam semakin kemerah-merahan, beserta kasar, ringan
dan tidak berbau. Daun tanaman durian berbentuk elips sampai lonjong. Panjang
daun antara 10-15 cm dan lebarnya 3-4,5 cm. Bunga bergantung pada batang atau
cabang yang sudah tua. Bunga muncul secara bergerombol 3-30 bunga, panjang
tangkai bunga 5-7 cm, panjang bunga antara 5-6 cm dengan diameter 2 cm. Kelopak
bunga berwarna putih atau hijau keputihan, mahkota bunga berjumlah 5 helai, bunga
Bentuk buah durian bundar atau lonjong, panjang buah dapat mencapai 25 cm
dengan diameter 20 cm. warnah kulit buah hijau, kuning hingga kecoklatan, yang
dikelilingi dengan duri tajam berbentuk kerucut. Panjang biji dapat mencapai
panajang 4 cm yang tertutup oleh daging buah yang halus dan rasa manis, berwarna
putih atau kekuningan tergantung jenis durian (Sumarsono dan Lasimin, 2002).
enak dinikmati, kulit dan biji durian juga ternyata memberikan nilai manfaat. Durian
merupakan buah yang tanamannya berupa pohon. Tanaman ini biasa digunakan
sebagai pencegah erosi dilahan yang miring, Selain itu batangnya juga kerap
digunakan sebagai bahan bangunan. Bagian yang utama dimanfaatkan dari durian
adalah daging buahnnya, selain rasanya yang lezat dan legit untuk dimakan, ternyata
durian juga memiliki khasiat untuk meremajakan kulit. Buah beraroma kuat ini dapat
yang lain. Durian mampu menghilangkan tanda penuaan diarea kelopak mata, seperti
kerutan, garis halus, kendur serta melingkar hitam (Sobir dan Napitupulu, 2012).
Durian merupakan jenis buah yang kaya akan fitonutrient, yaitu omega 3 dan
omega 6, fitosterol, dan polifenol. Sebagai buah asli nusantara durian juga dikenal
sebagai obat berbagai penyakit, antara lain obat anti malaria, obat cacing, obat
KANDUNGAN JUMLAH
terdapat 6 jenis yaitu, Petruk, Sukun, Sunan, Si tokong, kani, dan Otong (Montong).
Sebenarnya tidak mudah mencari kekhasannya setiap durian unggul dari bibit. Tetapi
bila dilakukan pengamatan dengan teliliti akan diketahui perbedaan yang mencirikan
Durian merupakan tanaman buah yang dapat tumbuh baik pada ketinggian
tempat antara 400-600 m dari permukaan laut dan ditanam pada tanah lempung
berpasir, subur, dan gembur. Tingkat keasaman (pH) tanah 6-7. Pada dataran rendah
juga dapat ditanaman durian dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Curah
sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik dari pada
hujan terus menerus. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-
80%. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30oC. Pada suhu 15oC durian
dapat tumbuh tetapi pertumbuhanya tidak optimal. Bila suhu mencapai 35oC daun
Tanaman durian pada umumnya berkembang tanpa cara budidaya yang benar.
Sebagian besar tanaman durian rakyat berasal dari biji dan bergantung pada alam,
iklim setempat. Menggunakan teknik perbanyakan seperti itu, baik keragaman pohon,
produksi maupun mutu buahnya sangat beragam. Kondisi yang demikian sangat
menyulitkan dalam meraih peluang pasar, padahal persyaratan utama untuk dapat
bersaing adalah penampilan buah menarik, ukuran tertentu dan relatif seragam,
mendapatkan mutu buah yang baik seperti itu dapat dilakukan perbanyakan tanaman
durian secara vegetatif yaitu salah satunya dengan cara okulasi (Pracaya, 1998).
A. Faktor Lingkungan
jaringan mata tempel (mata entres) dan semaian batang bawah. Oksigen, temperatur
jaringan. Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan cara pengikatan okulasi yang
terlalu kencang.
