FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrument. Suatu intrumen dikatakan atau dianggap valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu
memperoleh data yang tepat dari variable yang diteliti. Secara Umum
Validasi diartikan sebagai suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi
dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan.
Caffeine atau kafein adalah zat kimia yang ditemukan pada kopi, teh, cola,
guarana, mate, dan produk-produk lain. Kafein umumnya digunakan untuk
meningkatkan kewaspadaan mental, namun kafein memiliki banyak kegunaan
lain.
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat
pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
HPLC (High Perfomance Liquid Chromatography) merupakan tipe
kromatografi elusi yang paling serbaguna dan digunakan secara luas. teknik
ini digunakan oleh para kimiawan untuk memisahkan dan menentukan spesi-
spesi dalam berbagai bahan atau senyawa.
Kromatografi adalah sebuah teknik dalam penelitian yang digunakan
untuk memisahkan komponen campuran menjadi bagian- bagian partikel
penyusun komponen tersebut. Hal ini dilakukan untuk melakukan pemurnian
terhadap sebuah komponen campuran dengan melihat karakteristiknya seperti
ukuran, massa, bentuk, dan lainnya. Kromatografi merupakan teknik
pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak
NUR AFNI ANGGRAENI A LA ODE MIFTAHUL ARZAK
15020200240
VALIDASI METODE PENENTUAN KADAR ASAM SALISILAT PADA
SAMPEL (Clean and Clear) MENGGUNAKAN METODE HPLC
dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada
pada larutan.
Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah mampu mempraktekkan
bagaimana cara melakukan valisasi metode analisis Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi dan menentukan kadar kofein dalam sediaan tablet
dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mempraktekkan bagaimana cara melakukan valisasi metode
analisis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi,
2. Menentukan kadar kofein dalam sediaan tablet dengan metode
Kromatografi Cair Kinerja Tingg
Teori Umum
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) dikembangkan pada akhir
tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis bahan obat, baik dalam bulk
atau dalam sediaan farmasetik, serta obat dalam biologi (Rohman 2009, h.111).
Kegunaaan umum KCKT adalah untuk pemisahan dan pemurniaan senyawa
obat serta untuk analisis kuantitatif senyawa obat dalam sediaan farmasetika
(Gandjar &Rohman 2012 h.417).
Di dalam kromatografi cair komposisi dari solven atau rasa gerak adalah salah
satu dari variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat variasi yang sangat
luas pada solven yang digunakan untuk KCKT/HPLC, tetapi ada beberapa sifat
umum yang sangat disukai, yaitu rasa gerak harus (Effendy De Lux Putra, 2004):
1. Murni, tidak terdapat kontaminan
2. Tidak bereaksi dengan wadah (packing)
3. Sesuai dengan defektor
4. Melarutkan sampel
5. Memiliki visikositas rendah
6. Bila diperlukan, memudahkan "sample recovery"
7. Diperdagangan dapat diperoleh denganharga murah (reasonable price)
Umumnya, semua solven yang sudah digunakan langsung dibuang karena
prosedur pemumiannya kembali sangat membosankandan mahal biayanya. Dari
semua persyaratan di atas, persyaratan 1) s/d 4) merupakan yang sangat penting.
(Effendy De Lux Putra, 2004).
Kolom yang paling umum digunakan untuk HPLC dibuat dari stainless steel
dengan diameter internal antara 2,1 mm dan 4,6 mm dengan panjang mulai dari
sekitar 30 mm sampai 300 mm. kolom-kolom ini dipak dengan 3-10 mikrometer
partikel-partikel silika berpori yang dapat berbentuk irregular atau spherical.
Kolom ini berfungsi sebagai tempat pemisahan berlangsung (Harvey David,
2000).
Alat Praktikum
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Kromatografi cair kinerja
tinggi (KCKT), Kolom C18 diameter 250 x, 6 mm, detector PDA, Neraca
analitik, filter holder, membrane filter (milllipore) 0,45 μm, Spektrofotometer
UV-VIS, Kuvet, mikropipet, alat gelas yang umum digunakan, dan labu takar.
Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kafein pa, asetonitril
grade HPLC, aquadest, sampel berupa tablet obat sakit kepala merk X.
Cara Kerja
a. Pembuatan fase gerak standar dan fase gerak sampel.
Mencampurkan pelarut methanol : aquadest : asam asetat glasial (140
: 60 : 6), diatur hingga pH 3.
b. Pembuatan larutan standar.
Sebanyak 25 mg asam salisilat ditimbang seksama, dilarutkan dalam
fase gerak dengan komposisi methanol : aqua dest : asam asetat glasial (A)
dalam volume 10 mL. Kemudian dibuat 5 seri konsentrasi 500, 250, 100,
25, dan 2,5 ppm. Campuran dihomogenkan dan disaring dengan filter
holder, membrane filter (milllipore) 0,45 μm.
c. Pembuatan larutan sampel.
Sebanyak 1 mL sampel dimasukkan dalam labu ukur 10 mL (500
ppm), kemudian diencerkan menjadi 4 seri konsentrasi lainnya
: 250, 100, 25, dan 2,5 ppm.
d. Penentuan panjang gelombang maksimum.
Larutan standar asam salisilat 2,5 ppm diukur menggunakan
Spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 200-400 nm.
e. Pengkondisian alat kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
Optimasi kondisi analisis dilakukan pada standar asam salisilat dengan
mengubah komposisi fase gerak dan laju alir yang digunakan,
menggunakan kecepatan alir 1 mL/menit. Kondisi KCKT yang digunakan
adalah kolom C18 dengan menggunakan detector PDA pada panjang
gelombang 270 nm.
f. Uji kesesuaian system.
Larutan standar asam salisilat 2,5 ppm larutan disaring menggunakan
dengan filter holder, membrane filter (milllipore) 0,45 μm, kemudian
diinjeksikan sejumlah 20 μL melalui injector ke dalam KCKT,
menggunakan kondisi optimum yang diperoleh. Hasil pengujian yang
diperoleh dicatat dan dibandingkan dengan kriteria uji kesesuaian system
antara lain yang digunakan untuk menentukan kadar penyuntikan larutan
baku, yang dinyatakan dalam waktu retensi, luas puncak, tinggi puncak,
faktor kapasitas/factor retensi, Resolusi, selektivitas, efisiensi kolom,
jumlah pelat teori (N), Jarak setara pelat teori (JSPT).
g. Validasi Metode.
1. Pembuatan kurva kalibrasi standar.
Asam Salisilat dibuat dengan konsentrasi 2,5; 25;100; 250 dan 500
ppm, larutan disaring menggunakan dengan filter holder, membrane
filter (milllipore) 0,45 μm, kemudian diinjeksikan sebanyak 20 μL ke
system KCKT. Kurva kalibrasi dibuat dengan memplotkan luas area
dengan konsentrasi dari Asam Salisilat dan dihitung persamaan
regresi.
2. Uji Linearita.
Asam Salisilat konsentrasi 2,5; 25;100; 250 dan 500 ppm, larutan
disaring menggunakan dengan filter holder, membrane
filter (milllipore) 0,45 μm, kemudian diinjeksikan sebanyak 20 μL ke
system KCKT.
3. Uji batas deteksi dan batas kuantitasi.
Untuk pengujian batas deteksi dan batas kuantitasi dilakukan
berdasarkan perhitungan nilai noise dari alat KCKT yang digunkaan.
Persyaratan batas deteksi adalah tiga kali noise dan batas kuantitasi
adalah sepuluh kali noise. Kemudian dilakukan perhitungan batas
deteksi dan batas kuantitasi alat dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
3𝑥𝑛
BD = x konsentrasi yang diinjeksiakn
ℎ𝑎
1𝑥
BK = x konsentrasi yang di njeksikan
𝑛ℎ 𝑎
4. Uji Presisi.
Larutan uji presisi dibuat dengan cara larutan konsentrasi 2,5 ppm
larutan disaring menggunakan dengan filter holder, membrane filter
(milllipore) 0,45 μm kemudian diinjeksikan sebanyak 20μL ke system
KCKT pada kondisi yang ditentukan. Pengukuran dilakukan sebanyak
6 kali pengulangan. Kemudian hasil yang diperoleh dihitung nilai
persen simpangan baku relative (RSD).
5. Uji akurasi.
Uji akurasi dilakukan dengan menggunakan metode standar adisi.
Sampel dianalisis lalu dengan menambahkan sejumlah larutan standar
dengan konsentrasi 80%, 100% dan 120% dari kadar analit yang
diperkirakan kedalam sampel yang akan dianalisis yang dilarutkan
dengan fase gerak asetonitril : air konsentrasi 10%. larutan disaring
menggunakan dengan filter holder, membran filter (milllipore) 0,45
μm, kemudian diinjeksikan sebanyak 20 μL ke system KCKT.
Pengukuran
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil yang diperoleh dicatat
dan dihitung persen perolehan kembali dari analit tersebut.
6. Spesifisitas.
Pengujian spesifisitas dilakukan pada larutan standar, larutan
sampel dan blanko dengan cara melihat nilai resolusi dari larutan
tersebut. Injeksikan larutan standar, larutan sampel dan larutan blanko
ke sisitem KCKT masingmasing sebanyak 20μL pada kondisi yang
ditentukan.
h. Penentuan kadar kafein.
Larutan sampel yang dilarutkan dengan fase gerak methanol :
aquadest : asam asetat glasial. Larutan disaring menggunakan dengan filter
holder, membran filter (milllipore) 0,45 μm, kemudian diinjeksikan
sebanyak 20 μL ke system KCKT.
i. Pengolahan dan Analisis Data.
Data yang diperoleh akan diolah menggunakan software pada
computer yang terhubung pada alat KCKT. Sedangkan analisis data
secara umum akan menggunakan Microsoft Excel.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Optimasi Konsentrasi Uji dan Akurasi
No. Pengumpulan Data dan Jawaban Nilai*
Hasil
1. Eluen yang digunakan Methanol p.a :
dengan perbandingannya aquabides : asam
asetat glasial
2. - Perbandingan eluen 140 : 60 : 6
yang dibuat
- pH eluen yang terukur pH 3
- Hal yang perlu Saring eluen terlebih
dilakukan sebelum dahulu
eluen digunakan
- Diletakkan pada pompa Pompa D
- Laju alir 1 mL/menit
- Waktu analisis 5 menit
- Waktu baseline stabil 15 menit
3. - Bahan standar Asam salisilat
- Variasi Konsentrasi 1) 2,5 ppm
Standar (ppm) 2) 25 ppm
3) 100 ppm
4) 250 ppm
5) 500 ppm
- Berat yang ditimbang 0,025 gr atau 25 mg
4. - Sampel Clean and clear
- Variasi Konsentrasi 1) 2,5 ppm
Sampel (ppm) 2) 25 ppm
3) 100 ppm
4) 250 ppm
5) 500 ppm
- Volume sampel yang 1 mL
digunakan
5. Yang perlu diperhatikan Tidak terbentuk
pada saat pengambilan gelembung pada
sampel dengan syringe syringe injektor
injektor
6. Respon detektor (efisiensi Nilai Resolusi (R)
Kromatogram) Nilai teoritikal plat (N)
Nilai HETP (H)
7. Hasil Akurasi
1. 79,01 %
2. 87,954 %
3. 107,084 %
4. 117,56 %
8. Hasil konsentasi optimal i. m
2. Linieritas
No. Pengumpulan Data dan Jawaban Nilai*
Hasil
1. - Eluen yang digunakan Methanol : aquabides :
asam asetat galasial
- Kegunaannya Sebagai pelarut dan
fase gerak
2. - Perbandinagn eluen 210 : 90 : 9
yang dibuat
- pH eluen yang terukur pH 3
- Hal yang perlu Eluen disaring terlebih
dilakukan sebelum dahulu
eluen digunakan
- Diletakkan pada pompa Pompa D
3. - Bahan standar Asam salisilat
- Range larutan standar 10%-200%
- Kosentrasi larutan uji 100 ppm
yang dipilih
- Variasi Konsentrasi 10, 20, 40, 60, 80, 100,
Standar (ppm) 120, 160, 180, dan 200
ppm
- Berat yang ditimbang 0,051 gram
pertama
- Untuk kosentrasi 5000 ppm
- Berat yang ditimbang 0,0253 gram
kedua
- Untuk konsetrasi 2500 ppm
- Standar yang sudah dibuat Dilarutkan larutan asam
selanjutkan harus salisilat menggunakan
diapakan sebelum pelarut (eluen) yang
digunakan telah di cek pH nya
dalam labu ukur 10 ml
dan kaitkan sampai
tanda batas, dan
dilakukan pengenceran
sebanyak 1 ml pada
konsentrasi 5000 ppm
dan diencerkan sampe
200 ppm dan dilarutkan
kembali menggunakan
eluen begitupun dengan
standar konsentrasi
2500 ppm sebanyak 1
ml dan diencerkan
menjadi konsentrasi 300
ppm dalam labu ukur 25
ml yang dilarutkan
menggunakan
pelarut/eluen.
Selanjutnya dilakukan
pengenceran untuk
konsentrasi 300 ppm
sebanyak 2 ml
menjadi 60 ppm
dimasukkand alam labu
ukur 10 ml kemudian
dilarutkan dengan eluen
sampaii tanda batas,
setelah itu dimasukkan
kedalam labu ukur 10
ml untuk pengenceran
konsentrasi 10
ppm kemudian
dilarutkan kembali
dengan eluen. Standar
yang sudah diencerkan
kemudian
disaring.
4. Parameter validasi Koefisien relasi (r),
linieritas VX0, dan Fanova
5. Kriteria keberterimaan r
= > 0,99
Vx0= 0% hingga 5 %
6. Hasil yang didapat r
= 0,99962740
Vx0= 2,53369500%
7. Kesimpulan Memenuhi persyaratan
2. % kadar = 0,004673
x 100%
1 𝑚𝐿
= 0,4673 %
3. % kadar = 0,004889
x 100%
1 𝑚𝐿
= 0,4889 %
4. Kadar yang 0,4905%
diperoleh 0,4673%
0,4889%
5. Kesimpulan Memenuhi persyaratan
6. Kesimpulan Memenuhi persyaratan
metode validasi parameter validasi pada
dari hasil Farmakope Indonesia
pengukuran
Pembahasan
Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya.
Validasi metode analisis bertujuan untuk mengkonfirmasi bahwa metode
analisis tersebut dapat sesuai untuk peruntukannya. Validasi metode analisis
juga merupakan proses yang dilakukan melalui percobaan laboratorium
dimana karakteristik dari suatu prosedur memenuhi persyaratan untuk
aplikasi analisis.
Kromatografi Cair Berferoma Tinggi (KCKT) atau dalam bahasa
inggrisnya yaitu Hight Performance Liquid Chromatography (HPLC)
merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang biasanya
disertai dengan tekanan tinggi. HPLC berupaya untuk memisahkan molekul
berdasarkan perbedaan afinitas selektif antara fase diam terntentu dan fase
gerak tertentu. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fase cair dan zat
padat.
Pada percobaan kali ini, dilakukan pengujian validasi metode penentuan
kadar asam salisilaat pada sampel (Clean and Clear) menggunakan metode
HPLC. Terdapat beberapa pengujian yaitu uji Pembuatan fase gerak standar
dan fase gerak sampel, pembuatan larutan standar, pembuatan larutan sampel,
penentuan panjang gelombang maksimum, pengkondisian alat KCKT, uji
kesesuaian sistem dan validasi metode. Validasi metode sendiri terdiri uji
pembuatan kurva kalibrasi standar dan pengujian pada beberapa parameter,
diantaranya yaitu linearitas, batas deteksi dan batas kuantitas, presisi, akurasi,
dan spesifitas, serta dihitung juga kadar kafein.
Pada pengujian perrtama dilakukan pengujian akurasi. Akurasi adalah
ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit
yang sebenar. Uji ini dilakukan dengan cara menyiapkan larutan standar dan
juga larutan sampel pada 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 2,5; 25; 100; 250;
dan 500 ppm. Dibuatkan juga eluen dengan perbandingan tertentu. Kemudian
didapatkan hasil akurasi yaitu 79,07%, 87,954%, 107,084%, dan 117,96%.
Adapun hasil yang diperoleh konsentrasi optimal adalah 100 ppm.
Selanjutnya dilakukan uji linearitas. Linieritas menunjukkan kemampuan
suatu metode analisis untuk memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan
konsentrasi analit yang terdapat pada sampel pada kisaran konsentrasi
tertentu. Uji ini dilakukan dengan cara membuat 10 larutan standar dengan
konsentrasi diantara 10-200 ppm dan digunakan konsentrasi 100 ppm senagai
larutan uji kemudian dianalisis menggunakan HPLC. Adapun kriteria
keberterimaan untuk nilai r yaitu > 0,99 dan Vxo yaitu 0% hingga 5%. Hasil
yang di peroleh adalah nilai r yaitu 0,99962740 dan Vxo yaitu 2,53369500%..
Ini menunjukkan bahwa metode telah memenuhi syarat kriteria keberterimaan
dari parameter linearitas
Selanjutnya dilakukan uji Batas Kuantitasi (LOQ) dan Batas Deteksi
(LOD). Limit kuantitasi (LOQ) merupakan jumlah analit terkecil dalam
sampel yang masih dapat diukur dengan akurat dan presisi oleh
alat/instrument. limit deteksi (LOD) adalah konsentrasi atau jumlah
terkecil/terendah dari analit dalam sampel yang masih menunjukkan nilai
serapan atau absorbansi pada alat. Uji ini dilakukan dengan cara menyiapkan
larutan standar dengan konsentrasi dibawah konstrasi terkecil pada linearitas
yaitu 10 ppm. Diambil juga 10 konsentrasi lain seperti 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0;
6,0; 7,5; 8; 9; 10 ppm. Analisis
menggunakan HPLC yang bertujuan untuk menentukan luas daerah puncak
pada setiap sampel. Kemudian dihitung LOQ dan LOD, masukkan data yang
diperoleh menjadi persamaan regresi lalu pastikan koefisien korelasinya.
Kriteria keberterimaan untuk nilai r yaitu > 0,99 dan Vxo yaitu 0% hingga
5%. Adapun hasil yang di peroleh adalah nilai r yaitu 0,99933210 dan Vxo
yaitu 2,83229600%, ini menunjukkan bahwa metode telah memenuhi syarat
kriteria keberterimaan dari parameter Batas Kuantitasi (LOQ) dan Batas
Deteksi (LOD).
Selanjutnya dilakukan uji presisi dan selektivitas. Presisi adalah ukuran
kedekatan hasil analisis diperoleh dari serangkaian pengukuran ulangan dari
ukuran yang sama. Selektivitas (spesifitas) adalah kemampuan yang hanya
mengukur zat tertentu saja secara seksama dengan adanya komponen lain
yang mungkin ada dalam matriks sampel. Uji ini dilakukan dengan cara
menyiapkan larutan standar dengan 6 konsentrasi yang berada disekitar 100
ppm yaitu 60, 80, 100, 120, 140, dan 160 ppm serta dilakukan 6 replikasi.
Respon detektor yang dilihat adalah luas area puncak dan spektra dalam
menentukan nilai RSD. Caranya yaitu analisis dengan metode HPLC sehingga
didapat luas area puncak dan spektra. Kriteria keberterimaan 0% hingga 5%.
Adapun hasil uji yang diperoleh untuk nilai RSD yaitu 0,4905 %, 0,4673 %,
0,4889 %. Ini menunjukkan bahwa metode telah memenuhi syarat kriteria
keberterimaan dari parameter presisi dan selektifitas.
Uji yang terakhir yaitu penentuan kadar konsentrasi larutan uji yang
diukur pada 2,5 ppm, 25 ppm, 100 ppm, 250 ppm, dan 500 ppm. Adapun data
luas area dari pengukuran yang didapat yaitu 2387,5, luas area 2 yaitu 2404,1,
dan luas area 3 yaitu 2495,91. Dari hasil perhitungan % kadar di peroleh
hasil untuk % kadar ke-1 yaitu
0,4905%, % kadar ke-2 yaitu 0,4673% dan % kadar yang ke-3 yaitu 0,4889%.
Ini menunjukkan bahwa metode telah memenuhi syarat keberterimaan dari
parameter validasi sesuai dengan Farmakope Indonesia.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum Validasi Metode
Penentuan Kadar Asam Salisilat pada Sampel (Clean and Clear)
Menggunakan Metode HPLC adalah pada setiap pengujian memiliki tujuan
masing-masing dan juga prosedur pengujian yang berbeda. Pada Validasi,
terdapat parameter yang perlu diuji dan dan perlu dipastikan bahwa metode
HPLC telah memeuhi syarat untuk digunakan. Validasi metode sendiri
memiliki beberapa parameter uji yang dilakukan agar suatu metode dapat
dikatan tervalidasi antara lain, yaitu akurasi, linearitas dan rentang, batas
kuantitasi (LOQ) dan batas deteksi (LOD), presisi, dan juga selektifitas
Hasil yang didapat yaitu, pada pengujian akurasi, konsentrasi optimal
yaiitu 100 ppm. Pada uji linearitas dan rentang, hasil yang didapat yaitu r
0,99962740 dan Vxo yaitu 2,53369500%. Pada uji batas kuantitas dan batas
deteksi, hasil yang didapat adalah r yaitu 0,99933210 dan Vxo yaitu
2,83229600%. Pada uji presisi dan selektifitas, hasil yang didapat yaitu
adalah nilai RSD yaitu 0,4905 %, 0,4673 %, 0,4889 %. Pada penentuan kadar
konsentrasi larutan, hasil yang didapat adalah untuk % kadar ke-1 yaitu
0,4905%, % kadar ke-2 yaitu 0,4673% dan % kadar yang ke-3 yaitu
0,4889%. Dari beberapa pengujian parameter yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa memenuhi syarat keberterimaan dan telah memenuhi
persyaratan paramter validasi pada Farmakope Indonesia
Saran
Adapun kesimpulan yang didapat berdasarkan praktikum ini yaitu
praktikan harus memperhatikan asisten dengan baik sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan prosedur kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Budhiraja, R.P. (2004). Separation Chemistry. New Delhi: New Age International
(p) Ltd.
David, Haervey. (2000). Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw- Hill
De Lux Putra, Effendy. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dalam Bidang
Farmasi Jurnal, hlm. 5-8.
Gandjar, I.G., & Rohman, A., 2012, Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Rohman, A., 2009, Analisis Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN
LEMBAR KERJA DAN RUBRIK
PERCOBAAN II
VALIDASI METODE PENENTUAN KADAR ASAM SALISILAT PADA
SAMPEL (CLEAN AND CLEAR) MENGGUNAKAN METODE HPLC
2. Linieritas
No. Pengumpulan Data dan Hasil Jawaban Nilai*
1. - Eluen yang digunakan Methanol : aquabides :
asam asetat galasial
- Kegunaannya Sebagai pelarut dan
fase gerak
2. - Perbandinagn eluen yang 210 : 90 : 9
Dibuat
- pH eluen yang terukur pH 3
- Hal yang perlu dilakukan Eluen disaring terlebih
sebelum eluen digunakan dahulu
- Diletakkan pada pompa Pompa D
3. - Bahan standar Asam salisilat
- Range larutan standar 10%-200%
- Kosentrasi larutan uji yang 100 ppm
Dipilih
- Variasi Konsentrasi 10, 20, 40, 60, 80, 100,
Standar (ppm) 120, 160, 180, dan 200
ppm
- Berat yang ditimbang 0,051 gram
Pertama
- Untuk kosentrasi 5000 ppm
- Berat yang ditimbang 0,0253 gram
Kedua
- Untuk konsetrasi 2500 ppm
- Standar yang sudah dibuat Dilarutkan larutan asam
selanjutkan harus diapakan salisilat menggunakan
sebelum digunakan pelarut (eluen) yang
telah di cek pH nya
dalam labu ukur 10 ml
dan kaitkan sampai
tanda batas, dan
dilakukan pengenceran
sebanyak 1 ml pada
konsentrasi 5000 ppm
dan diencerkan sampe
200 ppm dan dilarutkan
kembali menggunakan
eluen begitupun dengan
standar konsentrasi 2500
ppm sebanyak 1 ml dan
diencerkan menjadi
konsentrasi 300 ppm
dalam labu ukur 25 ml
yang dilarutkan
menggunakan
pelarut/eluen.
Selanjutnya dilakukan
pengenceran untuk
konsentrasi 300 ppm
sebanyak 2 ml
menjadi 60 ppm
dimasukkand alam labu
ukur 10 ml kemudian
dilarutkan dengan eluen
sampaii tanda batas,
setelah itu dimasukkan
kedalam labu ukur 10
ml untuk pengenceran
konsentrasi 10
ppm kemudian
dilarutkan kembali
dengan eluen. Standar
yang sudah diencerkan
kemudian
disaring.
4. Parameter validasi linieritas Koefisien relasi (r),
VX0, dan Fanova
5. Kriteria keberterimaan r
= > 0,99
Vx0= 0% hingga 5 %
6. Hasil yang didapat r
= 0,99962740
Vx0= 2,53369500%
7. Kesimpulan Memenuhi persyaratan
5. Penentuan Kadar
No. Pencatatan dan Jawaban Nilai
Pelaporan *
1. Konsentrasi larutan 2,5 ppm
uji yang diukur 25 ppm
100 ppm
250 ppm
500 ppm
2. Data luas area dari
pengukuran larutan
uji
1. 1. 2387,5
2. 2. 2504,1
3. 3. 495,91
3. Perhitungan 1. % kadar = 0,004905 x 100 %
1 𝑚𝐿
Penentuan Kadar
= 0,4905 %
6. % kadar = 0,004673
x 100%
1 𝑚𝐿
= 0,4673 %
7. % kadar = 0,004889
x 100%
1 𝑚𝐿
= 0,4889 %
4. Kadar yang diperoleh 0,4905%
0,4673%
0,4889%
5. Kesimpulan Memenuhi persyaratan
6. Kesimpulan metode Memenuhi persyaratan
validasi dari hasil parameter validasi pada
pengukuran Farmakope Indonesia
Makassar, 07-10-2021
Uji Presisi.
Larutan uji presisi dibuat dengan cara larutan konsentrasi 2,5 ppm larutan
disaring menggunakan dengan filter holder, membrane filter (milllipore) 0,45 μm
kemudian diinjeksikan sebanyak 20μL ke system KCKT pada kondisi yang
ditentukan. Pengukuran dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan. Kemudian hasil
yang diperoleh dihitung nilai persen simpangan baku relative (RSD).
Uji akurasi.
Uji akurasi dilakukan dengan menggunakan metode standar adisi. Sampel
dianalisis lalu dengan menambahkan sejumlah larutan standar dengan konsentrasi
80%, 100% dan 120% dari kadar analit yang diperkirakan kedalam sampel yang
akan dianalisis yang dilarutkan dengan fase gerak asetonitril : air konsentrasi
10%. larutan disaring menggunakan dengan filter holder, membran filter
(milllipore) 0,45 μm, kemudian diinjeksikan sebanyak 20 μL ke system KCKT.
Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil yang diperoleh dicatat
dan dihitung persen perolehan kembali dari analit tersebut.
Spesifisitas.
Pengujian spesifisitas dilakukan pada larutan standar, larutan sampel dan blanko
dengan cara melihat nilai resolusi dari larutan tersebut. Injeksikan larutan standar,
larutan sampel dan larutan blanko ke sisitem KCKT masingmasing sebanyak
20μL pada kondisi yang ditentukan.
Penentuan kadar kafein.
Larutan sampel yang dilarutkan dengan fase gerak methanol : aquadest : asam
asetat glasial. Larutan disaring menggunakan dengan filter holder, membran filter
(milllipore) 0,45 μm, kemudian diinjeksikan sebanyak 20 μL ke system KCKT.
Pengolahan dan Analisis Data.
Data yang diperoleh akan diolah menggunakan software pada computer yang
terhubung pada alat KCKT. Sedangkan analisis data secara umum akan
menggunakan Microsoft Excel.