Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN

‘’BUDIDAYA LOBSTER AIR LAUT DI TELUK AWANG’’

OLEH

KELOMPOK 2/D

1. Aulia Urwaini (200104019)


2. Linda Mauliana (200104038)

3. Fajratun (200104052)

4. Rafli Firmansyah Datun (200104064)


5. Nisa Rahma (200104071)

PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada penyusun untuk
menyelesaikan Laporan kunjungan lapangan ini. Atas rahmat dan hidayah- Nya lah penyusun dapat
menyelesaikan laporan ini. Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan alam Nabi besar
Muhammad Saw, yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyan menuju zaman islamiyah yakni
agama islam.

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Budidaya Tiram Mutiara
yang berjudul “ Budidaya Lobster Air Laut” Selain itu, penulis juga berharap agar laporan ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca dan penyusun sendiri

Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ali Haris M.Sc. selaku
Dosen Pengampu matakuliah. yang telah membimbing penyusun dalam menyusun laporan ini.
Penyusun menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penysusun terima demi kesempurnaan laporan ini.

Mataram,10 November 2022

Kelompok 2

2
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pengekspor utama benih lobster, terutama ke negara-negara

tujuan ekspor seperti Vietnam, Hongkong, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, dan

Malaysia. Jenis lobster yang umumnya diekspor adalah Panulirus homarus (lobster pasir) dan

P. Ornatus (lobster mutiara). Tingginya kuantitas dan frekuensi permintaan benih lobster dari

luar Indonesia menyebabkan harga benih meningkat drastis. Pada sekitar tahun 2016, harga

benih ukuran 2-3 cm berkisar antara Rp 2.000 – 2.500,- per ekor. Pada tahun 2017 permintaan

benih untuk ekspor meningkat yang mengakibatkan harga benih juga semakin mahal, yaitu

sekitar Rp 13.000,- per ekor pada Juli 2017 dan mencapai Rp 17.000 - 20.000,- per ekor pada

Desember 2018. Tingginya permintaan benih dan harga benih yang mahal menyebabkan

masyarakat cenderung memilih untuk langsung menjual benih hasil tangkapan daripada

melakukan aktivitas budidaya pembesaran. Sementara itu harga lobster ukuran konsumsi juga

relatif tinggi dibandingkan komoditas laut lainnya pada umumnya. Harga lobster ukuran

konsumsi (>500 gram) berkisar antara US$ 65-80 di Jakarta dan Bali; sedangkan harga jual di

tingkat pembudidaya di Vietnam dengan ukuran yang sama lebih tinggi, yaitu berkisar antara

US$ 90-120.

Belum berkembangnya teknologi budidaya pembesaran lobster di Indonesia termasuk salah

satu faktor yang mendorong masyarakat cenderung memilih untuk menjual benih lobster.

Aktivitas pembesaran lobster yang berkembang di masyarakat

masih banyak menghadapi berbagai kendala, antara lain ketersediaan pakan,

3
penyakit, dan waktu pemeliharaan yang relatif lama. Sementara itu, aktivitas penangkapan dan

ekspor benih yang berlangsung terus-menerus dengan jumlah yang terus meningkat,

untuk jangka panjang dapat menyebabkan penurunan stok benih di alam jika pengelolaannya

kurang terarah dan terkontrol. Salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan komoditas

lobster adalah menetapkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Nomor 56/PERMEN-KP/2016 Tentang Larangan Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster

(Panulirus spp.), Kepiting, (Scylla spp.), dan Ranjungan (Portunus spp.) dari Wilayah Negara

Republik Indonesia. Dalam peraturan tersebut mengatur tentang ukuran lobster yang boleh

diekspor, serta larangan mengekspor lobster yang sedang bertelur dengan alasan agar spesies

hewan laut tersebut memiliki waktu untuk bereproduksi sebelum ditangkap dan

diperjualbelikan.

