Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA REKOMBINAN

ACARA PRAKTIKUM KE : II

REAGEN DAN PREPARASINYA

Nama : Muhammad Ilham Jasir

NIM : 24020118120028

Kelompok :4

Hari, tanggal : Kamis, 17 September 2020

Asisten : Rizayu Winarsari

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
ACARA II

REAGEN DAN PREPARASINYA

I. TUJUAN
I.1. Mampu mengetahui jenis-jenis reagen beserta fungsinya dalam Genetika Rekombinan
I.2. Mampu mengetahui rumus dan cara perhitungan reagen dalam Genetika Rekombinan
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Reagen
Reagen atau dikenal juga dengan reaktan merupakan istilah yang sering
digunakan didunia kimia. Reagen memiliki banyak kegunaan dan sebagian besar
melibatkan menyelamatkan nyawa aplikasi. Zat atau dua zat membuat,mengukur atau
membangun keberadaan reaksi kimia dengan bantuan reagen. Kimia organik mungkin
juga menetapkan reagen sebagai campuran atau zat-zat yang berbeda yang akan membuat
perubahan pada substrat pada kondisi tertentu. Reagen dikondisikan pada suhu kamar
terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pemeriksaan karena berdasarkan kit reagen
pemeriksaan dilakukan pada suhu 20-25oC atau 37oC. Ketidaktepatan penggunaan reagen
ini dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan laboratorium. Dalam prosedur lain juga
dijelaskan bahwa stabilitas pereaksi reagen akan stabil pada suhu 15oC sampai 25oC dan
37oC sebelum pemeriksaan serta lindungi reagen dari cahaya dan kontaminasi yang dapat
menyebabkan reagen tidak stabil saat digunakan (Karina, 2018).
II.2. Jenis-Jenis Reagen untik Isolasi DNA
Prinsip kerja isolasi dan purifikasi DNAterdiri atas 5 tahap yaitu: pemecahan
membran sel, penghilangan protein, penghilangan RNA, presipitasi DNA, pengukuran
kemurnian dan kuantitas DNA. Bahan yang digunakan di antaranya mengandung
detergen anionik yaitu berupa SDS (Sodium Deodecyl Sulfate) yang mampu
mendegradasi membran sel. Pada proses lisis dengan menggunakan detergen, sering
digunakan sodium dodecyl sulphate (SDS) sebagai tahap pelisisan membran sel. Selain
digunakan SDS, detergen yang lain seperti cetyl trimethylammonium bromide (CTAB)
juga sering dipakai untuk melisiskan membran sel pada isolasi DNA tumbuhan. Dalam
penggunaan buffer CTAB seringkali ditambahkan reagen-reagen lain seperti NaCl,
EDTA, Tris-HCl, dan 2-mercaptoethanol. NaCl berfungsi untuk menghilangkan
polisakarida sementara 2-mercaptoethanol befungsi untuk menghilangkan kandungan
senyawa polifenol dalam sel tumbuhan. Pada tahapan ekstraksi DNA, seringkali
digunakan chelating agent seperti ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) yang
berperan menginaktivasi enzim DNase yang dapat mendenaturasi DNA yang diisolasi.
Fenol seringkali digunakan sebagai pendenaturasi protein, ekstraksi dengan
menggunakan fenol menyebabkan protein kehilangan kelarutannya dan mengalami
presipitasi yang selanjutnya dapat dipisahkan dari DNA melalui sentrifugasi. Selain
fenol, dapat pula digunakan campuran fenol dan kloroform atau campuran fenol,
kloroform, dan isoamil alkohol untuk mendenaturasi protein. Pengendapan dan
pemekatan DNA telah dimulai pada tahap deproteinisasi menggunakan campuran fenol-
klorofrom-alkohol (Narulita, 2019).
II.2.1. Sodium Dodecyl Sulphate (SDS)
Sodium Dodecyl Sulphate (SDS) adalah bahan detergen yang digunakan
sebagai tahap pelisisan membran sel. Penambahan SDS berpengaruh terhadap
densitas membran yang dihasilkan. n semakin besar konsentrasi SDS yang
ditambahkan ke dalam larutan polimer membran, maka nilai densitasnya semakin
kecil. SDS merupakan teknik elektroforesis gel yang menggunakan
poliakrilamida untuk memisahkan protein yang bermuatan berdasarkan berat
molekulnya saja. Sodium Dodesil Sulfat (SDS) merupakan deterjen ionik yang
dapat melarutkan molekul hidrofobik yang memberikan muatan negatif pada
keseluruhan struktur protein. Cara kerja SDS yaitu dengan menghambat interaksi
hidrofobik dan merusak ikatan hydrogen. Metode SDS-PAGE digunakan untuk
memisahkan protein demi keperluan biokimia, genetika forensik, dan biologi
molekuler (Buana et al, 2017).
II.2.2. Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB)
Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide (CTAB) merupakan bahan detergen
yang biasa digunakan untuk melisiskan membran sel pada isolasi DNA tumbuhan.
Cetyl trimethylammonium bromide, CTAB) adalah senyawa organik dengan
rumus kimia (C16H33)N(CH3)3Br, yang merupakan salah satu komponen dari
antiseptik topikal yang disebut setrimida. Kation dari setrimonium adalah agen
kimiawi yang sangat efektif untuk melawan bakteri dan fungi. CTAB sering
digunakan dalam proses isolasi DNA. Penggunaannya begitu penting dalam
sintesis nanopartikel emas dan pada produk-produk hair conditioning. Sebagai
surfaktan, CTAB membentuk misel di dalam larutan berair. Pada suhu 303 K (30
°C), misel yang terbentuk mempunyai angka aggregation 75-120 dan derajat
ionisasi α (fractional charge) 0.2 - 0.1 (dari konsentrasi rendah ke tinggi). CTAB
disebut sebagai deterjen kationik. selain itu CTAB juga sering disebut sebagai
deterjen kationik yang bersifat netral (Rub et al, 2015).
II.2.3. NaCl
NaCl merupakan salah satu senyawa halida yang menunjukkan bahwa
jarak antar ion adalah jumlah jari-jari ion positif dan jari-jari ion negatif, sehingga
jumlah ini digunakan untuk menerangkan struktur dari kristal ioniknya.NaCl
merupakan Natrium Klorida merupakan nama kimia dari garam dapur. ( Rizal,
2015). NaCl atau Garam dapur merupakan senyawa kimia yang tersusun dari 2
unsur, logam natrium (Na) dan gas klor (Cl). Bila dipisahkan, kedua zat itu punya
sifat yang berbeda. Natrium merupakan logam yang sangat reaktif. Bila bereaksi
dengan air, akan menimbulkan ledakan. Maka, Natrium harus disimpan di media
khusus yaitu minyak tanah. Sedangkan gas Klor merupakan gas berwarna hijau
yang beracun dan bila terhirup dapat menimbulkan gangguan paru-paru. Kedua
zat tersebut memang dapat merugikan jika berdiri sendiri. Namun jika direaksikan
pada suhu dan tekanan yang ekstrim, keduanya menjadi garam dapur yang
bermanfaat. Hal ini diakibatkan karena adanya pengaruh dari anion-anion yang
diikat oleh Na dalam NaCl sehingga menyebabkan sifat dari Na hilang. Dalam
