Anda di halaman 1dari 31

FARMAKOEKONOMI

ANALISIS KEPUTUSAN
ANALISIS KEPUTUSAN

KELOMPOK 4 S1-VIIC :
INDAH PURNAMA SARI (1701065)
DOSEN PENGAMPU :
FERDY FIRMANSYAH, M.Sc, Apt
LIDIATIL MASNUN (1401099)
OLINTIA MARTHA LENA ROSA (1401112)
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
RAHIMA (1401137) YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
SITI MAIDARNIS (1401125) PEKANBARU
WIWIN SURYANI (1401132) 2017
Apa itu Analisis
keputusan ???

Analisis keputusan
merupakan pendekatan
sistematik untuk membuat
keputusan dalam keadaan
yang tidak pasti.
TUJUAN ANALISIS KEPUTUSAN

Membantu pengambil keputusan untuk


mengidentifikasi beberapa pilihan yang mungkin

Memperkirakan konsekuensi dan outcome dari


masing-masing pilihan
Menilai probabilitas dari outcome yang
mungkin terjadi
Menetapkan nilai untuk masing-masing
outcome

Menilai pilihan keputusan terbaik


DIAGRAM/POHON
KEPUTUSAN

• Suatu diagram yang secara sistematis dan


komprehensif menggambarkan hubungan antara
alternatif keputusan/tindakan dengan kejadian-
kejadian tak pasti yang melingkupi setiap alternatif
dan hasil alternatif keputusan yang dipilih.
• Bertujuan untuk mempermudah penggambaran
keputusan yang dilakukan secara bertahap.
Harus ada di dalam keputusan..
Notasi atau Simbol
Diagram Keputusan

Beli sekarang
Rp.14.000

Harga turun
Rp.10.000
0,5
Beli besok

Harga naik
Rp.20.000
0,5

Simpul keputusan Cabang kejadian tak pasti Hasil


(decision node) (Event fork) (Outcome)
LANGKAH – LANGKAH DALAM MELAKUKAN ANALISIS
KEPUTUSAN

Identifikasi Menilai
Menilai outcome
keputusan probabilitas

Siapa yang akan Menghitung


Membuat pohon biaya pada
mengambil
keputusan masing-masing
keputusan
outcome
keputusan
Keputusan, pilihan
Jangka waktu
keputusan, dan
analisis
kriteria keputusan
CONTOH KASUS
Alphazorin dan omegazorin merupakan antibiotika
baru yang efektif untuk bakteri gram negatif yang
resisten terhadap beberapa antibiotika. Dari uji
klinik diketahui 95% kasus specticemia gram
negatif rentan terhadap alphazorin dan 88%
rentan terhadap omegazorin. Meskipun insidensi
toksisitas terkait penggunaan omegazorin tinggi,
kadar kedua antibiotika tersebut harus dijaga
rentang terapi yang sempit. Efek samping kedua
antibiotika tersebut meliputi diare, mual (toksisitas
gastrointestinal), perubahan enzym hepatik
(hepatotoksisitas), dan penghambatan platelet
(hemotoksisitas)
• Biaya untuk pemberian Alphazorin intravena,
yang diberikan setiap 8 jam selama 10 hari
sebesar Rp.1.650.000, meliputi biaya langsung
terkait dengan biaya obat dan
penyimpanannya, biaya penyiapan
Rp.540.000, dan biaya pemberian
Rp.18.000/dosis.
• Omegazorin diberikan setiap 6 jam, dengan
besarnya masing-masing biaya Rp.1.050.000,
Rp.720.000 dan Rp.18.000/dosis.
• Meskipun biaya alphazorin lebih tinggi, tetapi
efektivitasnya juga lebih tinggi, dan insidensi
toksisitasnya lebih rendah.
1. Identifikasi keputusan

Beberapa Siapa yang akan mengambil


pertanyaan keputusan dan dari perspektif
yang harus mana keputusan akan diambil
dipertimbangka ?
n dalam analisis
keputusan
meliputi :

Keputusan apa yang


Dalam jangka waktu akan diambil dan
berapa lama pilihan apa saja
konsekuensi akan yang akan
dianalisi? dipertimbangkan?
2. Siapa yang akan mengambil
keputusan ?
Pada kasus (alphazorin/omegazorin),
dibuat struktur analisis dari perspektif
Untuk menentukan rumah sakit (Komite Farmasi dan
dari perspektif mana Terapi). Karena outcome dari kedua
antibiotika sebanding, maka komite
analisis dilakukan. Farmasi dan Terapi harus menentukan
pilihan yang biayanya minimal bagi
Rumah Sakit
Dari perspektif Rumah Sakit, analisis
keputusan mempertimbangkan biaya
terkait dengan obat, seluruh biaya dari
semua produk dan pelayanan selama
periode perawatan di rumah sakit.
3. Keputusan, Pilihan Keputusan,
Dan Kriteria Keputusan

Jika akan mempertimbangkan


penggunaan obat baru, maka
sebagai pembanding adalah
standar terapi.