- Waktu Penempelan
Penempelan pada umumnya dilakukan pada waktu cuaca yang cerah, tidak
jaringan halus yang sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu okulasi. Temperatur
tinggi, apabila kelembaban rendah tanaman akan mengalami kekeringan, dan dapat
oleh karena itu okulasi sebaiknya dilakukan pada waktu pagi atau sore hari pada saat
matahari kurang kuat memancarkan sinarnya. Cahaya yang terlalu panas akan
menurunkan daya tahan batang atas terhadap kekeringan, dan dapat merusak
B. Faktor Tanaman
biasanya ditandai tumbuhnya tunas baru dan kulit batangnya mudah dikelupas
merupakan kondisi optimal untuk diokulasi. Ukuran diameter batang masih menjadi
patokan sebagai dasar kesiapan batang bawah untuk ditempel. Secara umum, semaian
batang bawah yang penampang batangnya pada ketinggian okulasi sudah berbentuk
bulat atau memiliki tinggi sekitar 40-50 cm merupakan kondisi yang ideal untuk
diokulasi.
Batang atas dan batang bawah varietas yang sama akan menghasilkan
tempelan yang kompatibel, dan biasanya gabungan tanaman atau hasil tempelan yang
dihasilkan akan hidup lama, produktif dan kuat. Sedangkan inkompatibilitas, salah
satunya adalah terjadi penghambataan tumbuh pada tanaman hasil okulasi (tanaman
menjadi kerdil).
Pengelupasan kulit kayu sangat berpengaruh pada okulasi. Apabila kulit kayu
mudah mengelupas, kerusakan kambium pada batang atas danbatang bawah yang
C. Faktor Pelaksana
- Keterampilan pelaksana
penangkar atau petugas okulasi sehingga dapat memilih teknik perbanyakan yang
sesuai, efisien waktu, tenaga dan biaya. Kecepatan menyambung (okulasi) merupakan
pencegahan paling baik terhadap infeksi penyakit dan kerusakan pada kambium.
- Kesempurnaan alat
yang tipis dan lentur. Pisau okulasi yang digunakan harus benar-benar tajam,
sehingga syatan mata tempel dan batang bawah benar-benar menjadi rata dan dapat
ditularkan melalui alat pertanian seperti pisau okulasi, gunting pangkas dan peralatan
lainnya, maka alat-alat tersebut sebelum dan sesudah digunakan harus disterilkan
dengan perbanyakan secara generatif dan vegetatif, salah satunya adalah dengan
okulasi. Okulasi adalah menempelkan tunas kepada batang tanaman sejenis yang
akan dijadikan induk, yang merupakan gabungan antara metode perbanyakan secara
generatif dan vegetatif. Dimana batang bawah dihasilkan dari biji sedangkan batang
atas dari bagian vegetatif tanaman seperti mata tunas (entres). Cara memperbanyak
tanaman dengan okulasi mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan
cangkok. Kelebihanya adalah okulasi mempunyai mutu lebih baik dari pada
induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang
mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit
dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat tetapi mempunyai
perakaran yang kurang baik. Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan
sebagai batang bawah yang akan ditempeli dan juga disebut dengan batang bawah,
sedangkan tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk
ditempelkan pada batang bawah dikenal dengan sebutan batang atas (Wudianto dan
Rini, 2002).
batang atas yang dijadikan sebagai mata tunasnya adalah cukup tua dan sudah
berbuah minimal 3 kali, bukan berasal dari tunas air, berbuah lebat, memiliki rasa
buah yang manis, memiliki bentuk buah yang besar dan tanaman yang sehat.
bawah adalah bentuk percabangan batang primer yang cendrung lurus, diameter
percabangan batang primer sekitar 1 cm atau sebesar pensil, batang primer harus
sehat, kondisi batang primer harus mulus, sistem perakaran yang kuat, tahan terhadap
hama dan penyakit, tahan terhadap kekurangan air dan sesuai dengan kondisi
umumnya menggunakan penempelan atau biasa dikenal sebagai okulasi pada batang
bawah yang telah berumur 6-12 bulan. Okulasi pada batang yang lebih muda telah
berumur 4 bulan.
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit
batang bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kayunya, Saat ini terjadi
pada saat pembelahan sel dalam kambium berlangsung secara aktif. Setiap pohon
mempunyai waktu pembelahan yang berbeda, ada yang aktif dimusim kemarau dan
ada juga yang aktif dimusim hujan. Factor-faktor yang mempengaruhi mudah atau
sulitnya pelepasan kulit kayu adalah curah hujan, pengairan, ketinggian tempat dan
a. Okulasi huruf T
Disebut dengan okulasi huruf T karena irisan batang pokok berbentuk huruf T
Okulasi Forker adalah teknik okulasi dengan irisan berbentuk huruf U atau U
terbalik dengan meninggalkan 1/4 bagian kulit yang diiris. (AAK, 1992).
Dasar okulasi ini seperti okulasi Forker, tapi mengalami sedikit perubahan,
sehingga bentuk irisanya seperti huruf H. Oleh sebab itu, cara okulasi Forker yang
(AAK, 1992).
Bentuk irisan okulasi segi empat sama dengan cara okulasi Forker yaitu
berbentuk bujur sangkar, hanya kulit yang diiris dari batang pokok dibuang
e. Okulasi Jendela
Menurut Ariyantoro Hadi (2006), yang dimaksud dengan okulasi jendela yaitu
mata entres tidak tertutup seluruhnya, karena masih ada bagian yang terbuka dibagian
tengah, persis ditempat calon tunas yang akan keluar, seakan-akan ada jendelanya.
Pelaksanaan okulasi jendela memerlukan waktu yang agak lama dan agak rumit.
digunakan untuk tempat mata, dengan demikian mata tidak akan tertutup oleh lidah
f. Okulasi Stempel
dibanding menggunakan pisau okulasi karena harga alat lebih murah, bahkan dapat
dibuat sendiri. Cara kerjanya lebih cepat, tingkat keberhasilan lebih tinggi, dan biaya
produksi lebih rendah. Pada mulanya, alat ditemukan untuk memperbanyak kulit
jeruk, tetapi ternyata juga dapat digunakan untuk mengokulasi tanaman buah yang
Juni 2015. Tempat pelaksanaan di kebun percobaan Balai Benih Induk Hortikultura
permukaan laut.
Alat yang digunakan antara lain gunting stek, pisau okulasi/carter. Untuk
Bahan yang digunakan dalan percobaan ini terdiri dari bibit tanaman durian.
Durian lokal sebagai batang bawah, sedangkan batang atasnya menggunakan durian
Montong (otong).
3.3. Perlakuan
Okulasi Forker
Okulasi huruf T
a. Batang bawah
Bahan tanam untuk batang bawah berasal dari tanaman durian yang bebas dari
penyakit vaeritas lokal. Tanaman tersebut diambil dari Balai Benih Induk
diambil dari batang bawah yang sehat, sistem perakarannya baik, mampu beradaptasi
dengan batang atasnya sehingga mampu menyatu (kompatibel), tidak terserang hama
dan penyakit.
untuk okulasi sama seperti perbanyakan bibit dengan biji yaitu seleksi biji,
perendaman biji dalam larutan Atonik 0,1 %, menyiapkan media untuk menanam,
dapat di bedengan atau di polibag. Media berupa campuran tanah dan pupuk kandang
1:1. Setelah media disiapkan maka dilakukan penanaman biji dengan cara
penyiangan, serta pengendalian hama dan penyakit. Setelah bibit berumur 2 4 bulan
b. Batang Atas
Bahan tanam untuk dijadikan batang atas adalah durian dari varietas Montong
(otong). Tanaman tersebut diambil dari Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH)
Padang Marpoyan, Pekanbaru. Tanaman yang akan digunakan sebagai batang atas
dipilih yang mampu tumbuh baik dengan batang bawahnya sehingga batang atas ini
menimbulkan pengaruh negatif (inkompatibel), cabang berasal dari pohon yang sehat,
pertumbuhannya normal, memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit, telah
pernah berbuah minimal 3 kali dan berasal dari pohon induk yang sifatnya benar-
3.4.2. Pelaksanaan
a) Okulasi Huruf T
pertengahan irisan melintang ini dibuat irisan vertikal ke bawah (huruf T) atau ke
atas (huruf T terbalik). Panjang irisan vertikal lebih kurang 3 cm. Setelah itu
- Selanjutnya mengambil mata entres dengan cara menyayat atau bentuk segi
empat. Setelah kayu dilepaskan dari kulit mata, maka mata ini segera disisipkan
ke bawah kulit batang pokok yang telah diiris tadi dan diikat dengan plastik
- Membuat irisan melintang sepanjang 1 cm pada batang pokok, dari ujung irisan
melintang ini di buat irisan vertikal yang tegak lurus ke arah bawah sepanjang
3 cm.
irisan dibuka dengan cara ditarik mulai dari atas ke bawah sehingga menyerupai
- Mengambil mata tunas pada entres dengan cara disayat atau irisan segi empat,
besarnya syatan atau irisan disesuaikan dengan ukuran irisan pada batang bawah,
kemudian melepaskan kayu yang terbawa pada bagian dalam sayatan mata tunas
tersebut.
