Anda di halaman 1dari 8

ATRAKTOR CUMI-CUMI: SARANA UNTUK MENINGKATKAN

PRODUKTIVITAS CUMI-CUMI (LOLIGO SP)

PENULIS :

Khansa Rahima Salsabila

Laili Labibah Usman

PEMBIMBING :

Winda Widiastuty, S.Si

Cicih Yuningsih, M.Pd

SMAIT INSANTAMA BOGOR


2020

1
ATRAKTOR CUMI-CUMI: SARANA UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS CUMI-CUMI (LOLIGO SP)
Indonesia merupakan negara maritim terbesar didunia yang memiliki luas wilayah laut
sekitar tiga juta kilometer persegi, 17.500 pulau dan memiliki panjang sekitar 81.000 km serta
terletak di daerah beriklim trpois. Tentu saja Indonesia memiliki aneka kekayaan sumber daya
alam hayati dan nonhayati di pesisir pantai dan laut yang sangat potensial untuk pembangunan
ekonomi bangsa. Dalam upaya mempertahankannya, diperlukan suatu pengembangan metode
yang tepat untuk pemanfaatan sumberdaya yang ada tidak merusak lingkungan sehingga dapat
terjaga serta pemanfaatannya berkelanjutan. Salah satu keanekaragaman hayati yang digemari
masyarkat Indonesia adalah cumi-cumi.
Produksi cumi-cumi masih sangat tergantung dari hasil tangkapan, sehingga jumlahnya
sangat bergantung dengan kondisi alam. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di
perairan Selat Malaka, selat Makassar, laut Flores, dan laut Jawa, telah melebih 100% yang
berarti telah terjadi penangkapan yang berlebih (overfishing). Menurut data jumlah produksi
cumi-cumi di Indonesia pada September 2019 adalah 16.096 kg yang terus meningkat hingga
saat ini. Cumi cumi juga mengalami perkembangan ekspor yang lebih diminati oleh negara
asing, diantarnya yaitu Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat. Bukan hanya jumlah ekspor yang
terus meningkat, jumlah impornya pun meningkat dari 41% hingga 49% pada tahun 2018.
Masyarakat pun sangat menggemari cumi-cumi, sehingga membutuhkan cumi-cumi lebih
banyak.
Maka untuk mempertahankan populasi cumi-cumi diperlukan teknologi alternatif yang
dapat membantu cumi-cumi mudah berkembang biak. Atraktor cumi-cumi merupakan salah satu
sarana alternatif pemberdayaan nelayan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan daya
dukung sumberdaya cumi cumi.
Adapun tujuan penulisan essai ini yaitu, untuk mengetahui faktor penyebab minimnya
produksi cumi-cumi dan untuk mengetahui efektivitas atraktor untuk meningkatkan sumberdaya
cumi-cumi.
Faktor penyebab minimnya produksi cumi-cumi

Cumi cumi  merupakan sumber daya ikan dari kelompok hewan cephalopoda besar atau


jenis mollusca yang hidup di perairan laut.  Famili ini terdiri dari lima genus dan ditemukan lebih
dari 40 spesies di perairan dunia. Ada sebanyak 13 spesies cumi-cumi dijumpai di Indonesia.
Beberapa jenis cumi-cumi yang ada di Indonesia yang mempunyai nilai jual cukup tinggi seperti
Loligo duvaucelli, Loligo edulis, dan Sepioteuthis atau dikenal sotong.
Reproduksi Loligo spp. berlangsung secara seksual, dimana memiliki organ reproduksi
berumah dua. Alat reproduksinya terpisah, masing-masing dengan gonad yang terletak dekat
ujung rongga mantel bagian dorsal. Organ reproduksi jantan terdiri dari testis dan struktur untuk
melepaskan sperma dalam paket yang disebut dengan spermatofor. Organ reproduksi betina

