Anda di halaman 1dari 22

“Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Hewan”

“TANGGAPAN DAN PENYESUAIAN DIRI PADA HEWAN”

OLEH:
KELOMPOK IV

Silvia Telese (16 507 034)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya
jualah kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah Ekologi Hewan dengan judul
“Tanggapan dan Penyesuaian Diri Hewan”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan
sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak.
Kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua.

Tondano, 11 November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar.…………………………………………………………………………….i

Daftar isi.…………………………………………………………………………………....ii

Bab I Pendahuluan

A. Latar belakang……………………………………………………………………..1
B. Rumusan masalah………………………………………………………………….2
C. Tujuan………………………………………………………………………………2

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Termoregulasi…………………………………………………………3
B. Membedakan Hewan-hewan Eksoterm dan Endotermis………………………..4
C. Cara hewan mendapatkan dan membuang panas……………………………….8
D. Membedakan hewan Homeotermis dan Poikilitermis…………………………...11
E. Kontrol penyesuaian tubuh dan tingkah laku……………………………………12

Bab III Penutup

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………15

Daftar Pustaka………………………………………………………………………….16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses ekologi setiap makhluk hidup mengalami evolusi yang telah berlangsung
sejak berjuta tahun yang lalu. Evolusi tersebut merupakan proses untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan yang terjadi secara pelahan-lahan, sehingga dalam sejarah alam
dikenal adanya beberapa jenis yang punah sebagai akibat ketidak mampuan dirinya
untukmenyesuaikan dengan lingkungan yang baru. Proses evolusi yang terjadi karena faktor
alam menunjukan gejala ekologis yang wajar menurut hukum alam.
Jenis satwa liar pun memiliki mekanisme dalam menghadapai keadaan lingkungan yang
selalu berubah. Secara biologis mereka mempunyai system untuk menyesuaikan diri.
Kehidupan dari satwa liar dapat terganggu apabila habitatnya mengalami perubahan akibat
adanya aktivitas atau pembangunan yang sangat menggangu disekitarnya. Hal ini disebabkan
oleh satwa mempunyai sensitivitas yang kuat terhadap terjadinya perubahan lingkungan
habitatnya. Perubahan atau gangguan terhadap habitat menyebabkan adanya pergerakan satwa
untuk menghindar. Menurut Alikodra (1999), pergerakan satwa merupakan suatu strategi dari
individu maupun populasi satwa liar untuk menyesuaikan dan menmanfaatkan keadaan
lingkungannya agar dapat hidup dan berkembang biak secara normal. Pergerakan dalam skala
sempit maupun luas merupakan usaha untuk memenuhi tuntutan hidupnya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi pergerakan satwa liar, yaitu faktor primer dan faktor
sekunder. Faktor primer adalah faktor yang mendorong satwa untuk bergerak agar kebutuhan
fisiologisnya terpenuhi, sedangkan faktor sekunder adalah sebuah faktor yang dapat
memodifikasi pergerakan tersebut.
Perilaku satwa liar diartikan ekspresi suatu hewan yang ditimbulkan oleh semua faktor
yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku satwa ini disebut
rangsangan yang berhubungan erat dengan fisiologisnya.
.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggapan dasar pada hewan ?


2. Jelaskan pengertian aklimatisasi dan aklimasi !
3. Bagaimana penyesuaian diri terhadap adaptasi struktural dan fungsional !
4. Bagaimana pola-pola perilaku pada hewan !

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui tanggapan dasar pada hewan


2. Untuk mengetahui pengertian aklimatisasi dan aklimasi
3. Untuk mengetahui penyesuaian diri terhadap adaptasi struktural dan fungsional
4. Untuk mengetahui pola-pola perilaku pada hewan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanggapan Dasar Pada Hewan

Selama periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar yaitu respon
pengaturan, respon penyesuaian, dan respon perkembangan. Mekanisme ketiga respon itu
berdasarkan sistem umpan balik negatif. Agar mekanisme itu berhasil maka respon yang
dihasilkan harus sesuai besarnya, waktu tepat dan berlangsung cukup cepat.

1) Respon Reversibel

Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah respon pengaturan
(regulatori). Rspon fisiologi terjadi sangat cepat (refleks). Contoh: perubahan pupil mata
terhadap intensitas cahaya.

