Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MIKROTEKNIK
TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOLOGIS
PREPARAT
Dosen Pengampu: Muhammad zulhariadi, M.pd

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Feni Febrianti (200104016)
2. Eka Setiani (200104003)
3. Maya Iza Amelia (200104020)

PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami haturkan puji kehadirat-Nya dan segala syukur bagi
yang Maha Ghofur yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Teknik
Laboratorium dengan judul “Pembuatan Preparat Histologis” makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Laboratorium.
Alhamdulillah, berkat taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu, walaupun ada satu dan lain
hal yang terkadang menghambat penyelesaiannya. Adapun tujuan
penulis menyelesaikan makalah ini salah satunya adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknik Laboratorium. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, khususnya penulis
sendiri.
Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, penulis sadar bahwa ilmu yang penulis curahkan dalam
makalah ini masih sangatlah kurang sehingga penulis masih harus
banyak belajar, sehingga kritik, saran, serta masukan dari seluruh pihak
sangat penulis harapkan agar dapat memotivasi penulis dan menghasilkan
karya yang lebih baik lagi. akhirnya makalah ini dapat selesai, mudah-
mudahan makalah ini menjadi amal shalih bagi penulis dan bagi para
pembacanya. Serta dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya para
mahasiswa prodi tadris biologi.

Mataram, Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Preparat Histology 2
B. Alat dan Bahan Pembuatan Preparat 3
C. Cara Pembuatan Preparat 3
D. Pembuatan Sediaan Jaringan 4
BAB III PENUTUP 10
A. Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang

Histologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan


secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong
tipis, salah satu dari cabang-cabang biologi.
Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis.
Histologi amat berguna dalam mempelajari fungsi fisiologi sel-sel dalam
tubuh, baik manusia, hewan, serta tumbuhan, dan dalam
bentuk histopatologi ia berguna dalam penegakan diagnosis penyakit yang
melibatkan perubahan fungsi fisiologi dan deformasi organ. Sebagai contoh,
di bidang kedokteran, kehadiran tumor memerlukan hasil pemeriksaan
contoh (sampel) jaringan.
Di bidang pertanian, pemeriksaan kondisi jaringan pengangkut dapat
mendukung diagnosis serangan hawar daun tembakau. Dalam mempelajari
ilmu histology terdapat sediaan atau preparat, yang dalam pembuatannya
disebut mikroteknik. Pembuatan sediaan jaringan tersebut dilakukan melalui
beberapa tahapan seperti fiksasi, pemendaman dan pemotongan kemudian
pemulasan atau pewarnaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian histology
2. Apa saja alat dan bahan saat pembuatan preparat
3. Bagaimana pembuatan preparat histology
4. Bagaimana pembuatan jaringan histology
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian preparat histology.
2. Untuk mengetahui alat dan bahan pada saat pembuatan preparat.
3. Untuk mengetahui pembuatan preparat histology.
4. Untuk mengetahui pembuatan sediaan jaringan histology.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Preparat Histologi
Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh
dan cara jaringan ini menyusun organ-organ. Akar kata Yunani histo dapat di
terjemahkan sebagai „jaringan‟ atau „jaring‟ karena kebanyakan jaringan
merupakan jarring filamen dan serat yang saling terjalin, baik selular maupun
non selular, dengan lapisan membranosa.
Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu
sel dan matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul,
dan kebanyakan diantaranya sangat rumit dan membentuk struktur kompleks,
seperti serabut dan membrane basal. Fungsi matriks ekstrasel ini adalah
sebagai penunjang mekanis bagi sel-sel, mengangkut nutrient ke sel-sel, dan
membawa katabolit dan produk sekresi. Walaupun menghasilkan matriks
ekstrasel, sel tersebut di pengaruhi dan kadang di atur oleh molekul-molekul
matriks. Sehingga terdapat semacam interaksi intensif antara sel-sel dan
matriks.
Setiap jaringan dibentuk oleh beberapa jenis sel dan secara khas oleh
asosiasi sel dan matriks ekstrasel yang spesifik. Asosiasi yang khas ini akan
mempermudah pengenalan sejumlah besar subtype jaringan. Kebanyakan
organ dibentuk oleh kombinasi beberapa jenis jaringan, kecuali susunan saraf
pusat, yang hampir seluruhnya terdiri atas jaringan saraf. Kombinasi yang
tepat dari jaringan-jaringan tersebut memungkinkan berfungsinya setiap
organ dan organisme secara keseluruhan.
Ukuran sel dan matriksnya yang kecil menyebabkan histology
bergantung pada penggunaan mikroskop. Kemajuan di bidang kima, biologi
molecular, fisiologi, imunologi dan patologi serta interaksi di antara bidang-
bidang tersebut sangat penting untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
baik dibidang bilogi jaringan. Pembiasaan dengan alat dan metode setiap
cabang ilmu sangat penting untuk memahami topic pembelajaran dengan

