Anda di halaman 1dari 43

Analisis Instrumen

“Analisis Coffein dengan Metode High


Peformance Liquid Chromatography
(HPLC)”

S1-VA
Kelompok :
•Citra Handayani
•Fathullah Dhya Mutiara
•Jihan Virdianti Putri
•Okla Elfitri
•Putri Lestari
•Raesa Tartilla
JURNAL 1
OPTIMASI KINERJA ANALITIK PADA
PENENTUAN KAFEIN DENGAN METODE
KROMATOGRAFI CAIRAN KINERJA TINGGI

Aman Sentosa Panggabean, Subur P. Pasaribu, Nisma Vinanda,


Rita Hairani
PS. Kimia F.MIPA Universitas Mulawarman
Jln. Barong Tongkok No. 4 Kampus Gn. Kelua Samarinda
Dalam penelitian ini akan dilakukan penentuan kadar kafein
dalam beberapa minuman kemasan yang beredar di pasaran
dengan metode HPLC. Untuk memperoleh hasil yang akurat
akan dipelajari kondisi optimum penentuan kafein yang
meliputi analisis kualitatif (waktu retensi), pengaruh
komposisi pelarut/eluen, laju alir eluen, pH eluen dan kinerja
analitik yang meliputi kebolehulangan, linearitas, batas
deteksidan pengaruh matriks, yang semuanya diharapkan
dapat diaplikasikan untuk menentukan kafein dalam sampel
dengan selektifitas dan sensitifitas yang tinggi.
Alat dan Bahan
1. Alat
Seperangkat instrument High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) Agilen 1100 Series kolom Shim-
Pack VP-ODS (i.d. 4,6 x 250 mm) dan detektor UV, pompa
vakum, pH-meter, labu ukur, pipet volume, beaker glass
dan kertas saring whatman No.42.

2. Bahan
Standar kafein (C8H10N4O2), buffer fosfat,
metanol dan aquabides
Optimasi Parameter Pengukuran HPLC
1. Penentuan Fasa Gerak Metanol:Air
• Sebanyak 5 μl larutan standar kafein diinjeksikan ke dalam injektor HPLC.
Komposisi fasa gerak yang digunakan adalah metanol : air dengan
perbandingan 100:0, 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, dan 50:50

2. Penentuan Fasa Gerak Metanol:Air


• Sebanyak 5 μl larutan standar kafein diinjeksikan ke dalam injektor HPLC.
Komposisi fasa gerak yang digunakan adalah metanol : air dengan
perbandingan 100:0, 90:10, 80:20, 70:30, 60:40, dan 50:50

3. Penentuan pH
• Sebanyak 5 μl larutan standar kafein diinjeksikan ke dalam injektor. Fasa
gerak yang digunakan diatur pada berbagai variasi pH 3-8 dengan
menggunakan buffer phosfat pada komposisi dan laju alir optimum yang
diperoleh pada penelitian sebelumnya.
Optimasi Kinerja Analitik
1. Linearitas Kurva Kalibrasi
• Kurva kalibrasi dibuat dengan memvariasikan konsentrasi larutan standar
kafein 0,5; 0,8; 1; 2; 5; 8 dan 10 ppm, kemudian masing-masing diinjeksikan
sebanyak 5 μl ke dalam kolom pada kondisi optimum. Deteksi menggunakan
detektor UV pada panjang gelombang 270 nm (Yamauchi, 2007 menyebutkan
bahwa penentuan kafein pada λ=272 nm). Direkam kromatogram dan dibuat
kurva kalibrasi dari luas puncak, lalu dihitung persamaan regresi dan koefisien
korelasi.

2. Kebolehulangan
• Sebanyak 5 μL larutan standar kafein 0,5 ppm diinjeksikan kedalam kolom
menggunakan fasa gerak dan kecepatan alir yang optimum, diulang sebanyak 7 kali,
kemudian dicatat luas puncaknya.

3. Limit Deteksi
• Limit deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi
yang masih memberikan respon signal yang signifikan dibandingkan dengan
signal blanko.
Detektor
1. Optimasi Komposisi Fasa Gerak Metanol : air
• Penelitian ini menggunakan kromatografi cairan fasa terbalik (reversed
phase), yaitu fasa gerak yang digunakan lebih polar bila dibandingkan
dengan fasa diam yang bersifat nonpolar. Untuk penentuan kafein
igunakan fasa gerak metanol dan air (IEW) karena kafein larut dalam
metanol dan air. Pada Gambar 1. dapat dilihat bahwa pada komposisi fasa
gerak (metanol:air) 70:30 menghasilkan luas area paling besar di
bandingkan perbandingan komposisi yang lain karena pada komposisi
tersebut kafein keluar melalui fasa diam secara maksimal. Mekanisme
tersebut menggunakan kolom ODS (oktadesilsilan). Pada penambahan
metanol akan menurunkan kepolaran fasa gerak sehingga proses elusi
terjadi lebih cepat, oleh karena itu waktu retensi menjadi singkat
(Martina, 2010). ODS merupakan fasa diam yang paling banyak digunakan
karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang
rendah, sedang maupun tinggi.
2. Optimasi Laju Alir Eluen

Pada Gambar 2. dapat dilihat bahwa pada laju alir eluen 0,5 mL/menit
menunjukkan hasil yang optimum karena memiliki puncak dengan luas area
yang paling besar. Waktu retensi yang diperoleh tidak terlalu lama yaitu
berkisar 6 menit. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa semakin cepat
laju alir maka luas area yang dihasilkan semakin kecil serta waktu retensi
yang diperoleh semakin cepat. Kecepatan laju alir tersebut membuat
interaksi fasa gerak dan fasa diam menjadi singkat sehingga analit tidak
keluar dari kolom secara optimal dari fasa diam akibat tekanan pompa yang
mendorong fasa gerak mengalir lebih cepat. Hal ini mengakibatkan luas
area puncak kromatogram lebih kecil pada laju alir lebih besar.
3. Optimasi pH Eluen
Fasa gerak yang digunakan diatur pada variasi pH 3 - 8.
Jika pH < 3, ikatan silika dapat terputus (terhidrolisis), dan
jika pH > 8, silika akan larut, karena silika dapat larut
dalam suasana basa (Panggabean et al., 2009). Pada
Gambar 3. dapat dilihat bahwa pH eluen memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap luas area standar
kafein. Pada pH 5 menghasilkan luas area yang paling
optimum di bandingkan lainnya
4. Penentuan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi ditentukan berdasarkan luas area
puncak pada konsentrasi standar kafein, kemudian
masing-masing disuntikkan sebanyak 5 μl, diperoleh
hubungan linearitas dengan koefisien korelasi (r) =
0,9999 dan persamaan garis regrasi Y = 27,001x -
0,2518.
5. Kebolehulangan
Kebolehulangan ditunjukkan dengan % KV(koefisien
variansi). Hasil pengukuran ditunjukkan pada Gambar
5. Dari hasil penelitian yang diperoleh, % KV untuk
penentuan kafein 0,5 ppm adalah 1,8665 %. Koefisien
variansi (KV) tersebut menunjukan ketelitiandari suatu
metode uji.
6. Batas Deteksi (Limit of Detection)
Dari hasil penelitian, diperoleh batas
deteksi untuk penentuan kafein dengan
menggunakan metode HPLC adalah
33,1332 ppb. Hasil ini sangat baik,
menunjukkan metode HPLC layak
digunakan untuk analisis rutin.
• Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Lab Alliance)
dilengkapi Rheodyne sample injector (20 μL
sample loop), detektor UV-Vis Lab Alliance
SCL10A VP dan pompa LC-10AT VP (Lab
Alliance), kolom ACE 5 C18, neraca analitik,
oven, ayakan mesh 40, vortek, dan seperangkat
alat gelas.
JURNAL 2
PERBEDAAN KADAR KAFEIN DAUN TEH (Camellia
sinensis (L.) Kuntze) BERDASARKAN STATUS
KETINGGIAN TEMPAT TANAM DENGAN METODE
HPLC

ANIEF NUR ARTANTI, WAHYU ROHMATIN NIKMAH, DISCUS


HENDRA SETIAWAN, DAN FEA PRIHAPSARA

JOURNAL OF PHARMACEUTICAL SCIENCE AND CLINICAL RESEARCH 2016, OL, 34-44


• Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Lab Alliance)
dilengkapi Rheodyne sample injector (20 μL
sample loop), detektor UV-Vis Lab Alliance
SCL10A VP dan pompa LC-10AT VP (Lab
Alliance), kolom ACE 5 C18, neraca analitik,
oven, ayakan mesh 40, vortek, dan seperangkat
alat gelas.
• Bahan yang digunakan adalah daun teh segar
(Camellia sinensis (L.) Kuntze) varietas TRI
2024 yang diperoleh dari Perkebunan PT.
Rumpun Sari Kemuning I Karanganyar.
Senyawa baku pembanding kafein (LPPT
UGM). Metanol (p.a Merck), petroleum eter
(p.a), NaOH 0,01N (p.a), serta aquabides
(Ikapharmindo Putramas). Filter 0,45 μm
(Millipore), filter 0,45 μm (Millex).
• Penyiapan Sampel :
Sampel daun teh segar disortasi basah, pencucian,
penirisan, pelayuan pada suhu 90 C selama 8 menit.
Setelah itu dilakukan proses penggulungan. Tahap
pengeringan ada 2, tahap I yaitu pada suhu 130 C selama
30 menit dilanjutkan dengan proses pengeringan tahap II
pada suhu 80 C selama 80 menit. Daun teh yang sudah
kering selanjutnya dijadikan serbuk dengan cara digerus
menggunakan mortir kemudian diayak menggunakan
ayakan ukuran 40 mesh sehingga diperoleh serbuk daun
teh ukuran 40 mesh. Sampel dilarutkan kemudian disaring
dengan saringan millex 0,45 μm dan diambil sebanyak 20μl
kemudian diinjeksikan ke instrumen KCKT. Instrumen
dioptimasi panjang gelombang UV 275 nm, tekanan pompa
4000 psi, waktu retensi 5 menit dengan komposisi fase
gerak methanol:air dengan perbandingan 30:70, dan
kecepatan elusi 1ml/menit (kecepatan alir)
• Pembuatan Kurva Kalibrasi
Masing-masing seri konsentrasi larutan kafein
standar yaitu 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm,
dan 400 ppm disaring dengan saringan millex 0,45
μm dan diinjeksikan ke instrument KCKT. Instrumen
dioptimasi panjang gelombang 275 nm, tekanan
pompa 4000 psi, dan waktu retensi 5 menit dengan
komposisi fase gerak methanol:air dengan
perbandingan 30:70 dan 1ml/menit.
Kecepatan Air : 1 ml/menit
Sistem HPLC : fase terbalik
Hasil :
“A Simple HPLC Method for determination of
Caffeine Content in Tea and Coffe”

(Department of Food Technology and Quality Control (DFTQC),


Kathmandu Nepal)

Preparasi sampel untuk penentuan kafein:


Caffein diekstrak didalam air dengan beberapa modifikasi, sampel teh dan
kopi pertama-tama diserbukkan menjadi 300±50 μ dan sekitar 0.3 g sampel
ditimbang dan dilarutkan dalam erlenmeyer 250ml, dan tambahkan 200ml
aquadest pindahkan ke waterbath (100oC). Diekstraksi selama setengah jam
dan jika larutan sudah dingin volume di pertahankan menjadi 250ml dan
disaring menggunakan kertas saring whatman no.1. 1ml filtrat dipipet
kedalam labu takar 10ml dan ditambahkan aquadest untuk HPLC, kemudian
disaring dengan microfilter (0.2μm) dan dimasukkan kedalam vial HPLC untuk
dianalisis.
Penyiapan Kurva Kalibrasi / Larutan Stok:
Dibuat larutan caffein standard dengan 10 mg
dengan konsentrasi 100 ppm, didalam labu takar
100 ml dan dibuat sebagai fase gerak. Dan dibuat
seri konsentrasi 2,4,6,8 dan 10 ppm . Kurva
kalibrasi eksternal wilayah puncak versus
konsentrasi standar diplot. Kemudian dihitung
dengan persamaan regresi dari hasi garis kurva
yang cocok. Setelah itu hasil disajikan dalam
persentase kadar.
Instrumentasi:

Berikut adalah bagian bagian dari HPLC yang


digunakan;
• HPLC model 1514 (Simadzu Corporation)
• Zorbax Eclipse Plus 18 C Column, uk. pori
5μ, internal diameter 4.6nm and panjangnya
150 mm.
• Reverse phase – ODS (okta desil silica)
• Kecepatan alir, 1 ml/min (constant),
• Column temperature at 40oC
• UV detector 275 nm
• Fase gerak: Aquadest : Methanol (60:40)
• Injeksi sampel volume: 10 μl
Kesimpulan :
Metode KCKT-UV sederhana dikembangkan dan
divalidasi untuk penentuan kadar kafein dalam teh
dan kopi sampel berbagai merek lokal yang tersedia
secara komersial di Kathmandu dan Kaski, Nepal. Air
diekstrak kafein dipisahkan melalui kolom c-18 (ODS 5
μm, diameter dalam 4.6 nm dan panjang 150 mm)
menggunakan metanol dan air (40: 60) sebagai fase
mobile. Puncak response time untuk kafein diamati di
2.66 menit menggunakan detektor UV ditetapkan
pada 275 nm.
Metode validasi parameter yakni
linearitas, kepekaan ( LOD dan LOQ yang
ditemukan untuk menjadi 0,7 dan 0,2
ppm masing-masing), pengulangan dan
pemulihan dinilai untuk deteksi kafein.
hasil kandungan kafein dalam berbagai
teh dan kopi di teh dan kopi adalah tidak
kurang dari 2 dan 1% dari sampel kering.
“DEVELOPMENT AND VALIDATION OF A REVERSE PHASE-HIGH PERFORMANCE
LIQUID CHROMATOGRAPHY-ULTRAVIOLET METHOD FOR SIMULTANEOUS DETECTION
OF CAFFEINE AND PHENOLPHTHALEIN IN WEIGHT REDUCING SUPPLEMENTS”

(Department Of Pharmaceutical Chemistry, School Of Pharmacy,


International Medical University, 57000 Kuala Lumpur, Malaysia)
Bahan dan metode:

Bahan Kimia dan Reagen:


Kafein (≥ 99,0%) dan phenolphthalein (reagen ACS), yang digunakan
sebagai standar, dibeli dari Sigma Aldrich dan Merck, masing-masing.
Metanol dan amonium asetat HPLC (> 99%) diperoleh dari Fischer
Scientific.Fase gerak disaring melalui filter membran nilon 0,45 μm dan
dihilangkan secara ultrasonik sebelum digunakan.
Pereaksi lain, termasuk asam asetat glasial, memiliki nilai analitis.
Ultrapure air disiapkan dengan menggunakan
Sistem Air Ultrapure atrium® 611 (Sartorius, Jerman).
Instrumentasi dan Sistem Kromatografi :
Metode pengembangan dan validasi dilakukan pada
seri 1200 HPLC (Agilent Technologies, AS), dihubungkan
dengan pompa biner (G1312A, Agilent Technologies,
AS), degasser (G1379B, Agilent Technologies, AS),
variabel detektor panjang gelombang (VWD) (Agilent
Technologies, AS) dan injektor manual (G1328B, Agilent
Technologies, AS).
HPLC dihubungkan ke komputer Hewlett-Packard L1908
yang dilengkapi dengan ChemStation System (versi
2008) perangkat lunak.
Metode kromatografi dikembangkan menggunakan
kolom C18 Hypersil GOLD (150mm x 4,6 mm internal
diameter, ukuran partikel 5 μm) pada suhu kamar. Fasa
gerak terdiri dari (A) amonium asetat buffer 25 mM
larutan disesuaikan dengan pH 5 dengan asam asetat
glasial dan (B) metanol dengan elusi gradien program,
seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Fase gerak dikirim pada
laju alir 1,1 mL / menit. Suntikan injeksi volume adalah
20 μl. Panjang gelombang pendeteksian ditentukan pada
254 nm.
• Table 1. Gradient elution profile used in
HPLC system

Time 0 1 3 5 10
(min)
A (%) 90 90 60 45 45
B (%) 10 10 40 55 55

A = ammonium acetate buffer (pH 5; 25 mM); B =


methanol
Penyiapan larutan standar:
Larutan standar stok 1 mg / mL kafein dan fenolftalein
disiapkan secara terpisah pada kadar HPLC metanol.
Solusi stok yang dihasilkan disonikasi dan disaring
menggunakan saringan jarum nilon 0,2 μm.
Penyiapan larutan standard dan campuran :
Larutan standar campuran dalam konsentrasi 100 μg /
mL dibuat dari larutan standar stok. Menggunakan ini
larutan tersier, larutan kerja campuran 10, 20, 40, 60
dan 80 μg / mL dibuat dengan menipiskan dengan
jumlah metanol yang sesuai Semua larutan disiapkan
dalam metanol kelas HPLC, disimpan di kulkas (4 ºC)
dan dibawa ke suhu kamar sebelum digunakan.
Penyiapan sampel kosong :
Sampel kosong untuk validasi spesifisitas
disiapkan sesuai dengan metode yang
dimodifikasi dari literatur[5, 10]. Suplemen
pengurangan berat badan herbal yang dibeli dari
apotek setempat dianggap sebagai sampel
kosong.Kapsul dibuka, dan 0,1 g bubuk
ditimbang. Bubuk itu kemudian diekstraksi
dengan 25 ml HPLCgrade methanol dengan
sonication selama 10 menit. Campuran
kemudian disentrifugasi pada 10.000 rpm
selama lima menit, dan Supernatan kemudian
dikumpulkan dan disaring melalui saringan
jarum suntik 0,2 μm. Sampel kosong disimpan
pada suhu 4 º C di kulkas dan dibawa ke suhu
kamar sebelum disuntikkan ke HPLC.
Kesimpulan :
Metode analisis RP-HPLC-UV dengan deteksi panjang gelombang
variabel dikembangkan dan divalidasi untuk simultan deteksi kafein
dan fenolftalein dalam suplemen penurunan berat badan. Dari lima
suplemen disaring, dua produk ditemukan dipalsukan dengan
phenolphthalein. Validasi dilakukan sesuai untuk panduan ICH.
Metode HPLC yang dikembangkan bersifat selektif, akurat, tepat,
kuat dan relatif cepat (10menit). Selain itu, penggunaan ammonium
acetate buffer dikombinasikan dengan metanol memungkinkan
transfer ke spektrometer massa, yang mengarah ke penyelidikan
yang lebih teliti jika ada keraguan.
Metode ini dapat dengan mudah disesuaikan deteksi cepat kafein
dan fenolftalein dalam produk herbal di laboratorium kontrol
kualitas dengan HPLC instrumen.
Metode analisis kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik
dengan deteksi panjang gelombang variabel dikembangkan untuk
deteksi serentak kafein dan fenolftalein dalam suplemen
penurunan berat badan. Pemisahan kromatografi adalah dicapai
dengan kolom fase terbalik C18 menggunakan elusi gradien
metanol dan penyangga amonium asetat (pH 5; 25mM), dengan
panjang gelombang detektor set pada 254 nm.
Metodenya adalah terbukti linier selama
konsentrasi 10 - 100 μg / mL untuk kedua kafein dan
fenolftalein, dengan korelasi rata-rata koefisien
masing-masing 1.000 dan 0,999. Batas deteksi untuk
kafein dan fenolftalein adalah 0,77 μg / mL dan 0,47
μg / mL, sedangkan batas kuantifikasi untuk kafein
dan fenolftalein adalah 2,35 μg / mL dan 1,44 μg /
mL, resspectively. Persentase standar deviasi relatif
untuk ketepatan intra dan antar hari kurang dari 2%.
Yang berarti Nilai recovery dihitung sebagai 105,84%
dan 113,58% untuk kafein dan fenolftalein.
• Preparasi sampel
Tahap penelitian meliputi dua langkah pokok
yaitu: (1) Optimasi kondisi analisis yang meliputi
beberapa tahap yaitu (a) Penentuan masing-
masing λ maksimum asam benzoat dan kafein
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis, (b)
Standart asam benzoate dan kafein dianalisis
dalam berbagai komposisi fase gerak
menggunakan KCKT, (c) Pemilihan komposisi fase
gerak yang baik untuk analisis asam benzoat dan
kafein menggunakan KCKT; (2)
Penetapan kadar asam benzoat dan kafein dalam
sampel, sebelumnya dilakukan beberapa tahapan
yaitu (a) Pretreatment sampel untuk memisahkan
asam benzoat dan kafein dari masing-masing sampel,
(b) Pembuatan kurva kalibrasi larutan standart asam
benzoat dan larutan standart kafein menggunakan
komposisi fase gerak terpilih (b) Analisis sampel
menggunakan komposisi fase gerak terpilih.

