Mata Kuliah:
BIOLOGI PERIKANAN
Dosen Pengampu :
Dr. Firdus, S.Pd., M.Si.
Disusun Oleh :
2023
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................1
1.2 Pengertian Bioflok..........................................................................................................3
1.3 Teknologi Bioflok...........................................................................................................3
1.4 Peran dan Fungsi Bioflok................................................................................................4
1.5 Keuntungan Sistem Bioflok............................................................................................5
1.6 Kelemahan Sistem Bioflok.............................................................................................5
1.7 Dampak Sistem Bioflok pada Lingkungan.....................................................................5
II METODE............................................................................................................................... 7
2.1 Alat dan Bahan..............................................................................................................7
2.2 Rancangan Tempat Budidaya dan Gambar...................................................................7
2.3 Prosedur Kerja Budidaya..............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................18
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perhitungan Analisa Ekonomi 4 Unit Kolam Ikan Nila Bioflok...............................16
iii
I. PENDAHULUAN
1
(C) ke dalam media pemeliharaan yang bertujuan untuk merangsang bakteri heterotrof
(Avnimelech, 1999 ; Crab et al., 2012).
Biofloc berasal dari dua kata yaitu Bio “kehidupan” dan Floc “gumpalan”. Sehingga
biofloc dapat diartikan sebagai bahan organik hidup yang menyatu menjadi gumpalan-gumpalan.
Gumpalan tersebut terdiri dari berbagai mikroorganisme air termasuk bakteri, algae, fungi,
protozoa, metazoa, rotifera, nematoda, gastrotricha dan organisme lain yang tersuspensi dengan
detritus. Ada yang bilang bahwa bioflok adalah suatu bentuk ikatan oleh mikroorganisme pada
saat tumbuh dimana aktivitas pengikatan ini tergantung pada jenis mikroorganismenya.
Sistem budidaya Ikan Bioflok adalah sistem budidaya yang membudidayakan dan
menumbuhkan mikroorganisme yang digunakan untuk mengolah limbah dari budidaya menjadi
potongan-potongan kecil (flok) yang berfungsi sebagai pakan ikan alami. Sistem budidaya
bioflock ini sangat efektif dan diyakini mampu meningkatkan produktivitas ikan (Faridah et al.,
2019). Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif baru dalam mengalasi masalah kualitas
air dalam akuakultur yang diadaptasi dari teknik pcngolahan limbah domestik secara
konvensional (Avnimelech, 2007; de Schryver et al., 2009). Prinsip utama yang diterapkan
dalam teknologi ini adalah manajemen kualitas air yang didasarkan pada kemampuan bakteri
heterotrof untuk memanfaatkan N organik dan anorganik yang terdapat di dalam air.
Pembentukan bioflok oleh bakteri terutama bakteri heterotrof secara umum bertujuan
untuk meningkatkan pemanfaatan nutrien. menghindari stress lingkungan dan predasi. Flok
bakteri tersusun atas campuran berbagai jenis mikro-organisme (bakteri pembentuk flok, bakteri
filamen, fungi), partikel-partikel tersuspensi, berbagai koloid dan polimer organik, berbagai
kation dan sel-sel mati dengan ukuran bervariasi dengan kisaran 100 - 1000 µm (de Schryver et
al., 2009).
2
I.2 Pengertian Bioflok
Bioflok sesuai namanya yang merupakan gabungan dari kata “bios” (kehidupan)
dan “flock” (gumpalan) adalah kumpulan dari berbagai organisme seperti bakteri,
mikroalga, protozoa, ragi dan sebagainya, yang tergabung dalam gumpalan. Jika pakan
herbal yang sebelumnya disebutkan menambahkan tanam-tanaman, budidaya
menggunakan sistem bioflok ini menambahkan organisme hidup (probiotik) yang
berperan tidak hanya sebagai pakan tambahan alami bagi ikan tetapi juga menjaga
kualitas air sehingga ikan lebih sehat. Untuk menginisiasi tumbuhnya organisme tersebut,
biasanya pada kolam ditambahkan kultur bakteri jenis Bacillus sp (B. subtilis, B.
licheniformis, B. megaterium, B. polymyxa) atau ragi (jenis Saccharomyces), dan
molase/tetes tebu sebagai nutrisi bagi bakteri. Mikroba ini kemudian akan
berkembangbiak dan karena media perairan budidaya sistem bioflok sudah dikondisikan,
maka tumbuh pula protozoa, mikroalga, ragi dan bakteri-bakteri menguntungkan lainnya.