padatan ionik seperti kristal yang tersusun dari ion-ion akan terjadi tarik-menarik
antara kation dan anion yaitu gaya elektrostatik Coulomb serta tolak menolak ion
sejenis. Keseimbangan antara kedua hal ini yaitu, tarik-menarik dan tolak-
menolak ini menghasilkan energi kisi kristal (Rizal, 2015).
II.2.4. EDTA
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA
merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah
nitrogen dan keempat gugus karboksilat atau disebut ligan multidentat yang
mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misaln ya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai
dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam
molekul (Derwood dan Day,2014). EDTA dapat membentuk senyawa kompleks
yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan
yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial
EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan. Ternyata
bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan
EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan
tersebut (Khopkar, S.M, 2010).
II.2.5. Tris- HCL
Tris HCl berfungsi untuk menyeimbangkan pH agar dapat mengekstrasi
asam nukleat. Ketika proses perusakan dinding sel, seluruh isi sel akan keluar
beserta dengan DNA. DNA yang keluar kan masuk dalam bufer. Dengan kata
lain, Tris HCL berfungsi untuk memberikan kondisi pH yang optimum dan
menjaga kestabilan pH. Tris (dengan HCl) memiliki kapasitas buffer sedikit basa
dalam kisaran 7-9,2 (Swaran, 2014). Cara preparasi Tris- HCL adalah atur pH
yang diinginkan kemudian ditambahkan air sampai volume 1 L. Sterilisasi
dengan autoklaf menggunakan suhu 121 ºC atau 15 lb/sq selama 20 menit.
Langkah untuk membuat buffer tris HCL yaitu dengan melarutkan 1,114gr tris
dalam100 ml Aquadest. Digunakan aquadest sebagai pelarut karena sifat dari
buffer tris yangmudah larut dalam air, selain itu juga ini dapat meminimalisasi
biaya ekonomi dalam halpemilihan pealrut. Setelah dilarutkan dalam 100 ml
aquadest, larutan tersebut dihitungphnya dengan menggunakan ph meter (Swaran,
2014).
2.2.6. Fenol
Fenol seringkali digunakan sebagai pendenaturasi protein, ekstraksi
dengan menggunakan fenol menyebabkan protein kehilangan kelarutannya dan
mengalami presipitasi yang selanjutnya dapat dipisahkan dari DNA melalui
sentrifugasi. setelah sentrifugasi akan terbentuk 2 fase yang terpisah yakni fase
organik pada lapisan bawah dan fase aquoeus (air) pada lapisan atas sedangkan
DNA dan RNA akan berada pada fase aquoeus setelah sentrifugasi sedangkan
protein yang terdenaturasi akan berada pada interfase dan lipid akan berada pada
fase organic. Selain fenol, dapat pula digunakan campuran fenol dan kloroform
atau campuran fenol, kloroform, dan isoamil alkohol untuk mendenaturasi protein
(Fatchiyah, 2011)
Fenol yang dijual secara komersial untuk biologi molekuler biasanya
berbentuk cair, jernih dan tidak berwarna sehingga dapat langsung digunakan
tanpa harus didistilasi ulang. Kadang-kadang fenol cair berwarna jambon atau
oranye, dan bila hal ini terjadi maka harus segera dikembalikan pada produsen.
Kristal fenol tidak disarankan untuk dipakai karena harus didistilasi terlebih
dahulu pada suhu 160oC untuk menghilangkan hasil oksidasi seperti kuinon.
Senyawa kuinon dapat memecah ikatan fgosfodiester dan dapat menyebabkan
ikatan silang (cross-linking) DNA dan RNA (Fatchiyah, 2011)
2.2.7. Cloroform Isoamyl Alcohol (CIA)
Penggunaan Kloroform Isoamil Alkohol (CIA) berdasarkan perbedaan
sifat pelarut organik. Kloroform tidak dapat bercampur dengan air dan
kemampuannya untuk mendeproteinisasi berdasarkan kemampuan rantai
polipeptida yang terdenaturasi untuk masuk atau termobilisasi ke dalam fase
antara kloroform–air. Konsentrasi protein yang tinggi pada fase antara tersebut
dapat menyebabkan protein mengalami presipitasi. Sedangkan lipid dan senyawa
organik lain akan terpisah pada lapisan Kloroform. Penggunaan Kloroform
Isoamil Alkohol (CIA) ini memungkinkan untuk didapatkan DNA yang sangat
murni, namun dengan ukuran yang terbatas (20.000-50.000 bp). Fungsi
penambahan CIA ini adalah untuk menghilangkan kompleks CTAB dengan
meningkatkan DNA pada fase aqueous (Aljiono, 2020).
2.2.8. Etanol dan Isopropanol
Isopropanol dan etanol merupakan senyawa organik yang tersusun dari
unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Etanol (C2H6O) memiliki titik didih
yang lebih tinggi dibandingkan dengan metanol dan lebih rendah dibandingkan
dengan isopropanol. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya ikatan hidrogen di
dalam molekul alkohol, sehingga alkohol dengan bobot molekul rendah sangat
larut dalam air. Gugus OH dalam etanol membantu melarutkan molekul polar dan
ion-ion dan gugus alkilnya CH3CH2- dapat mengikat bahan nonpolar. Dengan
demikian etanol dapat melarutkan senyawa baik nonpolar maupun polar
Isopropanol (C3H8O) memilki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan metanol
dan etanol dan lebih rendah dibandingkan dengan alkohol-alkohol lainnya yang
bersifat polar-protik. Isopropanol merupakan senyawa organik yang terdiri atas
unsur karbon, hidrogen dan juga oksigen. Gugus OH dalam isopropanol
membantu melarutkan molekul polar dan ionion dan gugus alkilnya –CH3 tidak
dapat mengikat bahan nonpolar. Isopropanol merupakan senyawa alkohol dengan
jenis sekunder, karena kemampuan gugus COH-nya yang dapat mengikat 2 karbon
(Wijaya et all., 2013).
2.3. Rumus Perhitungan Reagen
Rumus Perhitungan reagen terdiri dari rumus molaritas, molalitas dan
pengenceran. Konsentrasi dapat diungkapkan dengan beragam cara, salah satunya yang
paling sering dipakai, dan memang akan kita gunakan sekarang ini adalah Molaritas.
Molaritas yaitu Molaritas adalah jumlah mol terlarut setiap liter larutan. Atau biasa
diungkapkan dengan rumus: Molaritas = Jumlah mol terlarut/volume larutan dalam air.
Molalitas (kemolalan) menyatakan banyaknya zat terlarut didalam setiap 1000 gram
pelarut. Sedangkan Pengenceran menyebabkan volume dan kenormalan (N) atau
kemolaran (M) berubah, tetapi jumllah mol zat terlarut tidak berubah. Larutan yang
mengandung sedikit zat terlarut di sebut larutan encer (dilute), sedangkan larutan yang
mengandung banyak zat terlarut disebut larutan pekat (concentrate) (Tiara, 2018).

