PENDAHULUAN
Histoteknik adalah metoda atau cara/proses untuk membuat sajian histologi
dari spesimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi sajian yang
siap untuk diamati atau dianalisa. Sajian histologi yang baik dapat digunakan untuk
1. Bahan pengajaran dan praktikum mahasiswa, guna mempelajari bentuk dan
struktur jaringan tubuh tertentu yang normal.
2. Riset, guna mempelajari perubahan jaringan dan organ tubuh hewan percobaan
yang mendapat perlakuan tertentu atau mempelajari pertumbuhan dan
perkembangan jaringan atau organ tubuh tertentu.
3. Membantu menegakkan diagnosa penyakit yang diderita oleh seorang pasien.
Untuk mencapai ketiga tujuan tersebut sajian histologi yang dibuat harus
dapat memberikan gambaran tentang bentuk dan besar serta susunan sel; inti sel
dan sitoplasma; badan inklusi (glikogen, tetesan lemak, pigmen dsbnya); susunan
serat jaringan ikat; otot dan lain sebagainya sesuai dengan gambaran jaringan tubuh
tersebut dalam kondisi hidup. Sajian yang baik dapat membantu mahasiswa
memahami struktur histologi jaringan tubuh sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
pada waktu hidup. Sajian yang baik juga akan memberikan hasil yang benar-benar
shahih (valid/akurat) yang sangat dibutuhkan oleh para peneliti untuk menjawab
permasalahan yang timbul. Di samping itu sajian yang baik juga diperlukan oleh
klinikus untuk menunjang diagnosa penyakit yang diderita oleh pasien.
A. Persiapan
Sebelum jaringan tubuh diambil beberapa pesiapan perlu dilakukan yang terdiri atas
2. Persiapan sampel
Untuk jaringan yang diambil dari kadaver atau manusia, jaringan segera
diambil dan dimasukkan kedalam caian fiksasi. Untuk sampel yang diambil dari
hewan, maka hewan perlu dipersiapkan terlebih dahulu. Hewan yang dipilih
haruslah sehat, galurnya harus baik dan jelas, mempunyai status gizi yang baik
dan dipelihara sesuai dengan syarat-syarat pemeliharaan hewan coba. Hewan
yang digunakan dipilih sesuai dengan tujuan penelitian dan pengajaran. Kera
merupakan hewan yang mempunyai struktur tubuh yang mirip dengan manusia.
Untuk mempelajari serat purkinje pada jantung dengan lebih jelas dapat
digunakan jantung kambing, untuk mempelajari lobulus hati klasik degan lebih
baik digunakan hati babi, untuk mempelajari arteri Hulsen pada limpa lebih baik
digunakan limpa yang berasal dari babi dan sebagainya.
B. Pelaksanaan
Untuk jaringan yang berasal dari kadaver dan dari jaringan operasi, jaringan
yang telah diambil langsung dimasukkan kedalam wadah yang berisi cairan fiksasi.
Sedangkan untuk jaringan yang berasal dari hewan tahapan pengambilan jaringan
adalah sebagai berikut
1. pembiusan
Untuk membius hewan yang akan diambil jaringan tubuhnya dapat dilakukan
dengan 2
cara yaitu :
a. Pembiusan inhalasi dengan menggunakan eter dan sungkup muka
b. Pembiusan dengan menyuntikkan zat anestesi seperti chloralhydrate, ketalar,
phenobarbital, dan sebagainya.
c. Campuran yaitu pembiusan inhalasi yang diikuti dengan pembiusan lewat suntikan
MATERI II
PEMBUATAN PREPARAT OLES (HAPUSAN)
MATERI III
PEMBUATAN PREPARAT METODE RENTANG
ALAT:
1. Bak Parafin 1 buah
2. Seperangkat alat bedah lengkap
3. Petridis 6 buah
4. Nampan 1 buah
5. Objeck glass 6 buah
6. Deck glass 6 buah
7. Jarum secukupnya
8. Pipet 6 buah
9. Mikroskop 1 buah
10. Alat tulis lengkap
BAHAN:
1. Subkutis(jaringan ikat atau jaringan lemak), mesenterium, pericardium dll dari
mencit
(Mus musculus)
2. Methyl alkohol 3% secukupnya
3. Alkohol(Absolut, 96%, 90%, 80%, 70%) secukupnya
4. Eosin secukupnya
5. Toluol secukupnya
CARA KERJA
Adapun cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Mengambil jaringan segar yang digunakan dengan menggunakan benda tajam
seperti jarum preparat, pisau skalpel atau pisau runcing.
2. Merentangkan sayatan jaringan segar pada objek glass kering(tanpa diberi
apapun, baik garam fisiologik atau fiktatif).
3. Memfiksasi menggunakan methyl alkohol 3% selama 1-3menit.
4. Melanjutkan dengan langkah berikut:
Alkohol absolut…………………. 1-3menit
Alkohol 96%……………………… 1-3menit
Alkohol 90%……………………… 1-3menit
Alkohol 80%……………………… 1-3menit
Alkohol 70%……………………… 1-3menit
Eosin……………………………….. 1-3menit
Alkohol 70%……………………… 1-3menit
MATERI IV
FIKSASI (FIXATION)
Dasar dari pembuatan sajian histologi yang baik adalah melakukan fiksasi yang
benar. Kesalahan yang dilakukan pada tahap fiksasi tidak akan pernah dapat
diperbaiki lagi pada tahapan selanjutnya. Jadi hasil akhir sajian histologi yang baik
sangat tergantung pada cara melakukan fiksasi dengan baik.
Tujuan dari fiksasi adalah untuk
1. Mengawetkan jaringan.
Fiksasi bertujuan untuk mempertahankan susunan jaringan agar mendekati
kondisi seperti sewaktu hidup.
2. Mengeraskan jaringan
Fiksasi bertujuan untuk mengeraskan jaringan terutama jaringan lunak agar
memudahkan pembuatan irisan tipis.
2. Pengawetan
Sel-sel dan jaringan diawetkan mendekati kondisinya seperti sewaktu hidup.
3. Pengerasan
Efek pengerasan akan mempermudah penangan jaringan lunak, misalnya otak
4. Pemadatan koloid
Fiksasi akan mengubah konsistensi sel yang setengah cair (Sol) menjadi lebih
padat (Gel)
5. Differensiasi optik
Fiksasi akan mengubah indeks refraksi berbagai unsur sel dan jaringan sehingga
unsur- unsur yang belum diwarnai dapat dilihat dengan lebih mudah dibandingkan
dengan jaringan yang belum difiksasi.
6. Pengaruh terhadap pewarnaan
Sebagian besar cairan fiksasi yang ada mempengaruhi reaksi histokimia karena
mengikat bagian reaktif jaringan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan jaringan histologis adalah:
1. Tebal irisan jaringan 3-5mm sehingga cairan fiksasi dapat dengan cepat
medmfiksasi seluruh jaringan. Bila irisannya terlalu tebal maka permukaan
luarnya saja yang difiksasi dengan cukup baik, sedangkan bagian tengah
jaringan sudah keburu membusuk sebelum cairan fiksasi sempat merembes ke
sana.
2. Volume cairan fiksasi sekurang-kurangnya harus 15-20x volume jaringan yang
akan difiksasi. Besarnya volume jaringan menentukan volume fiksasi yang
diperlukan sedangkan tebal jaringan menentukan kecepatan fiksasi. Panjang
dan lebar jaringan umumnya ditentukan oleh jenis mikrotom yang akan
digunakan.
3. Jenis cairan fiksasi yang akan digunakan bergantung kepada unsur jaringan
yang akan didemonstrasikan dan kepada jenis pewarnaan yang akan digunakan.
Untuk keperluan praktis cairan fiksasi dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
yaitu
2. Formol Calcium (Baker, 1944)
Formalin ............................................................................................. 10 ml
Calcium chlorida .................................................................................. 2 gr
Akuades ....................................... ................................................ad 100 ml
3. Buffer formalin
Formalin ............................................................................................ 10 ml
Acid sodium phosphate monohydrate ............................................... 0.40 gr
Anhydrous disodium phosphate ........................................................ 0.65 gr
Akuades .........................................................................................…
: A. Micro-anatomical fixation
Fiksasi ini digunakan apabila struktur histologis jaringan hendak
dipertahankan dengan hubungan yang benar antara lapisan jaringan dan kelompok
sel. Cairan fiksasi yang tergolong kelompok ini adalah cairan formalin atau
modifikasinya, cairan acetic alkohol formalin, cairan Heidenhain Susa, cairan
Zenker, cairan Bouin
B. Cytological fixatives
Fiksasi ini digunakan apabila struktur intraselular atau badan inklusi hendak
dipertahankan dan di ekspresikan. Untuk mencapai tujuan ini sering di capai dengan
mengurbankan penetrasi cairan yang merata, kemudahan pemotongan dengan
mikrotom dan hilangnya struktur sel lainnya. Fiksasi ini dapat dibagi menjadi 2
kelompok yaitu fiksasi inti (nuklear) dan fiksasi sitoplasma. Cairan fiksasi yang
tergolong dalam kelompok ini adalah fiksasi inti (larutan Carnov) dan fiksasi
sitoplasma (larutan Muller, formol saline, formol calcium, Zenker formol).
C. Histochemical fixatives
Fiksasi ini digunakan apabila jaringan hendak diwarnai dengan pewarnaan
histokimia Cairan fiksasi yang digunakan tidak boleh mengubah atau sedapatnya
mengubah seminim mungkin unsur-unsur yang akan didemonstrasikan. Fiksasi
histokimia yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Mengawetkan unsur yang akan didemonstrasikan
2. Mengikat atau mengawetkan unsur jaringan khusus, tanpa mempengaruhi gugus
reaktif yang digunakan pada visualisasi.
3. Tidak mempengaruhi reagen yang digunakan pada proses visualisasi, misalnya
fiksatif glutaraldehida memfiksasi protein jaringan sedemikian rupa dengan
suatu coating terdiri atas gugus aldehida reaktif sehingga menghasilkan reaksi
PAS atau Schiff positif.
LARUTAN FORMALIN
Larutan formalin merupakan cairan fiksasi yang paling umum digunakan. Laurtan
formalin
yang digunakan adalah formalin 10%. Formula yang digunakan adalah
Formalin (40% Formaldehida) ........................................................ 10 ml
Air .................................................................................................. 90 ml
Formaldehida 40% adalah gas yang larut dalam air dengan volume 40% dari
total berat larutan. Larutan jenuh ini secara komersial diperdagangkan sebagai
Formalin atau 40% Formaldehida. Telah disepakati bahwa yang dimaksud dengan
formaldehida 40% =larutan jenuh gas formaldehida.
Bla diperlukan jaringan yang direndam dalam cairan fiksatif ini dapat di ambil
dan dimasukkan ke dalam cairan fiksatif lainnya bila diperlukanKekurangan larutan
fiksatif formalin adalahJaringan yang difiksasi dengan cara rendam memerlukan
waktu sedikitnya 24 jam baru dapat di proses
MATERI V
DEHIDRASI
bertujuan untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam jaringan yang
telah difiksasi
sehingga jaringan nantinya dapat diisi dengan parafin atau zat lainnya yang dipakai
untuk
membuat blok preparat. Hal ini perlu dilakukan karena air tidak dapat bercampur
dengan cairan
parafin atau zat lainnya yang dipakai untuk membuat blok preparat.
Ada beberapa macam cairan yang dapat dipakai untuk proses dehidrasi yaitu
1. Alkohol
2. sukrosa 20%
3. metil alkohol atau spiritus
sebagai berikut
Di samping cara di atas cara lain yang juga sering di pakai adalah dehidrasi
bertahap dengan
(CuSO4) kedalamnya. Cuprisulfat yang bewarna putih (tak mengandung air) akan
berubah
menjadi biru (mengandung air). Ganti cuprisulfat beberapa kali hingga warnanya
tetap putih
walaupun telah disimpan beberapa hari. Cuprisulfat yang telah bewarna biru karena
Metil alkohol dapat digunakan menggantikan alkohol absolut. Metil alkohol ini
terlebih
dahulu diberi cuprisulfat hingga warnanya tetap putih, setelah itu siap untuk
digunakan. Bila
menggunakan spiritus harus ditest dulu dengan alkohol absolut murni sebagai
kontrol.
Untuk jaringan yang akan dipotong menggunakan cryostat dan blok preparat dibuat
MATERI VI
PEMBENINGAN (CLEARING)
Pembeningan adalah suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol dari jaringan dan
menggantinya dengan suatu larutan yang dapat berikatan dengan parafin. Jaringan
tidak dapat
langsung dimasukkan ke dalam parafin karena alkohol dan parafin tidak bisa saling
melarutkan.
Proses mengeluarkan alkohol dari jaringan ini sangat krusial karena bila di dalam
jaringan masih
tertinggal sedikit alkohol maka parafin tidak bisa masuk kedalam jaringan sehingga
jaringan
menjadi “ matang diluar, mentah di dalam” dan akan menyebabkan jaringan menjadi
sulit untuk
Bahan atau reagen pembening yang paling sering dipakai adalah sebagai
berikut
1. chloroform
2. benzene/benzol
3. xylene/xylol
4. cedar wood oil
5. benzil benzoat
6. methyl benzoat
Chloroform
“toleran” artinya jaringan tidak menjadi keras dan rapuh. Sifat ini tak dipunyai oleh
benzene
Kekurangan chloroform adalah titik akhirnya yaitu saat jaringan telah menjadi
bening dan
transparan yang tak dapat terlihat dengan jelas oleh mata. Untuk mengatasi hal ini
jaringan
sebaiknya direndam dalam chloroform untuk jangka waktu yang lebih panjang dari
yang
sebenarnya, sehingga seluruh alkohol diyakini telah keluar dari jaringan dan jaringan
telah
mahal dari xylene dan benzene tetapi lebih murah dari cedarwood oil
Benzene dan xylene merupakan clearing agent yang cukup cepat. Masa kerja
benzene
lebih sedikit lambat dari xylene, tetapi tidak membuat jaringan menjadi serapuh
bila
menggunakan xylene. Potongan kecil dapat dibuat menjadi bening dalam waktu ½ - 1
jam,
sedangkan yang lebih tebal (5mm) telah menjadi bening dalam waktu 2-4 jam.
Bila xylene atau xylol yang dipakai sebagai zat pembening, metodanya adalah
sebagai
berikut:
Benzyl benzoat
dibutuhkan waktu inkubasi yang lebih lama Metoda pembeningan adalah sebagai
berikut
1. Benzyl benzoat I
Jaringan dikeluarkan dari cairan dehidrasi dan direndam dalam benzyl benzoat
selama
semalam (24 jam) sampai seluruh jaringan tenggelam. Benzyl benzoat mempunyai
penetrasi yang lambat sehingga tidak perlu kuatir jaringan menjadi terlalu keras
dan
rapuh.. Setelah inkubasi selama semalam, jaringan akan tampak menjadi bening dan
transparan.
2. Benzyl benzoat II
Jaringan lalu dipindahkan ke dalam benzyl benzoat II selama kira-kira 2-3 jam.
3. Benzol parafin
Jaringan lalu dipindahkan ke dalam campuran benzol dan parafin cair dengan
jam.
4. Parafin cair
5. Bisa juga setelah dari benzyl benzoat II jaringan direndam dalam xylol/xylene
selama
½-1jam, baru kemudian dimasukkan kedalam parafin cair di oven selama ½ jam.
Cedarwood oil
Cedarwood oil merupakan zat pembening termahal dari semua clearing agent
tetapi
nantinya jaringan sangat mudah untuk diiris tipis dengan mikrotom. Jaringan dapat
direndam
dalam clearing agent ini untuk waktu yang lama bahkan hingga berbulan-bulan tanpa
menjadi
keras dan rusak. Pembeningan oleh cedarwood oil ini sangat baik tidak hanya untuk
jaringan
yang halus tetapi juga untuk jaringan yang keras seperti kulit dan jaringan ikat
padat.