3
yang menguntung tersebut dapat membentuk gumpalan flok yang banyak, akan berperan
dalam merombak limbah nitrogen secara efisien.
Dengan demikian secara konseptual teknologi bioflok jika dikembangkan dengan
benar akan sangat menguntungkan bagi para pembudidaya dibandingkan dengan
teknologi budidaya konvensional yang selama ini telah lama berkembang. Teknologi
bioflok terbukti lebih stabil daripada sistem yang budidaya yang didominasi oleh
plankton (konvensional) karena tidak tergantung pada sinar matahari. Dalam teknologi
bioflok, penggunaan air juga akan lebih sedikit karena hanya menambahkan saja jika
terjadi penguapan.
4
Jika dibandingkan dengan bakteri nitrifikasi yang memerlukan waktu hingga 3 hari
dalam membelah diri, maka penggunaan bakteri heterotrof akan sangat lebih efisien.
d. Menekan organisme patogen
Kehadiran bioflok yang terdiri dari berbagai bakteri nonpatogen dapat menekan
pertumbuhan bakteri patogen yang merugikan. Hal ini dikarenakan ada beberapa jenis
bakteri yang mengeluarkan antibiotik atau senyawa asam organik yang bersifat menekan
bakteri merugikan dalam media budidaya.
Bila bioflok dimakan oleh ikan maka senyawa biopolimer (PHA) yang terdapat
dalam gumpalan bioflok akan diuraikan oleh enzim pencernaan menjadi asam alkanoat
yang dapat menekan bakteri merugikan didalam usus, sehingga peran bioflok juga sangat
penting dalam menjaga kesehatan pencernaan ikan.
e. Sebagai makanan tambahan bagi ikan
Berkaitan dengan penggunaan pakan pabrikan yang semakin mahal, untuk
mengurangi FCR bioflok diharapkan mampu menjadi makanan tambahan bagi ikan
karena mengandung nutrisi yang baik dengan kadar protein yang tinggi.
5
e. Kurang cocok untuk tanah yang mudah teraduk (erosi). Jadi dasar harus benar-benar padat
(dasar berbatu/sirtu, semen atau plastik HDPE)
6
II METODE
7
Gambar 2.1 Kerangka Kolam Bioflok
8
1. Pertama, dilakukannya perakitan kerangka kolam yang dibuat dengan memotong besi ulir
12 inchi ukuran panjang 120 cm untuk bagian berdirinya, dan melingkarnya hingga
membentu diameter 4 meter. Besi kerangka dikaitkan satu sama lain dengan alat bantu
berupa las.
9
Gambar 2.5 Pemasangan Terpal Media Kolam
4. Setelah pemasangan terpal selesai, tahap selanjutnya pengisian air, sebelum pengisian air
pastikan semua tahapan-tahapan sesuai dengan prosedur dan tidak ada masalah. Untuk
membentuk flok pada kolam maka harus menggunakan pompa udara untuk meniupkan
udara kedalam kolam. Dengan bantuan pompa udara, maka ini sangat membantu dalam
mempercepat pembentukan flok didalam kolam, yang membantu memberikan makanan
tambahan.
10
Gambar 2.7 Proses Pembuatan Bioflok
11
Fungsi bioflok selain dapat memperbaiki kualitas air juga dapat mengoptimalkan
sistem pencernaan ikan, sehingga nutrisi yang masuk dari pakan akan lebih efisien
terserap. Oleh sebab itu, intensitas pemberian pakan harus dikurangi, selain dapat
menekan biaya, pengurangan intensitas pemberian pakan juga akan menjaga kualitas air
dari sistem bioflok itu sendiri.
