Anda di halaman 1dari 21

EKOLOGI HEWAN

“RESPON DAN ADAPTASI HEWAN”


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Hewan
Dosen Pengampu: Muhammad Zulhariadi, M. Pd.

Oleh:
Kelompok IV
Alfan efendi (200104004)
Dhini Putri Karisma (200104005)
Mita sari (200104014)
Lia Handayani (200104010)

PROGRAM STUDI TADRIS IPA BIOLOGI


FAKUTAS TARBIAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
MATARAM
2023
KATA PENGATAR
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, yang tak lupa kita panjatkan segala bentuk pujian hanya
kepada-Nya yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah dan karunianya kepada
penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Anatomi
fisiologi manusia yang berjudul “Struktur anatomi sistem respirasi” tepat waktu
sesuai yang ditentukan.
Shalawat serta Salam tak lupa penyusun haturkan kepada junjungan alam
Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umatnya dari alam
kegelapan menuju alam pengetahuan yang terang benderang peneh kemuliaan
seperti yang kita rasakan sampai saat ini, pembuatan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi pembelajaran pada mata kuliah Anatomi fisiologi manusia.
Penyusun sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
penyusun sadar bahwa ilmu yang penyusun curahkan dalam makalah ini masih
sangatlah kurang sehingga penyusun masih harus banyak belajar, sehingga kritik,
saran, serta masukan dari seluruh pihak sangat penyusunn harapkan agar dapat
termotivasi dan menghasilkan karya yang lebih baik lagi.

Mataram, 27 Februari 2023

Kelompok IV,

ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................2
C. Tujuan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3
A. Respon Dasar Hewan.........................................................................3
B. Aklimatisasi dan Adaptasi.................................................................4
C. Thermoregulasi................................................................................10
BAB III PENUTUP.....................................................................................17
A. Kesimpulan......................................................................................17
B. Saran................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekologi berasal dari bahasa Yunani; Oikos = rumah , Logos = ilmu.
Secara umum Ekologi sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang
mempelajari interaksi atau hubungan pengaruh mempengaruhi dan saling
ketergantungan antara organisme dengan lingkungannya baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kehidupan makhluk hidup itu. Lingkungan
tersebut artinya segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup yaitu
lingkungan biotik maupun abiotik.
Ekologi hewan adalah cabang biologi yang khusus mempelajari interaksi
antara hewan dengan lingkungannya yang menentukan sebaran (distribusi)
dan kemelimpahan hewan-hewan tersebut. Perubahan kondisi lingkungan
berpengaruh terhadap hewan. Hewan mengadakan respon terhadap perubahan
kondisi lingkungannya tersebut. Respon hewan terhadap kondisi dan
perubahan lingkungannya denyatakan sebagai respon hewan terhadap
lingkungannya. Respon tersebut berupa perubahan fisik, fisiologis, dan
tingkah laku.
Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan.
Tujuan akhir dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Apabila
kondisi lingkungan menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi adalah
pertama : hewan meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan kondisi
yang lebih baik. Kedua : hewan memberikan respon tertentu yang mampu
mengatasi efek negative perubahan tersebut. Ketiga : hewan itu akan mati.
Adaptasi umumnya diartikan sebagai penyesuaian makhluk hidup
terhadap lingkungannya. Respon dan Adaptasi Perilaku hewan merupakan
aktivitas terarah berupa respon terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan.
Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan reseptor dan efektor serta
koordinasi saraf dan hormon. Berdasarkan hal tersebut, sehingga
melatarbelakangi kami dalam pembuatan makalah ini, dengan judul makalah
“ Respon dan Adaptasi Hewan“.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Respon dasar Hewan?
2. Apa yang dimaksud dengan Aklimitisasi dan adaptasi
3. Bagaimana cara mengetahui adaptasi fisiologis?
4. Bagaimana cara mengetahui adaptasi morfologis?
5. Apa yang dimaksud dengan respon dan adaptasi prilaku?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Respon dasar Hewan,
2. Apa yang dimaksud dengan Aklimitisasi dan adaptasi
3. Bagaimana cara mengetahui adaptasi fisiologis?
4. Bagaimana cara mengetahui adaptasi morfologis?
5. Apa yang dimaksud dengan Thermoregulasi?

2
BAB II
PEMBAHASAN
Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan.
Tujuan akhir dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Respon
heawan terhadap lingkungannya bervariasi tergantung dari jenis dan intensitas
stimulus, jenis spesies, stadium perkembangan, umur, kondisi fisiologis dan
kisaran toleransi terhadap lingkungannya.
Apabila kondisi lingkungan menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi
adalah, pertama, hewan meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan
kondisi yang lebih baik. Kedua, hewan memberikan respon tertentu yang mampu
mengatasi efek negative perubahan tersebut. Ketiga, hewan itu akan mati.
A. RESPON DASAR HEWAN
Selama periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar
yaitu respon pengaturan, respon penyesuaian, dan respon perkembangan.
Mekanisme ketiga respon itu berdasarkan sistem umpan balik negatif. Agar
mekanisme itu berhasil maka respon yang dihasilkan harus sesuai besarnya,
waktu tepat dan berlangsung cukup cepat.
1) Respon Reversibel
Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah
respon pengaturan (regulatori). Rspon fisiologi terjadi sangat cepat
(refleks). Contoh: perubahan pupil mata terhadap intensitas cahaya.
Tipe respon lain yang bersifat reversible adalah respon penyesuaian
(aklimatori), berlangsung lebih lama dari respon regulatori karena proses
yang fisiologi yang melandasinya melibatkan perubahan struktur dan
morfologi hewan. Contoh: di lingkuan bertekanan parsial oksigen rendah,
terjadi proliferasi dan pengingkatkan jumlah eritrosit, tubuh terdedah pada
kondisi kemarau terik, kulit mengalami peningkatan pigmentasi. Respon
aklimatori umum terdapat pada hewan berumur panjang, yang menghadapi
perubahan kondisi musiman. Reversibilitas respon penting sekali karena
tiap tahun kondisi khas musimana selalu berulang.
2) Respon Tak-reversibel

3
Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon
perkembangan. Respon berlangsung lama karena melibatkan banya
proses yang menghasilkan perkembangan beraneka ragam macam
struktur tubuh. Hasilnya bersifat permanen dan tak reversible. Contoh :
perubahan jumlah mata facet pada Drosophila yang dipelihara pada suhu
tinggi, atau terbentuknya keturunan cacat akibat respon perkembangan
embrio terhadap senyawa teratogenik dalam lingkungannya.
B. AKLIMATISASI DAN ADAPTASI
Alkimatisasi dan adaptasi merupakan perwujudan respon terhadap
lingkungannya. Aklimatisasi terjadi pada periode ontogeny, reversible, dan
tidak diwariskan. Yang serupa dengan aklimatisasi adalah aklimasi.
Perbedaannya aklimatisasi menyangkut banyak faktor alami, aklimasi
digunakan untuk satu atau dua faktor yang terjadi dalam lingkungan
terkontrol di laboratorium. Contoh : respon Rana pipiens berupa laju
konsumsi oksigen pada kondisi suhu tertentu menjadi berbeda setelah
mengalami aklimasi, dan perubahan ini tidak langgeng.
Adaptasi melibatkan perubahan yang diakibatkan seleksi alam, bersifat
herediter, dan proses berlangsung meliputi sejumlah besar generasi yang
berurutan. Terdapat tiga macam hasil proses adapatasi pada hewan, yaitu:
1) Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat
tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Adaptasi fisiologis
(adaptasi fungsional) adalah seluruh perangkat kemampuan fisiologis
untuk menghadapi kondisi lingkungannya, meliputi proses kimiawi,
substansi kimiawi, enzim, ko-enzim serta hormon yang terlibat pada
proses tersebut. Adapatasi fiologis biasa didukung oleh adaptasi structural
dan perilaku.
2) Adaptasi Morfologis
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup.