Tipe respon lain yang bersifat reversible adalah respon penyesuaian (aklimatori),
berlangsung lebih lama dari respon regulatori karena proses yang fisiologi yang melandasinya
melibatkan perubahan struktur dan morfologi hewan. Contoh: di lingkuan bertekanan parsial
oksigen rendah, terjadi proliferasi dan pengingkatkan jumlah eritrosit, tubuh terdedah pada
kondisi kemarau terik, kulit mengalami peningkatan pigmentasi. Respon aklimatori umum
terdapat pada hewan berumur panjang, yang menghadapi perubahan kondisi musiman.
Reversibilitas respon penting sekali karena tiap tahun kondisi khas musimana selalu berulang.

2) Respon Tak-reversibel

Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon perkembangan. Respon


berlangsung lama karena melibatkan banya proses yang menghasilkan perkembangan beraneka
ragam macam struktur tubuh. Hasilnya bersifat permanen dan tak reversible. Contoh :
perubahan jumlah mata facet pada Drosophila yang dipelihara pada suhu tinggi, atau
terbentuknya keturunan cacat akibat respon perkembangan embrio terhadap senyawa
teratogenik dalam lingkungannya.

3
B. Aklimatisasi dan Aklimasi
1. Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu
organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal ini didasarkan pada
kemampuan organisme untukdapat mengatur morfologi, perilaku, dan jalur metabolisme
biokimia di dalam tubuhnya untuk menyesuaikannya dengan lingkungan. Beberapa kondisi
yang pada umumnya disesuaikan adalah suhu lingkungan, derajat keasaman (pH), dan
kadar oksigen. Proses penyesuaian ini berlangsung dalam waktu yang cukup bervariasi
tergantung dari jauhnya perbedaan kondisi antara lingkungan baru yang akan dihadapi,
dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu (Rittner,2005).

Aklimatisasi adalah sistem pelatihan atletik dimana tubuh dipaksa untuk


mengkompensasi tekanan dari kondisi iklim yang baru atau berbeda. Melalui kompensasi,
tubuh mampu mentoleransi tekanan fisik seperti dengan cara yang lebih efisien, dan atlet
biasanya akan mencapai kinerja fisik yang lebih baik. Toleransi dikembangkan untuk
kondisi pelatihan tertentu umumnya akan menghasilkan hasil yang lebih baik kompetitif,
dalam kompetisi di mana kondisi iklim yang ada pelatihan, serta di lingkungan atlet
terbiasa.Perubahan musiman merupakan satu konteks dimana penyesuaian fisiologis
terhadap kisaran baru suhu lingkungan menjadi penting.

Penyesuaian fisiologis terhadap kisaran baru suhu eksternal terdiri atas banyak tahap.
Hal ini bisa melibatkan perubahan dalam mekanisme yang mengontrol suhu seekeor
hewan. Aklimatisasi juga bisa melibatkan penyesuaian nditingkat seluler. Sebagai contoh,
sel-sel bisa meningkatkan produksi enzim tertentu yang membantu mengkompensasi
rendahnya aktivitas masing-masing molekul enzim tersebut pada suhu yang tidak
optimum.

2. Aklimasi
Aklimasi adalah perubahan fisiologis dapat balik yang membantu mempertahankan
fungsi dari organisme dalam kondisi lingkungan yang berubah.

4
C. Penyesuaian Diri Adaptasi Struktural Dan Fungsional
Makhluk hidup umumnya memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan, agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya serta melestarikan
keturunannya. Kemampuan mahluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan nya
disebut adaptasi.
Dalam biologi Adaptasi adalah proses dimana suatu makhluk hidup menjadi lebih cocok
dengan lingkungannya. Istilah ini juga diterapkan pada hasil proses tersebut.
Terdapat dua macam adaptasi yang di lakukan mahluk hidup pada pembahasan ini yaitu :
1. Adaptasi Struktural (Morfologi)
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian bentuk tubuh dan struktur tubuh luar
makhluk hidup atau alat-alat tubuh makhluk hidup terhadap lingkungannya. Adaptasi ini
dilakukan untuk menyesuaikan bentuk tubuhnya dengan kondisi tempat tinggalnya guna
mempertahankan hidupnya.
Adaptasi morfologis (struktural) pada umumnya berkaitan secara fungsional
dengan adaptasi-adaptasi fisiologis maupun perilaku. Dengan begitu maka suatu jenis
hewan akan diperlengkapi dengan seperangkat adaptasi-adaptasi yang bersesuaian dan
saling mendukung, untuk menghadapi kondisi serta perubahan lingkungannya maupun
sumberdaya yang terdapat di lingkungnnya. Adaptasi-adaptasi dari berbagai struktur
tubuh saling mendukung dan bersesuaian bentuk maupun besarnya untuk melakukan
suatu fungsi hidup. Adaptasi morfologis merupakan suatu respon morfologis yang dapat
berkembang selama masa hidup individu organisme atau bahkan lintas generasi. Dalam
beberapa kasus respon ini merupakan contoh aklimasi, karena respon ini bersifat
reversibel. Banyak mamalia, misalnya, memiliki bulu atau rambut yang lebih tebal selama
musim dingin, kadang-kadang warna bulu atau rambut berubah secara musiman juga,
yang menyamarkan hewan terhadap salju musim dingin dan vegetasi musim panas.
Perubahan morfologis lain bersifat irreversibel selama masa hidup suatu individu
dan bahkan lintas generasi. Pada paus berpunggung bengkok menggunakan lempengan
seperti sisir yang menggantung pada rahang atas (baleen) untuk menyaring invertebrata
kecil dari volume air yang sangat besar. Paus ini membuka mulutnya dan mengisi kantung
mulut yang digelembungkannya dengan air, kemudian menutupnya dan

5
mengkontraksikan kantung itu. Hal tersebut akan memaksa air keluar dari mulut baleen
tersebut, dan mulut paus tersebut kini penuh dengan makanan yang terjerat.

Adapun beberapa adaptasi pada hewan secara Struktural (Motfologi), yaitu :

a) Adaptasi morfologi pada kaki burung

Gambar 1. Morfologi kaki pada aves


Pada kelompok aves atau burung, bentuk kakinya bisa menjadi salah contoh
adaptasi morfologi yang dilakukan oleh hewan. Berikut ini adalah beberapa
bentuknya:

 Adaptasi morfologi pada burung tipe kaki pencengkeram atau pemangsa


mempunyai kaki pendek, kekar, dan biasanya berkuku melengkung tajam dan
runcing. Contoh hewannya ialah burung elang, rajawali, dan juga burung hantu.
 Adaptasi morfologi pada burung tipe kaki perenang ialah bentuk kaki yang
mempunyai selaput diantara sela-sela jari kakinya. Contohnya ialah hewan
bebek, entok, angsa dan itik.

6
 Adaptasi morfologi pada burung dengan tipe kaki pejalan ialah bentuk kaki
yang panjang dan tegak. Biasanya 3 jari menghadap depan, 1 jari ke belakang
dan tidak tumbuh sempurna. Contoh hewannya ialah ayam dan burung unta.
b) Adaptasi Morfologi Pada Bentuk Mulut Serangga

 Adaptasi morfologi pada serangga tipe mulut penggigit ialah bentuk mulut yang
pendek dan runcing. Contohnya pada hewan semut, belalang, dan rayap.
 Adaptasi morfologi pada serangga tipe mulut penusuk dan penghisap ialah
bentuk mulut yang panjang dan tajam/runcing. Contoh hewannya tidak lain ya
ialah bentuk mulut nyamuk yang dipergunakan untuk menghisap darah.
 Adaptasi morfologi pada serangga tipe mulut penghisap ialah bentuk mulut
seperti belalai yang dapat digulung dan dijulurkan. Contohnya ialah bentuk
mulut pada hewan kupu-kupu.
 Adaptasi morfologi pada serangga tipe mulut penjilat ialah bentuk mulut yang
mempunyai lidah panjang. Contohnya ialah pada bentuk mulut hewan lebah
yang digunakan untuk menjilat makanan berupa nextar yang berada pada
bunga.

7
c) Adaptasi morfologi pada paruh burung

Selain pada bentuk kakinya, ternyata adaptasi morfologi pada hewan bisa
kita temukan pada bentuk paruh burung. berikut penjelasan nya dibawah ini

 Adaptasi morfologi pada burung tipe pemakan biji ialah bentuk paruh yang
pendek dan kuat. Contohnya pada paruh burung gereja, parkit atau emprit,
burung pipit, perkutut.
 Adaptasi morfologi pada burung tipe pemakan daging ialah bentuk paruh yang
kuat, tajam, dan melengkung pada bagian ujungnya. Contohnya pada paruh
burung elang, dan burung gagak.
 Adaptasi morfologi pada burung tipe pengisap madu ialah bentuk paruh yang
panjang dan meruncing. Contohnya ialah paruh pada burung kolibri.

2. Adaptasi Fungsional (Fisiologis)


Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian fungsi alat-alat tubuh organisme terhadap
lingkungannya. Adaptasi fisiologi sulit di amati karena adaptasi fisiologi menyangkut
fungsi alat-alat tubuh yang umum nya terletak di bagian dalam tubuh.

8
Adaptasi fisiologis (adaptasi fungsional) merupakan seluruh perangkat kemampuan
fisiologis hewan untuk menghadapi kondisi maupun sumberdaya lingkungannya.
Totalitas dari kemampuan itu adalah sekalian proses-proses kimiawi yang terjadi dalam
tubuh hewan berikut perangkat subtansi-subtansi kimia, enzim dan ko-enzim serta
hormon-hormon yang terlibat dalam proses-proses itu. Mamalia mempunyai beberapa
mekanisme yang mengatur pertukaran panas dengan lingkungan.
Banyak mamalia yang hidup dimana hewan endotermik memerlukan pendinginan
maupun penghangatan tubuh. Sebagai contoh, ketika seekor mamalia laut (paus) pindah
ke laut hangat, akan membuang kelebihan panas metabolik dengan cara vasodilatasi, yang
ditingkatkan melalui jumlah pembuluh darah yang sangat banyak di lapisan luar kulitnya.
Pada iklim panas, mamalia sangat mengandalkan pendinginan dengan evaporasi salah
satunya melalui kulit.
Adaptasi fisiologi sama seperti halnya dengan bentuk morfologi pada makhluk
hidup, proses adaptasi fisiologi didalam tubuh makhluk hidup juga disesuaikan dengan
lingkungannya. Kemampuan dalam menyesuaikan diri tersebut merupakan hasil dari
perubahan yang perlahan-lahan dengan jangka waktu yang lama. Sedangkan proses
penyesuaiannya diri sendiri tersebut dapat berlangsung secara cepat.

Setelah mengetahui tentang adaptasi fisiologi, tentunya untuk lebih memperjelas,


kita harus mengetahui contoh-contohnya. Berikut ini meruapakan beberapa contoh
adaptasi fisiologi yang terjadi pada makhluk hidup

a) Penyesuaian terhadap Intensitas Cahaya


Jika kalian berada pada ruangan gelap atau remang-remang, maka pupil pada mata
kalian akan terbuka lebar. Begitupun sebaliknya, ketika kalian berada diruangan yang
terang, maka pupil pada mata kalian akan menyempit. Hal melebar atau menyempitnya
pupil pada mata merupakan salah satu upaya untuk mengatur jumlah sinar atau cahaya
yang masuk pada mata. Ketika sinar atau cahaya yang memiliki intensitas yang tinggi
maka akan dapat merusak dan mengganggu kinerja mata. Hal tersebut sebaliknya
terjadi ketika sinar yang masuk terlalu lemah atau kurang, maka kita akan kesulitan
untuk melihat sesuatu.

9
Artinya proses atau upaya mata kita untuk mengatur jumlah sinar yang masuk dan
keluar melalui pupil adalah proses adaptasi fisiologi.
Adaptasi fisiologi ini merupakan contoh adaptasi yang sifatnya dapat dibalik atau
reversibel.
b) Penyesuaian terhadap Kadar Garam
Hewan-hewan yang berada didalam air yang sangat berkaitan erat dengan
penyesuaian kadar garam. Misalnya ikan air laut akan menghasilkan kadar urine yang
lebih pekat jika dibandingkan dengan ikan air tawar.
Hal tersebut disebabkan karena kadar garam air laut lebih tinggi dibandingkan
kadar garam air tawar. Tingginya kadar garam air laut menyebabkan ikan air laut
kekurangan air. Air dari dalam sel ikan air laut akan keluar melalui proses osmosis.
Karena kekurangan air, maka ikan air laut haus banyak meminum air laut. Yang
akibatnya kadar garam dalam tubuhnya menjadi tinggi (pekat). Sehingga untuk
mengurangi kepekatan cairan ditubuhnya, maka ikan air laut mengeluarkan urine yang
pekat pula. Ikan air laut akan mengeluarkan sedikit urine utnuk mengimbangi
banyaknya air yang keluar dari tubuhnya.
Jika ikan air laut memiliki urin yang pekat berbeda hal nya dengan ikan air
tawar yang memiliki cairan yang encer. Hal tersebut terjadi karena cairan
dilingkungannya lebih encer daripada cairan yang ada didalam tubuh ikan. Untuk
menyerap keseimbangan osmotik dan ion, insang menyerap garam (NaCl). Dan untuk
membuang kelebihan air, maka ikan air tawar banyak mengeluarkan urinne yang
encer. Peristiwa seperti ini merupakan suatu adaptasi fisiologi ikan terhadap
lingkungannya.
c) Penyesuaian Terhadap Kadar Oksigen
Apabila seseorang yang biasanya hidup didaerah pantai kemudian berpindah
didaerah pegunungan yang tinggi, maka tentunya akan terjadi perubahan fisiologi pada
orang tersebut. Awalnya pernapasan pada orang tersebut akan menjadi lebih cepat. Hal
tersebut merupakan upaya dari tubuh seseorang untuk mencukupi kebutuhan oksigen
karena kadar oksigen diudara pegunungan akan lebih rendeh apabila dibandingkan
dengan kadar oksigen yang ada didaerah pantai.

10
Dalam jangka waktu yang sangat lama, kondisi tersebut bisa saja teratasi dengan
meningkatnya butir-butir sel darah merah (eritrosit) didalam darah. Eritrosit adalah
bagian darah yang berguna untuk mengangkut oksigen yang kemudian diangkut ke
dalam jaringan tubuh.
Adaptasi seperti ini merupakan adaptasi fisiologi yang bersifatkan reversibel, yang
artinya apabila orang tersebut kembali ke daratan maka akan secara perlahan jumlah
erosit akan turun dan menjadi normal.

D. Pola Perilaku Hewan


Perilaku adalah apa yang dilakukan oleh seekor hewan dan bagaimana hewan tersebut
melakukannya. Perilaku meliputi aktivitas yang dapat diamati, baik yang berkenaan dengan gerak
maupun tidak, seperti penyimpanan memori dalam otak hewan. Dalam klasifikasinya, perilaku
hewan dapat dikategorikan menjadi dua yang dilandaskan kepada bagaimana perilaku tersebut bisa
terbentuk atau dimiliki suatu spesies atau individu. Dua jenis perilaku itu adalah :

1. Perilaku alami (yang diperoleh tidak dengan proses belajar tetapi didasari oleh genotip dan
interaksinya dengan lingkungan)
2. Perilaku akibat belajar yang hanya dapat dimiliki oleh suatu hewan jika telah mengalami
suatu pelajaran baik oleh kejadian tertentu yang menimbulkan pengalaman atau memang
karena adanya serangkaian pembelajaran yang dilakukan oleh individu lain (baik oleh
spesiesnya sendiri, spesies lain atau oleh manusia)

Bentuk prilaku dapat dibedakan menjadi:

a. Perilaku Alami
- Perilaku bawaaan
Perilaku bawaan merupakan prilaku yang dihasilkan oleh gen dan factor-faktor
lingkungan. Prilaku memperlihatkan suatu kisaran variuasi fenotip (norma
reaksi) yang bergantung pada lingkungan, dimana genotype itu diekspresikan.
Factor-faktor lingkungan yang memepengaruhi prilaku adalah semua kondisi
dimana gen yang mendasari prilaku itu diekspresikan. Hal ini meliputi
lingkungan kimiawi di dalam sel dan juga semua kondisi hormonal, kondisi

11
kimiawi dan fisik yang dialami oleh seekor hewan yang sedang berkembang di
dalam sebuah sel telur atau di dalam rahim.
1. Taksis
Merupakan reaksi terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis
langsung mendekati atau menjauh dari atau pada suatu tertentu terhadapnya.
2. Refleks
Respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada hewan yang
mempunyai system saraf. Refleks adalah respon otomatis dari sebagian tubuh
terhadap suatu stimulus. Respon terbawa sejak lahir artinya sifatnya
ditentukan oeh pola reseptor saraf dan efektor yang diwariskan. Refleks
rentan akan pemberian mekanismw pengeendalian yang teratur dengan baik
yang mengarahkan kontraksi refleks otot, menghambat kontraksi otot-otot
antagonis dan terus-menerus memonitor keberhasilan yang dengannnya
perintah-perintah dari otak diteruskan, dan dengan cepat serta otomatis
membuat setiap penyesuaian sebgai pengganti yang perlu
3. Naluri
Pola prilaku kompleks yang sebagaimana refleks, merupakan bawaan,
bersifat agak tidak fleksibel dan mempunyai nilai bagi hewan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Naluri lebih rumit dibandingkan
dengan refleks dan dapat melibatkan serangkaian aksi
4. Pelepasan Prilaku naluriah
Sekali tubuh siap di bagian dalam untuk tipe prilaku naluriah tertentu, maka
diperlukan stimulus luar untuk mengawali respon. Isyarat yang memicu aksi
naluriah disebut pelepasan. Begitu respon tertentu dilepaskan, biasanya
langsung selesai walaupun stimulus efektif segera diriadakan

b. Pola Aksi Tetap


Merupakan perilaku stereotipik yang merupakan serangkaian aktivitas oleh adanya
stimulus spesifik. Contoh perilaku ini adalah ketika seekor anak burung baru menetas, ia
akan dengan spontan membuka mulutnya dan kemudian induknya akan menaruh makanan

12
di mulutnya tersebut. Contoh lainnya adalah ritual kawin pada beberapa jenis burung
seperti burung merak atau burung kuau. Ritme cycardian (jam biologis) juga dimasukkan
kedalam jenis perilaku pola aksi tetap misalnya kelelawar insektivora yang hanya aktif di
malam hari.
- Perilaku Agonistik
Perilaku agresif yang pada dasarnya dilakukan untuk dapat bertahan hidup (survival) atau
memperoleh pengakuan dalam kelompok tertentu. Tujuan spesifik dari terjadinya agonistic
sangat beragam, dan dapat terjadi intraspesies atau interspesies. Kadang kala perilaku ini
bisa menyebabkan kematian tetapi terkadang hanya berupa ritual semata.
- Perilaku Teritroial
Merupakan perilaku mempertahankan suatu area tertentu (home range) dari kehadiran
spesies atau individu pesaing sehingga suatu hewan dapat memiliki sumber makanan,
tempat bereproduksi atau beraktivitas dan memelihara anak dan keturunannya dengan
pesaing yang minimal atau bahkan tanpa adanya pesaing.
Bentuk-bentuk teritrorialnya beragam, dapat berupa adanya penanda (urine, kotoran, bekas
cakaran) di berbagai tempat dalam kawasan tertentu atau dengan adanya perlawanan ketika
ada individu atau spesies lain mencoba masuk ke dalam kawasan. Perilaku teritori ini
contohnya pada perilaku Harimau, Singa, dan hewan-hewan buas lainnya yang memiliki
kawasan tertentu sebagai tempat mencari makanannya.
- Perilaku Alturistik
Merupakan perilaku social non egois pada hewan yang berkoloni dimana salah satu
individu mengorbankan diri sendiri untuk menyelamatkan anggota lain yang lebih banyak
dalam koloni tersebut. Perilaku ini akan merugikan bagi sang individu altruist karena dia
dapat mati oleh ancaman tetapi anggota yang lebih banyak akan selamat atas tindakan
penyelamatan yang ia lakukan.
Contoh perilaku alturis adalah perilaku kera yang memberi alaram kepada koloninya
bahwa terdapat predator yang akan menyerang, sehingga anggota koloni dapat segera
menyelamatkan diri sedangkan dirinya mungkin saja terbunuh karena dapat dideteksi dari
suara “alarm” yang ia berikan kepada anggota koloninya.

13
c. Prilaku Belajar
Prilaku terajar adalah prilaku yang lebih kurang diperoleh atau dimodifikasikan
permanent sebagai akibat dari pengalaman individu.
- Periaku Habituasi (Habituation)
Merupakan jenis perilaku hewan yang mengabaikan suatu stimulus yang berulang-
ulang dan tidak membahayakan dirinya. Perilaku ini dapat juga dikatakan sebagai
bentuk kehilangan respons hewan terhadap jenis stimulus tertentu yang berdasarkan
pengalamannya sebelumnya bahwa stimulus yang ia rasakan tidak pernah
menimbulkan ancaman atau bahaya bagi dirinya sendiri. Contoh perilaku habituasi
adalah anjing atau kucing yang saat awal dipelihara akan segera menyerang
pemiliknya jika ditepuk punggungnya tetapi setelah sekian lama kebiasaan menepuk
punggung tersebut ternyata tidak menimbulkan rasa sakit atau cidera maka anjing atau
kucing akan mengabaikan saja tindakan itu yang pada akhirnya ia tidak akan merespon
apapun ketika punggungnya ditepuk berulang kali.
- Imprinting
Merupakan suatu perilaku berupa pengenalan atau persepsi terhadap suatu objek
seperti induk yang berlangsung pada periode kritis setelah lahir (periode kritis ini
berbeda masing-masing hewan). Sebagian besar unggas biasanya memperlihatkan
perilaku ini ketika baru lahir, salah satunya adalah sekelompok angsa yang baru
menetas lalu langsung anda beri makan, maka angsa-angsa tersebut akan menganggap
itu sebagai induknya sehingga ia akan mengikuti kemana saja anda pergi. Walaupun
anak-anak angsa tersebut kemudian melihat induk aslinya, tetap saja ia akan
mengabaikan karena sudah ada persepsi dasar yang ia temukan saat pertama kali lahir.
Perilaku ini dapat bersifat permanen namun dapat juga hilang seiring bertambahnya
usia dan terlewatinya periode kritis.
- Perilaku Asosiasi Pengkondisian Klasik (Clasical Conditioning)
Merupakan perilaku dimana hewan akan terbiasa untuk melakukan tindakan
tertentu karena adanya orientasi hadia (reward) yang akan dia peroleh jika hal tersebut
ia lakukan dan adanya hukuman (punishment) jika ia tidak melaksanakannya. Ini
biasanya dikondisikan selama proses pembelajaran yang sebagian besar dilakukan

14
oleh manusia sebagai pendidiknya (contoh di dunia sirkus). Persepsi tentang hadiah
dan hukuman yang berasosiasi langsung dengan stimulus tertentu ini akan menjadi
permanen sehingga kendati kemudian tidak ada hadia atau hukuman setelah respon
yang ia lakukan, respon tersebut akan tetap ia lakukan pada periode berikutnya ketika
ada stimulus serupa. Contohnya adalah perilaku lumba-lumba yang biasanya akan
diberi makan jika ia bisa melintasi lingkaran api di atas kolam atau juga perilaku anjing
yang segera menjulurkan lidah dan saliva yang menetes saat dibunyikan garputala
(karena saat ia diajari pada periode sebelumnya, stimulus suara berupa garputala selalu
berasosiasi dengan akan adanya makanan yang dia peroleh dari tuannya).
- Perilaku Asosiasi Pengkondisian Operan (Operant Conditioning)
Merupakan perialu yang diperoleh dari tindakan coba-coba atau trial and error.
Semakin dekat individu mendapatkan respon dengan adanya stimulus positif maka
akan semakin mudah baginya mengulang keberhasilan respon tersebut. Dapat juga
terjadi kepada hewan yang semakin lama semakin sedikit mengeluarkan energi untuk
memperoleh makanan. Atau dapat juga berupa perilaku jerah setelah suatu
pengalaman buruk tertentu yang ia peroleh ketika melakukan suatu tindakan.
- Imitasi
Merupakan perilaku hewan yang diperolehnya dengan mengamati perilaku hewan
lain lalu menirukannya tetapi peniruan ini terjadi setelah melewati periode kritis
perkembangannya. Banyak contoh hewan seperti anjing, kucing atau serigala yang
belajar teknik tertentu dalam berburu mangsa dengan meniru induknya.
- Perilaku Inovasi (Insight Learning atau Reasoning)
Merupakan perilaku paling cerdas dimana suatu hewan dapat merespon sesuatu
stimulus pada kondisi tertentu dalam memecahkan permasalahannya secara cepat dan
spontan kendati tidak ada pembelajaran yang identik dengan kondisi tersebut
sebelumnya. Subjek dari inovasi adalah penyelesaian masalah (problem solving).
Contohnya adalah seekor kera yang dikurung dalam ruang tertutup dimana di langit-
langit ruangan digantungkan pisang yang tidak akan dapat diraihnya jika tanpa bantuan
alat tertentu. Maka dengan serta merta kera tersebut akan segera menyusun kotak-
kotak kayu yang ada dalam ruangan membentuk tangga untuk mencapai pisang yang

15
tinggi tersebut. Dalam berbagai macam prilaku maka beberapa system yang terlibat
diantara resptor indra, system saraf dan protota. Hewan dihadapkan pada empat bentuk
perintah yang menopang hidupnya yang merupakan perilaku adaptif yaitu:
 Prilaku makan
Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari yang sangat khusus hingga ke
pemakan umum yang dapat memilih diantara sekumpulan spesies yang dapat dimakan.
Tujuan makan adalah untuk mendapat energi tetapi energi itu akan kembali digunakan
untuk mencari makanan. Jadi hewan berprilaku sedemikian rupa untuk
memaksimumkan perbandingan kerugian atau keuntungan dari pencarian makanan itu.
 Perilaku mempertahankan diri
Perilaku berkisar melarikan diri dari pemangsa potensial akan tidak dimangsa
a. Mimikri adalah cara mempertahankan diri terhadap musuh dengan cara
menyerupai sesuatu, secara khas menyerupai tipe lain organiseme lain
b. Kamuflase adalah cara mempertahankan diri dengan cara menyamar terhadap
warna, pola dan bentuk sehingga menyerupai lingkungan sekitarnya
c. Autotomi adalah cara memepertahankan diri dengan memotong atau
memutuskan salah satu bagian hidupnya
d. Mengeluarkan bau atau cairan tubuh

 Bertahan hidup dalam lingkungan fisik


Kebanyakan hewan hanya dapat bertahan hidup dalam kisaran waktu, salinitas,
kelembaban tertentu dan sebagainya. Kisaran ini relative luas bagi hewan seperti
mamalia dan burung yang banyak mempunyai mekanisme yang efisien untuk
mempertahankan kendali homeostatis terhadap lingkungan
 Prilaku Reproduksi
Reproduksi adalah proses untuk menghasilkan organisme baru dengan cirri-ciri yang
sama dengan organisme induknya serta bersifat fertile. Tujuan dari reproduksi adalah
untuk mempertahankan jenisnya sehingga terhindar dari kepunahan. Reproduksi ini
juga dipengaruhi oleh kerja hormone seksual yang mengatur kerja system reproduksi

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tiap pola perilaku mempunyai fungsi penyesuaian yang khusus dan tertentu yang
umumnya dihubungkan dengan salah satu fungsi umum. Pola perilaku atau aktivitas
tersebut diantaranya ialah:
1. Aktivitas makan (feeding),
2. Aktivitas bergerak (locomotion),
3. Istirahat (immobile),
4. Grooming
5. Aktivitas main (playing),
Perilaku pada primate meliputi: perilaku makan, perilaku istirahat, perilaku kawin,
perilaku grooming dan bermain. Anthropomorphisme yaitu anggapan bahwa hewan di
gambarkan seolah-olah memiliki keperluan, perasaan atau kemampuan seperti manusia.
Kelakuan atau perilaku dalam arti yang luas ialah tindakan yang tampak yang di laksanakan
oleh makhluk dalam usaha penyesuaian diri terhadap keadaan lingkungan yang sedemikian
rupa sehingga mendapat kepastian dalam kelangsungan hidupnya. Perilaku ialah suatu cara
penting yang di pergunakan oleh individu menjadi terpadu kedalam societas dan komunitas
yang terorganisir dan teratur.
Adaptabilitas merupakan kemampuan makhluk hidup untuk melakukan sebuah
adaptasi. Adaptasi itu sendiri ialah kemampuan suatu makhluk hidup untuk dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya untuk tetap dapat bertahan hidup. Didalam adap
tasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi dan adaptasi
tingkah laku.
Hibernasi merupakan kondisi ketidakaktifan dan penurunan metabolisme pada
hewan yang ditandai dengan suhu tubuh yang lebih rendah, pernapasan yang lebih
perlahan, serta kecepatan metabolisme yang lebih rendah.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Fachrul, Melati Ferianita. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Akasara.

 Soejtipto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Universitas Gadjah mada

 Sri Fitria. 2019. Adaptasi makhluk hidup. Diakses dari https://www.sridianti.com/adaptasi-

makhluk-hidup.html. pada tanggal 11 November 2019

 Anonim. 2016. Makalah adaptasi pada hewan. Diakses dari

http://arenamakalah.blogspot.com/2016/11/makalah-adaptasi-pada-hewan.html. pada

tanggal 11 Novemcer 2019.

 Anonim. 2018. Adaptasi morfologi hewan. Diakses dari https://pengajar.co.id/adaptasi-

morfologi-pengertian-contoh-dan-gambarnya/html. pada tanggal 11 Noverber 2019

 Anonim. 2019. Adaptasi Fisiologi. Diakses dari https://www.ayoksinau.com/adaptasi-

fisiologi/html. pada tanggal 11 Noveber 2019.

18

Anda mungkin juga menyukai