BIOLOGI PROTISTA
PRAKTIKUM ACARA I
KULTUR MIKROALGA
Nim : 240202118120028
Kelompok :2
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS DIPENOGORO
2020
ACARA I
KULTUR MIKROALGA
I.Tujuan
1.1 Membuat kultur mikroalga beberapa spesies mikroalga yang guna melihat potensinya
untuk bioremediasi
II.Tinjauan Pustaka
2.3 Mikroalga
Mikrolga merupakan salah satu biota perairan yang memiliki potensi sebagai
bahan aktif yang bermanfaat untuk industry farmasi, kimia, kosmetik, pertanian, dan
lainnya. Namun di Indonesia, pemanfaatn mikroalga masih terbatas sebagai bahan pakan
alami. Umumnya mikroalga merupakan tumbuhan renik berukuran mikroskopik
(diameter antara 3-30 µm) yang termasuk dalam kelas alga dan hidup sebagai koloni
maupun sel tunggal di seluruh perairan tawar maupun laut. Morfologi mikroalga
berbentuk uniseluler atau multiseluler tetapi belum ada pembagian fungsi organ yang
jelas pada sel-sel komponennya. Hal itulah yang membedakan mikroalga dari tumbuhan
tingkat tinggi (Endrawati, 2013).
III. Metode
3.1 Alat
1. Botol
2. Label
3. Kamera
3.2 Bahan
1. Air Mineral
2. Air PDAM
3. Air Kolam
4. Air Sungai
5. Air Genangan
1. Ambil 5 jenis air sebanyak 500 ml dengan spesifikasi yang berbeda yaitu air mineral,
air kran, air sungai/ air got, air danau/ air kolam, air gentong/ air dalam pot apabila hanya
memperoleh dalam jumlah yang sedikit maka lakukan pengenceran dan catat jumlah
pengenceran yang dilakukan.
2. Masukkan air ke dalam setiap botol kosong yang telah disediakan sebanyak 500ml
kemudian ditutup.
4. Amati pertumbuhan dan perubahan yang terjadi setiap harinya selama 14 hari.
Teknik pembuatan kultur dilakukan dengan sistem terbuka , botol yang sudah tak
terpakai dilubangi beberapa agar udara dapat masuk dan keluar lalu botol diisi dengan
berbagai macam air , setiap botol ditaruh disinari dengan cahaya matahari dan saat
malam disinari cahaya lampu untuk melihat perkembangan mikroalga yang mungkin
tumbuh di dalam air dengan kondisi tertentu hal ini sesuai dengan pendapat Jelizanur
(2019) bahwa Sistem kolam terbuka udara merupakan sistem yang paling sederhana
dalam pengembangan mikroalga, karena pada sistem ini mudah terjadi kontaminasi
dan hanya sedikit mikroalga fotoautotrof yang dapat tumbuh.
Kondisi air pada air mineral warnanya tetap sama atau tidak ada perubahan. Hal
ini disebabkan karena pada air mineral terjadi adanya filtrasi sehingga pada air mineral
tidak ditemukan adanya mikroorganisme. Selaian itu dikarenakan air mineral
merupakan air yang mempunyai baku mutu untuk dapat dijadikan bahan air siap
minum. Hal ini sesuai dengan Aryani (2017) bahwa menurut departemen kesehatan,
syarat-syarat air minum tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung
mikroorganisme berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Air minum adalah air
yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Pada air pdam tidak terjadi perubahan warna dari hari pertama hingga hari
keempat. Warna pada botol tetap bening dan jernih. Hal ini dikarenakan air pdam
telah diilakukan proses filtrasi dan uji dengan SOP tertentu sehingga dapat dijadikan
sebagai sumber air pakai. Hal ini sesuai dengan (Nurhartati, 2013) Sumber air
merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem penyediaan air
bersih,karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyedia air bersih tidak akan
berfungsi. Suseno dan Widyastuti (2017) Salah satu perusahaan yang menjadi
penyedia dan pengelola air bersih di Indonesia yaitu Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). PDAM sebagai perusahaan air bersih bertanggung jawab atas kualitas dan
juga kuantitas air yang di salurkan harus sesuai dengan standar air minum.
Pada air kolam warna di hari pertama berwarna keruh kehijauan. Karena pada air
kolam banyak ditemukan mikroalga, dengan kebutuhan nutrisi organik yang tinggi.
Namun setelah pengamatan selama beberapa hari, wana air kolam pada botol berubah
menjadi bagian atas lebih jernih sedangkan pada bagian bawah sedikit coklat dan
terdapat endapan. Hal ini dikarenakan pada sampel ini yang tadinya suspense menjadi
air dan endapan (heterogen). Sampel air kolam tidak berubah warna menjadi lebih
hijau dikarenakan nutrisi oksigen yang kurang dari praktikum kali ini karena tutup
botol dibiarkan tertutup. Hal ini sesuai (Kojima et al., 1999) dengan Kadar Oksigen
(O2)/Dissolve Oxygen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroalga. Nilai DO yang berbeda-beda disebabkan oleh sel yang tidak motil sehingga
distribusi aerasi tidak merata, maka oksigen yang diterima tidak sama. Berbeda dengan
kadar CO2 yang terlarut, jumlah ideal yang dibutuhkan oleh mikroalga hanya 1%.