Kriteria keputusan yang


ditetapkan terkait dengan tipe
analisis yang akan dilakukan.
• Pada contoh kasus (alphazorin/omegazorin),
proses analisis keputusan hanya
mempertimbangkan biaya.
• Diasumsikan bahwa meskipun efikasi dari kedua
antibiotika berbea tetapi nilai episode terapi
sebanding.
• Jika organisme resisten terhadap alphazorin
maupun omegazorin, maka terapi diganti
antibiotika betasporin.
• Karena KFT mengasumsikan efektivitas kedua
antibiotika sama, maka tipe analisis yang
digunakan adalah cost minimization analysis, dan
hanya biaya saja yang dipertimbangkan dalam
pengukuran outcome.
• Maka dibuat pohon keputusan dimulai dengan
alternatif pilihan.
• Dalam notasi ilmiah dari analisis keputusan choice
node (simbol kotak), menunjukan titik waktu dimana
pembuat keputusan memilih satu diantara beberapa
pilihan.
• Choice node awal, disebut juga root node, diletakkan
disebelah kiri dan menunjukan awal dari pohon
keputusan untutk menentukan pilihan yang mungkin
(alphazorin dan omegazorin), selanjutnya sebagai
pangkal dari cabang ke kanan disebut choice node.
Gambar : cabang dari pohon keputusan untuk memilih Alphazorin dan Omegazorin
(Bootman et al., 2015)

Alphazorin
Obat mana yang akan
dimasukkan dalam
Formularium

Omegazorin
4. Jangka Waktu Analisis

Secara umum, analisis dilakukan selama periode yang terbatas


(misalnya satu minggu, satu bulan, atau satu tahun), namun
demikian jika kondisi pasien bervariasi periode waktunya, maka
dilakukan pendekatan dengan menggunakan lama waktu terapi.

Pada contoh kasus, analisis keputusan dimulai pada saat


memberikan antibiotika untuk mengatasi septicemia bakteri
gram negatif sampai infeksi dinyatakan sembuh.
5. Membuat Pohon Keputusan

Membuat Struktur keputusan dan Konsekuensinya dari waktu ke waktu

Struktur akan digunakan


Dalam membuat pohon untuk memasukkan
keputusan, pengambil probabilitas yang dapat
keputusan mengidentifikasi diperoleh dari hasil uji
hubungan antara pilihan klinik, menetapkan
keputusan dan konsekuensi outcome biaya pada
dari masing-masing pilihan. masing-masing
konsekuensi, dan
menghitung perkiraan biaya
total
Gambar : Cabang dari pohon keputusan Alphazorin (Bootman
et al., 2005)
Gambar: Cabang dari pohon keputusan Omegazorin (Bootman.,
2005)
6. Menilai Probabilitas

Pada masing-masing chance node,nilai


probabilitasnya sebesar 1.

data probabilitas dapat diperoleh dari uji


klinik fase III dari industri farmasi atau dari
sumber yang lain.
Jumlah probabilitas semua konsekuensi dari
chance node harus 1, sehingga konsekuensi
harus di identifikasi untuk masing-masing
chance node.
Probabilitas Pada Kasus
7. Menilai Outcome

Perhitungan outcome ekonomi ,nilai moneter dari


obat dan biaya yang terkait dengan obat.
• Biaya obat termasuk harga obat dan biaya
penyimpanan untuk 10 hari sebesar Rp
1.650.000 untuk alphazorin dan Rp 1.050.000
untuk omegazorin.
• Biaya pemberian obat sebesar Rp 18.000
untuk setiap kali pemberian Alphazorin
diberikan setiap 8 jam selama 10 hari sehingga
total biaya pemberian sebesar Rp 540.000;
dan omegazorin diberikan setiap 6 jam
dengan durasi yang sama, sehingga biaya total
pemberian sebesar Rp 720.000.
• Jika dilakukan perubahan terapi karena kemungkinan
terjadi resistensi, maka diberikan betasporin secara iv
selama 10 hari, dengan biaya obat Rp 1.800.000 dan
biaya terkait dengan pemberian obat Rp 360.000.

• Biaya yang disebabkan karena pengobatan merupakan


biaya karena respon yang tidak optimal dari pemberian
alphazorin dan omegazorin. Biaya tambahan tsb
sebesar Rp 1.000.000 tiap tambahan hari rawat inap,
biaya test laboratorium (Rp 75.000/pemeriksaan kadar
dlm serum; Rp65.000/test fungsi hepar; Rp
60.000/jumlah platelet), terapi tambahan (Rp
360.000/transfusi RBC dan platelet concentrate), Rp
115.000 tiap kali konsultasi farmakokinetika, dan Rp
400.000/konsultasi infeksi dan hematologi.
8. Menghitung biaya pada masing-
masing outcome keputusan
Bagaimana menggabungkan
beberapa nilai keputusan, nilai
probabilitas dan nilai outcome
untuk memilih yang paling
sesuai.

• Langkah pertama adalah dengan memotong pohon keputusan dalam


bagian yang lebih kecil.
• Perhitungan dilakukan dari kanan kearah kiri atau choice node awal.
• Untuk masing-masing chance node nilai outcome dikalikan
probabilitas untuk masing-masing cabang .

Anda mungkin juga menyukai