BUDIDAYA LOBSTER
OLEH:
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
pada mata kuliah Budidaya Lobster.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah
memberikan waktu dan kesempatan penyusunan makalah ini. Tak lupa pula,
kepada pihak-pihak lain yang tentunya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhirnya dengan segala keterbatasan serta pengetahuan penulis menyadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.
Makalah ini juga masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang
dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan kekurangan makalah ini di
masa yang akan datang dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.
Syukriah Kamilah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
b. Ciri Morfologi
Tubuh lobster mutiara tersusun atas dua bagian utama, yaitu cephalothorax
(bersatunya dada dan kepala) yang dibungkus oleh karapas keras berduri,
melekat lima pasang kaki jalan (periopod) dan bagian badan yang terdiri dari
daging, punggung dibungkus oleh karapas, tempat melekat kaki renang
(pleopod) empat pasang dan ekor (telson) (Yusnaini et al., 2009).
Lobster mutiara memiliki warna kehijauan dengan karapas agak kebiruan.
Antena dan kaki dikelilingi dengan warna kuning pucat dan hitam yang
mencolok. Abdomen berwarna kegelapan pada bagian tengah dan bagian sisi
mempunyai bercak berwarna kuning pucat. Panjang totalnya maksimal
mencapai 60 cm, namun umumnya berkisar 20-35 cm dengn berat maksimum
mencapai 6 kg (Wiadnyana et al., 2018).
c. Habitat dan Penyebaran
Lobster umumnya ditemukan di lingkungan perairan terumbu karang, dari
permukaan sampai pada kedalaman beberapa meter, terutama di lokasi dengan
air yang hangat dengan suhu berkisar 20º-30ºC dan biasanya berada di tempat
yang cukup terlindung oleh batu karang (Yusnaini et al., 2009). Lobster
mutiara hidup soliter atau berpasangan di daerah karang, karang berbatu, atau
karang tebing yang tenang. Namun kadang ditemukan pada substrat berlumpur
di muara sungai dengan air agak keruh (Wiadnyana et al., 2018).
Lobster termasuk hewan nokturnal yang aktif pada malam hari sedangkan
pada waktu siang hari, lobster mutiara lebih suka berdiam pada lubang-lubang
karang dan keluar pada malam hari untuk mencari makanan di sekitar karang
dangkal ketika air pasang (Yusnaini et al., 2009). Kedalaman air yang disukai
oleh lobster mutiara berada pada rentang 1-10 meter namun masih dapat
ditemukan pada kedalaman hingga 200 meter (Widianti et al., 2021).
d. Status Pemanfaatan
Pemanfaatan lobster di Indonesia tidak hanya dari lobster dewasa tetapi
juga dari benih bening lobster. Kegiatan pemanfaatan lobster yang kontribusi
terbesarnya melalui penangkapan (96,91%) serta sulitnya dibudidayakan
(3,09%) menyebabkan maraknya penangkapan lobster dewasa maupun benih
bening lobster yang mengkhawatirkan. Kekhawatiran ini ditunjukkan pada data
ekspor benih bening tahun 2013-2014 ke Vietnam mencapai 10,3 ton- 23,6 ton.
Tingkat pemanfaatan lobster di Indonesia menunjukkan status fully exploited
dimana tingkat pemanfaatannya berada pada rentang 80%-100% dari estimasi
yang ditetapkan, sehingga penangkapan lobster disarankan tidak dipertambah
upayanya (Setyanto et al., 2021).
2. Lobster Pasir (Panulirus homarus)
Lobster pasir digolongkan sebagai lobster berduri (spiny lobster) yang di
Indonesia dikenal dengan udang barong/udang karang karena pada umumnya
ditemukan di perairan karang. Udang atau lobster ini adalah jenis lobster yang
paling banyak ditemukan di perairan Indonesia termasuk famili Palinuridae dan
termasuk genera Panulirus (Kembaren et al., 2015).
Lobster ini mempunyai nama Inggris scalloped spiny lobster, Gand sand
lobster, sand lobster, rock lobster, crayfish, spiny lobster. Di Indonesia lebih
umum dikenal sebagai lobster hijau pasir, lobster pasir, udang patung, udang
karang dan udang bergerigi (Sururi et al., 2016).
b. Ciri Morfologi
Secara morfologi, lobster pasir memiliki warna dasar kehijauan atau
kecoklatan dengan mata coklat gelap. Bagian depan karapas dan antara mata
memiliki tanda oranye dan biru cerah. Antenullar flagela bergantian berselang
seling dengan coklat dan putih. Abdomen ditutupi dengan bintik-bintik kecil.
Pleopoda berwarna coklat merah. Lobster ini dapat tumbuh hingga 31 cm
dengan panjang karapas sekitar 12 cm namun ukuran panjang total rata-rata
lobster ini antara 20-25 cm (Wiadnyana et al., 2018)
c. Habitat dan Penyebaran
Lobster ini hidup di perairan terumbu karang dengan kedalaman antara 1-5
meter (Widianti et al., 2021) yang terlindung di antara batu-batu karang serta
jarang hidup berkelompok. Lobster ini sangat sulit ditangkap, sehingga
seringkali diambil dengan cara menyelam. Lobster ini tersebar mulai dari pulau
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Timor Leste, Sulawesi, Halmahera dan
Ambon (Pratiwi, 2018).
d. Status Pemanfaatan
Status pemanfaatan lobster pasir di Indonesia didominasi oleh
penangkapan di alam. Sebagai komoditi yang bernilai ekonomis tinggi,
permintaan lobster pasir sangat tinggi sehingga mendorong nelayan untuk
menangkap lobster sebanyak-banyaknya. Karena permintaan yang tinggi, harga
lobster terus naik. Tingginya penangkapan di alam disebabkan belum
berkembangnya teknologi budidaya lobster di Indonesia sehingga masyarakat
lebih memilih untuk menjual benih lobster hasil tangkapan. Adapun untuk
kegiatan budidaya seringkali masih menghadapi kendala seperti ketersediaan
pakan, penyakit dan waktu pemeliharaan yang relatif lama (Anggraini et al.,
2021).
3. Lobster Batik (Panulirus longipes)
Lobster batik (P. longipes) dikenal juga sebagai long-legged spiny lobster
adalah salah satu jenis lobster anggota famili Palinuridae dengan nilai ekonomis
tinggi sebagai sumber pangan. Lobster ini memiliki nilai ekonomis tinggi tetapi
belum banyak dibudidayakan karena terbatasnya data tentang budidaya, aspek
biologi, dan aspek pembiakannya (Yusnaini et al., 2020).
a. Klasifikasi
Menurut Setyanto & Halimah (2019) klasifikasi lobster batik adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Order : Decapoda
Family : Palinuridae
Genus : Panulirus
Species : Panulirus longipes
b. Ciri Morfologi
Lobster batik memiliki warna tubuh coklat gelap dengan bercak-bercak
putih yang dihubungkan dengan garis berwarna jingga (Widianti et al., 2021).
Kaki lobster batik ditutupi oleh bintik-bintik putih yang menonjol yang
dihubungkan oleh garis oranye. Abdomen ditutupi dengan banyak bintik-bintik
putih berukuran kecil hingga sedang (Wiadnyana et al., 2018). Tubuh lobster
batik dilindungi oleh kulit keras dari zat kapur, dilengkapi duri-duri keras dan
tajam terutama di bagian atas kepala dan antena atau sungut. Pada lobster ini,
kaki jalan tidak memiliki chela atau capit, kecuali pada kaki kelima pada induk
betina. Selain berwarna coklat, lobster batik juga ada yang berwarna ungu,
hijau, merah dan abu-abu serta membentuk pola yang indah (Sururi et al.,
2016).
c. Habitat dan Penyebaran
Habitat lobster batik adalah kondisi perairan berkarang dengan air jernih
hingga kedalaman hingga 130 m (Widianti et al., 2021). Termasuk daerah
berbatu dengan arus sedang namun kadang perairan sedikit keruh. Lobster ini
aktif mencari makan pada malam hari dan tidak berkelompok (Wiadnyana et
al., 2018).
d. Status Pemanfaatan
Lobster batik termasuk salah satu jenis lobster dengan nilai ekonomis
tinggi, namun informasi tentang budidaya, aspek biologi utamanya pembiakan
masih belum banyak diketahui (Yusnaini et al., 2020). Di kalangan
pembudidaya, budidaya lobster dilakukan dengan sistem yang terkontrol untuk
meminimalisir kematian pada lobster. Namun, laju pertumbuhan lobster yang
dibudidayakan cenderung lambat, hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai
macam faktor salah satunya adalah nutrisi dan lingkungan (Abdurachman,
2022).
4. Lobster Bambu (Panulirus versicolor)
Lobster bambu atau painted spiny lobster adalah jenis lobster yang hidup
di perairan terumbu karang yang terlindung di antara batu-batu karang serta jarang
hidup berkelompok. Udang jenis ini sangat sulit ditangkap dengan menggunakan
alat tangkap, sehingga seringkali ditangkap dengan cara menyelam (Pratiwi,
2018).
A. Kesimpulan
Hal yang dapat disimpulkan dari makalah ini adalah terdapat beberapa
jenis lobster yang bernilai ekonomis penting Indonesia. Beberapa jenis lobster
tersebut yaitu: lobster mutiara (P. ornatus), lobster pasir (P. homarus), lobster
batik (P. longipes), lobster bambu (P. versicolor), lobster pakistan/lumpur (P.
polyphagus) dan lobster batu (P. penicillatus).
B. Saran