2.3.1. Molaritas

Konsentrasi adalah jumlah zat terlarut yang hadir terhadap jumlah pelarut
tertentu atau terhadap jumlah larutan tertentu. Dalam hal ini kita mengasumsikan
zat terlarut berwujud cair atau padat, sedangkan pelarutnya berwujud cair.
Konsentrasi dapat diungkapkan dengan beragam cara, salah satunya yang paling
sering dipakai, dan memang akan kita gunakan sekarang ini adalah Molaritas (M),
atau konsentrasi molar. Molaritas adalah jumlah mol terlarut setiap liter larutan.
Molaritas biasa diungkapkan dengan rumus: Molaritas = Jumlah mol
terlarut/volume larutan dalam air.

Rumus molaritas

jumlah mol terlarut


Molaritas =
volume larutan dalam air

jika yang diketahui bukan mol melainkan gram zat terlarut, rumus bisa juga
dengan:

Gram(terla rut ) 1000


M= X
Mr mL(Larutan )

jika yang diketahui massa jenis larutan dan kadar/persen massa (%), maka
molaritas dapat dicari dengan rumus :

Mol zat terlarut gram.1000 % . p .10


M= = =
volume Mr . volume volume

Keterangan :

M = Molaritas (konsentrasi)

Mr = Massa Molekul Relatif

ρ = Massa jenis

(Rangan, et.all, 2019)

2.3.2. Molalitas

Molalitas didefinisikan sebagai total mol zat terlarut yang terkandung


dalam kilogram pelarut. Molalitas juga dikenal sebagai konsentras molal.
Molalitas adalah ukuran konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan. Larutan
terdiri dari dua komponen; zat terlarut dan pelarut. Ada banyak cara berbeda
untuk mengekspresikan konsentrasi larutan seperti molaritas, molalilitas,
normalitas, persentase volume, persentase berat dan bagian per juta. Istilah ini
perlu menghitung massa pelarut dan mol zat terlarut. Molalitas (kemolalan)
menyatakan banyaknya zat terlarut didalam setiap 1000 gram pelarut. Rumus dari
molalitas sebagai berikut:

1000
M=nx
p

Keterangan :

M = Molalitas larutan (mol/kg)

n = jumlah mol terlarut (g/mol)

P = Massa pelarut (Kg)

(Rizki, 2020).

2.3.3. Pengenceran

Seringkali larutan dibuat dan disimpan di laboratorium dengan konsentrasi


yang tinggi sebagai larutan ‘stok’. Hal ini akan lebih menghemat waktu
ketimbang harus selalu membuat larutan setiap praktikum. Larutan ‘stok’ ini
nantinya tinggal diambil sedikit, yang kemudian diencerkan sehingga
konsentrasinya menjadi lebih kecil sesuai dengan kebutuhan. Maka dari itu kita
harus mengetahui cara mengencerkan larutan. Pengenceran menyebabkan volume
dan kenormalan (N) atau kemolaran (M) berubah, tetapi jumllah mol zat terlarut
tidak berubah. Larutan yang mengandung sedikit zat terlarut di sebut larutan encer
(dilute), sedangkan larutan yang mengandung banyak zat terlarut disebut larutan
pekat (concentrate) (Tiara, 2018).

Pengenceran larutan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Tiara,


2018): V1.N1 = V2.N2

Keterangan:

V1 = volume larutan encer yang akan dibuat, dalam ml atau L


N1 = konsentrasi larutan encer yang dibuat, dalam konsentrasi %, M atau N

V2 = volume larutan yang dicari (larutan pekat yang akan diencerkan (ml, L)

N2 = konsentrasi larutan stok (larutan pekat yang akan diencerkan (%, M, N)


III. METODE

3.1 Alat

3.1.1. Laptop

3.1.2. Alat tulis

3.1.3. Buku penuntun praktikum

3.2 Bahan

3.2.1. EDTA 0.5 M

3.2.2. HCl 1 N

3.2.3. NaCl 5 N

3.2.4. NaOH 10 N

3.2.5. Detergen

3.2.6. Ammonium asetat 10M

3.2.7. Larutan BufferTris HCL

3.2.8. Larutan Buffer TE (Tris EDTA)

3.2.9. Larutan fenol

3.2.10. Larutan Fenol : Kloroform : Isoamil Alkohol

3.2.11. Alkohol/Etanol Absolut

3.2.12. Alkohol/Etanol 70%

3.3 Cara Kerja

3.3.1. Alat dan bahan disiapkan, laptop dinyalakan dan aplikasi Microsoft Teams

dibuka

3.3.2. Power point materi yang ditampikan diperhatikan dan dipahami

3.3.3. Hasil praktikum ditulis pada laporan sementara dan diberi keterangan.
IV. HASIL PENGAMATAN

NO NAMA GAMBAR REFERENSI KETERANGAN


REAGEN
1. EDTA 0,5 M Komposisi :
(Ethyienedia etilenadiamina, formaldehida dan natrium
mine sianida
Tetraacetic Fungsi :
Acid) - Menginaktifkan enzim
DNAse yang dapat
(Manan, 2012) merusak DNA
- Menghancurkan sel
dengan menghilangkan
ion magnesium pada
membran sel
2. HCl 1 M Komposisi :
HCl 8.6 ml dan dH2O steril 91.4 L.
Fungsi :
- untuk melisiskan protein.

(Achmad, 2011)

3. NaCl 5M Komposisi :
(Sodium Ion Na dan Ion Ca
Chloride) Fungsi :
meminimalkan daya ikatan antara DNA
dan protein dengan merusak
(Achmad, 2011) keseimbangan muatan negatif dan positif
antara keduanya. Dengan demikian DNA
akan lebih mudah dipisahkan.
4. NaOH 10 N Komposisi :
(Sodium NaOH 400 g dan dH2O 1 L.
Hidroxide) Fungsi :
- untuk melisiskan sel dan melarutkan
protein. Komposinya
(Achmad, 2011)

5. Detergen Komposisi :
SDS 100 g dan dH2O 1 L.
Fungsi :
- melisiskan membrane sel juga dapat
berperan dalam mengurangi aktivitas
(Manan, 2012) enzim nuklease.

6. Ammonium Komposisi :
Asetat 10 M ammonium asetat (BM 77.1 g/mol)
sebanyak 771 g dan dH2O 1L.
Fungsi :
- untuk memisahkan kontaminan yang
(Achmad, 2011)
tidak diinginkan.

7. Tris-HCl Komposisi : tris (hydroxymethyl)


aminomethane dan garam hidroklorida
Fungsi :
- Sebagai larutan buffer untuk menjaga
pH pada kisaran optimal

(Manan, 2012)
8. Larutan Komposisi :
Fenol fenol yang biasanya digunakan dalam
isolasi DNA sebanyak 400 µl
Fungsi :
sebagai pendenaturasi protein
(Manan, 2012)
9 Fenol : Komposisi :
Kloroform : klorofom dan isoamyl alkohol
Isoamil Fungsi :
Alkohol - kloroform, dan isoamil alkohol
berfungsi untuk mendenaturasi protein
dan menghilangkan senyawa-senyawa
(lipid-protein) yang mengkontaminasi
DNA

(Manan, 2012)
10. Alkohol/Etan Komposisi :
ol Absolut unsur C, H, dan O dengan konsentrasi
96%
Fungsi :
- Membentuk endapan atau
(Achmad, 2011) terjadinya presipitasi

11. Alkohol/Etan Komposisi :


ol 70% unsur C, H, dan O dengan konsentrasi
70%
Fungsi :
- Membentuk endapan atau
(Achmad, terjadinya presipitasi
2011)
12. Buffer TE Komposisi :
(Tris-EDTA) 0.1 ml larutan tris HCl, 0.02 ml Tris
EDTA
Fungsi :
- untuk melarutkan DNA yang dihasilkan
(Manan, 2012) dan menjaga DNA agar tidak mudah
rusak
V. PEMBAHASAN

Praktikum Genetika Rekombinan Acara II yang berjudul, “Reagen dan Preparasinya”.


Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari Kamis, 17 September 2020 pukul 07.30 WIB -
selesai secara online via Microsoft Teams dan WhatsApp. Tujuan Praktikum ini yaitu Mampu
mengetahui jenis-jenis reagen beserta fungsinya dalam Genetika Rekombinan. Mampu
mengethui rumus dan cara perhitungan reagen dalam Genetika Rekombinan.
5.1. Sodium Dodecyl Sulphate (SDS)

Sodium dodecyl sulfate adalah surfaktan anion yang terdapat dalam produk
pembersih. Hal ini sesuai dengan pendapat Achmad (2011) yang menyatakan bahwa
sodium dodecyl sulfate memiliki rumus kimia: C12H25SO4Na, Sodium Dodesil Sulfat
(SDS) merupakan deterjen ionik yang dapat melarutkan molekul hidrofobik yang
memberikan muatan negatif pada keseluruhan struktur protein. Fungsi reagen Sodium
Dodesil Sulfat untuk digunakan untuk memisahkan protein. Hal ini sesuai dengan
pendapat Manan (2011) bahwa fungsi reagen Sodium Dodesil Sulfat adalah memisahkan
protein yang bermuatan berdasarkan berat molekulnya saja, berdasarkan keperluan
biokimia, genetika, dan biologi molekuler.

Dalam pengerjaan SDS-PAGE terdapat 2 jenis gel yang penting yaitu separating
gel dan stacking gel. Komposisi penyusun dari separating gel dan stacking gel adalah
ddH2O, 1,5 M Tris pH 8,8, acrylamide, SDS, ammonium persulfate (APS) dan
Tetramethylethylenediamine (TEMED). Akan tetapi yang menjadi sedikit berbeda adalah
dalam pembuatan stacking gel menggunakan 0,5 M Tris pH 6,8. Hal ini sesuai dengan
pendapat Surzycki (2017) yang menyatakan bahwa SDS termasuk dalam keluarga
senyawa organosulfat, dan memiliki rumus, C H 3 (CH 2) 11 SO 4 Na. Ini terdiri dari
ekor 12 karbon yang terikat pada gugus sulfat, yaitu garam natrium dari alkohol 12
karbon yang telah diesterifikasi menjadi asam sulfat. Deskripsi alternatifnya adalah
bahwa itu adalah gugus alkil dengan liontin, gugus terminal sulfat terpasang. Sebagai
hasil dari ekor hidrokarbonnya, dan "kelompok kepala" anioniknya, ia memiliki sifat
amfifilik yang memungkinkannya membentuk misel, dan bertindak sebagai deterjen.

5.2. Cetyl Trimethyl Ammonium (CTAB)

Cetyl trimethylammonium bromide adalah salah satu komponen dari antiseptik.


Hal ini sesuai dengan pendapat Manan (2012) bahwa Cetyl trimethylammonium bromide
adalah senyawa organik dengan rumus kimia (C16H33) N(CH3)3Br, yang merupakan
salah satu komponen dari antiseptik topikal yang disebut setrimida. Cetyl
trimethylammonium bromide (CTAB) berfungsi untuk melisiskan membran sel pada
isolasi DNA tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Porbeski (2015) yang
menyatakan bahwa detergen selain berperan dalam melisiskan membran sel juga dapat
berperan dalam mengurangi aktivitas enzim nuklease yang merupakan enzim
pendegradasi DNA. Selain digunakan SDS, detergen yang lain seperti cetyl
trimethylammonium bromide (CTAB) juga sering dipakai untuk melisiskan membran sel
pada isolasi DNA tumbuhan. Komposisi Cetyl trimethylammonium bromide yaitu
antiseptik topikal yang disebut setrimida. Hal ini sesuai dengan pendapat Porbeski (2015)
yang menyatakan bahwa Setrimonium bromida (bahasa Inggris: Cetyl
trimethylammonium bromide, CTAB) adalah senyawa organik dengan rumus kimia
(C16H33) N(CH3)3Br, yang merupakan salah satu komponen dari antiseptik topikal
yang disebut setrimida. Kation dari setrimonium adalah agen kimiawi yang sangat efektif
untuk melawan bakteri dan fungi.

5.3. NaCL (Natrium klorida)

NaCl adalah Natrium klorida, juga dikenal sebagai garam dan garam dapur,
merupakan senyawa ionik dengan rumus NaCl. Natrium klorida pada umumnya
merupakan padatan bening dan tak berbau, serta dapat larut dalam gliserol, etilen glikol,
dan asam formiat, namun tidak larut dalam HCl. Natrium klorida adalah garam paling
berpengaruh terhadap salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme
multiselular. Hal ini seseuai pendapat Sudjianto (2014) NaCl merupakan adalah benda
padatan bewarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan
sebagian besar terdiri dari Natrium Chlorida (>80%), serta senyawa-senyawa lain seperti
Magnesium Chlorida, Magnesium Sulfat, Calsium Chlorida. Garam mempunyai sifat
karakteristik hidroskopis yang berarti mudah menyerap air, tingkat kepadatan sebesar 0,8
– 0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801 C. Garam merupakan salah satu bahan
kimiawi untuk stabilisasi tanah lempung, struktur garam (NaCl) meliputi anion ditengah
dan kation menempati pada rongga octahedral. Larutan garam juga merupakan suatu
elektrolit yang mempunyai gerakan brown dipermukaan yang lebih besar dari gerakan
brown pada air murni sehingga bisa menurunkan air dan larutan, ini menambah gaya
kohesi antar partikel sehingga ikatan antar partikel lebih rapat.
Fungsi NaCl yaitu untuk meminimalkan daya ikatan antara DNA dan protein
dengan merusak keseimbangan muatan negatif dan positif antara keduanya. Dengan
demikian DNA akan lebih mudah dipisahkan. Hal ini sesuai pendapat Lopera (2016)
Garam (NaCl) memegang peranan penting yaitu untuk menghilangkan protein dan
karbohidrat karena garam dapat mnyebabkan keduanya terpresipitasi, dan bersama-sama
dengan detergen, keduanya berfungsi seperti halnya lysing buffer. Garam juga digunakan
untuk melarutkan DNA, karena ion Na+ yang dikandung oleh garam mampu memblokir
(membentuk ikatan) dengan kutub negatif fosfat DNA, yaitu kutub yang bisa
menyebabkan molekul-molekul saling tolak menolak satu sama lain sehinggga pada saat
ion Na+ membentuk ikatan denagn kutub negatif fosfat DNA, DNA akan terkumpul. Jadi
nampak bahwa selain digunakan untuk menghilangkan protein dan karbohidrat dan
menjaga kesetabilan pH lysing buffer, garam juga membantu proses pemekatan DNA.
Komposisi NaCl mengandung 39,34 g Na dan 60,66 g Cl. Hal ini sesuai pendapat Lopera
(2016) bahwa NaCl, mewakili perbandingan 1:1 ion natrium dan klorida. Dengan massa
molar masing-masing 22,99 dan 35,45 g/mol, 100 g NaCl mengandung 39,34 g Na dan
60,66 g Cl.

5.4. EDTA (Ethyienediamine Tetraacetic)

EDTA (Ethyienediamine Tetraacetic) adalah asam kompleks, berupa asam


karboksilat poliamino yang biasa digunakan sebagai agensia pengkelat atau ligan
beberapa ion atau unsur logam, terutama Fe3+ dan Ca2+. Hal ini sesuai pendapat Tao et
al (2014) EDTA (Ethyienediamine Tetraacetic) merupakan asam karboksilat poliamino
dan berwarna, larut pada air. EDTA bersifat pengkhelat yang dapat mengikat logam
berat, sehingga dapat berfungsi sebagai adsorben terhadap logam berat dalam air limbah
Modifikasi kimia EDTA menjadi bentuk gel dapat meningkatkan kemampuan dan
kapasitas jerapnya terhadap ion logam berat.

Fungsi EDTA (Ethyienediamine Tetraacetic) dalam isolasi DNA yaitu


Menginaktifkan enzim DNAse yang dapat merusak DNA. Menghancurkan sel dengan
menghilangkan ion magnesium pada membran sel. Hal ini sesuai pendapat Indarwati
(2014) Fungsi EDTA (Ethyienediamine Tetraacetic) dapat merusak DNA serta
melarutkan kerak . Kegunaannya muncul karena perannya sebagai ligan heksadentat dan
agen pengkelat , yaitu kemampuannya untuk menyerap ion logam seperti Ca 2+ dan Fe
3+ . Setelah diikat oleh EDTA menjadi kompleks logam, ion logam tetap berada dalam
larutan tetapi menunjukkan reaktivitas yang berkurang. Komposisi EDTA
(Ethyienediamine Tetraacetic) yaitu Na2 EDTA.2H2O (BM: 372.2 g/mol), 186.1 gram
NaOH (BM: 40 g/mol) , 20 gram serta dH2O 1L. Hal ini sesuai pendapat Tao et al (2014)
bahwa pembuatan EDTA Ethyienediamine Tetraacetic) terdiri beberpa komponen bahan
yaitu Na2 EDTA.2H2O (BM: 372.2 g/mol), 186.1 gram NaOH (BM: 40 g/mol) , 20 gram
dan dH2O.