- Kulit mata yang telah dilepaskan matanya ditempelkan pada irisan pada batang
pokok atau batang bawah dan kulit/lidah pada batang pokok ditutup kembali.
- Mengikat irisan yang telah ditempelkan dengan menggunakan tali plastik tipis
sampai bagian irisan tertutup semua, kecuali pada tanaman tertentu mata tunas
tidak ditutup. Cara pengikatannya dengan sistem genting yaitu dari bawah ke
atas.
Bentuk irisan okulasi segi empat sama dengan cara okulasi Forker, hanya
lidah dari kulit batang pokok dibuang, adapun caranya adalah sebagai berikut :
- Membuat irisan yang berbentuk segi empat atau bujur sangkar pada batang pokok
di tempat yang telah tentukan. Panjang sisisisi dari irisan ini adalah 1,21,5 cm.
- Selanjutnya membuat irisan segi empat pada kulit sekitar mata. Ukuran irisan segi
empat ini harus lebih kecil dibanding ukuran irisan pada batang pokok sehingga
a. Penyiraman
penyiraman tidak dilakukan karena pertumbuhan tanaman tidak baik apabila terlalu
banyak air dan apabila cuaca panas atau kering, penyiraman satu kali sehari bertujuan
untuk menjaga kelembaban media tumbuh. Penyiraman dilakukan setiap pagi atau
sore hari.
b. Penyiangan
gangguan gulma dan tunas liar yang tumbuh pada batang bawah. Penyiangnan
dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut gulma yang ada pada media
Plastik pengikat okulasi dilepas pada umur 3 minggu setelah okulasi tanaman
durian berhasil, tujuan dari pelepasan plastik pengikat ini yaitu agar tunas (entres)
okulasi berkembang dengan baik. jika plastik pengikatan mata entres tidak dilepas
tunas (okulasi). Tunas yang dipangkas yaitu tunas air karena tunas air rakus akan
dan penyakit secara alami yaitu dengan mengambil tanaman yang terserang, jika
3.5. Pengamatan
1. Persentase Hidup
Persentase hidup okulasi adalah jumlah okulasi yang hidup, dibagi dengan
pada tanggal (12 Mei 2015), tanaman yang hidup atau yang berhasil entresnya
berwarna hijau segar, sedangkan okulasi yang gagal atau tidak tumbuh entresnya
setelah okulasi.
4.1. Hasil
beberapa teknik okulasi pada tanaman durian dapat dilihat pada Tabel 2.
Okulasi Huruf T 10 5 5 50
Okulasi Forker 10 9 1 90
menggunakan 3 teknik okulasi yaitu okulasi huruf T, okulasi Forker, dan okulasi segi
empat. Okulasi yang persentase keberhasilan hidupnya tinggi yaitu okulasi Forker
beberapa teknik okulasi pada tanaman durian dapat dilihat pada Tabel 3.
dilakukan didapatkan rata-rata panjang tunas yang paling tinggi yaitu pada okulasi
Forker dengan rata-rata panjang tunas 3.8 cm, sedangkan pada okulasi segi empat
panjang tunas rata-rata 2.6 cm dan rata-rata panjang tunas yang paling rendah yaitu
pada teknik okulasi huruf T dengan rata-rata panjang tunas 1.75 cm.
4.2. Pembahasan
dilakukan okulasi durian menggunakan 3 teknik okulasi yaitu okulasi huruf T, okulasi
Forker, dan okulasi segi empat. Hasil pengamatan persentase hidup ketiga teknik
okulasi ini dapat dilihat pada Tabel 2. Okulasi yang persentase keberhasilanya tinggi
yang paling rendah adalah okulasi huruf T yaitu 50 %. Menurut AAK (1992), okulasi
dengan cara Forker biasanya memberi hasil lebih baik dibanding dengan okulasi
huruf T karena kambium pada cara Forker tidak rusak tergores pisau, terutama
hasil yang lebih baik dibanding dengan menggunakan teknik okulasi huruf T karena
kambium pada teknik okulasi Forker tidak rusak tergores pisau, terutama dibagian
tengah yang akan ditempel mata entres. Okulasi dengan menggunakan teknik segi
pada teknik tersebut. Kecepatan dan keterampilan dibutuhkan pada teknik okulasi
segi empat ini, karena pengelupasan batang bawah terlalu terbuka, jika terlalu lama
melakukan penempelan mata entres pada batang bawah maka kambium akan kering
dan proses okulasi yang dilakukan tidak lagi steril karena lamannya waktu penyatuan
mata tunas ke batang bawah, mengakibatkan adanya angin dan debu yang masuk.