Air sungai pada hari pertama berwarna keruh kecoklatan.bSetelah dilakukan uji
selama beberapa hari, warna air sungai berubah, pada bagian atas berwarna lebih
jernih dibandingkan dengan warna pada bagian bawah. Pada bagian bawah terlihat
lebih coklat. Hal ini dikarenakan pada sebelumnya pada air sungai ditemukan banyak
organisme namun dikarenakan kebutuhan nutrisi yang kurang memadai seperti ph,
suhu, intensitas cahaya, dan kebutuhan oksigen, mikrooganisme tersebut tidak dapat
bertahan hidup lebih lama. Hal ini sesuai dengan Harmoko dan Sepriyaningsih (2020)
bahwa sesuai dengan habitat mikroalga, mikroalga banyak ditemukan di perairan baik
asin atau pun tawar. Pada kondisi perairan tawar mikroalga biasanya ditemukan di
danau,waduk, sungai, dan badan air lainnya. Faktor yang memepengaruhi
perkembangan mikroorganisme adalah pH air, suhu air, oksigen terlarut dan intensitas
cahaya.
Pada air tergenang warna, warna semula adalah coklat. Namun pada beberapa hari
warna nya menjadi lebih jernih dan terdapat endapan. Hal ini dikarenakan tidak
tercukupinya kebutuhan nutrisi sehingga mikroorganisme tidak dapat bertahan hidup.
Hal ini sesuai dengan Harmoko dan Sepriyaningsih (2020) bahwa sesuai dengan
habitat mikroalga, mikroalga banyak ditemukan di perairan baik asin atau pun tawar.
Pada kondisi perairan tawar mikroalga biasanya ditemukan di danau, waduk, sungai,
dan badan air lainnya. Faktor yang memepengaruhi perkembangan mikroorganisme
adalah pH air, suhu air, oksigen terlarut dan intensitas cahaya.
IV. Kesimpulan
Kultur mikroalga merupakan salah satu teknik untuk menumbuhkan mikroalga dalam
lingkungan tertentu yang terkontrol. Kultur ini bertujuan untuk menyediakan spesises
mikroalga yang mungkin dapat tumbuh pada media (air) pada kondisi tertentu. Kultur sistem
terbuka merupakan yang paling sederhana , dapat menggunakan botol yang dilubangi agar
udara dapat masuk , sehingga sesuai dengan faktor – faktor tumbuhnya mikroalga pada suatu
tempat, termasuk nutrisi dan unsur hara yang terdapat pada air dalam pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani , Titin. 2017. Analisis Kualitas Air Minum dalam Kemasan (AMDK) di Yogyakarta
Ditinjau dari Parameter Fisika dan Kimia Air. Media Ilmu Kesehatan. 6(1) : 46-52.
Endrawati, H., & Riniatsih, I. 2013. Kadar Total Lipid Mikroalga Nannochloropsis oculata yang
dikultur dengan suhu yang berbeda. Buletin Oseanografi Marina, 2(1): 25-33.
Jelizanur. 2019. Kultivasi Mikroalga Menggunakan Media Af6 Pada Berbagai Ph. Jom
FTEKNIK. Vol 6 (2)
Kojima E., and Zhang, K. 1999. Growth and Hydrocarbon Production of Micro Alga
Botryococcus braunii in Bubble Colimn Photobioreactor. J Biosci Bioeng. (87) 811:815
Nurhartati, J. (2013). Studi Tentang Kualitas Pelayanan Publik pada Kantor Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM) Kota Balikpapan. Journal Administrasi Negara Vol. 1(2), 654-668
Soeprobowati, Tri Retnaningsih. , Hariyati, Riche. 2020. Penuntun Praktikum Biologi Protista.
Lab. Ekologi & Biosistematika Departemen Biologi Fsm Universitas Diponegoro
Semarang
Suseno, Nitasha Vaniandayani., Widyastuti, M. 2017. Analisis Kualitas Air PDAM Tirta
Manggar Kota. Jurnal Bumi Indonesia. 6(1)
Tahya, A. M. 2012. Metode Kultur Beberapa Mikroalga. Bahan Ajar Kuliah. Universitas
Hasanuddin, Makassar.Amir, I. dan Agus Budiyanto. 1996. MENGENAL SPONS LAUT
(DEMOSPONGIAE) SECARA UMUM. Oseana, Volume XXI, Nomor 2, 1996 : 15-31
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Asisten Praktikan
24020115140072 24020118120028