Anda di halaman 1dari 11

1 | K i m i a F a r m a s i I I

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


KIMIA FARMASI II
PENETAPAN KADAR CHLORAMFECORT KRIM SECARA HPLC





EFRAT BARBARA SADI (07)
30512029
POLTEKES TNI AU CIUMBULEUIT
BANDUNG
2014





2 | K i m i a F a r m a s i I I

I. PENDAHULUAN
1. Tujuan praktikum
Praktikan dapat menetapkan kadar Cloramfecort krim secara HPLC dengan benar.
2. Prinsip praktikum
Suatu sampel yang akan diuji diinjeksikan ke dalam kolom lalu sampel tersebut
akan terurai dan terpisah menjadi senyawa kimia berdasarkan proses like
dissolve like. Hasilnya akan dideteksi oelh detector pada panjang gelombang
tertentu.
3. Teori praktikum
Pekerjaan di laboratorium analisis bisa berhadapan dengan berbagai
macam sampel antara lain : bahan baku, sediaan farmasi, dan sampel biologi.
Analisis bahan baku biasanya lebih mudah dari pada sedian farmasi dan sampel
biologi, karena bahan baku lebih sedikit zat pengotor dibadingkan sedian farmasi
dan sampel biologi. Pekerjaan di laboratorium tidak dapat dipisahkan dg salah
satu bagian dari pekerjaan itu yaitu proses pemisahan campuran zat2 kimia yang
terdiri dari analit dan matriks sampel terutama matriks sampel yg kompleks.
Cara pemisahan dan kecermatan pelaksanaan pemisahan campuran zat- zat
akan berpengaruh terhadap hasil akhir analisis. Disamping itu metode analisis yg
dipakai untuk penentuan zat kimia juga menuntut adanya proses pemisahan
sebelum dilakukan pengukuran kadar (kuantitatif), maupun penentuan sifat2
fisiko-kimia yang khas maupun khusus dari suatu zat yang akan ditentukan
(kualitatif). Maksud dan tujuan dilakukan pemisahan adalah untuk memisahkan
komponen yang akan ditentukan (analit) berada dalam keadaan murni tidak
tercampur dengan komponen-komponen yang lainnya.
Kromatografi adalah teknik pemisahan fisik suatu campuran zat-zat kimia
yang berdasarkan pada perbedaan migrasi dari masing komponen campuran yang
terpisah pada fase diam dibawah pengaruh pergerakan fase yang bergerak (fase
mobile). Pada umunya semua teknik pemisahan kromatografi akan dipakai untuk
analisis sedangkan untuk preparative atau produksi lebih terbatas pada
kromatografi kolom, lapis tipis atau filtrasi gel. Sampai saat ini setelah mengalami
perkembangan yang pesat ternyata metode kromatografi sudah merupakan metode
yang rutin dilakukan di laboratorium analisis. Kromatografi lapis tipis (KLT),
kromatografi kolom dan kromatografi kertas dapat dilakukan hampir di semua
laboratorium karena mudah pelaksanaannya. Waktu retensi (retension time)
adalah selang waktu yang diperlukan analit (solut) mulai saat injeksi sampai
keluar dari kolom dan sinyalnya tertangkap oleh detektor, dinyatakan sebagai t
R
.
Disamping waktu retensi analit, dikenal pula waktu retensi untuk pelarut
pengembang atau pengembang campur yg dinyatakan sebagai (t
M
). Harga t
M
akan
lebih kecil dari harga t
R
karena yg akan lebih dahulu mencapai ujung kolom
adalah pelarut pengembang. Waktu retensi analit dikurangi waktu retensi pelarut
pengembang disebut sebagai waktu retensi yang terkoreksi yang dinyatakan
sebagai (t
R
). Idealnya profil kromatogram HPLC merupakan suatu garis tegak
lurus bagi masing2 analit. Akan tetapi keadaan demikian tidak akan dijumpai
3 | K i m i a F a r m a s i I I

pada pelaksanaan analisis dg HPLC. Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan
dengan fase normal (jika fase diamnya lebih polar dibanding dengan fase
geraknya) atau fase terbalik (jika fase diamnya kurang non polar dibanding
dengan fase geraknya). Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali HPLC
dikelompokkan menjadi HPLC fase normal dan HPLC fase terbalik.
Kromatogram KCKT merupakan relasi antara tanggapan detektor sebagai
ordinat dan waktu sebagai absis pada sistem koordinat Cartesian, di mana titik nol
dinyatakan sebagai saat dimulainya injeksi sampel. Sampel yang diinjeksikan
menuju kolom analisis tidak langsung secara serempak molekul-molekulnya
berkumpul di suatu titik.
II. Metode
1. Alat dan bahan
a. Alat
- Labu ukur 50 ml
- Pipet volume 20 ml dan 2 ml
- HPLC.
- Elenmeyer 250 ml
- Filler
- Kertas saring Whatman.
- Corong
b. Bahan
- Baku standar Kloramfenikol dan Hidrokortison.
- Metanol.
- Sampel : Chloramfecort krim.
2. Prosedur
a. Pembuatan larutan standar campuran
- Larutan standar Kloramfenikol konsentrasi 400 g/ml dan larutan
standar Hidrokortison konsentrasi 500 g/ml masing-masing dipipet
2,0 ml.
- Lalu dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml yang sama.
- Kemudian larutan tersebut ditambah dengan fase gerak hingga 10,0
ml, sehingga diperoleh larutan standar campuran dengan konsentrasi
80 g/ml untuk Kloramfenikol dan 100 g/ml untuk Hidrokortison
Asetat.
- Larutan disaring dengan membrane filtrate 0, 45 m dan dibebas-
udarakan selama 10 menit.
- Setelah waktu retensi masing-masing zat diketahui, kemudian
dilakukan uji kesesuaian system dengan cara menyuntikkan larutan
standar campuran Kloramfenikol dan Hidrokotison Asetat sebanyak 5
kali.
Penetapan kadar Kloramfenikol dan Hidrokortison Asetat dalam sediaan krim
4 | K i m i a F a r m a s i I I

b. Penyiapan sampel
- Sampel krim ditimbang seksama 1 gram
- Lalu ditambahkan methanol sebanyak 40 ml kemudian dilarutkan
dengan ultrasonic selama 20 menit.
- Larutan sampel disaring dengan kertas saring Whatman, filtrate
ditampung dalam labu ukur 50 ml lalu ditambahkan methanol ad tanda
batas.
- Filtrate dipipet sebanyak 10,0 ml dan ditambahkan fase gerak hingga
50,0 ml dalam labu ukur.
- Larutan sampel disaring menggunakan membrane filter 0,45 m dan
dibebas-udarakan selama 10 menit.
c. Penetapan kadar Kloramfenikol dan Hidrokortison Asetat
Sampel yang sudah dibebas-udarakan diinjeksikan sebanyak 10 L ke dalam injector
dengan kondisi KCKT yang optimum dan diamati waktu retensi serta luas area
kromatogram. Luas area disubtitusikan ke persamaan garis regresi yang diperoleh dari
kurva standar campuran Kloramfenikol dan Hidrokortison Asetat
III. Data pengamatan
1.















5 | K i m i a F a r m a s i I I





























6 | K i m i a F a r m a s i I I

















2. Data Kurva Standar Kloramfenikol
Konsentrasi (g/ml) Luas Area
55,61 644786
63,55 756147
71,50 849685
79,44 936906
87,38 1042292
95,33 1145144
103,27 1238597
7 | K i m i a F a r m a s i I I



3. Data Kurva Standar Hidrokortison Asetat
Konsentrasi (g/ml) Luas Area
71,20 942052
81,38 1103521
91,55 1242179
101,72 1368951
111,89 1520745
122,06 1668498
132,24 1807504




y = 12373x - 38128
R = 0.9993
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
0 20 40 60 80 100 120
luas area kloramfenicol
y = 14061x - 51231
R = 0.9994
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
2000000
0 20 40 60 80 100 120 140
luas area hidrokortison
8 | K i m i a F a r m a s i I I

4. Data Hasil Penetapan Kadar Kloramfenikol
Luas Area (y)
931152
1082874

5. Data Hasil Penetapan Kadar Hidrokortison Asetat
Luas Area (y)
1611589
1675250

6. Faktor pengenceran



7. Penetapan kadar kloramfanicol 1
Y = 12373x - 38128
951152 = 12373x - 38128
951152 + 38128 = 12373x
989280 = 12373x
x =


% kadar =



= 99,9%
8. Penetapan kadar kloramfanicol 2
Y = 12373x - 38128
1082874 = 12373x - 38128
1082874 + 38128 = 12373x
1121002 = 12373x
x =


% kadar =



= 113,25%

9. Penetapan kadar hidrokortison 1
Y = 14061x - 51231
1611589 = 14061x - 51231
1611589 + 51231 = 14061x
1662820 = 51231x
9 | K i m i a F a r m a s i I I

x =


% kadar =



= 118,24%
10. Penetapan kadar kloramfanicol 2
Y = 51231x - 14061
1675250 = 51231x - 14061
1675250 + 14061 = 12373x
1726481 = 51231x
x =


% kadar =



= 122,76%
IV. Pembahasan
HPLC adalah singkatan dari High Performance Liquid Chromatograpy.
Namun selain performance singkatan HPLC adalah High Pressure Liquid
Chromatograpy yang artinya kromatografi yang bekerja dengan tekanan yang
besar. Tekanan tersebu dilakukan oleh suatu pompa. Sistem pompa HPLC sudah
diprogram untuk dapat melakukan elusi dengan satu atau lebih macam pelarut.
Dikenal dua sistem elusi pada HPLC yaitu :
- Sistem Elusi Isokratik.
Pada sistem ini elusi dilakukan dg satu macam larutan pengembang atau lebih dari
satu macam larutan pengembang (pelarut pengembang campur) dg perbandingan
yg tetap, misalnya Metanol-Air (50 : 50 v/v).
- Sistem Elusi Gradien.
Pada sistem ini elusi dilakukan dg pelarut pengembang campur yg
perbandingannya berubah dalam waktu tertentu, misalnya Metanol Air (40 : 60
v/v; dengan kenaikan kadar Metanol 8 % setiap menit.
Banyak dari pengubahan tergantung dari sifat alami analit, fase diam, dan
fase bergerak. Waktu saat analit keluar dari ujung kolom disebut waktu retensi
dan merupakan suatu karakteristik yang unik dari tiap analit. Penggunaan dari
tekanan menaikkan kecepatan linear memberikan lebih sedikit waktu bagi analit
untuk berdifusi, dan menghasilkan chromatogram. Pelarut yang banyak digunakan
10 | K i m i a F a r m a s i I I

yaitu air dan zat-zat organik seperti metanol. Jika sampel mula-mula berbentuk
padatan harus di-distruksi dulu kemudian di-treatment sehingga berupa larutan
homogen yang tidak terdapat endapan lagi dan bening karena syarat sampel yang
dapat dianalisa menggunakan HPLC adalah harus tidak ada endapan dan harus
bening.

HPLC memperbolehkan penggunaan partikel yang berukuran sangat kecil
untuk material terpadatkan dalam kolom yang mana akan memberi luas
permukaan yang lebih besar berinteraksi antara fase diam dan molekul-molekul
yang melintasinya. Hal ini memungkinkan pemisahan yang lebih baik dari
komponen-komponen dalam campuran. Hasil yang didapat yaitu berupa suatu
kromatogram dengan puncak dan luas area yang berbeda pula. Idealnya profil
kromatogram KCKT merupakan suatu garis tegak lurus bagi masing- masing
analit. Akan tetapi keadaan demikian tidak akan dijumpai pada pelaksanaan
analisis dengan HPLC. Kromatogram HPLC merupakan relasi antara tanggapan
detektor sebagai ordinat dan waktu sebagai absis pada sistem koordinat Cartesian,
di mana titik nol dinyatakan sebagai saat dimulainya injeksi sampel. Sampel yg
diinjeksikan menuju kolom analisis tidak langsung secara serempak molekul-
molekulnya berkumpul di suatu titik.
Pada percobaan kali ini dilakukan untuk menetapkan suatu kadar sediaan
yaitu Chlorampecort krim dengan zat aktifnya yaitu Klorampenikol dan
Hidrokortison Asetat. Pembuatan sampel dilarutkan dengan menggunakan fase
geraknya yaitu methanol. Hampir sama dengan prosedur dari spektrofotometri
semua sampel dibuat dengan konsentrasi tertentu. Hasilnya akan diinjeksikan
untuk mengetahui kadar. Hasil yang didapat yaitu AUC (Area Under Curve) yang
kemudian dihitung dengan persamaan regresi liniear dari baku standar masing-
masing sampel (y = ax + b). Dan dan hasilnya didapat yaitu untuk penetapan
kadar Klorampenikol yang dilakukan dua kali antara lain 99,9% dan 113,24 %
sedangkan untuk penetapan kadar Hidrokortison Asetat antara lain 118,24% serta
122,76 %.

V. Kesimpulan
11 | K i m i a F a r m a s i I I

Dari hasil praktikum penetapan kadar Chlorampecort Krim dapat disimpulkan bahwa :
a. Hasil kadar Kloramfenikol 1 yaitu 99,9 % dan Kloramfenikol 2 yaitu 113,24 %
b. Hasil kadar Hidrokotison Asetat yaitu 118, 24 % dan Hidrokortison Asetat yaitu
122,76 %


VI. DAFTAR PUSTAKA

Farmakope Indonesia IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.
http://silvianiytuniati.blogspot.com/
Bandung, 19 Mei 2014
Dosen Pembimbing Praktikan


Efrat Barbara Sadi

Anda mungkin juga menyukai