Disusun Oleh :
SEMARANG
2020
ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C DALAM SAMPEL BUAH JERUK
MENGGUNAKAN HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
1. TUJUAN
1.1. Mahasiswa mampu mengerjakan analisis kuantitatif vitamin C dalam
sampel buah jeruk menggunakan HPLC.
2. DASAR TEORI
1.1. HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
1.1.1. Definisi HPLC
High Performance Liquid Chromatography (HPLC),
merupakan teknik kromatografi cair (LC) yang digunakan
untuk pemisahan berbagai komponen dalam campuran. HPLC
juga digunakan untuk identifikasi dan kuantifikasi senyawa
dalam proses pengembangan obat dan telah digunakan di
seluruh dunia sejak beberapa dekade (Chawla, 2016). Tujuan
penggunaan HPLC adalah memisahkan molekul dalam waktu
minimum (Behnoush, 2015).
Analisis dengan HPLC ini mempunyai beberapa kelebihan
seperti mudah dioperasikan dan mempunyai kapasitas
pemisahan yang tinggi sehingga metode analisis ini dijadikan
sebagai preferensi dalam hal identifikasi molekul senyawa
organik. Selain itu untuk mendeteksi senyawa PAH lebih
banyak dilakukan dengan menggunakan instrumen HPLC
dibandingkan dengan kromatografi. Di samping kelebihan
yang ada, HPLC juga memiliki kelemahan yakni sering
mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi dengan tepat
seluruh puncak kromatogram pada pemisahan. Hal ini terjadi
terutama untuk kromatogram senyawa PAH yang puncaknya
saling tumpang tindih satu dengan lainnya sehingga
memungkinkan hasil keseluruhannya berupa kekeliruan
identifikasi molekul (Hirjani et al., 2018).
1.1.2. Prinsip Kerja HPLC
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit
berdasarkan kepolarannya. Setiap campuran yang keluar akan
terdeteksi dengan detektor dan direkam dalam bentuk
kromatogram. Dimana jumlah peak menyatakan jumlah
komponen, sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi
komponen dalam campuran (Hendayana, 2006). Molekul yang
berbeda akan tertahan pada waktu yang berbeda dalam kolom
kromatografi sesuai dengan polaritas struktur molekulnya
(Hirjani et al., 2018).
1.2. Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu senyawa kompleks yang terdapat
dalam buah dan sayuran yang memiliki sifat larut air. Vitamin C
dikenal juga dengan nama asam askorbat. Vitamin C memiliki sifat
mudah larut dalam air, mudah teroksidasi, dan dalam buah-buahan
dan sayuran akan rusak atau berkurang akibat proses oksidasi berupa
paparan udara, pemasakan dan pengirisan, serta penyimpanan yang
tidak tepat. Salah satu bentuk tindakan agar kandungan vitamin C
pada sayuran dan buah-buahan tetap terjaga yaitu proses pengemasan
buah dan sayuran pada suhu rendah (di lemari es) (Ngginak dkk.,
2019). Berikut struktur vitamin C (Nerdy, 2017).
Aina, mia, & Suprayogi, D. 2011. Uji Kualitatif Vitamin C Pada Berbagai
Makanan Dan Pengaruhnya Terhadap Pemanasan. Jurnal Sains Dan
Matematika, 3(1); 61-67
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Arifin, Helmi, dkk. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap Fetus pada
Mencit Diabetes. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi 12(1)
Behnoush, B., Sheikhazadi, A., Bazmi, E., Fattahi, A., Sheikhazadi, E., & Anary,
S. H. S. 2015. Comparison of UHPLC and HPLC in Benzodiazepines
Analysis of Postmortem Samples: A Case–Control Study. Medicine, 94(14)
: 1-7
Kealey, D dan Haines, P.J. 2002. Instant Notes: Analytical Chemistry. New York:
BIOS Scientific Publishers Limited
Kenkel, J. 2002. Analytical Chemistry for Technicians. 3th. Edition. USA : CRC
Press
Ngginak, James, Anggreini Dian Naomi Rupidara, dan Yanti Daud. 2019.
Kandungan Vitamin C dari Ekstrak Buah Ara (Ficus carica L.) dan
Markisa Hutan (Passiflora foetida L.). Jurnal Sains dan Edukasi Sains
2(2); 54-59
Snyder, L. R., Kirkland, S.J., dan Glajch, J.L. 1997. Practical HPLC Method
Development. New York : John Wiley & Son