Anda di halaman 1dari 19

TUGAS

BUDIDAYA LOBSTER

JENIS-JENIS LOBSTER BERNILAI EKONOMIS PENTING INDONESIA

OLEH:

NAMA : SYUKRIAH KAMILAH


NIM : I1B120007

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Budidaya Lobster.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah
memberikan waktu dan kesempatan penyusunan makalah ini. Tak lupa pula,
kepada pihak-pihak lain yang tentunya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya dengan segala keterbatasan serta pengetahuan penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.
Makalah ini juga masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang
dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan kekurangan makalah ini di
masa yang akan datang dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

Kendari, September 2022

Syukriah Kamilah
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lobster adalah hewan avertebrata anggota filum Arthropoda yang hidup di


dalam air. Perikanan laut mengenal dua jenis udang, yaitu udang penaeid dan
udang lobster. Dua jenis udang ini merupakan sumber perikanan yang memiliki
nilai ekonomis tinggi. Lobster dikenal dengan nama lain spiny lobster merupakan
salah satu marga dari family Palinuridae yang memiliki 49 spesies. Terdapat 11
spesies hidup di perairan Indo-Pasifik Barat dan 6 diantaranya terdapat di perairan
Indonesia. Enam spesies lobster yang ada di Indonesia diantaranya: Panulirus
homarus, Panulirus panicillatus, Panulirus longipes, Panulirus polyphagus,
Panulirus versicolor dan Panulirus ornatus (Setyanto et al., 2018).
Lobster dikenal karena rasanya yang gurih dan lezat serta dagingnya yang
lembut. Bila dibandingkan dengan jenis udang lain, cita rasa yang dimiliki lobster
jauh lebih enak. Maka tidak mengherankan jika makanan ini hanya disajikan di
restoran-restoran besar dan hotel berbintang. Karena harganya yang mahal, lobster
biasanya dikonsumsi oleh kalangan ekonomi atas. Selain karena cita rasa yang
lezat, lobster juga memiliki kandungan protein tinggi (24,18%) dan kandungan
karbohidrat (55,68%) dan kadar lemak terendah (6,18%) dibandingkan dengan
spesies lain. Kondisi ini menyebabkan harga komoditas ini sangat tinggi. Harga
lobster ukuran konsumsi (>500 gr) berkisar antara U$D 65-80 di Jakarta dan Bali;
sedangkan harga jual ditingkat pembudidaya di Vietnam dengan ukuran yang
sama lebih tinggi, yaitu berkisara antara U$D 90-120 (Asvin et al., 2019).
Ketersediaan lobster di Indonesia diperoleh dari hasil penangkapan di alam
(Prariska et al., 2020), tingginya nilai ekonomis lobster menyebabkan
penangkapan lobster dilakukan secara terus menerus dan tidak memperhatikan
kondisi sumberdaya dan lingkungan. Peningkatan hasil tangkapan tersebut
tentunya akan berpotensi mengancam kelestarian sumberdaya lobster laut di
Indonesia (Suriadi et al., 2017). Salah satu alternatif yang paling tepat untuk
mengatasi persoalan tersebut adalah produksi dengan cara budidaya. Melalui
budidaya, lobster dapat terlindungi dari kepunahan dan juga proses penyediaan
stok yang cukup serta berkelanjutan (Mindar et al., 2017). Lobster karang sangat
banyak jenisnya dan mempunyai spesifikasi perkembangan dan kebiasaan yang
berbeda (Suriadi et al., 2017).
Bertolak dari uraian di atas, maka untuk membudidayakan lobster terlebih
dahulu perlu untuk mengetahui tentang biologi lobster baik dari aspek jenis-jenis
lobster ekonomis penting, klasifikasi, morfologi, habitat dan penyebarannya serta
bagaimana status pemanfaatannya.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan tugas ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis lobster


bernilai ekonomis penting Indonesia, klasifikasi lobster, ciri morfologi, habitat
dan penyebaran, dan status pemanfaatan lobster di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

Jenis-Jenis Lobster Bernilai Ekonomis Penting Indonesia

Lobster menjadi salah satu komoditas perikanan yang potensial dan


bernilai ekonomis penting untuk diekspor. Hal ini terbukti dengan semakin
tingginya permintaan pasar domestik terhadap ekspor lobster. Setidaknya ada
enam jenis lobster yang hidup di perairan Indonesia dan semuanya bernilai
ekonomis. Keenam jenis lobster tersebut yaitu: lobster mutiara (P. ornatus),
lobster pasir (P. homarus), lobster batik (P. longipes), lobster bambu (P.
versicolor), lobster lumpur/pakistan (P. polyphagus) dan lobster batu (P.
panicillatus) (Rombe et al., 2018).
1. Lobster Mutiara (Panulirus ornatus)
Lobster mutiara (P. ornatus) atau lebih dikenal dengan ornate spiny
lobster (nama internasional/dagang) adalah komoditi lobster dengan nilai jual
tertinggi daripada jenis lobster lainnya (Khikmawati et al., 2017). Harga jual
lobster mutiara di pasar internasional dengan ukuran 1 kilogram keatas dapat
mencapai harga U$D 120 atau setara Rp 1.723.680 per kilogram (Ahmadi et al.,
2022).

Gambar 1. Lobster mutiara (P. ornatus)


(Sumber: DPMPTSP Kaltim, 2019)

Lobster ini hidup di perairan Indo-Pasifik, dengan daerah lintang rendah.


Jenis lobster ini pertumbuhannya paling tinggi jika dibandingkan dengan jenis
lobster tropis lainnya seperti P. versicolor, P. homarus dan P. polyphagus
(Yusnaini et al., 2009).
a. Klasifikasi
Menurut Setyanto & Halimah (2019) klasifikasi lobster mutiara adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Palinuridae
Genus : Panulirus
Species : Panulirus ornatus

b. Ciri Morfologi
Tubuh lobster mutiara tersusun atas dua bagian utama, yaitu cephalothorax
(bersatunya dada dan kepala) yang dibungkus oleh karapas keras berduri,
melekat lima pasang kaki jalan (periopod) dan bagian badan yang terdiri dari
daging, punggung dibungkus oleh karapas, tempat melekat kaki renang
(pleopod) empat pasang dan ekor (telson) (Yusnaini et al., 2009).
Lobster mutiara memiliki warna kehijauan dengan karapas agak kebiruan.
Antena dan kaki dikelilingi dengan warna kuning pucat dan hitam yang
mencolok. Abdomen berwarna kegelapan pada bagian tengah dan bagian sisi
mempunyai bercak berwarna kuning pucat. Panjang totalnya maksimal
mencapai 60 cm, namun umumnya berkisar 20-35 cm dengn berat maksimum
mencapai 6 kg (Wiadnyana et al., 2018).
c. Habitat dan Penyebaran
Lobster umumnya ditemukan di lingkungan perairan terumbu karang, dari
permukaan sampai pada kedalaman beberapa meter, terutama di lokasi dengan
air yang hangat dengan suhu berkisar 20º-30ºC dan biasanya berada di tempat
yang cukup terlindung oleh batu karang (Yusnaini et al., 2009). Lobster
mutiara hidup soliter atau berpasangan di daerah karang, karang berbatu, atau
karang tebing yang tenang. Namun kadang ditemukan pada substrat berlumpur
di muara sungai dengan air agak keruh (Wiadnyana et al., 2018).
Lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari sedangkan
pada waktu siang hari, lobster mutiara lebih suka berdiam pada lubang-lubang
karang dan keluar pada malam hari untuk mencari makanan di sekitar karang
dangkal ketika air pasang (Yusnaini et al., 2009). Kedalaman air yang disukai
oleh lobster mutiara berada pada rentang 1-10 meter namun masih dapat
ditemukan pada kedalaman hingga 200 meter (Widianti et al., 2021).
d. Status Pemanfaatan
Pemanfaatan lobster di Indonesia tidak hanya dari lobster dewasa tetapi
juga dari benih bening lobster. Kegiatan pemanfaatan lobster yang kontribusi
terbesarnya melalui penangkapan (96,91%) serta sulitnya dibudidayakan
(3,09%) menyebabkan maraknya penangkapan lobster dewasa maupun benih
bening lobster yang mengkhawatirkan. Kekhawatiran ini ditunjukkan pada data
ekspor benih bening tahun 2013-2014 ke Vietnam mencapai 10,3 ton- 23,6 ton.
Tingkat pemanfaatan lobster di Indonesia menunjukkan status fully exploited
dimana tingkat pemanfaatannya berada pada rentang 80%-100% dari estimasi
yang ditetapkan, sehingga penangkapan lobster disarankan tidak dipertambah
upayanya (Setyanto et al., 2021).
2. Lobster Pasir (Panulirus homarus)
Lobster pasir digolongkan sebagai lobster berduri (spiny lobster) yang di
Indonesia dikenal dengan udang barong/udang karang karena pada umumnya
ditemukan di perairan karang. Udang atau lobster ini adalah jenis lobster yang
paling banyak ditemukan di perairan Indonesia termasuk famili Palinuridae dan
termasuk genera Panulirus (Kembaren et al., 2015).
Lobster ini mempunyai nama Inggris scalloped spiny lobster, Gand sand
lobster, sand lobster, rock lobster, crayfish, spiny lobster. Di Indonesia lebih
umum dikenal sebagai lobster hijau pasir, lobster pasir, udang patung, udang
karang dan udang bergerigi (Sururi et al., 2016).