4
Contoh: Koral Madrepora berbeda bentuk pada lingkungan yang
berbeda. Adanya kesamaan corak dan kondisi lingkungan, mungkin
menghasilkan bentuk yang serupa pada berjenis-jenis hewan dari
kelompok yang bertaksonomi perkerabatan jauh.
Contoh: berbagai jenis ikan dan mamalia yang hidup di lautan. Adaptasi
structural menyangkut seluruh aspek hidup hewan. Misal: tipe mulut pada
Insecta dan tipe paruh pada burung sesuai dengan jenis makanannya.
Adapatasi dari berbagai struktur tubuh saling mendukung untuk
melakuakn suatu fungsi hidup, misal pada burung karnivor memiliki paruh
yang kukuh dah tajam, penglihatan tajam, daya terbang baik dan kaki
bercakar kuat. Adaptasi tidak hanya menyangkut bentuk dan besar
struktur, melainkan juga warna, pola pewarnaan, dan aspek fenotip
lainnya.
Aturan mengenai adaptasi structural pada hewan:
 Aturan Bergmann: Hewan yang hidup di suhu tinggi cenderung bertubuh
kecil dibandingkan kerabatnya yang hidup di daerah suhu rendah.
 Aturan Allen: Paruh, daun telinga, ekor dan bagian tubuh yang terjulur
lainnya, cenderung lebih pendek pada hewan yang hidup di daerah
bersuhu rendah dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup di daerah
bersuhu tinggi.
 Aturan Gloger: Hewan homoterm di daerah beriklim panas dan lembab
cenderung berpigmen hitam, di daerah kering berpigmen kuning, coklat
dan merah, dan pada daerah dingin pigmen mengalami reduksi.
 Aturan Jordan: Jumlah vertebrata pada jenis-jenis ikan di perairan
bersuhu rendah cendurung lebih sedikit dibandingkan dengan di peraiaran
bersuhu tinggi.
 Sayap dari jenis burung di daerah pegunungan atau beriklim dingin
cenderung berukuran lebih panjang dibandingkan dengan yang di dataran
rendah atau beriklim panas.
3) Respon dan Adaptasi Perilaku

5
Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap
kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku
melibatkan peranan reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan
hormon. Jenis efektor yang paling berperan adalah otot-otot tubuh.
Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan secara genetic,
bersifat khas, terjadi secara otomatis. Pada hewan tinggi banyak
mengandung komponen yang tidak bersifat herediter, melainkan proses
belajar yang dipengaruhi faktor lingkungan. Pada Invertebrata berupa
taksis atau refleks, pada serangga berupa instink dan pada manusia
ditentukan oleh komponen belajar dan menalar.
a. Taksis
Adalah berbagai perilaku Invertebrata dan Vertebrata rendah,
berupa gerakan di tempat maupun berpindah tempat dengan jalan
berkerut, meregang, membelokkan tubuh dan sebagainya. Stimulus
dapat berupa cahaya (foto-), suhu (termo-), sentuhan (tigmo-), arus
air (reo-) dan sebagainya.
Respon perilaku hewan mobil yang berupa gerakan yang
terorientasi langsung pada sumber stimulus dan meliputi gerakan
berpindah tempat disebut taksis. Misal termotaksis negative atau
tigmotaksis positif. Hewan Invertebrata sesil juga perilakunya
terorientasi langsung pada sumber stimulus, hanya memeperlihatkan
gerakan seluruh atau sebagian tubuhnya tanpa berpindah tempat
disebut tropisme. Misal Respon kemotropi negative Hydra terhadap
larutan asam (tentakel dan tubuh mengkerut). Kinesis merupakan
gerakan yang tidak terorientasi langsung pada sumber stimulus dan
dicapainya situasi akhir terjadi melalui gerakan coba-coba. Misal
Jenis Protozoa berpindah tempat karena respon kemikinesis
negative.
b. Refleks
Sejumlah gerakan atau perilaku hewan umumnya berlangsung
secara refleks, meskipun frekuensinya berkurang pada hewan tinggi.

6
Refleks merupakan gerakan otomatis yang terjadi aakibat
beroperasinya mekanisme reseptor sederhana, dn proporsional
terhadap besarnya stimulus. Pada hewan rendah, berbagai aktivitas
penting terjadi sebagai seurutan refleks-refleks. Misal pada lalat.
Refleks merupakan salah satu komponen dasar dari perilaku yang
mempunyai nilai kesintasan. Refleks akan menjauhkan hewan dari
kondisi membahayakan dan memanfaatkan sumber daya
lingkungannya.
c. Perilaku Naluriah
Naluri (instink) dalam arti perilaku atau landasan pendorong yang
merupakan terjadinya perilaku itu. Perilaku naluriah didefinisikan
sebagai suatu perilaku yang rumit, khas spesies, testerotipe, herediter
dan terjadi otomatis oleh induksi stimulus kunci atau stimulus syarat.
Respon ini bersifat tidak proporsional dengan intensitas stimulus.
Instink memerlukan mekanisme saraf, namun yang paling utama
karena timbulnya dorongan (drive) yang timbul karena mencapai
status fisiologis tertentu (motivasi) dengan “mood” yang tepat. Bila
dikombinasikan dengan stimulus sinyal yang tepat dari lingkungan
akan mewujudkan instink. Stimulus isyarat dapat berupa bentuk,
warna, suara/nyanyian, feromon, sentuhan dan sebagainya.
d. Belajar
Belajar merupakan perubahan perilaku akibat suatu pengalaman,
berarti respon terhadap suatu stimulus tertentu menjadi berubah
dibandingkan sebelumnya.Terjadi pada Vertebrata tinggi, dan paling
efektif pada usia muda.
Macam-macam corak belajar:
 Habituasi (pembiasaan), hewan tidak lagi memberikan respon pada
suatu stimulus yang tidak memberikan arti dalam kehidupannya.
Misal: anak hewan mengindari bunyi/gerakan tiba-tiba, setelah tahu
tidak memberikan efek buruk, maka stimulus tidak diacuhkan lagi.

7
 Pengkondisian, suatu stimulus yang tadinya tidak mengandung arti,
setelah melalui pengalaman menjadi penting, yakni terbinanya
kesan hubungan antara stimulus dengan ganjaran. Misal respon
anjing yang diberi stimulus visual dan auditori.
 Imprinting (perekaman), perilaku naluriah mengikuti induk. Misal
anak itik yang ditetaskan secara terisolasi, akan terus mengikuti
manusia atau objek bergerak yang pertama kali dilihatnya.
 Imitating (meniru), suatu individu dalam kelompok akan melakukan
gerakan atau aktiviatar tertentu (berlari, bernyanyi, makan dll) yang
sama denga individu lain dalam kelompok. Terjadi pada hewan
yang bersifat gregarious.
 Trial and Error (coba-coba), eliminasi dari semua stimulus dan
respon, kecuali yang relevan, dengan diperolehnya ganjaran atau
hukuman. Misalnya anak ayam mematuki sembarang objek, lalu
hanya mematuki makanannya saja.
 Reasoning (menalar), meliputi terjadinya proses pembinaan suatu
kesan hubungan antara objek dengan objek, kejadian dengan
kejadian atau objek dengan kejadian, untuk kemudian diwujudkan
dalam bentuk respon perilaku yang tepat, tanpa didahului coba-
coba. Hanya terjadi pada mamalia tingkat tinggi, misal lumba-
lumba, anjing dan kera. Misal kera yang terkurung mengambil
pisang di luar dengan tongkat. Menalar atau belajar konsepsional
paling baik perkembangannya pada manusia, karena perkembangan
bagian korteks otaknya paling baik.
4)  Adaptasi Tingkah Laku
Makhluk hidup melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan di
sekitar habitat tempat hidupnya tidak terkecuali manusia. Adaptasi yang
dilakukan makhluk hidup bertujuan untuk dapat bertahan hidup dari
kondisi lingkungan yang mungkin kurang menguntungkan. Di bawah ini
adalah merupakan beberapa bentuk adaptasi tingkah laku (behavioral

8
adaptation) pada binatang/hewan di sekitar kita disertai pengertian dan arti
definisi :
1. Mimikri
Mimikri adalah teknik manipulasi warna kulit pada binatang seperti
misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di
sekitarnya agar dapat mengelabuhi binatang predator/pemangsa sehingga
sulit mendeteksi keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat
dengan dedaunan hijau maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau,
jika dekat batang pohon warna coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi
coklat, dan lain sebagainya.
2. Hibernasi
Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras
dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa
berlangsung lama secara berbulan-bulan seperti beruang pada musim
dingin. Hibernasi biasanya membutuhkan energi yang sedikit, karena
selama masa itu biantang yang berhibernasi akan memiliki suhu tubuh
yang rendah, detak jantung yang lambat, pernapasan yang lambat, dan
lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif atau bangun setelah masa
sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu seperti ular, ikan,
beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain.
3. Autotomi
Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah
satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak / cecak yang biasa
hidup di dinding rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia akan
tega memutuskan ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor
yang putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik
perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor yang putus,
sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa.
4. Estivasi
Estivasi adalah menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi lingkungan
tidak bersahabat. Bedanya dengan hibernasi adalah di mana pada estivasi

9
dilakukan pada musim panas dengan suhu udara yang panas dan kering.
Hewan-hewan seperti kelelawar, tupai, lemur kerdil, dll akan mengestivasi
diri di tempat yang aman dan terlindung. Pada tumbuhan estivasi juga
dilakukan oleh oleh pohon jati dengan meranggas atau menggugurkan
daun.
5. Simbiosis Rayap dan Flagellata
Rayap membutuhkan bantuan makhluk hidup lainnya yaitu flagelata untuk
mencerna kayu yang ada di dalam usus rayap. Tanpa flagellata rayap tidak
akan mampu mencerna kayu yang masuk ke dalam tubuhnya. Rayap-rayap
kecil yang baru menetas mendapatkan flagellata dengan jalan menjilat
dubur rayap dewasa. Rayap secara periodik melakukan aktivitas ganti kulit
dan meninggalkan bagian usus lama, sehingga rayap akan memakan kulit
yang mengelupas untuk memasukkan kembali flagellata ke dalam usus
pencernaannya.
6. Pernapasan Ikan Paus
Ikan paus adalah mamalia yang mirip ikan dan hidup di air. Paus memiliki
paru-paru yang harus diisi dengan oksigen dari permukaan laut minimal
setiap setengah jam sekali. Ikan paus ketika muncuk ke permukaan akan
membuang udara kotor lewat hidung mirip seperti air mancur yang berisi
karbon dioksida bercampur uap air jenuh yang terkondensasi.
C. Thermoregulasi
Themoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur
suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Adapun mekanismenya adalah
mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.
Suhu tubuh hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungan hewan. Namun untuk
hidup secara normal hewan harus memilih kisaran suhu yang lebih sempit
dari kisaran suhu tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis
optimal. Suhu tubuh konstan sangat dibutuhkan karena perubahan suhu
berpengaruh pada konformasi protein dan ativitas enzim juga pada energi
kinetik molekul zat. Kenaikan suhu Lingkungan mengakibatkan peningkatan
laju reaksi yang berpengaruh pada aktivitas metabolisme sel tubuh. 

10
Kemampuan hewan untuk mempertahankan suhu tubuh ada 2, yaitu :
1. Hewan poikiloterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu berubah
seiring dengan berubahnya suhu lingkungan.
2. Hewan homeoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya selalu konstan
sekalipun suhu lingkungannya berubah.
Interaksi panas yang menguntungkan: mengatur suhu tubuh yaitu
meningkatkan/menurunkan pelepasan panas dari tubuh dan memperoleh
panas.
1. Konduksi: Perpindahan atau pergerakan dua benda yang saling
bersentuhan.
2. Konveksi: Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat
alir (fluida) yang bergerak.
Proses Konveksi:
Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal.
Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di
sekeliling tubuh ditingkatkan. Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan,
misalnya pada saat udara panas bertiup di dekat hewan, lama-kelamaan
tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga.
3. Radiasi : Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling
bersentuhan, Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
 Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin
tinggi suhu benda yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula
intensitas radiasinya.
 Tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi
dengan baik.
 Berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan
atau memperoleh panas tubuh.
4. Evaporasi : Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas.
Evaporasi:
Cara penting untuk melepaskan panas tubuh. Hewan yang tidak
memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas, penguapan melalui

11
saluran pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing diikuti
dengan menjulurkan lidahnya). Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan
membasahi kulit, selanjutnya keringat akan menyerap kelebihan panas
dari tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah keringat mengering,
suhu tubuh pun turun.
Laju aliran panas pada suatu benda di pengaruhi oleh:
 Luas permukaan benda yang saling bersentuhan.
 Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut.
 Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk
mengalirkan panas yang dimiliki suatu benda) dari kedua benda.
Hewan Ektoterm
Hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan sekitarnya.
Yaitu,
 Perolehan panas tubuh tergantung pada berbagai sumber panas di
lingkungan luar.
 Masalah yang dihadapi tidak sama, tergantung pada jenis habitatnya.
Hewan Ektoterm Akuatik: Suhunya relatif stabil sehingga
mengalami permasalahan suhu lingkungan yang rumit. Hewan
Ektoterm Terestial: Suhunya selalu berubah dengan variasi yang
cukup besar sehingga ada perbedaan signifikan antara suhu udara
siang dan malam.

12
 Adaptasi Hewan Ektoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan
Sangat Dingin
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Panas, Meningkatkan laju
pendinginan dengan penguapan:
1. Melalui kulit, bagi hewan yang berkulit lembab (cacing dan katak)
atau dengan cara berkeringat (untuk hewan yang mempunyai
kelenjar keringat).
2. Melalui saluran pernafasan, bagi hewan yang kulitnya tebal dan
kedap air (reptil dan insekta).
3. Mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi
(kadal dan reptil gurun).
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Dingin
1. Meningkatkan suhu osmotik.
2. Titk beku cairan tubuh dapat diturunkan hingga dibawah 0°C.
3. Menghambat pembekuan kristal es didalam sel.
4. Mencegah kerusakan membran.
Hewan Endoterm
Hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh sebagai
hasil dari metabolism sel tubuh.
 Suhu tubuh terlalu tinggi dilepaskan dengan cara:
1. Vasodilatasi daerah perifer tubuh.
2. Berkeringat dan terengah-engah.
3. Menurunkan laju metabolisme (misal: menekan sekresi tiroksin).
4. Respons perilaku (misal: berendam di air).
 Suhu Tubuh Terlalu Rendah
Cara untuk mempertahankan atau meningkatkan produksi panas:
1. Vasokonstriksi.
2. Menegakkan rambut (merinding).
3. Menggigil (shivering).
4. Meningkatkan laju metabolisme (dengan meningkatkan sekresi
tiroksin).

13
5. Respons perilaku (menghangatkan diri).
Mekanisme Produksi Panas pada Hewan Endoterm
1. Meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka
(kontraksi otot):
a. Terjadi secara sadar dengan cara menggerakkan anggota tubuh.
b. Tanpa sadar dengan cara menggigil (gerakan yang tidak teratur
dan tidak mempunyai tujuan pergerakan tertentu, misalnya saat
dingin).
2. Memetabolisme jaringan lemak cokelat:
a. Jaringan lemak cokelat berbeda dengan jaringan lemak putih.
b. Jaringan lemak cokelat dibungkus oleh selaput yang dipersarafi
dengan baik oleh sistem saraf simpatis.
c. Jika dirangsang, lemak akan dimetabolisme dalam mitokondria
sel lemak, dan panas akan dihasilkan.
d. Membutuhkan banyak oksigen sehingga hewan harus
meningkatkan pasokan oksigen.
3. Meningkatkan sekresi hormon tiroid (T3 dan T4), hormon yang
dapat meningkatkan aktivitas metabolisme dalam sel.
4. Menyerap radiasi panas matahari.
5. Menegakkan rambut/bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi
dapat diperkecil.
6. Mengurangi aliran darah ke organ perifer dengan vasokonstriksi
(menyempitkan pembuluh darah).
7. Memberikan berbagai tanggapan perilaku.
 Adaptasi Hewan Endoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan
Sangat Dingin
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Dingin
1. Masuk ke dalam kondisi heterotermi, yaitu mempertahankan
adanya perbedaan suhu di antara berbagai bagian tubuh.
Contoh: burung dan mamalia kutub yang mempunyai suhu pada
pusat tubuh sebesar 38oC, namun suhu kakinya hanya sekitar 3oC,

14
secara fisiologis, kaki tetap berfungsi normal (telah beradaptasi
pada tingkat sel dan tingkat molekul).
2. Hibernasi atau torpor, yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan
dengan adanya penurunan laju metabolisme, laju denyut jantung,
laju respirasi, dan sebagainya. Periode hibernasi, mulai dari
beberapa jam hingga beberapa minggu, bahkan beberapa bulan.
Berakhirnya hibernasi dicapai dengan kebangkitan spontan melalui
peningkatan laju metabolisme dan suhu tubuh secara cepat, yang
akan segera mengembalikannya ke keadaan nomal.
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Panas
1. Meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan
penguapan, baik melalui proses berkeringat ataupun terengah-
terengah.
2. Melakukan gular fluttering: yaitu menggerakkan daerah
kerongkongan secara cepat dan terus-menerus sehingga penguapan
melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat meningkat, akibatnya
pelepasan panas tubuh juga meningkat. Misalnya pada ayam yang
sedang mengerami telur.
3. Menggunakan strategi hipertermik, yaitu mempertahankan atau
menyimpan kelebihan panas metabolik di dalam tubuh sehingga
suhu tubuh meningkat sangat tinggi, contoh: unta dan rusa gurun.
Hipertermik mengurangi pelepasan air dari tubuh, yang seharusnya
digunakan untuk mendinginkan tubuh melalui penguapan (untuk
sementara). Hipertermik menimbulkan masalah karena organ
tertentu dalam tubuh (misalnya otak) kurang mampu mentoleransi
kenaikan suhu yang terlalu besar. Pendinginan dilakukan dengan
cara kerja mirip heat exchanger, lokasinya terletak pada rongga
hidung.

15
 Pengendalian Suhu Tubuh Hewan Endoterm
Komponen penyelenggara pengendalian suhu tubuh
a. Reseptor: Reseptor panas aktif bila suhu tubuh meningkat,
sedangkan reseptor dingin aktif bila suhu tubuh menurun.
b. Komparator: Pusat control.
c. Efektor: Mekanisme perbaikan.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam


menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup
dengan baik.
2. Jenis-Jenis Dan Macam-Macam Adaptasi
 Adaptasi Morfologi, Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada
organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup.
 Adaptasi Fisiologi, Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya
penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan
baik.
 Adaptasi Tingkah Laku, Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian
mahkluk hidup pada tingkah laku/perilaku terhadap lingkungannya.
3. Themoregulasi adalah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur
suhu tubuhnya agar tetap konstan dinamis. Adapun mekanismenya adalah
mengatur keseimbangan antara perolehan panas dengan pelepasan panas.
B. Saran
Makalah ini membahas tentang teori-teori tentang terjadinya peristiwa
adaptasi pada hewan yang disertai dengan contoh-contohnya. Maka dari itu,
penulis menyarankan agar dilakukan pengamatan langsung dilapangan agar
semua teori yang terdapat dalam makalah ini dapat disesuaikan dengan kondisi
lingkungan yang ada sekarang ini.

17
DAFTAR PUSTAKA
Godam. 2009. Contoh Bentuk Adaptasi Tingkah Laku Behavioral Pada Mahluk

Hidup – Ilmu Biologi. (http://organisasi.org/contoh-bentuk-adaptasi-

tingkah-laku-behavioral-pada-makhluk-hidup-ilmu-biologi, diakses 26

Maret 2011).

Godam. 2009. Macam Dan Jenis Adaptasi Mahluk Hidup – Morfologi, Fisiologi

dan Tingkah Laku. (http://organisasi.org/macam-jenis-adaptasi-makhluk-

hidup-morfologi-fisiologi-dan-tingkah-laku-untuk-menyesuaikan-diri,

diakses 26 Maret 2011).

Mughni, Irpan Arif. 2011. Thermoregulasi.

(http://irpanarifmughni.blogspot.com/2011_01_01_archive.html, diakses

26 Maret 2011).

18

Anda mungkin juga menyukai