Selain itu jika tidak memiliki keterampilan dalam mengikat batang bawah yang telah
ditempel atau okulasi, mata entres dapat bergeser sehingga okulasi bisa menjadi
gagal.
bawah tidak terlalu terbuka, karena pada okulasi Forker kulit batang bawah yang
dengan mata entres. Pengikatan tanaman durian yang telah ditempel dengan
menggunakan teknik okulasi Forker tidak terlalu sulit, karena mata entres disisipkan
pada kulit batang bawah yang dikelupas menyerupai lidah sehingga mata entres tidak
disebabkan oleh beberapa faktor terutama dalam hal teknik perbanyakan okulasi
batang atas dan batang bawah. Batang bawah yang diharapkan dan digunakan untuk
okulasi adalah pertumbuhannya optimal, sehat, bebas hama atau penyakit, dan
mempunyai daya kompatibilitas dengan batang atas yang serasi. Sedangkan kriteria
ataupun muda dan sehat (tidak terserang hama dan penyakit). Sesuai dengan pendapat
Sudiani dan Nih Luh (2013), kegagalan yang dialami dalam okulasi disebabkan
(penyayatan) kulit batang bawah dengan penempelan mata tunas (entres), sehingga
mengakibatkan kambium menjadi kering. Selain itu kondisi batang bawah yang
digunakan dalam kondisi yang kurang baik karena telah beberapa kali dilakukan
okulasi yang hasilnya gagal. Kondisi batang bawah yang tidak baik ini diperkirakan
Proses pengikatan mata tunas ke batang bawah yang kurang kuat dan tidak
menyebabkan air masuk kedalam tempelan tersebut. Apabila terdapat air yang masuk
kedalam tempelan tersebut dapat mengakibatkan okulasi menjadi gagal, karena mata
tunas (entres) akan busuk dan mati. Keterlambatan membuka plastik ikatan okulasi
penguapan dan mengakibatkan air yang menguap tergenang di dalam ikatan, sehingga
batang durian menjadi lembab dan terjadi pembusukan. Sinar matahari yang terlalu
terik dapat mengakibatkan kambium pada batang bawah dan mata tunas (entres) cepat
mengering, sehingga dalam hal ini faktor cuaca seperti hujan dan terik matahari juga
menunjukan perbedaan hasil dari tiap-tiap teknik. Hasil pengamatan panjang tunas
yang dilakukan didapatkan rata-rata panjang tunas yang paling tinggi yaitu pada
okulasi Forker dengan rata-rata panjang tunas 3.8 cm, sedangkan pada okulasi segi
empat panjang tunas rata-rata 2.6 cm dan rata-rata panjang tunas yang paling rendah
yaitu pada teknik okulasi huruf T dengan rata-rata panjang tunas 1.75 cm.
Okulasi dengan teknik Forker memberikan hasil panjang tunas lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan teknik okulasi segi empat dan teknik okulasi
huruf T. Hal ini diperkirakan karena kedua tanaman yang ditempel cocok dan irisan
luka okulasi rata, serta pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu
kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan dan pertumbuhan tunas bisa menjadi
terjadinya kerusakan kambium, karena sayatan bagian tengah pada batang bawah
yang berbentuk huruf T, sehingga pertumbuhan tunas menjadi kurang baik atau tidak
normal. Ashari (1995), mengemukakan bahwa tanaman yang diokulasi akan berhasil
jika kedua jenis tanaman cocok (kompatibel) dan irisan luka rata, serta pengikatan
sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan
Pertumbuhan dapat diketahui dari kenaikan panjang tunas suatu tanaman atau
bagian tanaman yang lain. Sedangkan peningkatan jumlah sel dan ukuran sel terjadi
pada jaringan meristem misalnya meristem ujung, meristem interkalar dan meristem
dasarnya sangat erat hubungannya dengan waktu pecah tunas. Artinya semakin cepat
tunas itu pecah, maka akan semakin cepat juga tunas itu tumbuh asalkan unsur-unsur
berfotosintesis. Dari sini akan dihasilkan karbohidrat dan zat pengatur tumbuh (ZPT).
Karbohidrat maupun ZPT baik auksin maupun sitokinin ditransfer dengan perantara
molekul air menuju daerah meristematis, diantaranya ujung tunas. Sel-sel pada
5.1. Kesimpulan
okulasi yaitu okulasi huruf T, okulasi Forker dan okulasi segi empat
3. Laju pertumbuhan tunas yang tertinggi terdapat pada teknik okulasi Forker
dengan panjang tunas rata-rata 3.8 cm, sedangkan dengan teknik okulasi segi
empat panjang tunas rata-rata 2.6 cm dan pada teknik okulasi huruf T panjang
5.2. Saran
Perbanyakan tanaman durian secara vegetatif (okulasi) disarankan
menggunakan teknik okulasi Forker, karena tingkat keberhasilan pada teknik okulasi
Forker lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan teknik okulasi huruf T dan
Dilanisa. 2012. Bertanam Buah-Buahan dengan Media Pot. Penerbit Jaya Lestari
Grafika. Bandung.
Sunarjono dan Hendri. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya.
Jakarta. 176 hal.
Sumarsono dan Lasimin. 2002. Teknik Okulasi Bibit Durian Pada Stadia Entres dan
Model Mata Tempel yang Berbeda. Jurnal Teknik Pertanian.
Sobir dan R.M Napitupulu. 2012. Bertanam Durian Unggul. Penebar Swadaya.
Jakarta. 212 hal.
Wudianto dan Rini. 2002. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar
Swadaya. Jakarta
Okulasi hurf T
Gambar 11. Okulasi Huruf T Berhasil Gambar 12. Okulasi Huruf T Gagal
Gambar 13. Okulasi Segi Empat Berhasil Gambar 14. Okulas Segi Empat gagal
pada tahun 1976, pada saat itu Riau masih tergabung dalam Provinsi Sumatra Tengah
(Riau, Jambi, Bengkulu), Balai Benih tersebut diberi nama Kebun Buah Percobaan
mulai melakukan kegiatan perbanyakan bibit untuk masyarakat dengan cara vegetatif.
antara 101o14 Bujur Timur dan 0o25 0o45 Lintang utara, ketinggian dari
dikategorikan sebagai daerah datar. Letak lokasi Balai Benih Induk Hortikultura
Padang Marpoyan Pekanbaru tepat berada di pinggir jalan protocol, yaitu jalan
Balai Benih Induk Hortikultura berada didaerah yang beriklim panas dengan
Tipe iklimnya A menurut Semidt dan Ferguson dengan rata-rata curah hujan berkisar
antara 2000-2000 mm per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim
hujan. Adapun jenis tanah yang terdapat di Balai Benih Induk Hortikultura adalah
4. Lahan
36,5 Ha, terdiri dari 36,5 Ha, terdiri dari 30,4 Ha lahan kering dan 6,1 Ha lahan
benih dan untuk tempat berdirinya bangunan seperti tersebut diatas, maka khusus
lahan basah telah dimanfaatkan sebagai tempat penampungan air (embung), kolam,
unggul, maka telah dimanfaatkan, lahan yang ada terutama untuk berbagai kegiatan
seperti :
b. Blok Fondasi (BF) dan Blok Pengadaan Mata Tempel (BPMT) tanaman jeruk.
melaksanakan system klonal, maka disediakan lahan untuk bangunan Blok Fondasi
dan Blok Pengadaan Mata Tempel. Pohon induk yang ada di Blok Fondasi adalah
pohon induk turunan pertama dari Pohon Induk Tunggal (PIT) yang telah dilepas oleh
Mentri Pertanian. Sedangkan pohon induk yang ada di Blok Pengadaan Mata Tempel
kemudian disebar kepada para penangkar benih untuk diperbnayak sebagai benih
sebar.
5. Disiplin Kerja
Marpoyan bagi pegawai tetap baik yang masih honor maupun yang negeri dan
pekerja harian yaitu masuk jam 07.30 WIB, jika sekiranya pegawai berhalangan
BBIH Padang Marpoyan memiliki beberapa tujuan dan tugas, antara lain
sebagai berikut :
pembenihan tanaman pangan dan hortikultura di Provinsi Riau yang berbasis potensi
terutama petani. Sementara misi yang dijalankan oleh BBIH adalah sebagai berikut :