Anda di halaman 1dari 14

1

PENGENALAN SEL, PENGENALAN JARINGAN, FOTOSINTESIS,


ANATOMI HEWAN, DAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI

Oleh :

Malik Suryo Putro 23010117130154

PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
2

BAB I

PENDAHULUAN

Makhluk hidup tersusun dari ribuan bahkan jutaan sel. Sel adalah

unit paling sederhana dari makhluk hidup. Sel mampu melakukan semua aktivitas

kehidupan dan sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan

berlangsung di dalam sel. Sel-sel penyusun makhluk hidup sangat bervariasi baik

ukuran, bentuk, struktur, maupun fungsinya. Dalam melakukan fungsinya, sel

bergantung pada sel lain. Jaringan adalah kumpulan dari sel-sel dan memiliki

fungsi yang sama. Jaringan pada tumbuhan berdasarkan sifatnya dibagi menjadi

dua yaitu jaringan maristem dan jaringan permanen. Penerapan sel dan jaringan

dalam bidang peternakan akan membantu mempercepat peningkatan kuantitas dan

kualitas ternak. Pentingnya mempelajari sel dan jaringan agar praktikan

mengetahui perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan. Praktikan juga

mengerti perbedaan jaringan tumbuhan khususnya pada tumbuhan monokotil dan

dikotil. Praktikan mengerti letak sel-sel dan jaringan yang ada pada tumbuhan

khususnya pada tumbuhan monokotil dan dikotil.

Tujuan dilakukannya praktikum pengenalan sel dan jaringan supaya para

mahasiswa memahami dan bisa membedakan struktur dan fungsi dari sel dan

jaringan pada tumbuhan dan hewan. Manfaat yang dapat diperoleh dari

dilakukannya praktikum ini adalah agar para mahasiswa dapat mengetahui

struktur yang terdapat pada sel dan jaringan tumbuhan dan hewan.
3

BAB II

MATERI DAN METODE

Praktikum Biologi dengan materi Pengenalan Sel dan Jaringan

dilaksanakan Selasa, 12 September 2017 pukul 11.00 – 13.00 WIB di

Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan dan Pertanian

Universitas Diponegoro, Semarang.

2.1. Materi

Materi yang digunakan pada praktikum pengenalan sel dan jaringan antara

lain adalah daun Rhoeo discolor dan batang bunga sepatu (Hibicus rosa-sinesis).

Alat yang digunakan adalah mikroskop biologi, kaca objek, kaca penutup,

scalpel, jarum, pipet dan air. Bahan yang digunakan adalah daun Rhoeo discolor,

preparat awetan sel hewan usus halus Tikus Putih (Rattus norvegicus), preparat

jaringan monokotil akar dan batang tumbuhan jagung (Zea mays) dan preparat

jaringan akar bunga tanaman sepatu (Hibicus rosa-sinesis).

2.2. Metode

2.2.1. Pengenalan Sel

Metode praktikum pengenalan sel tumbuhan dilakukan dengan cara daun

Rhoeo discolor disayat setipis mungkin dengan scapel, kemudian diletakkan di

kaca objek yang sudah ditetesi air dan ditutup dengan kaca penutup. Objek
4

diamati dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40x dan 100x secara

satu persatu kemudian bagian-bagian daun Rhoeo discolor diamati dan dicatat.

Metode yang dilakukan untuk mengamati sel tikus adalah preparat awetan

diletakkan pada mikroskop kemudian diamati dengan perbesaran 40x dan 100x

secara satu persatu. Langkah yang terakhir adalah hasil pengamatan

didokumentasikan.

2.2.2. Pengenalan Jaringan

Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah preparat dari tumbuhan

akar dan batang jagung (Zea mays) serta batang tanaman bunga sepatu (Hibicus

rosa-sinesis). Kedua preparat diamati pada mikroskop dengan perbesaran 40x dan

100x sesuai dengan prosedur kemudian hasil pengamatan didokumentasikan.


5

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengenalan Sel

Sel merupakan unit terkecil dari makhluk hidup, yang berarti sel mampu

atau tetap hidup tanpa kehadiran sel yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat

Pearce (2009) yang menyatakan bahwa sel merupakan unit terkecil dari makhluk

hidup. Terdapat banyak sekali organel-organel di dalam sel seperti membran sel,

sitoplasma, inti sel, retikulum endoplasma, ribosom, badan mikro, aparatus golgi,

lisosom, sentrosom, mitokondria, mikrotubulus, mikrofilamen, plastida dan

vakuola. Sel mampu melakukan pertumbuhan dan reproduksi. Hal tersebut sesuai

dengan pendapat dari Sumadi dan Marianti (2007) yang mengatakan bahwa sel

juga merupakan unit terkecil yang dapat melakukan pertumbuhan dan reproduksi.

3.1.1. Sel Hewan

Hasil pengamatan pada praktikum acara pengenalan sel hewan

ditampilkan pada ilustrasi 1. Data yang ditampilkan merupakan preparat awetan

sel Tikus Putih (Rattus norvegicus) dengan perbesaran 100x (kiri) dan gambar

pembanding (kanan)

Towoliu dkk., (2013).


6

Ilustrasi 1. Data Pengamatan Sel Hewan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa sel pada usus Tikus

Putih (Rattus norvegicus) terdapat membran sel. Membran sel berpengaruh

terhadap kelangsungan hidup sel hal ini didukung oleh pendapat Pramesti (2010)

menyatakan bahwa sel memiliki bagian dengan fungsi masing-masing salah

satunya adalah membran sel yang berfungsi untuk mengatur pemasukan dan

pengeluaran zat dari luar sel. Membran sel memiliki fungsi sangat penting yaitu

menjaga sel tetap terisolasi dari lingkungan. Hal ini sesuai pendapat

Meliawati (2009) membran sel sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup

sel.

3.1.2. Sel Tumbuhan

Hasil pengamatan pada praktikum acara pengenalan sel tumbuhan

ditampilkan pada ilustrasi 2. Data yang ditampilkan adalah daun Rhoeo discolor

pada perbesaran 100x (kiri) dan gambar pembanding (kanan) gambar

pembanding Kusdiyanti, (2009).


7

Ilustrasi 2. Data Pengamatan Sel Tumbuhan

Berdasarkan hasil praktikum sel tanaman terdiri dari stomata, dinding sel,

nukleus dan ribosom. Dinding sel merupakan bagian terluar dari sel, stomata

berbentuk bulat atau elips, nukleus berstruktur bulat padat dan tebal. Hal ini sesuai

dengan Sumadi dan Marianti (2007) yang menyatakan bahwa dinding sel

meupakan bagian sel yang berfungsi melindungi dam memberi bentuk pada sel.

Sel tumbuhan memiliki sitoplasma yang berfungsi sebagai pelindung organel sel

lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pearch (2009) yang berpendapat bahwa

sel berisi nukleus yang dibungkus membran sel.

3.1.3. Perbedaan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan

Sel hewan dan sel tumbuhan termasuk sel eukariotik yang memiliki

selaput inti, namun secara umum sel hewan dan sel tumbuhan tidak memiliki

perbedaan yang mendasar, hanya saja perbedaan pada bagian struktur atau organ-

organ tertentu. Sel tumbuhan memiliki dinding sel, membran sel, inti sel,

sitoplasma, kutikula, dan epidermis. Sel hewan memiliki sebuah vakuola,

retikulum endoplasma dan membran sel. Sel hewan dan tumbuhan tentunya
8

memiliki perbedaan yang jika di salah satu nya ada sel tertentu salah satunya

tidak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sumadi dan Marianti (2007) yang

menyatakan bahwa sel hewan dan sel tumbuhan memiliki perbedaan pada organ

tertentu. Sel tumbuhan memiliki membran sel, sitoplasma, retikulum endoplasma,

inti sel (nukleus), mitokondria, ribosom, plastida dan vakuola. Sel hewan

bentuknya tidak tetap sedangkan sel tumbuhan bentuknya tetap. Hal ini sesuai

dengan pendapat

Nugroho (2007) bentuk sel tumbuhan cenderung tetap dibanding sel hewan.

3.2. Pengenalan Jaringan

Jaringan merupakan sekelompok sel yang memiliki bentuk susunan dan

fungsi yang sama. Berbagai macam jaringan dapat ditemukan pada organ tubuh

makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan. Hal tersebut sesuai pendapat dari

Ferdinand dan Ariebowo (2007) yang mengatakan bahwa sel – sel akan saling

berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu kumpulan sel yang disebut

jaringan. Tumbuhan memiliki berbagai macam jaringan seperti jaringan parenkim,

sklerenkim, kolenkim, xilem dan floem. Jaringan tersebut merupakan jaringan

dewasa pada tumbuhan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari

Sugiharto dan Yudiart (2011) yang mengatakan bahwa jaringan dewasa terdapat 5

bagiannya itu jaringan parenkim, jaringan sklerenkim, jaringan kolenkim, jaringan

xilem dan jaringan floem.


9

3.2.1. Jaringan Tumbuhan Monokotil

Hasil pengamatan pada praktikum acara pengenalan jaringan monokotil

ditampilkan pada ilustrasi 3. Data yang ditampilkan merupakan preparat awetan,

akar jagung (Zea mays) dengan perbesaran 40x (sisi kiri) dan preparat awetan

batang jagung (Zea mays) dengan perbesaran 40x (sisi kanan).

Ilustrasi 3. Data Pengamatan Jaringan Monokotil

Berdasarkan hasil pengamatan di atas menyatakan bahwa batang

monokotil itu terdiri dari jaringan pengangkut (floem dan xilem) dan epidermis.

Akar pada monokotil itu terdiri dari korteks, endodermis, epidermis, dan jaringan

pengangkut (xilem, dan floem). Tumbuhan monokotil memiliki akar yang serabut

dan tidak berkambium. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari George dan Jones

(2008) yang menyatakan bahwa tumbuhan dikotil mempunyai akar yang tunjang

dan berkambium sedangkan tumbuhan monokotil tidak berkambium dan memiliki


10

akar yang serabut. Epidermis terletak dibagian paling luar dari sel. Hal ini sesuai

pendapat dari Syarif (2009) yang menyatakan bahwa jaringan epidermis batang

tersusun oleh selapis sel yang rapat, xilem dan floem merupakan jaringan

pengangkut yang letaknya kurang teratur.

3.2.2. Jaringan Tumbuhan Dikotil

Hasil pengamatan pada praktikum acara pengenalan jaringan dikotil

ditampilkan pada ilustrasi 4. Data yang ditampilkan merupakan preparat awetan

akar bunga tanaman sepatu (Hibicus rosa-sinensis L.)

Ilustrasi 4. Data Pengamatan Jaringan Dikotil

Berdasarkan hasil pengamatan yang sudah dilakukan bagian bagian dari

batang dikotil bunga tanaman sepatu adalah korteks, xilem, floem, epidermis,

empulur dan kambium. Pengamatan batang jaringan tanaman kacang tanah

dengan perbesaran 40x terlihat adanya xilem dan floem. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yayan (2011) yang menyatakan bahwa tumbuhan dikotil khususnya


11

batang terdiri dari dinding sel, membran sel, epidermis sebagai pelindung,

pembuluh angkut (xilem dan floem) yang bertipe kolateral terbuka (antara xilem

dan floem terdapat kambium) dan disebelah dalam jaringan pembuluh angkut

disebut empulur. Tanaman dikotil memiliki berkas pengangkut yang tersusun

dalam suatu lingkaran yang mengelilingi empulur. Antara xilem dan floem

terdapat kambium. Hal ini sesuai dengan pendapat Savitri dkk. (2008) yang

menyatakan bahwa jaringan yang berdiferensiasi jaringan pembuluh sekunder

merupakan kambium.
12

BAB IV

SIMPULAN

4.2. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

tumbuhan terdiri dari stomata, sel tetangga, sel penutup, dan pigmen antosianin,

kemudian pada sel hewan terdiri dari sitoplasma dan membran sel. Jaringan yang

terdapat dalam batang tumbuhan jagung (monokotil) adalah epidermis, empulur,

xilem, dan floem. Jaringan pada batang bunga sepatu (dikotil) adalah empulur,

xilem, floem, kambium, korteks, dan epidermis. Perbedaan jaringan tumbuhan

monokotil dan dikotil yaitu pada berkas pembuluh angkutnya, pada monokotil

tersebar sedangan pada dikotil tersusun rapi dan terstruktur. Tumbuhan monokotil

tidak terdapat kambium, sedangkan pada tumbuhan dikotil terdapat kambium

yang dapat memperbesar batang karena di dalamnya terdapat xilem dan floem

yang tersusun rapi.

4.2. Saran

Sebaiknya dalam melakukan praktikum tidak hanya mengamati satu

sampel preparat saja tetapi beberapa preparat agar praktikan mendapat wawasan

yang lebih banyak tentang sel dan jaringan pada tumbuhan dan hewan.
13

DAFTAR PUSTAKA

George, M. J dan Jones, G. R. 2008. Understanding and Managing Organization


Behavior. Pearson Education, New Jersey.

Kusdiyanti. 2009. Tumbuhan Dikotil dan Monokotil. Balai Pustaka, Jakarta.

Meliawati, R. 2009. Escherichia coli dalam kehidupan manusia. J. BioTrands. 1


(4): 10-14.

Pearch, E. C. 2009 . Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Pramesti, H. T. 2010. Mikroskop dan Sel. Penerbit Fakultas Kedokteran UNLAM,


Lampung.

Savitri. Sandi dan Evika. 2008. Petunjuk Praktikum Struktur Perkembangan


Tumbuhan(Anatomi Tumbuhan). UIN Press, Malang.

Sugiharto, T dan Yudiart. 2011. Buku Ajar Biologi Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang.

Sumadi dan Marianti, A. 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Syarif. 2009. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidikan. Bandung.

Towoliu, S., P. Lintang dan C. Kariupan. 2013. Pengaruh pemberian lactobacillus


terhadap gambaran mikroskopis mukosa usus halus tikus wistar (Ratus
norvegicus) yang diinfeksi dengan Eschericia coli. J. Biomedika. 1 : 930 –
934.

Yayan, S. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel dan


Jaringan ). Rineka Cipta, Jakarta.
14

Anda mungkin juga menyukai