5.5. Tris-HCI

Tris HCI adalah suatu reagen yang dapat menyederhanakan proses pembuatan
larutan buffer tris dan juga membuatnya lebih dapat direproduksi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sujadi (2012) yang menyatakan bahwa Tris HCl adalah trishidroklorida yang
memiliki rumus kimia C4H11NO3 · HCl. Massa molar dari senyawa ini adalah 157,59
g / mol. Nama IUPAC dari tris HCl adalah 2-amino-2- (hidroksimetil) propana-1,3-diol
hidroklorida. Ia juga dikenal sebagai THAM hidroklorida. Ini adalah senyawa organik
yang sering digunakan dalam larutan buffer seperti TAE dan TBE. Senyawa ini sangat
larut dalam air. Senyawa ini bekerja lebih baik dalam kisaran pH 7,0 hingga 9,0. Ini dapat
digunakan dalam persiapan buffer Laemmli, yang digunakan dalam buffer SDS-PAGE.
Fungsi reagen Tris-HCI yaitu untuk memberikan kondisi pH yang optimum dan menjaga
kestabilan pH. Hal ini sesuai dengan pendapat Harrison (2014) yang menyatakan bahwa
Larutan Tris-HCl digunakan untuk memberikan kondisi pH yang optimum dan menjaga
kestabilan pH.EDTA digunakan untuk melemahkan kekuatan dinding sel, karena dapat
mengkelat ion magnesium yang merupakan kofaktor enzim nuclease.

Komposisi dari reagen Tris-HCI antara lain 1 M Tris-HCl pH= 7,5 50 ml (BM
trisma base : 121,1 g/ mol), pertama di timbang 6,055 g trisma base yang akan dilarutkan
kedalam akuades 20 ml yang telah diatur pH 7,5 dengan HCl dan tambahkan akuades
hingga 50 ml dengan labu ukur dan sterilkan dengan autoklaf. Cara pembuatan bahan 25
% larutan sukrosa 10 ml, terlebih dahulu kita timbang 2,5 g sukrosa yang akan dilarutkan
dalam akuades 10 ml Saring dengan kertas whatman no.1 setelah itu dimasukan ketabung
15ml dan sterilkan dengan autoklaf serta simpan pada suhu ruang. Hal ini sesuai dengan
pendapat Farrel (2014) yang menyatakan bahwaTris-HCl dapat dibuat dengan
menggunakan basis Tris (beratmolekul: 121,14 g / mol), atauTris-HCl (basis Tris ya
ng telah digabungkan dengan HCl dengan perbandingan molar 1: 1, sehingga
berat molekulnya 157,6 g / mol) . Penting untuk diperhatikan bentuk mana yang Anda
gunakan untuk membuat larutan, karena pH awal larutan yang Anda buat bergantung
pada bentuk yang Anda gunakan. Dalam protokol ini, kami akan menggunakan basis Tris
(MW 121,14 g / mol) untuk membuat 500 mL dari 1,0 M Tris-HCl, pH 7,4. Tambahkan
60,57 g Tris Base kedalam gelas kimia yang sesuai (gelas kimia 500 mL dalam kasus
ini). Tambahkan 350 mL air deionisasi kedalam gelas kimia.Tambahkan batang
pengaduk kedalam gelas kimia dan biarkan di atas piring pengaduk sampai benar-benar
larut (~1 menit). Mulailah memantau pH larutan. Ini harus basa (pH> 7,4). Tambahkan
32,5 mL HCl 12 M secara perlahan sambil memantau pH. Tambahkan lebih banyak HCl
seperlunya sampai pH larutan mencapai 7,4. Setelah pH larutan 7,4 lalu tambahkan air
deionisasi secukupnya untuk menaikkan volume menjadi 500 mL. Saring steril, jika
memungkinkan, dan simpan di lemari es hingga 4 bulan.

5.6. Fenol

Fenol adalah asam yang lebih kuat dari alcohol dan air, karena ion fenoksida
dimantapkan oleh resonansi. Fenol termasuk zat Kristal tak berwarna yang memiliki bau
khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil yang
berikatan dengan cincin fenil. Hal ini sesuai dengan pendapat Hart (2013) yang
menyatakan bahwa Fenol adalah zat kristal yang tidak berwarna dan memiliki bau yang
khas. Senyawa fenol dapat mengalami oksidasi sehingga dapat berperan sebagai
reduktor. Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan alkohol, tetapi lebih basa
dari pada asam karbonat karena fenol dapat melepaskan ion H+ dari gugus
hidroksilnya.Lepasnya ion H+ menjadikan anion fenoksida C6H5O – dapat melarut
dalam air. Fenol mempunyai titik leleh 41oC dan titik didih 181oC. Fenol memiliki
kelarutan yang terbatas dalam air yaitu 8,3 gram/100 Ml.
Fungsi reagen fenol yaitu dapat digunakan sebagai anitiseptik dan pendenaturasi
protein. Hal ini sesuai dengan pendapat Kramer (2013) yang menyatakan bahwa Fenol
sering kali digunakan sebagai pendenaturasi protein, ekstraksi dengan menggunakan
fenol menyebabkan protein kehilangan kelarutannya dan mengalami presipitasi yang
selanjutnya dapat dipisahkan dari DNA melalui sentrifugasi. Komposisi dari reagen fenol
adalah klorobenzena direaksikan dengan NaOH dalam kondisi suhu 300°C - 400°C serta
tekanan sekitar 320 atm. Hal ini sesuai dengan pendapat Chwei dan Ruey (2017) yang
menyatakan bahwa membuat larutan persediaan bakufenol 5% dengan cara menimbang
2,5 gr fenol dalam 50 ml air suling steril. Kemudian dilakukan pengenceran konsentrasi
menjadi 1:80 dengan mempipet 12,5 ml larutan fenol 5% ditambahkan dengan 37,5 ml
air suling steril.

5.7. CIA (Cloroform Isoamyl Alcohol)

CIA (Cloroform Isoamil alcohol) adalah larutan yang berfungsi untuk


mengendapkan protein, komponen fenolik, dan polisakarida, sehingga dapat dipissahkan
dengan larutan DNA menggunakan proses sentrifugasi. CIA (Cloroform Isoamil alcohol)
berfungsi sebagai emulsifier dapat ditambahkan ke kloroform untuk membantu
pembentukan emulsi dan meningkatkan luas permukaan kloroform air yang mana protein
akan mengalami presipitasi. Penggunaan kloroform isoamil alkohol ini memungkinkan
untuk didapatkan DNA yang sangat murni, namun dengan ukuran yang terbatas (20.000-
50.000 bp). Fungsi lain dari penambahan CIA ini adalah untuk menghilangkan kompleks
CTAB dan meninggalkan DNA pada fase aquoeus. DNA kemudian diikat dari
faseaquoeus dengan presipitasi etanol.

Komposisi CIA (Cloroform Isoamil alcohol) terdiri dari kloroform dan isoamyl
alcohol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Renshaw et. al (2015) CIA (Cloroform Isoamil
alcohol) adalah larutan yang berfungsi untuk mengendapkan protein, komponen fenolik,
dan polisakarida, sehingga dapat dipissahkan dengan larutan DNA menggunakan proses
sentrifugasi. CIA (Cloroform Isoamil alcohol) berfungsi untuk mendenaturasi protein dan
menghilangkan senyawa-senyawa (lipid-protein) yang mengkontaminasi DNA.
Penggunaan kloroform isoamil alkohol ini memungkinkan untuk didapatkan DNA yang
sangat murni, namun dengan ukuran yang terbatas (20.000- 50.000 bp). Fungsi lain dari
penambahan CIA ini adalah untuk menghilangkan kompleks CTAB dan meninggalkan
DNA pada fase aquoeus. DNA kemudian diikat dari faseaquoeus dengan presipitasi
etanol. Komposisi CIA (Cloroform Isoamil alcohol) terdiri dari kloroform dan isoamyl
alcohol.

5.8. Etanol dan Isopropanol

Etanol adalah alkohol yang memiliki rumus kimia C2H5OH. Isopropanol adalah


alkohol yang memiliki formula kimia C3H8O. Nama IUPAC dari senyawa ini adalah 2-
propanol. Etanol 70% yang digunakan dalam proses isolasi berfungsi untuk
mengeluarkan endapan garam karena Na+ bermuatan positif dan DNA bermuatan
negatif. Isopropanol berfungsi untuk menghilangkan molekul air dalam larutan DNA
sehingga DNA akan terpresipitasi dan penggunaan isopropanol dingin akan menurunkan
aktivitas molekul air sehingga memudahkan presipitasi DNA. 

Komposisi etanol dan propanol terdiri dari alkohol 96% sebanyak 730 mL
kemudian ditambah air hingga volumenya 1.000 mL (air yang ditambah sembanyak 270
mL). Hal ini sesuai dengan pernyataan Budi (2011), bahwa Etanol dan isopropanol
adalah senyawa alkohol. Senyawa ini mengandung gugus hidroksil (-OH) sebagai gugus
fungsionalnya. Perbedaan antara etanol dan isopropanol adalah bahwa etanol memiliki
struktur molekul linier sedangkan isopropanol memiliki struktur molekul bercabang.
Etanol 70% yang digunakan dalam proses isolasi berfungsi untuk mengeluarkan endapan
garamkarena Na+ bermuatan positif dan DNA bermuatan negatif. Isopropanol berfungsi
untuk menghilangkan molekul air dalam larutan DNA sehingga DNA akan terpresipitasi;
ketiga, penggunaan isopropanol dingin akan menurunkan aktivitas molekul air sehingga
memudahkan presipitasi DNA. Komposisi etanol dan isopropanol terdiri dari alkohol
96% sebanyak 730 mL kemudian ditambah air hingga volumenya 1.000 mL (air yang
ditambah sembanyak 270 mL).
VI. KESIMPULAN

6.1. Jenis-jenis reagen beserta fungsinya dalam genetika rekombinan diantaranya EDTA 0,5
M berfungsi menginaktifkan enzim, menghancurkan sel dengan menghilangkan ion
magnesium pada membran sel. HCl 1 M digunakan untuk menurunkan pH larutan,
NaCl 5M (Sodium Chloride) untuk meminimalkan daya ikatan antara DNA dan
protein dengan merusak keseimbangan muatan negatif dan positif antara keduanya.
Dengan demikian DNA akan lebih mudah dipisahkan. NaOH berfungsi untuk
melisiskan sel dan menghilangkan/melarutkan protein. Ammonium Asetat 10 M
sebaagai reagen pengendapan protein. Tris-HCl Berfungsi untuk memberikan kondisi
pH yang optimum dan menjaga kestabilan pH. Fenol : Kloroform : Isoamil Alkohol
untuk mendenaturasi protein dan menghilangkan senyawa-senyawa (lipid-protein)
yang mengkontaminasi DNA. Alkohol atau etanol absolut untuk menterilisasi alat dan
bahan. Alkohol/Etanol 70% untuk membentuk endapan atau terjadinya presipitasi.
Buffer TE (Tris-EDTA) berfungsi untuk melarutkan DNA yang dihasilkan dan
menjaga DNA agar tidak mudah rusak.

6.2. Rumus Perhitungan reagen terdiri dari rumus molaritas, molalitas dan
pengenceran.Molaritas adalah jumlah mol terlarut setiap liter larutan. Atau biasa
diungkapkan dengan rumus Molaritas = Jumlah mol terlarut/volume larutan dalam air.
Molalitas didefinisikan sebagai total mol zat terlarut yang terkandung dalam kilogram

1000
pelarut, dirumuskan dengan M = n x . Pengenceran larutan dapat dihitung dengan
p
menggunakan rumus V1.N1 = V2.N2.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H. 2011. Kimia Larutan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Aljiono, F. 2020. Analisis Genetika Benih F1 Eucalyptus pellita Hasil Kontrol Polinasi
Menggunakan Marka SSR (Simple Sequnce Repeats). Jurnal Biologi. Vol 2(3): 11-14.
Buana, S.E., Indarti, D., & Asnawati. 2017. Pengaruh Penambahan Surfaktan Anionik Sodium
Dodesil Sulfat terhadap Karakteristik Membran Selulosa Asetat. Jurnal Berkala
Saintek. Vol 2 (1): 44-49.