3. Pasokan Oksigen dan Listrik
Kebanyakan bioflok menerapkan sistem budidaya intensif dimana jumlah
penebaran harus lebih banyak dibanding sistem ekstensif. Selain penebaran, bioflok juga
memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan plankton. Komoditas budidaya
dan mikroorganisme dalam bioflok tersebut tentunya membutuhkan pasokan oksigen
lebih besar. Pasokan oksigen yang besar tentunya hanya bisa didapatkan dari blower atau
kincir.
Pengoperasian blower atau kincir tentunya menggunakan listrik dan harus
dinyalakan selama 24 jam penuh, hal ini merupakan kekurangan dari sistem bioflok
dimana harus bergantung pada listrik selama 24 jam. Patut juga diwaspadai apabila listrik
mati mendadak atau dalam jangka waktu yang lama, karena akan mengakibatkan ikan
mati lemas dalam beberapa jam.
4. Lokasi Budidaya
Dalam hal operasional, bioflok tidak cocok ditempatkan di ruangan full
indoor karena terdapat mikroorganisme yang berfotosintesis, sehingga membutuhkan
cahaya matahari. Maka dari itu, kolam bioflok harus dibuat kolam indoor yang selalu
mendapat pasokan cahaya matahari, akan lebih baik jika kolam tersebut ternaungi dengan
baik.
12
bahan organik sisa pakan dan feses akan semakin banyak dan hal ini akan mendukung
bakteri untuk berkembang dan menghasilkan flok dalam kolam.
b. C/N Rasio
Perkembangan bakteri heterotrof sangat tergantung oleh nilai C/N Rasio. Agar
perkembangan bakteri heterotrof pembentuk flok optimum, maka nilai C/N Rasio harus
berada pada kisaran antara 15-20. Untuk memenuhi nilai C/N Rasio yang sesuai maka
perlu penambahan bahan-bahan sumber karbon, seperti molasses, tepung, atau gula ke
dalam air atau dicampurkan dengan pakan.
c. Aerasi dan Pengadukan
Aerasi berfungsi untuk menambah suplai oksigen dalam air, dimana oksigen
sangat diperlukan oleh bakteri untuk mengurai bahan organik, mengoksida amonia
menjadi nitrit kemudian nitrat. Kondisi yang cukup oksigen, bakteri akan mampu
mengurai bahan organik secara sempurna, sehingga tidak menghasilkan bahan yang
bersifat racun dan membahayakan bagi ikan.
Pengadukan berfungsi untuk mencegah bahan organik dan flok mengendap di
dasar kolam sehingga dalam kondisi anaerobik. Dalam bakteri anaerobik, bakteri akan
menggunakan sulfat maupun nitrat untuk mengoksidasi bahan organik sehingga
menghasilkan gas-gas beracun (H2S, nitrit, amonia) yang sangat berbahaya bagi
kehidupan ikan.
d. Suhu dan pH
Semakin tinggi suhu maka proses metabolisme akan semakin cepat. Apabila suhu
semakin tinggi maka akan terbentuk flok. Agar kestabilan flok terjaga maka harus
diusahakan suhu air pada kondisi sedang (20-250C).
Kondisi pH akan berpengaruh terhadap kestabilan flok. Penambahan bahan yang
dapat menaikkan atau menurunkan pH dapat membantu kestabilan flok. pH akan
berkaitan dengan nilai alkalinitas dan konduktifitas.
e. N/P Rasio
Nilai N/P Rasio yang rendah (kurang dari 10) akan menyebabkan kondisi perairan
didominasi oleh blue green algae dan dinoflagellata. Sedangkan green algae dan diatom
akan tertekan perkembangannya karena keterbatasan N. Dalam teknologi bioflok nilai
N/P Rasio harus diusahakan lebih tinggi dari 10 agar phosfat dapat menjadi faktor
13
pembatas yang akan menghambat pertumbuhan algae dan diatom. Kondisi seperti ini
akan memberikan kesempatan kepada bakteri untuk berkembang, terutama bakteri dari
kelompok Bacillus.
Penerapan bioflok
a. Penerapan bioflok pada ikan lele
Pertumbuhan ikan pada budidaya intensif sangat dipengaruhi oleh konsumsi
nutrisi yang didapatkan dari pakan. Penelitian Shafrudin dkk., (2006) tentang pengaruh
kepadatan benih ikan lele dumbo terhadap produksi pada sistem budidaya dengan
pengendalian nitrogen melalui penambahan-penambahan tepung terigu juga
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata perbedaan padat tebar terhadap laju
pertumbuhan ikan lele. Hal ini menunjukkan bahwa selama pemeliharaan, kebutuhan
ikan akan nutrisi dan lingkungan telah terpenuhi.
Sistem bioflok menerapkan konsep budidaya tanpa pergantian air. Konsep
budidaya dengan tanpa menggunakan pergantian air membuat media budidaya dapat
terkontrol dengan baik. Menurut Setyono (2004) dalam sistem akuakultur tertutup yang
hampir tidak atau sedikit melakukan pergantian air , kualitas air, pakan dan pencegahan
penyakit dapat dikontrol dengan baik, sehingga ikan dapat dipelihara dengan kepadatan
yang tinggi, tumbuh dengan cepat dan seragam. Pemeliharaan secara intensif ikan lele
dengan teknologi bioflok lebih efektif dibandingkan tanpa teknologi bioflok.
b. Penerapan bioflok pada ikan nila
Menurut Azmin et al. (2007) dalam Setiawan dan Reki (2010), struktur bioflocs
mampu menyumbangkan nilai protein sebesar 50-53%. Hal ini merupakan suatu angka
yang cukup baik karena melalui sumbangan protein tersebut dapat membantu dalam
pemenuhan kebutuhan protein pada benih ikan nila. Penggunaan aplikasi bioflok apabila
pemberian pakan berlebihan mengakibatkan bakteri tidak akan mampu menguraikan
bahan organik, sehingga kualitas air menurun, pertumbuhan bakteri flok juga akan
terganggu, dan mengganggu pertumbuhan ikan. Hal yang sama juga terjadi jika dosis
pakan yang diberikan kurang maka pertumbuhan ikan akan terhambat, bahan organik
yang di hasilkan sedikit sehingga pertumbuhan flok yang diharapkan menjadi tambahan
nutrisi ikan yang bergizi tidak tumbuh dengan baik.
14
Menurut Novitasari (2008), kandungan bahan organik, oksigen dan pH pada
media pemeliharaan juga berpengaruh terhadap terbentuknya flok. Sesuai dengan
pendapat Irianto (2003), yang menyatakan bahwa pemakaian bakteri jenis Bacillus sp,
dapat memperbaiki kualitas air karena dapat mendekomposisi materi organik, menekan
pertumbuhan pathogen serta menyeimbangkan komunitas mikroba sehingga dapat
menyediakan lingkungan yang lebih baik bagi ikan.
c. Penerapan bioflok pada udang
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Avnimelech, (2009) bahwa tambak untuk
produksi bioflok sebaiknya dilapis plastik atau semen/beton. Menurut Avnimelech (2009)
di air tambak udang umumnya volume flok sebanyak 2 – 40 mL/L dan mencapai 100
mL/L di kolam ikan. Sedangkan Nyam Tow (2010) menyatakan bahwa volume flok yang
ideal untuk tambak udang adalah sebanyak 15 mL/L.
Bakteri heterotrof dalam air tambak akan berkembang pesat apabila di air tambak
ditambahkan sumber C karbohidrat yang langsung dapat dimanfaatkan, misalnya sukrose,
mollase, tepung tapioka, selanjutnya bakteri tersebut akan menggunakan N anorganik
terutama amonia dalam air dan disintesa menjadi protein bakteri dan juga sel tunggal
protein yang dapat digunakan sebagai sumber pakan bagi udang atau ikan yang dipelihara
(Hari, et al., 2004). Dengan demikian bioflok merupakan komunitas mikroba yang terdiri
dari bakteria, protozoa dan zooplankton, sebagai suplemen pakan udang mengandung
asam amino methionin, vitamin, mineral dan enzim yang dapat membantu proses
pencernaan pakan pada udang.
Disamping penambahan molase, juga dilakukan penambahan fermentasi probiotik
ke dalam air tambak sebanyak 5mg/L/ hari. Tidak dilakukan pergantian air, tetapi setiap
hari selalu ditambahkan air minimal selama 8 jam air mengalir masuk ke tambak dan
kandungan oksigen terlarut dipertahankan diatas 4 ppm selama pemeliharaan. Setelah 70
hari mulai dilakukan pembuangan air lewat sentral drain, terutama air yang berwarna
hitam juga dilakukan sampling pertumbuhan udang.
15
III ANALISIS USAHA
16
C. Penyusutan Per Siklus
1. Penyusutan kolam terpal 4 Unit - 950.000
2. Penyusutan alat perikanan 1 Paket - 1.900.000
2. Bahan pembentuk bioflok 4 Paket 250.000 1.000.000
Total 2.850.000
Total Keseluruhan 38.650.000
Sedangkan, Harga jual ikan nila cukup bervariasi. Di daerah jawa nilainya berkisar Rp 22.500 -
Rp 30.000, sedangkan luar pulau Jawa seperti harganya bisa mencapai Rp 50.000 per Kg. Kita
ambil nilai tengah yaitu Rp 30.000 per Kg. Maka perhitungan labanya adalah sebagai berikut:
Hasil panen 2.000 ton x harga jual Rp Rp 30.000 = Rp 60.000.000
Total keuntungan bersih adalah 60.000.000 – 38.650.000 = Rp 21.350.000
Jadi, keuntungan yang akan didapatkan dari benih 8.000 ekor per siklus (3 bulan) yaitu sekitar
21.350.000. Sedangkan, untuk keuntungan per tahun (4 siklus) sebesar 85.400.000.
17
DAFTAR PUSTAKA
Adharani N, Soewardi K, Syakti, A.D, dan Hariyadi S. 2016. Manajemen Kualitas Air dengan
Teknologi Bioflok: Studi Kasus pemeliharaan Ikan Lele (Clarias sp.). Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia, 1(21): 35-40.
Afifi Id’ham M. 2014. Pemanfaatan Bioflok Pada Budidaya Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.)
dengan Padat Tebar Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan dan Survival Rate (SR).
Surabaya: Universitas Airlangga.
Ekasari J. 2009. Teknologi Biotlok: Teori dan Aplikasi dalam Perikanan Budidaya Sistem
Intensif. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(2): 117-126.
Rangka Nur A dan Gunarto. 2012. Pengaruh Penumbuhan Bioflok pada Budidaya udang
Vaname Pola Intensif di Tambak. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 2(4): 56-67.
Suryaningrum Fransiska M. 2014. Aplikasi Teknologi Bioflok pada Pemeliharaan Benih Ikan
Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Manajemen Perikanan dan Kelautan, 1(1): 23-34.
Tim Sekitar Kita dan Agribisnis. 2017. “Membuat Sistem Kolam Bioflok” dalam
http://sekitarkitadanagribisnis.blogspot.co.id/2017/01/membuat-sistem-kolam-bioflok.html.
Diunduh pada Tanggal 9 Desember 2017, Pukul 17.22 WIB.
Faridah, F., Diana, S., & Yuniati, Y. 2019. Budidaya Ikan Lele dengan Metode Bioflok pada
Peternak Ikan Lele Konvesional. CARADDE. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(2):
224-227.
Avnimcleeh,Y. 2007, Feeding with Microbial Flocs by Tilapia in Minimal Discharge Bio-fFlocs
Technology Ponds. Aquaculture, 2(64): 140-147.
de Schryver, P. and Verstraete, W. 2009. Nitrogen Removal from Aquaculture Pond Water by
Heterotrophic Nitrogen Assimilation in Lab-Scale Sequencing Batch Reaktors. Bioresource
Technology, 100, 1162-1167.
Azim, M.E., Little, D.C., Bron, .I.E., 2007. Microbial Protein Production in Activated
Suspension Tanks Manipulating C/N Ratio in Feed and Implications for Fish Culture.
Bioresource Technology, 99, 3590-3599.
18