Gambar 2. Lobster pasir (P. homarus)


(Sumber: Wiadnyana et al., 2018)
a. Klasifikasi
Menurut Setyanto & Halimah (2019) klasifikasi lobster pasir adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Palinuridae
Genus : Panulirus
Species : Panulirus homarus

b. Ciri Morfologi
Secara morfologi, lobster pasir memiliki warna dasar kehijauan atau
kecoklatan dengan mata coklat gelap. Bagian depan karapas dan antara mata
memiliki tanda oranye dan biru cerah. Antenullar flagela bergantian berselang
seling dengan coklat dan putih. Abdomen ditutupi dengan bintik-bintik kecil.
Pleopoda berwarna coklat merah. Lobster ini dapat tumbuh hingga 31 cm
dengan panjang karapas sekitar 12 cm namun ukuran panjang total rata-rata
lobster ini antara 20-25 cm (Wiadnyana et al., 2018)
c. Habitat dan Penyebaran
Lobster ini hidup di perairan terumbu karang dengan kedalaman antara 1-5
meter (Widianti et al., 2021) yang terlindung di antara batu-batu karang serta
jarang hidup berkelompok. Lobster ini sangat sulit ditangkap, sehingga
seringkali diambil dengan cara menyelam. Lobster ini tersebar mulai dari pulau
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Timor Leste, Sulawesi, Halmahera dan
Ambon (Pratiwi, 2018).
d. Status Pemanfaatan
Status pemanfaatan lobster pasir di Indonesia didominasi oleh
penangkapan di alam. Sebagai komoditi yang bernilai ekonomis tinggi,
permintaan lobster pasir sangat tinggi sehingga mendorong nelayan untuk
menangkap lobster sebanyak-banyaknya. Karena permintaan yang tinggi, harga
lobster terus naik. Tingginya penangkapan di alam disebabkan belum
berkembangnya teknologi budidaya lobster di Indonesia sehingga masyarakat
lebih memilih untuk menjual benih lobster hasil tangkapan. Adapun untuk
kegiatan budidaya seringkali masih menghadapi kendala seperti ketersediaan
pakan, penyakit dan waktu pemeliharaan yang relatif lama (Anggraini et al.,
2021).
3. Lobster Batik (Panulirus longipes)
Lobster batik (P. longipes) dikenal juga sebagai long-legged spiny lobster
adalah salah satu jenis lobster anggota famili Palinuridae dengan nilai ekonomis
tinggi sebagai sumber pangan. Lobster ini memiliki nilai ekonomis tinggi tetapi
belum banyak dibudidayakan karena terbatasnya data tentang budidaya, aspek
biologi, dan aspek pembiakannya (Yusnaini et al., 2020).

Gambar 3. Lobster batik (P. longipes)


(Sumber: Setyanto & Halimah, 2019)

a. Klasifikasi
Menurut Setyanto & Halimah (2019) klasifikasi lobster batik adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Palinuridae
Genus : Panulirus
Species : Panulirus longipes

b. Ciri Morfologi
Lobster batik memiliki warna tubuh coklat gelap dengan bercak-bercak
putih yang dihubungkan dengan garis berwarna jingga (Widianti et al., 2021).
Kaki lobster batik ditutupi oleh bintik-bintik putih yang menonjol yang
dihubungkan oleh garis oranye. Abdomen ditutupi dengan banyak bintik-bintik
putih berukuran kecil hingga sedang (Wiadnyana et al., 2018). Tubuh lobster
batik dilindungi oleh kulit keras dari zat kapur, dilengkapi duri-duri keras dan
tajam terutama di bagian atas kepala dan antena atau sungut. Pada lobster ini,
kaki jalan tidak memiliki chela atau capit, kecuali pada kaki kelima pada induk
betina. Selain berwarna coklat, lobster batik juga ada yang berwarna ungu,
hijau, merah dan abu-abu serta membentuk pola yang indah (Sururi et al.,
2016).
c. Habitat dan Penyebaran
Habitat lobster batik adalah kondisi perairan berkarang dengan air jernih
hingga kedalaman hingga 130 m (Widianti et al., 2021). Termasuk daerah
berbatu dengan arus sedang namun kadang perairan sedikit keruh. Lobster ini
aktif mencari makan pada malam hari dan tidak berkelompok (Wiadnyana et
al., 2018).
d. Status Pemanfaatan
Lobster batik termasuk salah satu jenis lobster dengan nilai ekonomis
tinggi, namun informasi tentang budidaya, aspek biologi utamanya pembiakan
masih belum banyak diketahui (Yusnaini et al., 2020). Di kalangan
pembudidaya, budidaya lobster dilakukan dengan sistem yang terkontrol untuk
meminimalisir kematian pada lobster. Namun, laju pertumbuhan lobster yang
dibudidayakan cenderung lambat, hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor salah satunya adalah nutrisi dan lingkungan (Abdurachman,
2022).
4. Lobster Bambu (Panulirus versicolor)
Lobster bambu atau painted spiny lobster adalah jenis lobster yang hidup
di perairan terumbu karang yang terlindung di antara batu-batu karang serta jarang
hidup berkelompok. Udang jenis ini sangat sulit ditangkap dengan menggunakan
alat tangkap, sehingga seringkali ditangkap dengan cara menyelam (Pratiwi,
2018).

Gambar 4. Lobster bambu (P. versicolor)


