Anda di halaman 1dari 51

Inovasi Pelayanan

Farmasi Klinik Pasca Pandemi


Mahirsyah Wellyan TWH
Pokok Bahasan
• Definisi pelayanan farmasi klinik
• Jenis pelayanan farmasi klinik selama pandemi
• Pengaruh pelayanan farmasi selama dan pasca pandemi
• Perkembangan pelayanan farmasi klinik
Clinical Pharmacy = Farmasi Klinik
• Definisi Farmasi Klinik: “Pelayanan langsung yang
diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka
meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan
risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk
tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga
kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin*.

*Peraturan Menteri Kesehatan no.72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Rumah Sakit
Pelayanan Farmasi Klinik
di Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 72 tahun
2016
• Pengkajian dan pelayanan resep
• Penelusuran riwayat penggunaan obat
• Rekonsiliasi obat
• Pelayanan informasi obat (PIO)
• Konseling
• Visite
• Pemantauan Terapi Obat (PTO)
• Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
• Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
• Dispensing sediaan steril
• Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Sejarah Farmasi Klinik
• Farmasi Klinik digagas di
Universitas Michigan (di
Amerika Serikat) pada awal
tahun 1960.
• Praktek awal oleh David
Burkholder, Paul Parker, dan
Charles Walton dari Universitas
Kentucky pada akhir tahun
1960.
Kenapa Ada Farmasi Klinik?
• Ketidakpuasan terhadap model praktek farmasi lama yang lebih
berorientasi produk dibandingkan kepada pasien
• Meningkatnya kebutuhan akan Apoteker yang memiliki pengetahuan
terapeutik obat yang komprehensif.
Ruang Lingkup Farmasi Klinik
• Monitoring Terapi Obat
• Monitoring Efek Samping Obat
• Visite Pasien
• Pencegahan Medication Error
• Pemberian Informasi Obat dan Edukasi
• Rekomendasi Penggunaan Obat
• Dokumentasi dan Pelaporan Data
• Pemantauan kadar obat dalam Darah
• Handling Sitostatika
Alur Kerja Farmasi Klinik
Mulai Kunjungan ke Ruang Perawatan

Monitoring Terapi Monitoring Efek Samping Obat Monitoring Administrasi

Rekomendasi Terapi Visite Pasien Tindak Lanjut Manajerial

Dokumentasi Data Pelaporan Selesai


Monitoring Terapi Obat
• Pelayanan Farmasi Klinik yang
meliputi asessment pasien,
pengkajian resep, rekomendasi
penggunaan obat, serta
pendokumentasian.
Monitoring Terapi Obat
Evaluasi
Pengkajian - Interaksi - Dosis
(telaah) resep - ESO - Lama Terapi
- Pemilihan Obat - Kontra indikasi

Berikan rekomendasi:
- Pada Catatan Medik
- Secara lisan
Visite Pasien

• Bentuk layanan Farmasi Klinik berupa


kunjungan langsung ke pasien di
ruang perawatan terkait terapi obat
yang diterima pasien.
Visite Pasien
Mengunjungi
Mengidentifikasi
pasien,
masalah terkait
menanyakan
terapi obat
kondisi pasien

Memberi solusi:
-Rencana edukasi
-Rekomendasi
Yang Perlu Diperhatikan ketika Visite Pasien
• Memperkenalkan diri dengan jelas
• Waktu yang tepat ketika visite, jangan saat waktu istirahat pasien.
• Gunakan bahasa yang komunikatif dan menunjukkan empati kepada
pasien.
• Visite yang singkat dan efisien
Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
• Adalah pelayanan Farmasi
Klinik menggunakan keahlian
profesi untuk memantau
potensi efek samping obat
terhadap pasien
MESO
(Monitoring Efek Samping Obat)
Tidak
Evaluasi
resimen terapi ESO STOP

Ya

Identifikasikan
ESO dg data Catat ESO,
objektif, lakukan
konfirmasi (visite) rekomendasi
ke pasien bila
perlu
Yang perlu diperhatikan pada saat
MESO
• Data objektif (hasil laboratorium) lebih disukai
daripada data subjektif (keluhan pasien).
• Bila didapat data subjektif (keluhan pasien) yang
dicurigai sebagai ESO, konfirmasikan dahulu hal ini ke
pasien sebelum melakukan rekomendasi ke dokter.
Pemberian Informasi Obat dan Edukasi
• Dilakukan kepada pasien, keluarga pasien, perawat, apoteker lain, dan
dokter.
• Topik yang umum:
• pasien (apakah obat ada ESO? Penggunaan obat?)
• perawat (penyimpanan obat?)
• dokter (dosis?pemilihan obat?)
Konseling Obat
Interaksi obat

Interpretasi Hasil Lab.

