OLEH :
LUH PUTU HARTADI (211310841)
DOSEN PENGAMPU :
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun berkat
bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak semua kendala tersebut dapat
teratasi.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jaringan
Jaringan adalah tingkat organisasi kehidupan di antara sel dan
organ. Jaringan merupakan kumpulan sel yang serupa beserta matriks
ekstraselulernya yang bersama-sama menjalankan fungsi tertentu. Di tingkat
selanjutnya, sejumlah jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk
membentuk organ. Cabang biologi yang mempelajari jaringan adalah
histologi, sedangkan cabang biologi yang mempelajari berubahnya bentuk
dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah
histopatologi. Peralatan klasik yang digunakan untuk mempelajari jaringan
yaitu blok parafin, tempat jaringan dilekatkan, dipotong, diberi warna,
kemudian diamati di bawah mikroskop. Perkembangan teknologi seperti
penggunaan mikroskop elektron dan imunofluoresen memungkinkan
pengamatan jaringan yang semakin mendetail.
Jaringan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1.Sebagai pelindung terhadap jaringan di sebelah dalamnya
2.Sebagai penghasil kelenjar baik eksokrin maupun endokrin
3.Sebagai penerima rangsang.
4.Sebagai alat keluar dan masuknya zat-zat tertentu,misalnya
jaringan kulit dapat memasukkan oksigen tetapi mengeluarkan
CO2, H2O berupa keringat dan juga kelenjar lemak.
Macam-Macam Jaringan :
1. Jaringan Epitel
6
11
2. Menggunakan pensil tebal untuk melabel slide dan tidak
menggunakan stiker label.
3. Memberi jarak kurang lebih 2 cm dari atas dan bawah kaca objek
untuk melakukan pembuatan sediaan. Hal ini dikarenakan ada
beberapa mikroskop yang tidak mampu membaca ke ujung kaca
objek.
4. Tidak menggunakan formalin untuk melakukan fiksasi sitologi,
kecuali ketika akan dilakukan pembuatan sitoblok.
5. Mengirim secepat mungkin spesimen yang didapatkan dari pasien.
Perubahan dapat terjadi dengan cepat pada spesimen sitologi seperti
perubahan pada mikroorganisme (30 menit) dan fagositosit eritrosit
(beberapa jam setelah spesimen di dapat). Namun ketika spesimen
sulit untuk diproses (jarak laboratorium jauh atau jumlah sediaan
yang akan diproses terlalu banyak), maka spesimen dapat disimpan
ke dalam lemari pendingin, hindari kontak langsung dengan es dan
jangan dibekukan
Fase analitik dimulai dari pengolahan bahan sampai sediaan
siap dibaca oleh Spesialis Patologi Anatomi. Untuk memperoleh kualitas
sediaan sitologi yang baik yang berasal dari cairan, ada beberapa tips
yang dapat digunakan sebelum dilakukan pembuatan sediaan sitologi,
antara lain :
a) Memastikan kaca objek benar-benar bersih
b) Menghindari teknik pemyemprotan tanpa dilakukan penyebaran. Hal
ini dapat menyebabkan sel menumpuk bahkan sulit untuk dilakukan
interpretasi.
c) Membuat hapusan dengan tekanan yang lembut
d) Melakukan fiksasi secepat mungkin (fiksasi basah atau kering)
Adapun prinsip pengecatan sitologi adalah Kromatin di dalam inti
akan mengikat cat yang bersifat basa (hematoksilin) dan protein
sitolpasma akan mengikat cat yang bersifat asam (Orange G) dan
12
nukleus dalam inti akan mengikat cat asam (EA 50) sehingga sel akan
berwarna merah muda dengan inti berwarna biru.
Prosedur pengecatan sitologi
1. Setelah kering, preparat dimasukkan ke dalam alkohol absolut selama 2 menit.
2. Masukkan kedalam cat hematoksilin selama 5 menit.
3. Cuci dengan air mengalir. Masukkan ke dalam cat Orange G selama 3-5 menit.
4. Cuci dengan air mengalir.
5. Celupkan ke dalam alkohol sebanyak 5 kali celup.
6. Masukkan ke dalam cat EA 50 selama 3-5 menit.
7. Cuci dengan air mengalir.
8. Celupkan ke dalam alkohol sebanyak 5 kali celup.
9. Tekan dengan kertas saring, lap dengan kapas.
10. Masukkan ke dalam xylol. Tekan dengan kertas saring, lap dengan kapas.
11. Lakukan mounting preparat.
12. Diagnosa preparat oleh dokter spesialis patologi anatomi
Perbedaan utama antara pemeriksaan histopatologi dan sitologi terdapat
pada hasilnya. Pada pemeriksaan histopatologi, struktur jaringan dapat terlihat
dengan jelas, sedangkan pada pemeriksaan sitologi hanya nampak gambaran
sel-sel tubuh secara umum tanpa terlihat struktur jaringannya. Hasil dari
kedua pemeriksaan tersebut, kemudian akan dianalisa oleh Dokter Spesialis
Patologi Anatomi untuk menilai ada tidaknya keganasan, menentukan jenis
tumor, stadium atau grading, apakah sudah terjadi metastasis (menyebar) atau
belum, ataukah hanya infeksi akut atau kronik dan berbagai kelainan lainnya.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tersedia pada https://123dok.com/document/yr0j55oy-makalah-
sitohistoteknologi.html. Diakses pada tanggal 13 juni 2023.
Anonim. Tersedia pada http://repository.unimus.ac.id/2357/2/BAB%20I.pdf.
Diakses pada tanggal 13 juni 2023.
Kemenkes. 2022. Penanganan Jaringan Patologi Anatomi. Tersedia pada
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/285/penanganan-jaringan-
patologi-anatomi. Diakses pada tanggal 13 juni 2023.
Khalifa. 2020. Sitohistoteknologi azan. Medan. Tersedia pada
https://www.studocu.com/id/document/universitas-negeri-
medan/pendidikan-ekonomi/makalah-sitohistotecnologi-
azan/49872315. Diakses pada tanggal 13 juni 2023.
15