(Sumber: Pane et al., 2021)
a. Klasifikasi
Menurut Setyanto & Halimah (2019) klasifikasi lobster bambu adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustasea
Order : Decapoda
Family : Palinuridae
Genus : Panulirus
Species : Panulirus versicolor
b. Ciri Morfologi
Lobster bambu mempunyai ciri warna yang khas yaitu hijau terang dengan
garis putih melintang yang diapit warna hitam, permukaan ruas abdomen tidak
ada alur melintang dan rambut kecuali pada bagian tepi belakang dan lekuk
yang terdapat pada bagian sebelah sisi, antena berwarna merah dan pada setiap
kaki memiliki pola garis horizontal berwarna hitam kekuningan (Pratiwi, 2013;
Setyanto et al., 2019).
c. Habitat dan Penyebaran
Habitat hidup lobster bambu ini adalah perairan karang pada kedalaman
15-40 m dan mempunyai sifat hidup soliter (Pratiwi, 2018; Sururi et al., 2016).
Lobster ini menyebar luas mulai dari Laut Merah dan pantai timur Afrika
Selatan hingga Natal dan ke arah timur hingga selatan Jepang, Micronesia,
Melanesia, sebelah utara Australia, dan Polynesia. Sementara di Indonesia,
lobster bambu menyebar mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi, Halmahera, Ambon hingga Kepulauan Kei (Pane et al., 2021).
d. Status Pemanfaatan
Produksi lobster sampai saat ini masih dihasilkan dari usaha penangkapan
(Kusuma et al., 2012). Spesies yang paling sering dan dominan tertangkap
adalah lobster bambu. Meningkatnya permintaan lobster menjadikan nelayan
melakukan kegiatan penangkapan secara terus menerus. Usaha penangkapan
yang semakin intensif dan kurangnya kesadaran akan kelestarian sumberdaya
ikan telah menimbulkan terjadinya tekanan sumberdaya yang semakin berat
sehingga dikhawatirkan akan mengarah pada overfishing. Minimnya
penanganan intensitas penangkapan juga membawa dampak pada ukuran rata-
rata lobster yang semakin kecil (Larasati et al., 2021).
5. Lobster Lumpur (Panulirus polyphagus)
Udang barong lumpur atau mud spiny lobster adalah nama perdagangan
untuk P. polyphagus. Penamaan lokal ini dikenal sebagai lobster pakistan atau
lobster lumpur. Spesies ini adalah salah satu jenis udang barong (lobster) yang
secara geografis tersebar di perairan laut tropis di kawasan Barat Indo Pasifik
mulai dari pantai Pakistan, India, Vietnam, Filipina, Indonesia sampai Australia
Barat Laut dan Pantai Timur Papua. Pemanfaatan sumber daya udang barong di
Indonesia sebagian besar berasal dari kegiatan penangkapan dengan alat tangkap
jaring lobster yang dioperasikan di perairan pantai (Chodrijah et al., 2018).

Gambar 5. Lobster lumpur/pakistan


(Sumber: Wiadnyana et al., 2018)
a. Klasifikasi
Menurut Setyanto & Halimah (2019) klasifikasi lobster lumpur adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustasea
Order : Decapoda
Family : Palinuridae
Genus : Panulirus
Species : Panulirus
b. Ciri Morfologi
Lobster lumpur/pakistan memiliki warna dasar hijau kusam. Kaki
berwarna hijau muda dengan bercak putih kekuningan. Abdomen dengan
bintik-bintik kecil pucat dengan garis putih kekuningan dengan pinggiran
coklat di dekat batas posterior pada setiap segmen. Panjang total maksimum
dapat mencapai 40 cm namun umumnya berkisar antara 20-25 cm (Wiadnyana
et al., 2018).
c. Habitat dan Penyebaran
Spesies ini umum ditemukan di perairan pantai pada substrat berlumpur
dan berbatu hingga kedalaman 40 m, meskipun terkadang terlihat di dekat
muara sungai. Lobster ini bahkan masih dapat dijumpai pada kedalaman 90 m.
Persebaran lobster ini cukup luas mulai dari Pakistan, India, Vietnam, Filipina,
Indonesia hingga ke Australia dan Teluk Papua. Di India, spesies ini bernilai
ekonomis penting dan berkontribusi tinggi hampir tiga perempat penangkapan
lobster di negara ini (Chakraborty & Radhakrishnan, 2015).
d. Status Pemanfaatan
Lobster lumpur merupakan salah satu potensi besar di Perairan Sorong, ini
dibuktikan dengan adanya kegiatan penangkapan lobster baik dengan alat
tangkap maupun tanpa alat tangkap (without gear). Eksploitasinya terus
dilakukan karena sumberdaya ini mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi
Pemanfaatan lobster melibatkan nelayan, pengumpul/ distributor, dan eksportir.
Tercatat jumlah pedagang yang mengirimkan lobster ke luar kota Sorong
sampai tahun 2015 berjumlah 46 orang. Ini mengindikasikan adanya
eksploitasi lobster. Exploitasilobster secara terus menerus yang tidak terkontrol
dapat mengancam kelestarian sumberdaya bahwa tingkat pemanfaatan spiny
lobster di Wonogiri mencapai 64.89% dengan upaya pemanfaatannya over
fishing secara biologi dan ekonomi (Sururi et al., 2016).
6. Lobster Batu (Panulirus penicillatus)

Gambar 6. Lobster batu (P. penicillatus)


(Sumber: Wiadnyana et al., 2018)
Lobster batu atau pronghorn spiny lobster merupakan jenis udang karang
(Panulirus spp.) yang ditemukan di Indonesia karena tersedianya habitat yang
baik berupa karang/terumbu karang yang tumbuh subur pada iklim tropis dengan
suhu rata-rata 28ºC (Yusuf et al., 2019).
a. Klasifikasi
Menurut Setyanto & Halimah (2019) klasifikasi lobster batu adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Palinuridae
Genus : Panulirus
Species : Panulirus penicillatus
b. Ciri Morfologi
Lobster batu memiliki ciri warna biru kehitam-hitaman dengan bintik yang
tidak begitu jelas pada setiap ruas abdomen (Widianti et al., 2021). Jantan
biasanya memiliki warna lebih gelap dibanding betina. Kaki memiliki garis-
garis warna putih mencolok. Panjang total maksimum mencapai 40 cm, namun
umumnya berkisar antara 20-30 cm dan ukuran tubuh jantan biasanya lebih
besar dibanding betina (Wiadnyana et al., 2018).
c. Habitat dan Penyebaran
Lobster ini sering ditemukan pada habitat perairan dangkal dengan
kedalaman antara 1-4 m dan kedalaman maksimum 16 m (Widianti et al.,
2021). Hewan ini hidup di tepi terumbu karang yang mengarah ke laut yang
memiliki perairan bersih dan tidak terpengaruh oleh sungai. Lobster batu
bersifat aktif di malam hari dan tidak berkelompok, namun kadang berkumpul
antara jantan dan betina. Lobster batu bersembunyi sepanjang hari di celah-
celah batu dan terumbu karang (Wiadnyana et al., 2018).
d. Status Pemanfaatan
Pemanfaatan lobster jenis P. penicillatus sudah sangat intensif akibat
makin meningkatnya permintaan dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan
tingginya laju eksploitasi dikhawatirkan akan mengancam kelestarian sumber
daya lobster dan dalam jangka panjang akan dapat menimbulkan kepunahan
sumber daya ini. Agar sumber daya tersebut dapat terjamin kelestariannya,
maka harus dikelola secara berkelanjutan (Suman et al., 2019). Bentuk
pengelolaan tersebut adalah budidaya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hal yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah terdapat beberapa
jenis lobster yang bernilai ekonomis penting Indonesia. Beberapa jenis lobster
tersebut yaitu: lobster mutiara (P. ornatus), lobster pasir (P. homarus), lobster
batik (P. longipes), lobster bambu (P. versicolor), lobster pakistan/lumpur (P.
polyphagus) dan lobster batu (P. penicillatus).
B. Saran

Pengetahuan tentang aspek biologi, budidaya dan pembiakan lobster perlu


diketahui sehingga dapat ditingkatkan produktivitasnya, baik untuk tujuan
konsumsi manusia maupun restocking di alam.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, M. H. 2022. Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan Lobster


Batik (Panulirus longipes femoristriga). Jurnal Marikultur. 4(1): 22-30.
Ahmadi, F., Husni, S., & Nursan, M. 2022. Marketing Analysis Pearl Lobster
(Panulirus ornatus) in East Lombok Regency. Jurnal Agrotek Ummat. 9(2):
146-154.
Anggraini, E., Arifin, P., & Rahman, A. 2021. Kajian Jenis Lobster (Panulirus sp)
yang Dikirim dari Kalimantan Selatan dan Kebijakannya. AQUATIC (Jurnal
Tugas Akhir Mahasiswa). 4(1): 1-9.
Asvin, M. R., Restu, I. W., & Ekawaty, R. 2019. Komposisi Jenis dan Ukuran
Lobster (Panulirus sp.) Hasil Tangkapan di Pantai Yeh Gangga Kabupaten
Tabanan dan Pantai Canggu Kabupaten Badung Provinsi Bali. Current
Trends in Aquatic Science. II(1): 108-114.
Chakraborty, R. D., & Radhakrishnan, E. V. 2015. Taxonomy, Biology and
Distribution of Lobsters. Summer School on Recent Advances in Marine
Biodiversity Conservation and Management.
Chodrijah, U., Priatna, A., & Nugroho, D. 2018. Distribusi Ukuran Panjang dan
Parameter Populasi Lobster Lumpur (Panulirus polyphagus Herbst, 1793) di
Perairan Sebatik, Kalimantan Utara (WPPNRI-716). Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia. 24(1): 11-23.
DPMPTSP Kaltim. 2019. Kajian Pemetaan Potensi Investasi Lobster Provinsi
Kalimantan Timur. Tersedia: https://docplayer.info/161426936-Laporan-
akhir-kajian-pemetaan-potensi-investasi-lobster-di-kalimantan-timur.html.
Diakses pada 24 September 2022.
Kembaren, D. D., Lestari, P., & Ramadhani, R. 2015. Parameter Biologi Lobster
Pasir (Panulirus homarus) di Perairan Tabanan, Bali. BAWAL Widya Riset
Perikanan Tangkap. 7(1): 35-42.
Khikmawati, L. T., Martasuganda, S., & Sondita, F. A. 2017. Hang-In Ratio
Gillnet Dasar dan Pengaruhnya terhadap Karakteristik Hasil Tangkapan
Lobster (Panulirus spp.) di Pelabuhanratu Jawa Barat Marine Fisheries:
Journal of Marine Fisheries Technology and Management. 8(2): 175-186.
Kusuma, R. D., Asriyanto & Sardiyatmo. 2012. Pengaruh Kedalaman dan Umpan
Berbeda terhadap Hasil Tangkapan Lobster (Panulirus spp.) dengan Jaring
Lobster (bottom gill net monofilament) di Perairan Argopeni Kabupaten
Kebumen. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and
Technology. 1, 11-21.
Larasati, R. F., Setyobudi, E., & Suadi, S. 2021. Hubungan Panjang-Berat dan
Nisbah Kelamin Lobster Batu (Panulirus penicillatus) di Pantai Selatan
Yogyakarta. PELAGICUS. 2(2): 83-93.
Mindar., Yusnaini., & Muskita, W. H. 2017. Identifikasi Bakteri pada Lobster
Mutiara (Panulirus ornatus) yang Dibudidayakan di Keramba Jaring
Apung. Media Akuatika. 2(1): 300-309.
Pane, A. R., Alnanda, R., Marasabessy, I., & Suman, A. 2021. Aspek Biologi dan
Status Pemanfaatan Lobster Bambu (Panulirus versicolor) di Perairan
Kepulauan Aru, Maluku. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap. 13(2):
85-94.
Prariska, D., Supriyono, E., Soelistyowati, D. T., Puteri, R. E., Sari, S. R., &
Sa'adah, R. 2020. Kelangsungan Hidup Lobster Pasir Panulirus homarus
yang Dipelihara pada Sistem Resirkulasi. Clarias: Jurnal Perikanan Air
Tawar. 1(1): 1-7.
Pratiwi, R. 2013. Lobster Komersial (Panulirus spp.). Oseana. 2: 55–68.
_____2018. Keanekaragaman dan Potensi Lobster (Malacostraca: Palinuridae) di
Pantai Pameungpeuk, Garut Selatan, Jawa Barat. Majalah Ilmiah Biologi
BIOSFERA: A Scientific Journal. 35(1): 10-22.
Rombe, K. H., Wardiatno, Y., & Adrianto, L. 2018. Pengelolaan Perikanan
Lobster dengan Pendekatan EAFM di Teluk Palabuhanratu. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. 10(1): 231-241.
Setyanto, A., Rachman, N. A., & Yulianto, E. S. 2018. Distribusi dan Komposisi
Spesies Lobster yang Tertangkap di Perairan Laut Jawa bagian Jawa Timur,
Indonesia Distribution and Composition of Lobster Species Caught in Java
Sea of East Java, Indonesia. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada.
20(2): 1689-1699.
_____., & Halimah, S. 2019. Biodiversitas Lobster di Teluk Prigi, Trenggalek
Jawa Timur. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research). 3(3): 345-
350.
_____., Tumulyadi, A., Ajinugraha, C., & Fuad, F. 2022, April. Preferensi Larva
Ikan (Krustasea) pada Habitat Buatan Berbahan Kertas Semen di Pantai
Selatan Trenggalek, Jawa Timur. In Prosiding Seminar Nasional Perikanan
dan Kelautan (Vol. 9, No. 1, pp. 127-132).
Suman, A., Pane, A. R. P., & Panggabean, A. S. 2019. Penangkapan, Parameter
Populasi serta Tingkat Pemanfaatan Lobster Pasir (Panulirus homarus) dan
Lobster Batu (Panulirus penicillatus) di Perairan Gunung Kidul dan
Sekitarnya. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 25(3): 147-160.
Suriadi, L. S., Yusnaini., & Agus, K. 2017. Pengaruh Jenis Pakan Segar Terhadap
Pertumbuhan Biomassa Calon Induk Lobster Batik (Panulirus longipes).
Media Akuatika. 2(2): 360-367.
Sururi, M., Simau, S., Sudirman., Gunaisah, E., Sepri., Suryono, M., Muhammad,
S., & Ghofir, A. 2016. Kajian Sumberdaya Lobster yang Didaratkan di Kota
Sorong, Papua Barat. Jurnal Airaha. 5(1): 69-77.
Wiadnyana, N. N., Wijaya, D., Ichwan, F., Ferdiansyah, R., Retnoningsih, S.,
Anggraeni, Y., Wistati, A., Arta, A. P., & Supardan, A. 2018. Petunjuk
Teknis Pelepasliaran Lobster (Panulirus spp.). Jakarta: Badan Karantina
Ikan dan Pengendalian Mutu.
Widianti, E. A., Nurani, T. W., Sondita, M. F. A., Purwangka, F., &
Wahyuningrum, P. I. 2021. Komposisi Hasil Tangkapan Lobster (Panulirus
spp) yang Didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan Karangduwur
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. ALBACORE Jurnal Penelitian
Perikanan Laut. 5(2): 121-132.
Yusnaini., Nessa, M. N., Djawad, M. I., & Trijuno, D. D. 2009. Beberapa Tingkah
Laku Induk Betina Lobster Mutiara (Panulirus ornatus) pada Periode
Perkembangan Embrio. Jurnal Sains & Teknologi. 9(3): 171-178.
_____, Y., Nur, I., Idris, M., & Yasidi, F. 2020. Research Article Morphology of
the Female Gonads of the Long-legged Spiny Lobster. Journal Fisheries
and Aquatic. Science. 15(1): 1-6.
Yusuf, H. N., Noegroho, T., & Suman, A. 2019. Pertumbuhan Lobster Batu
(Panulirus penicillatus Olivier, 1791) di Perairan Simeulue, Sumatera
Barat. Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT). 2(2): 101-111.

Anda mungkin juga menyukai