Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rutmaida Boru Hombing

NPM : 1914111012
Program Studi : Budidaya Perairan
Mata Kuliah : Bioteknologi Akuakultur

Potensi dan Karakteristik Bakteri Simbion Karang Lunak Sinularia sp. sebagai Anti
Bakteri Escherichia coli dari Perairan Pulau Gili Labak Madura Indonesia

Kandungan senyawa bioaktif pada karang lunak terbentuk dari hasil metabolit sekunder.
Senyawa bioaktif yang diproduksi oleh karang lunak ini digunakan sebagai alat mempertahankan
diri dari acaman yang ada di sekitar ekosistem terumbu karang . Karang lunak juga memiliki
sifat allelopatik yaitu kemampuan tubuh biota ini untuk mengeluarkan zat tertentu yang biasanya
digunakan sebagai alat perlindungan diri dari predator .
Metode: Sampel Sinularia sp. Sampel yang telah dikolektif kemudian disimpan dengan cara
dimasukkan kedalam plastik zip lock dan dimasukkan ke dalam cool box. Sampel selanjutnya
dibawa ke Laboratorium Bioteknologi Prodi Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura untuk
dilakukan isolasi bakteri. Isolasi bakteri dilakukan dengan menghancurkan sampel Sinularia sp.
Ekstraksi DNA: Sel bakteri simbion Sinularia sp. Sampel bakteri dalam mikrotube yang telah
disimpan 24 jam tersebut disentrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit dan
pisahkan supernatannya. Pelet yang telah bebas dari residu saponin tersebut ditambahkan 100 µL
Aquabides dan 50 µL Chelex 100 20%,
Pembuatan Pohon Filogenetik: Sekuens yang diperoleh selanjutnya diolah menggunakan
software MEGA 6. Pohon filogenetik dilakukan dengan cara mensejajarkan seluruh sekuens dan
sekuens pembandingnya menggunakan analisis algortima metode Neighbor-Joining dan
pengujian nilai bootstrap 10000 kali.
Hasil, Hasil pengujian aktivitas anti bakteri Escherichia coli menggunakan isolat bakteri simbion
karang lunak dari perairan pulau Gili Labak-Madura tertera pada Tabel 1. ZoBell 2216E
diperoleh dari 4 isolat bakteri dan hanya ada 1 isolat yang mengindikasikan adanya kemampuan
menghambat aktivitas antibakteri Escherichia coli. Indikator terjadinya aktivitas anti bakteri
Escherichia coli tersebut ditunjukkan dengan terbentuknya zona bening yang di sekitar kertas
cakram yang telah ditempatkan diatas permukaan biakan bakteri Escherichia coli. Diameter zona
hambat bakteri Escherichia coli dari bakteri simbion Sinularia sp. yang diekstrak menggunakan
fraksi metanol dapat menghasilkan daya hambat bakteri Escherichia coli sebesar 1,267 cm
sedangkan pada fraksi kloroform sebesar 1,05 cm. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan
bakteri yang bersimbion dengan karang lunak Sinularia sp. sebagai antibakteri bakteri
Escherichia coli berpeluang besar dan konservatif dibandingkan penggunaan ekstrak karang
lunak Sinularia sp.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menjadi informasi awal yang dapat digunakan sebagai
referensi untuk mengoptimalkan potensi pemanfaatan bakteri Virgibacillus marismortui di
bidang bioteknologi laut khususnya industri farmasi di masa yang akan datang.
Potensi Antibakteri Ekstrak Rumput Laut Terhadap Bakteri Penyakit Kulit Pseudomonas
aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, dan Micrococcus luteus

Rumput laut memiliki kandungan metabolit primer dan sekunder. Kandungan metabolit primer
seperti vitamin, mineral, serat, alginat, karaginan dan agar banyak dimanfaatkan sebagai bahan
kosmetik untuk pemeliharaan kulit. Hasil penelitian Pringgenies et al., menunjukkan potensi
rumput laut sebagai antibakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit infeksi. Salah satu
penyakit infeksi yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit. Pencegahan terhadap serangan
infeksi dapat dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Seiring dengan meningkatnya resistensi
bakteri di dunia kesehatan, maka perlu adanya penemuan obat baru. Sumber antibakteri baru
dapat diperoleh dari senyawa bioaktif yang terkandung dalam suatu tumbuhan, salah satunya dari
rumput laut.
Metode: Rumput laut yang digunakan adalah Caulerpa serrulata , Euchema cottoni , Gracilaria
verrucosa dan Sargassum crassifolium . Rumput laut diisolasi, diekstraksi dan dilakukan uji
antibakteri terhadap bakteri penyakit kulit P. aeruginosa, S. epidermidis dan M. luteus yang
diperoleh dari Laboratorium Balai Kesehatan Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah eksperimental laboratories. Data penelitian dianalisis secara deskriptif.
Pengambilan sampel rumput laut dilakukan dengan menggunakan metode sampling purposif.
Pengolahan Bahan: Rumput laut yang sudah kering di blender sampai menjadi serbuk kasar.
Kemudian rumput laut ditumbuk kasar dengan menggunakan mortar steril. Proses penumbukan
ini dilakukan agar senyawa aktif dalam rumput laut keluar. Rumput laut yang sudah ditumbuk
diletakkan pada permukaan agar dalam cawan petri yang telah diolesi bakteri uji secara merata.
Kemudian diinokulasikan selama 24 jam dalam suhu ruangan. Jika terdapat zona hambatan,
berarti terdapat zat antibakteri pada rumput laut tersebut. Ekstraksi metabolit sekunder dilakukan
dengan cara ekstraksi maserasi dengan pelarut n-hexane, etil asetat dan metanol. 24 jam. Setelah
24 jam filtrat dipisahkan dari ampasnya dengan cara penyaringan. Ampas hasil penyaringan
dibebaskan dari pelarut dengan cara diangin-anginkan. Ampas yang telah bebas dari pelarut n-
hexane direndam dalam pelarut etil asetat selama 24 jam. Begitu selanjutnya sampai perendaman
dengan menggunakan pelarut metanol. Filtrat yang diperoleh diuapkan dengan menggunakan
vacum rotary evaporator pada suhu 40 oC. Uji kontrol positif dilakukan dengan menggunakan
antibiotik Amphicilin. Metode yang digunakan pada uji ini adalah metode difusi agar menurut
Pengukuran diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan jangka sorong dan dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali .
Kesimpulan: Hasil ekstraksi rumput laut dengan menggunakan pelarut bertingkat memberikan
aktivitas antibakteri yang berbeda-beda terhadap ketiga bakteri uji. Ekstrak etil asetat Sargassum
sp merupakan ekstrak yang paling aktif terhadap bakteri P. aeruginosa dan M. luteus, sedangkan
ekstrak metanol Sargassum sp merupakan ekstrak yang paling aktif terhadap bakteri S.
epidermidis. Hasil uji fitokimia ke 12 ekstrak rumput laut terdiri dari golongan senyawa alkaloid,
flavanoid, steroid/triterpenoid dan tanin. Golongan senyawa steroid paling banyak ditemukan di
ekstrak rumput laut.

Anda mungkin juga menyukai