2
menghasilkan telur yang besar dengan yolk dan termodifikasi oleh kelenjar khusus dimana akan
mengeluarkan gel yang akan membungkus telur (kapsul). Kapsul tersebut akan mengeras setelah
terekspos air laut. Pembuahan berlangsung secara internal dan menghasilkan telur. Cumi cumi
betina mengeluarkan banyak benang telur ke dalam air. Cumi cumi jantan mengeluarkan sperma.
Beberapa spesies telah dikembangkan untuk menaruh sperma di atau dalam cumi cumi betina.
Siklus hidup Cumi cumi jantan dan betina bergerak ke perairan dangkal. Umumnya pada
bulan Februari dan Agustus. Betina menempelkan kapsul telur pada lumpur atau pasir di lokasi
tersembunyi. Setelah 3 bulan, telur berkembang menjadi larva dengan panjang 5 mm. Setelah
berkembang akan menuju ke perairan dalam. Cumi cumi mempunyai umur maksimum antara 2-
3 tahun, dan akan mati setelah spawning. Dengan panjang maksimal dewasa 175 mm.
Cumi -cumi loligo sp merupakan salah satu hasil hayati laut di Indonesia yang paling
unggul di masyrakat. sehingga tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi meningkat. Menurut
data KKP tahun 2018 jumlah ekspor cumi mencapai 429,33 ribu ton ataun hampir 50%. Dan
jumlah produksinya mencapai 9,9 juta ton pertahun. Di perairan Selat Malaka, selat Makassar,
laut Flores, dan laut Jawa, telah melebih 100% yang berarti telah terjadi penangkapan yang
berlebih (overfishing), namun secara nasional masih sekitar 76%. Hal ini disebabkan karena
banyaknya jumlah alat tangkap yang terpasang serta gangguan alam yang relatif kecil pada
perairan cumi-cumi. Di Amerika tahun 2007 saja membutuhkan 640 ribu ton cumi-cumi. Disaat
yang sama Jepang membutuhkan 580 ribu ton, sementara produksi dalam negerinya pada saat itu
hanya mampu menghasilkan sekitar 200 ribu ton saja. Indonesia saat ini mengipor cumi sebesar
49% dari China, padahal negara Indonesia berpeluang memproduksi cumi-cumi serta
meningkatkan jumlah ekspor. Selain itu, hampir seluruh hasil ekspor cumi-cumi Indonesia saat
ini masih mengandalkan hasil tangkapan dari laut, artinya pasokan nelayan sangat tergantung
dari musim. Seperti misalnya di selat Alas (selat yang menghubungkan antara pulau lombok dan
sumbawa) pada periode Oktober-April merupakan masa panen cumi-cumi. Selama Bulan Mei-
September merupakan saat kekurangan cumi-cumi pendapatannya akan menurun. Oleh karena
itu atraktor cumi-cumi dibutuhkan untuk mengeksploitasi sumber daya cumi cumi. (gambar 1)

Efektivitas atraktor untuk meningkatkan sumberdaya cumi-cumi.

Atraktor cumi-cumi mulai dikembangkan di negara Jepang dengan tujuan utama yaitu
memperkaya sumberdaya stok cumi-cumi di suatu kawasan perairan. Hal ini dikarenakan fungsi
dari atraktor cumi-cumi tersebut yaitu sebagai tempat cumi-cumi melepaskan dan menempelkan
telurnya, lalu telur-telur tersebut yang menempel pada atraktor akhirnya akan menetas. Selain
sebagai tempat melepaskan telur, traktor juga berperan sebagai daerah pemeliharaan dan
berkembangbiak. Selain itu, berbagai jenis ikan akan mencari makan dan bermain di sekitar

3
atraktor tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadikan daerah penenggelaman atraktor cumi
sebagai daerah penangkapan yang potensial. Dengan pengelolaan dan pengembangan
penangkapan ikan berbasis masyarakat nelayan, fungsi atraktor tersebut sangat potensial untuk
dikembangkan membantu nelayan yang terlibat di dalam suatu kawasan untuk melakukan
kemajuan usaha, pengembangan mata pencaharian alternatif dan pengkayaan sumberdaya cumi-
cumi dengan cara alami.
Atraktor cumi-cumi dapat dibuat dari berbagai jenis bahan dan berbagai bentuk,
tergantung dari mudah didapatnya bahan untuk pembuatan atraktor. Jenis bahan dan bentuk yang
dibahas dalam essai ini adalah atraktor berbentuk persegi panjang karena bisa berdiri seimbang
dan berbahan dasar pipa sebagai rangkanya dengan ukuran sesuai keinginan. Dengan
menggunakkan pipa, lebih mudah didapat dan tidak cepat rusak karena pipa tahan karat.

Adapun cara membuatnya sebagai berikut:

Pertama, rangka pipa dibuat persegi panjang dengan ukuran sesuai keinginan.

Kedua, dibuat ikatan pada rangka sebanyak 6 bentangan diatas dan dibawah
menggunakan tali nylon.

Ketiga, diikat tali rami pada bentangan nylon sebelumnya. Gunakan tali ukuran 100
untuk memperkuat tali. Tali ini digunakkan sebagai tempat bertelur cumi.