Dengan adanya pernyataan itu Untuk mengetahui bagaimana pembudidayaan lobster air

laut dengan itu kami melakukan observasi pengunjungan pembudidayaan lobster air laut di

daerah lombok di teluk awang

B. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana cara pembudidayaan lobster air laut di teluk awang

C. Hasil

 Pembenihan

1. Bagaimana sejarah asal mula penangkapan benih di teluk awang?

4
Jawab: pembenihan awal dilakukan pada tahun 2007, bermula dari pak pamit yang

berprofesi sebagai security mutiara dan penyelam dan akhirnya menemukan benih pada

saat menyelam dilaut teluk awang dan berlanjut ke Jawa, Sumbawa sampai Vietnam.

Penyebaran benih sebenarnya dilakukan sampai Australia tapi dikarenakan ada wabah

covid-19, jadinya penyebaran benih tetap dilakukan tapi tidak dilakukan oleh bapak

pamit, melainkan oleh orang lain.

2. Apa saja jenis benih yang tertangkap?

jawab: terdapat dua jenis benih lobster yang tertangkap diteluk awang yaitu benih

lobster mutiara dan benih lobster pasir.

3. Berapa cm dan berwarna apa benih yang tertangkap?

Jawab : panjang benih lobster mutiara berkisar 4-5 cm berwarna bening. pada saat

kami melakukan observasi benih lobster pasir tidak tersedia dilokasi pembenihan.

4. Bagaimana metode penangkapan benih?

5
Jawab : metode penangkapan benih lobster dilakukan dengan cara penangkapan

di laut secara langsung.

5. Bagaimana metode packing ?

Jawab : metode packing ada dua jenis yaitu packing kering dan packing basah.

o packing kering

dilakukan dengan menggunakan plastic yang didalamnya dimasukkan gabus dan

sedikit air lalu dimasukkan benih lobster. misalkan dimasukkan

200 benih lobster ketahanan benih bisa sampai 3 hari 3 malam. dalam setiap satu

malam benih lobster bisa melakukan molting yang awalnya 200 benih bisa menjadi

600 benih lobter. Semakin dingin suhu air didalam maka semakin lambat proses

molting (pergantian kulit). pengiriman Jakarta bali untuk lobster konsumsi

packingannya menggunakan pasir dengan berat 3-4 ons. lobster di taruh pada

wadah lalu timbun dengan pasir sampai tertutup matanya dengan pasir. packingan

pasir bisa bertahan sampai 24 jam.

o Packing basah

6. Kemana saja benih dijual?

Jawab : sebelum ibu susi ekspor bisa sampai ke luar negeri seperti cina, jepang,

Vietnam, australi dan Singapore. kemudian pada saat pak edi prabowo pembenihan

bisa dikirim ke pulau jawa dengan syarat terdapat pembudidaya lobster dipulau

tersebut.

7. Berapa harga benih perekor?

6
jawab: harga benih lobster mutiara pertanggal 5 november 2022 sejumlah

Rp.30.000.00 perekor, sedangkan benih pasir perekor Rp. 17.000.00.

 Pembudidayaan

1. Sudah berapa lama malakukan kegiatan budidaya?

Jawab : dari sejak tahun 2010-sekarang

2. Lobster jenis apa yang dibudidayakan ?

Jawab : lobster mutiara dan lobster pasir.

3. Darimana sumber benih yang dipelihara ?

Jawab : teluk awang

4. Selama berapa lama proses pembudidayaan sampai panen ?

Jawab : 1 tahun. di Vietnam lama pembudidayaan sampai panen lamanya sekitar 5-6

bulan.

5. Bagaiamana metode budidaya lobster ?

jawab : metode yang digunakan adalah metode waring jarring ton. metode ini dipakai

pada saat pembudidayaan lobster. lobster yang masih kecil diletakkan didalam jarring

yang ukuran kecil, lobster besar diletakkan didalam jaring yang memiliki ukuran besar

juga.

7
6. Apa saja jenis pakan yang diberikan ?

jawab : ikan rucah, sedangkan divietnam digunakan 4 macam pakan yaitu ikan rucah,

pallet, rebon, dan kerang hijau.

7. pa saja kendala dalam proses pembudidayaan ?

jawab : kendala pada saat proses pembudidayaan yaitu terdapat virus yang menyerang

di badan lobster, nama virus tersebut belum diketahui Karen abelum diteliti. ciri-ciri

lobster yang terkena virus yaitu terdapat bercak-bercak putih di badan lobster,

lobsternya tidak bisa berjalan. virus tersebut menyebar. virus pada lobster ini pernah

dialami oleh pak pamit, tetapi cepat ditangani dengan cara memisahkan lobster yang

sudah terkena virus kemudian membawanya ke darat supaya tidakterkena pada lobster

lain.