Yang Harus Dikuasai


Farmasis Klinik

Ilmu Komunikasi

Farmakokinetika
Farmakodinamika
Interaksi Obat
• Terjadi ketika suatu obat mempengaruhi
aktivitas obat lainnya.
• Aktivitas obat yang dipengaruhi dapat naik
atau bahkan turun.
Proses Farmakokinetika

Absorpsi Metabolisme

Interaksi obat
Distribusi Ekskresi

Proses Farmakodinamika
Interaksi Obat Covid-19 dengan Analgesik
Interaksi Obat Covid-19 dengan Diuretika
Interaksi Obat Covid-19 dengan Antidiabetika
Farmakokinetika & Farmakodinamika

• Farmakokinetika
- Absorpsi
- Distribusi
- Metabolisme
- Ekskresi
• Farmakodinamika
- Reseptor obat
Interpretasi Hasil Laboratorium

• Penting diketahui untuk menegakkan


diagnosis.
• Diagnosis berkaitan dengan pemilihan
obat.
• Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka
pemilihan obat akan semakin tepat.
Komunikasi
• Penting diketahui untuk membina relasi
dengan pasien, dan juga tenaga kesehatan
lain.
• Komunikasi yang efektif penting perannya
dalam menunjang kesuksesan kegiatan
Farmasi Klinik.
Covid-19
• Coronavirus: keluarga besar virus penyebab penyakit mulai dari gejala
ringan hingga berat.
• Penyakit berat yg ditimbulkan:
• MERS (Midle East Respiratory Syndrome)
• SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
• Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), disebabkan oleh virus SARS-CoV-2
Gejala Umum Covid-19
• Gejala gangguan pernapasan akut seperti demam (≥ 38 °C), batuk dan
sesak napas.
• Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari.
• Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
• Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar
kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan
bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di
kedua paru
Kondisi Saat Pandemi Covid-19
• Pasien takut ke RS
• Tenaga kesehatan banyak yang terinfeksi
Covid-19
• Fasilitas pelayanan kesehatan berjuang
keras untuk memenuhi kebutuhan APD
dan obat Covid-19 yang sempat langka
Pelayanan Farmasi Klinik Selama Pandemi
• Apoteker harus menyesuaikan pelayanan farmasi klinik selama masa
pandemi
• Penyesuaian berupa:
• Pelayanan farmasi klinik dengan pembatasan
• Pelayanan farmasi klinik dg memanfaatkan teknologi informasi (online)
• Penggunaan rekam medis elektronik
• Penggunaan resep elektronik
APD utk Petugas
1. Masker:
• Masker bedah -> loose – fitting dan mampu memblokir percikan dan tetesan partikel besar
• Masker N95 -> harus di segel ketat di sekitar hidung dan mulut
2. Pelindung wajah (face shield) -> bahan : plastik jernih transparan menutup wajah sampai dagu
3. Pelindung mata (goggles) -> harus menutupi erat area sekitar mata, bahan dari plastik
4. Apron -> Bahan plastik sekali pakai atau bahan plastik berkualitas tinggi yang dapat digunakan
kembali (reuseable)
5. Jubah/gown -> Persyaratan : efektif barrier (mampu mencegah penetrasi cairan), fungsi atau
mobilitas, nyaman, tidak mudah robek, pas pada badan tenaga kesehatan, biocompatibility,
flammability, odor, dan quality maintenance
1. Gaun Sekali Pakai (reuseable) -> bahan synthetic fibers (misalnya polypropylene, polyester,
polyethylene)
2. Gaun dipakai berulang -> bahan 100% katun atau 100% polyester, atau kombinasi antara katun
dan polyester. Dapat dipakai berulang maksimal sebanyak 50 kali dengan catatan tidak
mengalami kerusakan
Obat Baru, ESO Belum Banyak Diketahui
Banyak Protokol Terapi Covid-19
Tata Laksana Klinis Pasien Dewasa
Terkonfirmasi Covid-19
Derajat Ringan
◦ Isolasi dan pemantauan
◦ Non farmakologis: edukasi terkait tindakan yg harus dilakukan
◦ Farmakologis:
◦ Vitamin C (Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral untuk 14 hari, atau Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral selama 30
hari
◦ Vitamin D, dosis 1000-5000 IU/hari selama 14 hari
◦ Antivirus
◦ Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2- 5); ATAU
◦ Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari; ATAU
◦ Nirmatrevir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombinasi), Nirmatrevir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per
12 jam, diberikan selama 5 hari.
◦ Obat yg bersifat simptomatis (misal parasetamol) dan suportif (fitofarmaka)
Tata Laksana Klinis Pasien Dewasa
Terkonfirmasi Covid-19
Derajat Sedang
◦ Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip
Intravena (IV) selama perawatan
◦ Vitamin D, dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000 IU).
◦ Antivirus
◦ Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5); ATAU
◦ Molnupiravir (sediaan 200 mg, oral), 800 mg per 12 jam, selama 5 hari, ATAU
◦ Nirmatrevir/Ritonavir (sediaan 150 mg/100 mg dalam bentuk kombinasi), Nirmatrevir 2 tablet per 12 jam, Ritonavir 1 tablet per 12