Keempat, diletakkan plastik lantai diatas rangka yang sudah diukur, lalu diberikan lapisan
waring diatasnya, lalu jahit menggunakkan tali nylon.

Atraktor cumi siap digunakan, hingga kedalamannya mencapai 3-7 meter. (Gambar 5)

Atraktor cumi memiliki manfaat antara lain :


1. Dapat berperan sebagai terumbu buatan sehingga membentuk ekosistem baru.
2. Sebagai alat pengumpul cumi-cumi dan tempat cumi-cumi melepaskan telurnya
sehingga pemasangan rumpon ini pada suatu kawasan perairan akan menciptakan
pemandangan bawah air yang unik, yaitu pemandangan hamparan telur cumi-cumi.
3. Dapat menjadi daerah pemeliharaan dan berkembangbiak yang pada akhirnya dapat
berkembang menjadi daerah penangkapan yang potensial.
4. Dengan adanya atraktor cumi pada suatu perairan dapat menjadi daerah yang menarik
untuk dikembangkan sebagai daerah ekowisata pantai dengan kegiatan penyelaman dan
pemancingan.
5. Alih teknologi yang mudah kepada masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat
pesisir, meningkatkan keterampilan masyarakat pesisir dalam berpartisipasi pada
pengelolaan ekowisata di kawasan pantai.

4
6. Dapat dipadukan dengan kegiatan budidaya cumi-cumi yang berbasis sumberdaya alam.
7. Pengembangan penelitian

Perbandingan Hasil Tangkapan Total Bagan Tancap Dengan Atraktor Cumi Dan Bagan
Tancap Tanpa Atraktor Cumi. (Gambar 2)

Jumlah hasil tangkapan Bagan Tancap yang tanpa menggunakan Atraktor Cumi adalah
Cumi (38,55 kg) dengan persentasenya 59%, Ikan Teri (22,55 kg) dengan persentasenya 34%,
Kepiting Bakau (2,3 kg) dengan persentasenya 4% dan Udang (2,03 kg) dengan persentasenya
3%. (Gambar 4)
Sedangkan pada Bagan Tancap yang menggunakan Atraktor Cumi hasil tangkapannya
adalah Cumi (46,62 kg) dengan persentasenya 50%, Teri (40,82 kg) dengan persentasenya 44%,
Kepiting Bakau (4,5 kg) dengan persentasenya 5% dan Udang (1,2 kg) dengan persentasenya
1%. (Gambar 3)
Penelitian atraktor cumi di Indonesia telah dilakukan oleh Baskoro dan Mustaruddin
(2006) di Teluk Pelabuhan Ratu, Jawa Barat Selain itu, penelitian atraktor cumi dilakukan di
Teluk Mutiara Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur oleh Tallo (2006).
Berdasarkan pemaparan diatas atraktor cumi-cumi memiliki peluang efektif untuk
meningkatkan sumber daya cumi-cumi di Indonesia. Sehingga produksi cumi cumi semakin
meningkat dapat memperluas ekspor cumi-cumi dengan jumlah yang banyak serta dapat
berkembang menjadi daerah penangkapan yang potensial. Diharapkan pemerintah dapat
mendunkung alternatif ini.

5
DAFTAR PUSAKA

Pustaka situs web

https://youtu.be/Mqz6RgWb1TE diakses pada 8, Februari 2020

Wikipedia mengenai Cumi

https://id.wikipedia.org/wiki/Cumi-cumi diakses pada 8, Februari 2020

Pustaka situs web

https://kkp.go.id/wp-content/uploads/2018/01/KKP-Dirjen-PDSPKP-FMB-Kominfo-19-Januari-
2018.pdf diakses pada 8, Februari 2020

Baskoro, M.S., R.F. Telussa dan F. Purwangka. 2006. Efektivitas Bagan Motor di Perairan
Waai, Pulau Ambon. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap menuju Paradigma
Teknologi Perikanan Tangkap yang Bartanggungjawab dalam Mendukung Revitalisasi
Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 157 – 165.

6
Gambar 1. Peningkatan Ekspor Cumi-cumi tiap tahun

Gambar 2. Perbandingan hasil tangkapan Cumi-cumi


bagan tancap dengan Atraktor dan bagan tancap yang
tidak menggunkan Atraktor

7
Gambar 3. Komposisi Hasil
Gambar 4. Tangkapan Total Tangkapan
Komposisi Hasil Bagan Total Bagan
Tancap Atraktor Cumi-Cumi
Tancap tanpa Atraktor Cumi Cumi

Gambar 5. Contoh Atraktor Cumi Cumi

Anda mungkin juga menyukai