2
baik, sehingga makalah ini akan membahas beberapa metode yang di pakai
dalam mempelajari sel dan jaringan.
Preparat merupakan kepingan kaca berisi objek yang yang akan
diamati dan dipasang pada meja mikroskop. Objek yang akan diamati
tersebut biasanya berukuran kecil atau berupa potongan kecil (sayatan) suatu
makhluk hidup. Supaya objek yang diamati dengan mikroskop dapat jelas
terlihat, maka objek harus transparan. Dengan demikian, benda yang diamati
harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan membuat preparat atau sediaan.
Preparat histologi adalah tindakan atau proses pembuatan maupun
penyiapan sesuatu menjadi tersedia, spesimen patologi maupun anatomi yang
siap dan diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan. Maserasi merupakan
salah satu teknik pembuatan preparat yang digunakan untuk melihat
kenampakan sel secara utuh.
B. Alat dan Bahan Pembuatan Preparat
Alat dan bahan yang yang harus disiapkan dalam
pembuatan preparat adalah sebagai berikut.
1. Gelas benda : untuk meletakkan objek
2. Penutup gelas : untuk menutup benda yang diletakan pada gelas benda
3. Air secukupnya : untuk menetesi objek yang diamati
4. Pipet tetes : untuk meneteskan air dan pewarna
5. Silet : untuk menyayat benda
6. Kertas isap : untuk mengeringkah air dan pewarna di sekeliling penutup
gelas
7. Pewarna : untuk memudahkan pengamatan, misalnya lugol, metiln biru,
dan eosin.
C. Cara Membuat Preparat
Berikut ini adalah contoh cara pembuatan preparat basah untuk
pengamatan objek di miksokkop. yaitu sebagai berikut :
1. Siapkan objek yang akan diamati.
2. Gunakan silet yang tajam untuk membuat sayatan tipis. Sayatan dibentuk
dari arah luar ke dalam setipis mungkin.

3
3. Letakkan hasil sayatan pada objek gelas dan tetesi dengan air
menggunakan pipet, Jika diperlukan, dapat ditambahkan pewarna untuk
memperjelas objek.
4. Tutup sayatan objek dengan gelas penutup perlahan-lahan, Usahakan agar
tidak terbentuk gelembung udara,
5. Keringkan air yang berlebi di sekitar kaca penutup menggunakan kertas
isap.
6. Preparat siap diamati menggunakan mikroskop.
Berikut ini adalah gambar cara pembuatan preparat basahnya.

D. Pembuatan Sediaan Jaringan Histology


Pekerjaan membuat jaringan hingga siap untuk di amati di sebut
histoteknik atau mikroteknik. Prosedur yang paling sering digunakan dalam
mempelajari jaringan persiapan sediaan histology atau irisan jaringan yang
dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Dengan mikroskop
cahaya, jaringan diamati melalui berkas cahaya yang menembus jaringan.
Karena organ dan jaringan biasanya terlalu tebal untuk ditembus cahaya,

4
jaringan tersebut harus diiris menjadi lembaran-lembaran tipis yang
translusen dan kemudian dilekatkan di atas kaca objek sebelum jaringan
tersebut dapat diperiksa.
Sediaan jaringan (preparat) mikroskopik yang ideal harus dibuat
sedemikian rupa sehingga jaringan pada sediaan tersebut tetap memiliki
struktur dan komposisi molekul yang sama seperti di tubuh. Akan tetapi pada
praktiknya, hal ini jarang dapat dilakukan dan hampir selalu ada artefak ,
distorsi, dan hilangnya komponen-komponen akibat proses persiapannya.
Berikut tahapan-tahapan dasar yang diterapkan pada pembuatan preparat
(sediaan) jaringan histology:
1. Fiksasi
Jika preparat yang permanen dikehendakai, jaringan harus
difiksasi. Untuk menghindari jaringan pencernaan jaringan oleh enzim di
dalam sel atau oleh bakteri dan untuk mempertahankan struktur dan
komponen molekul, potongan organ harus diolah dengan tepat, sebelum
atau secepat mungkin setelah organ diangkat dari tubuh hewan. Fiksasi
dapat dilakukan secara kimiawi atau dengan cara fisika. Pada fiksasi
kimiawi, jaringan biasanya direndam dalam larutan yang menstabilkan
atau dalam bahan pengikat yang disebut bahan fiksasi. Karena bahan
fiksasi memerlukan waktu untuk meresap sepenuhnya kedalam jaringan,
jaringan tersebut biasanya dipotong menjadi fragmen kecil sebelum
difiksasi untuk mempermudah pnetrasi bahan fiksasi dan untuk menjamin
pengawetan jaringan.
Salah satu bahan fiksasi terbaik untuk pemeriksaan mikroskop
cahaya rutin adalah larutan dapar isotonic dari formaldehid 37%.
Formaldehida dan glutaradelhida, yaitu bahan fiksasi lain yang banyak di
pakai, diketahui bereaksi dengan gugus amina protein jaringan. Pada
glutaradelhida, kerja fiksasinya diperkuat karena zat ini merupakan
dialdehida yang dapat membentuk ikatan-silang antarprotein.

5
2. Pemendaman dan Pemotongan
Jaringan umumnya dipendam dalam medium padat untuk
memudahkan pemotongan. Untuk memperoleh sediaan yang tipis dengan
mikrotom, jaringan harus di infiltrasi sesudah fiksasi dengan substansi
pemendam yang member sifat padat pada jaringan. Bahan pemendaman
meliputi paraffin, dan dammar plastik. Paraffin digunakan secara rutin
untuk mikroskop cahaya, dammar digunakan baik pada mikroskop
cahaya maupun electron.
Proses pemendaman atau impregnasi jaringan biasanya didahului
oleh dua tahap utama yaitu pengeringan (dehydration) dan penjernihan
(clearing). Air mula-mula dihilangkan dari potongan jaringan yang ingin
di pendam dengan cara merendamnya berturut-turut secara bertahap
dalam larutan etanol dan air, biasanya dari etanol 70% sampai 100%
(pengeringan). Etanol kemudian digantikan dengan larutan yang dapat
bercampur dengan alcohol dan media pemendaman. Sewaktu jaringan di
infiltrasi oleh pelarut, jaringan biasanya menjadi jernih (transparan).
Setelah jaringan tersebut dipenuhi oleh larutan, jaringan dimasukkan
dalam paraffin cair di dalam oven, pada suhu 52-60 . Panas akan
menguapkan pelarut dalam jaringan dan celah jaringan yang ditinggalkan
akan diisi dengan paraffin. Setelah dikeluarkan dari oven, potongan
jaringan dengan paraffin didalamnya akan menjadi keras.
Blok keras yang berisi jaringan kemudian diletakkan pada suatu
alat disebut mikrotom dan di iris dengan pisau baja atau pisau kaca
mikrotom menjadi potongan setebal 1-10 satuan jarak lain yang umum
digunakan dalam histology adalah nanometer dan angstrom. Lembaran
jaringan diapungkan diatas air dan dipindahkan keatas kaca objek untuk
dipulas.
3. Pemulasan
Agar dapat dipelajari dibawah mikroskop, sediaan biasanya harus
dipulas atau diwarnai karena kebanyakan jaringan tidak berwarna. Oleh
sebab itu, sejumlah metode pemulasan jaringan telah dirancang agar

6
berbagai unsure jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan satu dengan
yang lain. Kebanyakan pewarna ini bersifat sebagai senyawa asam atau
basa dan cenderung membentuk ikatan elektrostatik (garam) dengan
radikal yang dapat terionisasi di jaringan. Komponen jaringan dengan
muatan netto negative (anionic) lebih mudah di pulas dengan pewarna
basa yang disebut basofilik, sedangkan komponen kationik, seperti
protein dengan banyak gugus amino yang terionisasi, memiliki afinitas
untuk pewarna asam dan disebut asidofilik.
Contoh pewarna basa adalah biru toluidin, biru alcian dan biru
metilen. Hematoksilin bekerja seperti pewarna basa, artinya zat ini
memulas komponen basofilik jaringan. Komponen jaringan utama yang
mengionisasi dan bereaksi dengan pewarna basa akan mengikat zat basa
karena adanya asam dalam komposisi jaringan tersebut. Contoh pewarna
asam misalnya G jingga (orange G), eosin dan asam fukhsin memulas
komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria, granula skretoris, dan
kolagen.
Dari semua pewarna, kombinasi hematoksilin dan eosin (H&E)
yang paling banyak dipakai. Hematoksilin memulas DNA intisel dan
struktur asam lainnya di sel (seperti bagian sitoplasma yang kaya-RNA
dan matriks tulang rawan) menjadi biru. Sebaliknya, eosin memulas
sitoplasma dan kolagen menjadi merah muda. Selain terdapat banyak
pewarna lainnya misalnya trikom yang berfungsi menampakan inti dan
sitoplasma dengan jelas serta membantu membedakan komponen
jaringan ekstrasel daripada H&E.
Dasar kimiawi untuk prosedur pemulasan lainnya lebih sulit dari
pada interaksi elektrostatik yang mendasari basofilia dan asidofilia. DNA
secara spesifik dapat diidentifikasikan dan dikuantifikasi dalam inti sel
dengan menggunakan reaksi feulgen, pada reaksi ini, gula deoksiribosa
dihidrolisis oleh asam hidroklorat lemah, yang diikuti dengan pengolahan
dengan reagen asam periodat dan schiff (PAS). Teknik PAS didasarkan
pada transformasi gugus 1,2-glikol yang terdapat dalam gula menjadi

7
residu aldehid, yang lalu bereaksi dengan reagen Schiff untuk
menghasilkan warna magenta atau ungu.
Polisakarida membentuk suatu kelompok yang sangat heterogen di
jaringan dan terdapat baik dalam bentuk bebas atau kombinasi dengan
protein dan lipid. Karena kandungan gula heksosnya, sejumlah besar
polisakarida juga dapat diperlihatkan dengan reaksi PAS. Polisakarida
bebas yang berlimpah disel hewan merupakan glikogen, yang dapat
diperlihatkan oleh PAS di hati, otot lurik, dan jaringan lain yang
menimbunnya.
Rantai gula bercabang pendek melekat pada asam amino
glikoprotein sehingga kebanyakan glikoprotein terpulas positif oleh
PAS. Glikosaminoglikan (GAG) merupakan polisakarida anionic yang
berantai panjang dan tidak bercabang dan mengandung gula teraminasi.
Banyak glikosaminoglikan yang disintesis ketika melekat pada inti
protein dan membentuk suatu golongan makromolekul yang
disebut proetoglikan, yang menjadi bahan penting matriks ekstra sel
(ECM) ketika disekresi.
Material basofilik atau yang terpulas positif dengan PAS
selanjutnya dapat diidentifikasi oleh pengolahan awal sediaan jaringan
melalui pencernaan enzim dengan suatu enzim yang secara spesifik
mencerna suatu substra, dan membiarkan bagian lainnya yang
berdekatan. Pada banyak prosedur, struktur tertentu seperti inti sel
menjadi terlabel, tetapi bagian sel lain sering tidak tampak. Dalam hal
ini, pulasan balik (counterstain) digunakan untuk memberikan informasi
tambahan. Pemulas balik biasanya adalah pewarna tunggal yang
diberikan pada suatu sediaan dengan metode lain untuk mempermudah
pengenalan inti atau struktur lain.
Struktur yang kaya akan lipid paling baik diperlihatkan dengan zat
pewarna yang larut-lipid untuk menghindari langkah persiapan seperti
pengolahan dengan panas, xylene, paraffin, yang dapat membuang lipid.
Sediaan beku dipulas dalam larutan alcohol yang tersaturasi dengan suatu

8
pewarna lipofilik seperti sudan black. Zat warna larut dalam dropet lipid
sel dan struktur lain yang kaya lipid, yang menjadi terpulas hitam.
Metode khusus untuk menemukan kolesterol, fosfolipid, dan
glikolipid bermanfaat pada diagnosis penyakit metabolic dengan
terjadinya akumulasi barbagai jenis lipid didalam sel. Selain pemulasan
jaringan dengan pewarna, teknik impregnasi logam yang biasanya
menggunakan garam perak merupakan metode yang umum dalam
memperlihatkan serat matriks ekstrasel tertentu dan element sel spesifik
di jaringan saraf. Lama keseluruhan prosedur, mulai dari saat fiksasi
sampai pengamatan jaringan di bawah mikroskop cahaya dapat
memerlukan waktu dari 12 jam 2,5 hari, yang bergantung pada ukuran
jaringan, bahan fiksasi, media pemendaman dan metode pemulasan.
Langakah terakhir sebelum pengamatan adalah melekatkan kaca penutup
pada kaca objek dengan media perekat.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh


dan cara jaringan ini menyusun organ-organ Preparat adalah tindakan atau
proses pembuatan maupun penyiapan sesuatu menjadi tersedia. Dan alat serta
bahan yang yang harus disiapkan dalam pembuatan preparat seperti gelas
benda, penutup gelas, air secukupnya, pipet tetes, silet, kertas isap dan
pewarna.
Pekerjaan membuat jaringan hingga siap untuk di amati di sebut
histoteknik atau mikroteknik. Prosedur yang paling sering digunakan dalam
mempelajari jaringan persiapan sediaan histology atau irisan jaringan yang
dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Dalam pembuatan
preprat histology ada beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan yaitu:
fiksasi, pemendaman dan pemotongan, pemulasan.

1
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, K. E dan Gunawijaya, F. A. (1994). Histologi dan Biologi Sel. Jakarta:

Binarupaaksara.

Junqueria, L. C., dan Carneiro, J. (1992). Histologi Dasar (Basic Histology). Jakarta: EGC.

Jusuf, A. A. (2009). Histologi Dasar. Jakarta.

Muntiha, I. P. (2001). Teknik Pembuatan Preparat Histologi. Surabaya.

Guyton. (1994). Fungsi Reproduksi dan Hormonal Pria. Jakarta

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53444/BAB%20II%20Tinjauan%20P

ustaka.pdf

http://histologi.usu.ac.id/files/dasar-memahami-sel-dan-jaringan-pdf

Anda mungkin juga menyukai