Kurva Sampel
a. Sampel Hemaviton
b. Sampel Kratindaeng
y = ax + b
= 3923x + 317601
R′ = 0,9837
Konsentrasi Sampel
Pembahasan : Pada praktikum kali ini terkait dengan kromatografi yaitu Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau lebih sering disebut HPLC. Teknik HPLC
merupakan suatu metode kromatografi cair-cair yang dapat digunakan baik untuk
keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif ( Wiji, 2010).
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi kandungan kafein dalam
minuman berenergi yaitu sampel yang digunakan kratingdaeng dengan HPLC.
Kafein adalah suatu senyawa berebntuk Kristal dan berasa pahit yang bekerja
sebagai perangsang psikoaktif dan diuretik ringan.
Percobaan penentuan kadar kafein dalam sampel minuman dilakukan
dengan analisa kualitatif dengan membandingkan waktu retensi standar.
Sedangkan dengan cara analisa kuantitatif dilakukan dengan menghitung
konsentrasi sampel berdasarkan luas area puncak kromatogram dengan metode
kurva kalibrasi dari larutan deret standar. Berdasarkan hasil yang diperoleh jika
dibandingkan hasil kromatogram standar kafein dan kromatogram kafein sampel
terdapat kemiripan waktu retensinya. Dimana waktu retensi pada konsentrasi 100
ppm, 200 ppm, 300 ppm secara berturut-turut yaitu 3,646 menit, 3,656 menit,
3,646 menit. Sedangkan pada sampel hemaviton sebesar 3,608 menit dan pada
sampel kratingdaeng 3,659. Sehingga dapat dikatakan bahwa peak yang muncul
timbul pada hasil pemisahan komponen kratingdaeng lebih tinggi mengandung
kafein dibandingkan dengan hemaviton. Kemudian untuk menghitung konsentrasi
kafein dalam sampel dilakukan terlebih dahulu dengan membuat kurva kalibrasi
standar untuk memperoleh nilai x, diperoleh nilai a yaitu 3923, nilai b 317601 dan
nilai r 0,9837. Nilai r tersebut mendekati angka 1 sehingga dapat dikatakan kurva
membentuk garis linier. Hubungan konsentrasi dengan luas area yaitu berbanding
lurus, semakin tinggi konsentrasi kafein maka semakin tinggi luas areanya,
berdasarkan tabel hasil pengamatan.
Selanjutnya perhitungan konsentrasi sampel dilakukan dengan cara
menggunakan persamaan y=29239 x + 317601 tadi berdasarkan kurva kalibrasi.
Dimana nilai y dimasukkan angka luas area masing-masing sampel kafein yang
waktu retensinya mirip dengan satndar, untuk kratingdaeng luas areanya sebesar
4702,505 sehingga nilai x untuk kratingdaeng yaitu 149,967 ppm. Sedangkan
hemaviton areanya yaitu 4116579 sehingga nilai x yang didapat untuk hemaviton
129.928 ppm. Lalu dihitung faktor pengenceran, untuk hasil kedua sampel sama
yaitu 3,3 ml dimana volume larutan 5 ml dan volume sampel 1:1,5. Setelah
diperoleh nilai x dan faktor pengenceran maka dapat dilakukanperhitungan
konsentrasi kafein pada sampel dengan cara mengkalinya. Pada kratingdaeng
diperoleh hasil 74,1 mg/150 ml dan pada hemaviton sebesar 64,2 mg/150 ml.
berdasarkan peraturan SNI 01-6684-2002. Bahwa kadar maksimum pada
minuman berenergi adalah 50 mg persaji (BSN,2002). Sehingga pada hasil yang
diperoleh tidak memeunhi syarat
Penggunaan HPLC bekerja bekerja dengan kepolarannya., artinya sampel
akan terpisah berdasarkan sifatkepolaraannya dari masing-masing komponen
dalam fase diam yang digunakan pada metode HPLC ini adalah kolom, injector,
detector, pompa dan pengolah data. Fase gerak yang digunkan yaitu methanol
70% dan aquades 30%.
Kesimpulan : Penetapan kadar kafein dalam sampel dapat dilakukan dengan
membedakan kromatogram kafein standar dengan kromatogram kafein sampel
dicari luas area yang sama atau menghitung konsentasi kadar kafein dala sampel,
dan diperoleh hasil untuk kratingdaeng 74,1 mg/100 ml dan hemaviton 64,2
mg/150 ml. Hubungan konsentrasi dengan luas area yaitu berbanding lurus.
Semakin tinggi konsentrasi kaffein maka semakin tinggi luas areanya.