Komposisi Fase Gerak pada Instrumen KCKT


(Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi) Shimadzu
Data waktu retensi dan luas area komposisi fase gerak
terpilih yang diperoleh dari standart asam benzoat
dan kafein disajikan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Data Waktu Retensi dan Luas Area
Komposisi Fase Gerak Terpilih Standart
Kafein 200
ppm pada λ 272 nm

Variasi fase gerak Waktu Retensi (menit) Luas Area


50 : 50 3,955 13115831
60 : 40 3,457 13191438
• Tabel 2. Data Hasil Pengukuran Larutan
Standart Kafein untuk Membuat Kurva
Kalibrasi
Luas Area Standart Kafein

Konsentrasi (x) ppm 50 : 50 60 : 40


5 393458 324281

10 703796 702109

20 1322745 1317473
• Komposisi Fase Gerak pada Penetapan Kadar
Asam Benzoat dan Kafein
Menggunakan KCKT (Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi)

Berdasarkan hasil analisis larutan standar asam


benzoat dan kafein menggunakan
beberapa perbandingan komposisi fase gerak
diperoleh komposisi fase gerak yang baik
untuk analisis sampel kopi kemasan
menggunakan KCKT. Komposisi fase gerak baik
yang dimaksud didasarkan pada waktu retensi,
puncak yang terbentuk, dan luas area
yang dihasilkan untuk asam benzoat dan kafein
sebagaimana telah dijelaska sebelumnya.
• Komposisi fase gerak yang terpilih dari beberapa
komposisi fase gerak yang digunakan untuk analisis
yaitu 50:50 dan 60:40 pada panjang gelombang 222 nm
untuk asam benzoat dan pada panjang gelombang 272
nm untuk kafein dengan waktu retensi masing-masing
sebagaimana terdapat pada Gambar 5.3 dan 5.4.
Komposisi fase gerak 60:40 lebih polar dibandingkan
dengan komposisi fase gerak 50:50, kepolaran tersebut
berpengaruh terhadap waktu retensi yang dihasilkan
untuk asam benzoat dan kafein. Waktu retensi saat
analisis menggunakan komposisi fase gerak 60:40 lebih
cepat daripada menggunakan fase gerak 50:50.
Kepolaran fase gerak berpengaruh juga terhadap hasil
pemisahan, senyawa polar yang dipisahkan akan lebih
banyak terbawa oleh komposisi fase gerak yang lebih
polar.
Waktu retensi asam benzoat lebih lama daripada
waktu retensi kafein dikarenakan kafein lebih polar
dibandingkan dengan asam benzoat sehingga asam
benzoat tertahan lebih lama di fase diam. Komposisi
tersebut menghasilkan kromatogram yang lebih baik
untuk asam benzoat dan kafein dibandingkan dengan
komposisi fase gerak yang lain yang menghasilkan
kromatogram baik untuk salah satu senyawa saja.
Komposisi fase gerak terpilih sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Techakriengkrai, I dan
Surakarntul, R (2007) yang menggunakan komposisi
fase gerak 60:40, serta penelitian Saad, B dkk (2004)
yang menggunakan komposisi fase gerak 50:50.
Kromatogram asam benzoat dan kafein pada komposisi
fase gerak 50:50 disajikan pada Gambar
PENURUNAN KADAR KAFEIN KOPI ARABIKA DENGAN PROSES FERMENTASI
MENGGUNAKAN NOPKOR MZ-15
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol. 2, No. 4, Tahun 2013, Halaman 170-176

Analisa kadar kafein pada biji kopi arabica setelah melalui


proses fermentasi menggunakan Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (HPLC) berdasarkan panjang gelombang yang terbaca.
Kafein disari dari sampel biji kopi menggunakan aquades dan
dipanaskan, kemudian diekstraksi menggunakan kloroform.
Kloroform hasil ekstraksi dicuci kemudian diuapkan. Kristal hasil
penguapan dilarutkan dengan campuran methanol dan aquades
kemudian disuntikkan ke alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
dengan panjang gelombang 275 nm. Fase gerak menggunakan
campuran methanol:air(20:80) dengan kecepatan alir 0,8
ml/menit.

Anda mungkin juga menyukai