8. Berapa persen lobster yang bisa bertahan hidup sampai panen ? jawab: lobster yang

bisa bertahan yaitu sekitar 90%.

9. Kemana lobster dijual ?

jawab : bali, jakarta, Sumbawa.

10. Berapa harga lobster perkilogram ?

Jawab : harga lobster perkilogram yaitu Rp. 550. 000.00. berat 1 lobster pasir tidak

mencapai 1 kilogram, paling mentok 5 ons. sedangkan lobster mutiara biasa mencapai 5

kilo/ekor

D. Kesimpulan

Jadi kesimpulannya adalah cara pembudidayaan lobster air laut di teluk awang adalah Pak

Pamit menjelaskan bahwa lama malakukan kegiatan budidaya yaitu dari


8
sejak tahun 2010-sekarang. Terdapat ada dua jenis lobster yang dibudidayakan yaitu lobster
mutiara dan lobster pasir. Sumber benih yang dipelihara berasal dari teluk awang sendiri.
Lama proses pembudidayaan sampai panen yaitu selama 1 tahun kalau budidaya yang ada di
Indonesia sedangkan di Vietnam lama pembudidayaan sampai panen lamanya sekitar 5-6
bulan, pembudidayaan di Vietnam lebih cepat proses panen karena dipengaruhi oleh faktor
pakan yang beraneka ragam.

Metode budidaya lobster yang digunakan adalah metode waring jarring ton, pada lobster
yang masih kecil diletakkan didalam jaring yang memiliki ukuran kecil, sedangkan lobster
yang besar diletakkan didalam jaring yang memiliki ukuran besar

9
juga. Jenis pakan yang diberikan cuma ikan rucah saja, sedangkan divietnam
menggunakan 4 macam pakan yaitu ikan rucah, pellet, rebon, dan kerang hijau, inilah
alasan di Vietnam proses panen lobster lebih cepat dari pada proses panen di
Indonesia.

Kendala dalam proses pembudidayaan yaitu terdapat virus yang menyerang di

badan lobster, nama virusnya adalah Octolasmis sp. Para pemdudidaya hanya
mengetahui virus ini lewat ciri-ciri lobster yang terkena virus yaitu terdapat bercak-
bercak putih di badan lobster, dan lobsternya tidak bisa berjalan. namun kami
mencoba mencari referensi tentang virus yang menyerang lobster tersebut, yang
dimana virus tersebut menyerang pada bagian kepala, dada, dan insang. Hal ini akan
menyebabkan lobster kesulitan mengambil oksigen untuk bernapas, kemudian lemas
dan akhirnya mati. Pak Pamit juga mengatakan bahwa virus tersebut bersifat
menyebar satu lobster yang kena maka lobster yang lain juga memiliki kemungkinan
untuk kena juga. Virus pada lobster ini pernah dialami oleh pak pamit dalam
budidaya nya, tetapi pak pamit cepat menanganinya dengan cara memisahkan lobster
yang sudah terkena virus kemudian membawanya ke darat dan menguburnya didalam
tanah supaya tidak terkena pada lobster lain. Karena virus ini sangat berbahaya
misalnya satu lobster yang kena dan kemudian membuang lobster yang kena ke laut
maka semua lobster yang dibudidaya kemungkinan besar akan ikut terkena virus ini
juga.
Selain itu, lobster yang bisa bertahan dari pertama budidaya sampai pada proses

panen yaitu sekitar 90%. Lobster yang sudah panen biasanya di ekspor ke dalam

negeri seperti Bali, Jakarta, dan Sumbawa. Lobster yang diekspor dijual dengan harga

perkilogram yaitu Rp. 550. 000.00. Berat dari 1

1
buah lobster pasir tidak mencapai 1 kilogram, paling mentok 5 ons, sedangkan
untuk lobster mutiara memiliki berat yang mencapai 5 kilo/ekor.

1
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai