Anda di halaman 1dari 4

PRAKTEK ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI

SMK BINA PUTERA NUSANTARA


TAHUN 2020-2021

NAMA : Dini Andriani


KELAS : XIII-KA 2
SHIFT :1
TANGGAL :

1. JUDUL

Penentuan Fe dengan metode tiosianat

2. TUJUAN

Penetapan kadar ppm Fe dalam sampel

3. PRINSIP PERCOBAAN
Besi (III) bereaksi dengan tiosianat menghasilkan sederet senyawa berwarna merah tua
tergantung pada konsentrasi tiosianat dapat diperoleh sederet kompleks. Kompleks ini
berwarna merah dan dapat dirumuskan sebagai [Fe(SCN)n]3-n dengan n=1-6. Pada
konsentrasi tiosianat yang rendah spesi warna yang melimpah adalah [Fe(SCN)2]+. Pada
konsentrasi tiosianat 0,1 M sebagian besar adalah [Fe(SCN)6]3-. Dalam analisis harus
digunakan tiosianat yang sangat berlebih, karena kelebihan ini akan meningkatkan
intensitas dan kemantapan warna. Asam-asam kuat (asam klorida ataupun asam nitrat)
konsentrasi 0,05 sampai 0,5 M) harus hadir untuk menekan hidrolisis.

4. REAKSI

Fe3+ (aq) + 6SCN- (aq) → [Fe(SCN)6]3- (aq)

5. ALAT DAN BAHAN


1) Alat
o Labu ukur 250 ml
o Labu ukur 50 ml
o Kaca Arloji
o Batang Pengaduk
o Spatula
o Gelas Kimia
o Pipet Volume 10 ml
o Spektrofotometer VIS
o Corong gelas
o Bola hisap
o Cuvet
o Neraca Analitik
o Pipet Tetes
o Printe
2) Bahan
o Larutan induk Fe 100 ppm
o KSCN 0,2 M
o HNO3 0,5 N
o HNO3 pekat
o Sampel Fe
o Aquadest
o Tissue

6. PROSEDUR
1) Pembuatan larutan induk 100 ppm
 Dihitung larutan induk yang akan ditimbang
 Ditimbang larutan induk yang sudah dihitung
 Masukkan kedalam labu ukur 250 ml
 Dilarutkan dengan aquadest
 Ditambahkan HNO3 pekat 10 ml
 Ditambahkan lagi aquadest ± 1cm sebelum batas tera
 Dibersihkan leher labu ukur menggunakan batang pengaduk yang telah dililiti
tissue
 Ditera dengan menggunakan pipet tetes (meniskus bawah)
 Dihomogenkan 15 kali
2) Pembuatan larutan standar
 Dihitung larutan standar dari larutan induk Fe3+ 100 ppm dengan konsentrasi
0ppm, 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, dan 10ppm dalam volume 50 ml
 Dipipet larutan induk lalu dimasukkan kedalam labu ukur 50 ml
2 ppm = 1 ml
4 ppm = 2 ml
6 ppm = 3 ml
8 ppm = 4 ml
10 ppm = 5 ml
 Dipipet HNO3 0,5 N sebanyak 5 ml per labu ukur
 Dipipet KSCN 0,2 M sebanyak 5 ml per labu ukur
 Tiap labu ukur diencerkan menggunakan aquadest
 Dibersihkan leher labu ukur menggunakan batang pengaduk yang telah dililiti
tissue
 Ditera dengan menggunakan pipet tetes (meniskus bawah)
 Dihomogenkan 15 kali
3) Sampel
 Dipipet 5 ml sampel Fe masukkan ke labu ukur
 Dipipet 5 ml HNO3 0,5 N masukkan ke labu ukur
 Dipipet 5 ml KSCN 0,2 M masukkan ke labu ukur
 Diencerkan dengan menggunakan aquadest
 Dibersihkan leher labu ukur menggunakan batang pengaduk yang telah dililiti
tissue
 Ditera dengan menggunakan pipet tetes (meniskus bawah)
 Dihomogenkan 15 kali
4) Mengukur Absorbansi
 Bilas cuvet dengan aquadest sebanyak 3 kali dan dengan menggunakan larutan
standar yang akan digunakan pada masing-masing cuvet sebanyak 3 kali
 Dimasukkan larutan standar kedalam cuvet
 Dimasukkan cuvet kedalam spektrofotometri
 Dicatat hasilnya pada data pengamatan

7. DATA PENGAMATAN
No Larutan Standar Fe Absorbansi
1. 0 ppm (blanko) 0
2. 2 ppm 0,153
3. 4 ppm 0,301
4. 6 ppm 0,435
5. 8 ppm 0,566
6. 10 ppm 0,698
absorbansi
0.8
0.6 f(x) = 0.07 x + 0.01 absorbansi
R² = 1
Linear (absorbansi)
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12

8. Hasil perhitungan
 Absorbansi sampel : 0,42
 Dari kurva kalibrasi Y = 0,0695 + 0,0115
 Kadar Fe dalam sampel bahan (X) = (y ̶ 0,0115) / 0,0695
= (0,452 ̶ 0,0115) / 0,0695
= 0,04405 / 0,0695
= 6,33812 ppm
= 6,34 ppm

9. KESIMPULAN

Jadi ppm sampel adalah 6,34 ppm

Anda mungkin juga menyukai