Budi, P.A, R.S. Purbowotiningrum, dan A.L.N. Aminin. 2011. Purifikasi DNA kromosom
Geobacillus sp. dYtae14 menggunakan kolom silika dengan denaturan urea. Jurnal
Sains dan Matematika, 19(4), 101-106.

Chwei-Huann Chiou dan Ruey-Shin Juang. 2017. Photocatalytic Degradation of Phenol in


Aqueous Solutions by Pr-doped TiO2 Nanoparticles. Journal of Hazardous Materials,
149, 1, 1-7.

Derwood, A. L dan R. A. Day, JR. 2014. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta :
Penerbit Erlangga.

Farrel, R.E. 2014. RNA Methodologies: A Laboratory Guide For Isolation and Characterization.
London : Third Edition Elsevier Academis Press. Hal: 693- 705.

Fatchiyah, E.L. Arumingtyas, S. Widyarti, dan S. Rahayu. 2011. Biologi Molekular Prinsip
Dasar Analisis. Jakarta: Erlangga.

Harrison, D., Ziglio, E., Levin. L. & Morgan, A. 2014 Assets for Health and Development:
developing a conceptual framework. European Office for investment for Health and
Development. New York : Mc. Hraw Hill Book.

Hart, Harold. 2013. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Jakarta : Erlangga.

Indarwati M. 2014. Pemanfaatan Resin CaAlginat Termodifikasi Dengan Etilena Diaminena


Tetraasetat (EDTA) Dalam Tahapan Prakonsentrasi Ion Mn(II) Berbasis Metode
Kolom. Skirpsi. Samarinda: Sarjana Sains, Universitas Mulawarman.

Karina, N. A. 2018. Pengaruh Suhu Awal Reagen Terhadap Hasil Pemeriksaan Kadar Asam
Urat. Surabaya: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Khopkar, S.M.. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.


Kramer MF, Coen DM. 2013. Enzymatic Amplification of DNA by PCR: Standard Procedures
and Optimization .Current Protocols in Immunology. New York : Springer-Verlag.

Kustiningsih.Y, Megawati.N, Kartiko.J.J, Lutpiatina.L. 2017. Pengaruh Variasi Suhu Awal


Reagen terhadap Kadar Glukosa Darah Metode Enzimatik. Medical Laboratory
Technology Journal. Vol 3(1):103-107.

Lopera, N. M., Povh, J. A., Ribeiro, R. P., Gomes, P. C., Jacometo, C. B., and Lopes, T. D. S.
2016. Comparison of DNA Extraction Protocols of Fish Fin and Larvae Samples:
Modified Salt (NaCl) Extraction. Journal Science Investigacion Agraria .35(1): 65-74.

Manan, M, H, A. 2012. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: Bumi Aksara.

Manan, M, H, A. 2011. Ilmu Kimia 2. Bandung: Acarya Media Utama.

Narulita, Erlia. 2019. Biologi untuk Strata Berbasis Riset. Yogyakarta: Laksbang Perssindo.

Porbeski, S., Baily, L. G., Baum, B. R. 2015. Modification Osa CTAB DNA Exstraction
Protocol for Plants Containing High Polysaccharide. Journal of Biomol. Vol 15: 8-15.

Rangan, P. R., Irnawaty, R., Amiruddin, A. A., Bakri, B. 2019. Studi Pemanfaatan Abu Jerami,
Abu Terbang dan Tanah Laterit sebagai Material Geopolymer. Jurnal Teknik Sipil. Vol
5(3): 24-27.

Renshaw. 2015. The room temperature preservation of filtered environmental DNA Samples and
Assimilation Into a Phenol–Chloroform–Isoamyl Alcohol DNA Extraction. Journal
Molecular Ecology Resources. Volume 15, Issue 1 January 2015 Pages 168–176.

Rizal, Taufan. 2015. Pengaruh Kadar Garam Dapur (Nacl) dalam Media Pendingin
terhadap Tingkat Kerasan pada Proses Pegerasan Baja V-155. Semarang: Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang.

Rizki, Erzi. 2020. Ringkasan Materi Kimia. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Rub, M.A., Kumar, A., & Dillep. 2015. Role of cetyltrimethylammonium bromide (CTAB)
surfactant micelles on kinetics of [Zn(II)-Gly-Leu]+ and ninhydrin. Journal of
Molecular Liquid. Vol 2 (2): 24-32.

Sudjianto, A.T. 2014, Stabilisasi Tanah Lempung Ekspansif Dengan Garam Dapur (NaCl).
Jurnal Biologi. Vol. 8 (1): 53 – 63.

Sujadi. 2012. Bioteknologi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.

Surzycki, S. 2017. Basic Techniques in Molecular Biology. New York: Springer-Verlag.

Swaran, Y.C. 2014. Direct PCR in Forensic Science- An overview. Malaysian Journal of
Forensic Sciences, 5(2):6-12.

Tao, W., Turhan , M., & Gunasekaran S. 2014. Selected Properties of PH-Sensitive,
Biodegradable Chitosan-Poly(Vinly Alcohol) Hydrogel. Journal Polymer International.
Vol. 53 (2): 911- 918.

Tiara, Emilia. 2018. Dasar Pengendalian Mutu Hasil Pertanian dan Perikanan. Jakarta: BSE.

Wijaya, S. H. 2013. Sintesis dan Karakterisasi Carboxymethyl Cellulose (CMC) dar Selulosa
Eceng Gondok (Eichornia crassipes) dengan Media Reaksi Isopropanol-Etanol.
Jurnal Kimia. Vol 3(2): 6-9.

Zuraida, I. 2016. Sintesis Natrium Karboksimetil Selulosa dari Mikrokristalin Selulosa Kayu
Sengon (Paraserianthes Falcataria L.) Nielsen) dengan Pelarut Campuran
Isopropanol-Etanol. Jurnal Biokimia. Vol. 2(3): 45-47.

LEMBAR PENGESAHAN

Lumajang,17 September 2020


Mengetahui

Asisten Praktikan

Rizayu Winarsari Muhammad Ilham Jasir

24020117130088 24020118120028

Anda mungkin juga menyukai