jam, diberikan selama 5 hari; ATAU
◦ Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10).
◦ Antikoagulan LMWH/UFH berdasarkan evaluasi DPJP
◦ Pengobatan simptomatis (Parasetamol dan lain-lain)
Tata Laksana Klinis Pasien Dewasa
Terkonfirmasi Covid-19
Derajat Berat/Kritis
◦ Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip
Intravena (IV) selama perawatan.
◦ Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
◦ Vitamin D, dosis 1000-5000 IU/hari
◦ Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri, pemilihan antibiotik
disesuaikan dengan terapi empiris pneumonia komunitas atau dapat disesuaikan dengan kondisi klinis,
fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien
◦ Remdesivir 200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x100 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10). Bila
tidak tersedia, maka dapat digunakan Favipiravir/Molnupiravir/atau Nirmatrevir/Ritonavir
◦ Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari
◦ Tocilizumab, dosis 8 mg/kgBB single dose atau dapat diberikan 1 kali lagi dosis tambahan apabila gejala
memburuk atau tidak ada perbaikan dengan dosis yang sama.
Remdesivir
• Mekanisme kerja: menghambat SARS-CoV-2 RNA-dependent RNA
polymerase (RdRp), yang penting untuk replikasi virus.
• Efek samping: peningkatan kadar kreatinin serum, peningkatan kadar AST
dan ALT, penurunan kadar hemoglobin
• Belum tersedia cukup data terkait keamanan pada kehamilan
• Perhatian: jangan gunakan larutan pekat (100 mg/20 mL atau 5 mg/mL)
kepada pasien anak dg BB < 40 kg, atau pasien dg nilai eGFR <30 mL/menit
• Farmakokinetika
• Absorpsi: waktu puncak plasma 0,67 jam
• Distribusi: ikatan protein 88-93.6%
• Metabolisme: CES1 (80%); cathepsin A (10%); CYP3A (10%)
• Ekskresi: waktu paruh eliminasi 1 jam, rute eksresi via urine 10%
Favipiravir
• Mekanisme kerja: prodrug yang akan dimetabolisme secara intraseluler menjadi
metabolit aktif (ribonucleoside 5′-triphosphate) yang berperan sebagai analog
nukleotida yg akan menghambat secara selektif RNA-dependent RNA polymerase
dan akan menginduksi mutagenesis yg mematikan virus.
• Efek samping: diare, hiperurisemia, turunnya jumlah neutrophil, mual, muntah,
nteri abdomen
• Jangan digunakan selama masa kehamilan
• Farmakokinetika:
• Absorpsi: Bioavailabilitas 97%, Cmax turun dg adanya makanan
• Distribusi: Vd 15-20 L, ikatan protein 54%
• Metabolisme: mengalami hidroksilasi terutama oleh aldehida oksidase dan pada tingkat lebih
rendah oleh xantin oksidase menjadi metabolit tidak aktif, T705M1
• Eksresi: mayoritas via urin, waktu paruh elminasi 2-5.5 jam
Molnupiravir
• Mekanisme kerja: Prodrug nukleosida analog beta-D-N4-hydroxycytidine (NHC),
yang akan difosforilasi untuk membentuk ribonukleosida trifosfat (NHC-TP) yang
aktif secara farmakologis. Penggabungan NHC-TP ke dalam RNA SARS-CoV-2 oleh
RNA polimerase virus menghasilkan akumulasi kesalahan dalam genom virus,
yang menyebabkan penghambatan replikasi.
• Efek samping: diare, mual, muntah
• Jangan digunakan selama masa kehamilan
• Farmakokinetika:
• Absorpsi: waktu puncak plasma 1,5 jam, makanan menurunkan waktu puncak plasma
sebesar 35%
• Distribusi: Ikatan protein 0%
• Metabolisme: NHC dieliminasi oleh metabolisme menjadi uridin dan/atau sitidin melalui jalur
yang sama yang terlibat dalam metabolisme pirimidin endogen
• Ekskresi: via urin (3%), waktu paruh 3,3 jam
Tocilizumab
• Mekanisme kerja: merupakan antagonis reseptor interleukin-6 (IL-6),
IL-6 adalah sitokin proinflamasi pleiotropik yang diproduksi oleh
berbagai jenis sel termasuk sel T dan B, limfosit, monosit, dan
fibroblas.
• Efek samping: konstipasi, reaksi di lokasi suntikan, peningkatan nilai
ALT, infeksi saluran nafas bagian atas.
• Waspada peningkatan risiko infeksi serius
• Farmakokinetika:
• Waktu paruh: lebih dari 11 hari
• Klirens: 0.0125 L/jam
• Vd: 2.54 L sampai dengan 7.46 L
Edukasi kepada Masyarakat
Edukasi melalui Website
Klinik Virtual (RSUP Dr Kariadi)
Daftar Pustaka
• Kementerian Kesehatan RI, Peraturan Menteri Kesehatan
no.72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit, 2016
• Kementerian Kesehatan RI, Keputusan Menteri Kesehatan
RI no HK.01.07/MENKES/243/2022 tentang Manajemen
Klinis Tata Laksana Covid-19 di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, 2022.
• Kementerian Kesehatan RI, Petunjuk Teknis Penggunaan
Alat Perlindungan Diri (APD) dalam Menghadapi Wabah
Covid-19, 2020.
• Liverpool Drug Interactions Group, 2021
• Pedoman Tatalaksana Covid-19, edisi ke-4, Januari 2022
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai