Anda di halaman 1dari 13

LK 5: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul Ekologi dan Lingkungan


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Lingkungan dan Sumber Daya
2. Populasi dan Komunitas
3. Ekosistem
4. Perubahan Lingkungan
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep KB 1 LINGKUNGAN DAN SUMBER DAYA
(istilah dan definisi)
di modul ini 1. Lingkungan organisme adalah semua faktor biotik
dan abiotik yang ada disekitar organisme tersebut
dan dapat mempengaruhi kelangsungan hidupnya.
1.1. Lingkungan Biotik dapat berupa
mikroorganisme, tumbuhan, dan hewan.
1.2. Lingkungan Abiotik meliputi faktor
medium/substrat (seperti tanah/ perairan
sebagai tempat hidup) dan faktor
cuaca/iklim (suhu, kelembaban, udara,
angin, intensitas cahaya).
1.3. Organisme oktotermi (poikiloterm) adalah
organisme yang tidak dapat mengatur suhu
tubuhnya sendiri.
1.4. Perubahan siklik yaitu perubahan
lingkungan yang terjadinya berulang-ulang
secara berirama, misalnya : perubahan
siang-malam.
1.5. Perubahan terarah yaitu perubahan
lingkungan yang terjadi berangsur-angsur
secara terus menerus (progressif atau
berkesinambungan) menuju ke suatu arah,
misalnya : suksesi, aberasi.
1.6. Perubahan eratik yaitu perubahan yang
tidak menunjukkan konsistensi mengenai
arah perubahannya. Contoh hutan atau
lahan yang terbakar.

2. Lingkungan sebagai sumber daya


2.1. Faktor pembatas adalah setiap kondisi
faktor lingkungan yang besarnya atau
intensitasnya mendekati batas kisaran
toleransi suatu organisme.
2.2. Hukum toleransi Shelford menyatakan
bahwa setiap organisme mempunyai suatu
minimum dan maksimum ekologis yang
merupakan batas bawah dan batas atas dari
kisaran toleransi organisme tersebut
terhadap kondisi lingkungannya.
2.3. Eurithermal adalah organisme yang
memiliki kisaran toleransi yang luas untuk
suhu.
2.4. Stenothermal adalah organisme yang
memiliki kisaran toleransi yang sempit untuk
suhu.
3. Habitat dan Relung
3.1. Habitat merupakan tempat dimana biasanya
makhluk hidup terdapat.
3.2. Mikrohabitat adalah bagian dari habitat
yang merupakan lingkungan yang kondisinya
paling cocok dan paling akrab hubungannya
dengan hewan.
3.3. Relung atau Niche ekologi merupakan
status fungsional organisme tersebut dalam
habitat yang ditempatinya berdasarkan
adaptasi- adaptasi fiiologis, struktural dan
perilakunya.
3.4. Aturan Gause atau “asas ekslusi
persaingan” menyatakan bahwa tidak ada
dua spesies yang adaptasinya identik satu
dengan yang lain, “satu spesies satu relung”.
Akibatnya setiap spesies yang
memperlihatkan adaptasi lebih baik dan juga
lebih agresif akan memenangkan persaingan.
3.5. Konsep relung ekologi multidimensi oleh
“Hutchinson”. Konsep ini menganggap setiap
kisaran toleransi terhadap suatu faktor
lingkungan atau kisaran mengenai macam
sumberdaya yang dimanfaatkan hewan,
sebagai suatu dimensi. Dimensi relung yang
dimaksud bisa menyangkut ruang, waktu
jenis makanan cara makan dan lain-lain.
3.6. Relung ekologi fundamental adalah relung
yang menunjukkan potensi secara utuh yang
hanya dapat diamati dalam laboratorium
dengan kondisi lingkungan terkendali,
misalnya yang diamati hanya satu atau dua
faktor saja tanpa ada pesaing maupun
predatornya.
3.7. Relung ekologi terealisasikan, adalah
status fungsional yang benar-benar ditempati
dalam kondisi alami, dengan beroperasinya
banyak faktor lingkungan, seperti interaksi
faktor, kehadiran pesaing, predator dan
sebagainya.
3.8. Guild adalah kelompok spesies hewan yang
memperlihatkan pemanfaatan sumberdaya
yang sama dan dengan cara yang sama,
tanpa memperlihatkan tingkat taksonnya,
tetapi lebih menekankan pada peranannya
dalam suatu habitat.
3.9. Simpatrik adalah daerah sebaran yang
sama.
3.10. Alopatrik adalah daerah dengan sebaran
berbeda.
3.11. Evolusi divergen terjadi dalam keadaan
simpatrik, seleksi alam akan menghasilkan
ciri-ciri tubuh yang makin mencolok
perbedaannya di antara spesies itu.
3.12. Evolusi konvergen terjadi dalam keadaan
alopatrik sehingga perbedaan ciri-ciri antar
spesies akan makin kabur.

4. Respon dan Adaptasi


4.1. Stimulus adalah suatu faktor yang
diakibatkan oleh perubahan lingkungan yang
dapat ditangkap oleh reseptor suatu
organsime dan berpotensi mempengaruhi
keseimbangan bagi organisme tersebut.
4.2. Respon adalah tingkah laku atau perilaku
organisme untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan lingkungan.
4.3. Faktor yang mempengaruhi respon suatu
organisme antara lain: jenis stimulus,
intensitas stimulus, jenis spesies, stadium
umurnya, kondisi fisiologis, lebar sempitnya
kisaran toleransi hewan.
4.4. Aklimatisasi : prosesnya terjadi dalam
periode ontogeni suatu organisme, sifatnya
reversibel dan tidak diturun-temurunkan.
4.5. Aklimasi : biasanya digunakan untuk satu
dua faktor saja dan terjadinya dalam
lingkungan terkontrol di laboratorium.
4.6. Respons pengaturan (regulatori) adalah
respon pada organisme yang bersifat
reversibel (dapat kembali ke kondisi semula),
tidak bersifat herediter, paling sederhana,
dan terjadinya sangat cepat
4.7. Respons penyesuaian (aklimatori) adalah
respon yang reversibel dan tidak bersifat
herediter, berlangsung lebih lama dari respon
regulatori karena proses-proses fisiologis
yang melandasinya melibatkan terjadinya
perubahan- perubahan struktur dan
morfologi hewan.
4.8. Respons perkembangan adalah respon yang
irreversibel (tidak dapat kembali ke kondisi
semula), berlangsung relatif lama karena
melibatkan terjadinya proses-proses yang
banyak macamnya dan menghasilkan
perkembangan beraneka macam struktur
tubuh.
4.9. Plastisitas yaitu reaksi tumbuhan terhadap
perubahan lingkungan yang disertai dengan
modifikasi berbagai jenis organnya agar
toleransinya terhadap faktor lingkungan
menjadi lebih luas, tetapi bila kondisi
kembali ke keadaan semula bentuk organ
inipun berubah lagi sesuai dengan bentuk
normalnya.
4.10. Adaptasi adalah upaya penyesuaian diri
suatu organisme terhadap suatu faktor
lingkungan, baik yang bersifat reversibel
maupun irreversibel.
4.11. Adaptasi terdiri atas adaptasi morfologis
(struktural), fisiologis, dan tingkah laku.
4.12. Aturan Bergman; individu-individu hewan
yang hidup di daerah yang bersuhu tinggi
cenderung mempunyai tubuh yang
berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
kerabat-kerabatnya yang hidup di daerah
bersuhu rendah.
4.13. Aturan Allen; paruh, daun telinga, ekor dan
bagian-bagian tubuh yang terjulur lainnya
cenderung lebih pendek pada hewan-hewan
yang hidup di daerah bersuhu rendah
dibandingkan dengan kerabat-kerabatnya
yang hidup di daerah bersuhu tinggi.
4.14. Aturan Gloger; hewan homoioterm yang
hidup di daerah beriklim panas dan lembab
cenderung mengandung lebih banyak pigmen
hitam, di daerah yang beriklim kering lebih
banyak pigmen kuning, coklat dan merah,
sedangkan yang hidup di daerah beriklim
dingin pigmentasinya secara umum
mengalami reduksi.
4.15. Aturan Jordan; jenis ikan yang hidup dalam
perairan yang bersuhu rendah cenderung
lebih sedikit dibandingkan dengan yang
hidup di perairan yang bersuhu tinggi.
4.16. Perilaku hewan merupakan perwujudan dari
respon organisme sebagai reaksi terhadap
berbagai stimulus yang diterimanya dari
lingkungan, baik lingkungan biotik maupun
abiotiknya.
4.17. Taksis merupakan respon yang berupa
gerakan di tempat atau berpindah tempat
dengan jalan berkerut, meregang,
membelokkan tubuh dengan tujuan untuk
membawa hewan pada situasi yang
menguntungkan.
4.18. Refleks merupakan aktivitas yang cepat,
spontan, otomatis, dan tidak disadari (tidak
melibatkan sistem saraf pusat atau otak)
dalam bentuk respon terhadap stimulus
pada suatu organ.
4.19. Insting atau naluri merupakan suatu
perilaku yang rumit dan khas untuk suatu
spesies, bersifat herediter dan terjadinya
secara otomatis.
4.20. Perilaku hewan yang dihasilkan dari akibat
belajar meliputi habituasi (pembiasaan),
pengkondisian (conditioning), perekaman
(imprinting), meniru (imitating), coba-coba
(trial and error) dan menalar (reasioning).
KB 2 POPULASI dan KOMUNITAS
5. Populasi
5.1. Populasi adalah kumpulan individu yang
sejenis yang berada pada suatu tempat pada
waktu tertentu.
5.2. Kepadatan populasi adalah jumlah individu
per satuan luas atau volume.
5.3. Kelimpahan populasi adalah jumlah individu
pada suati habitat tanpa mempertimbangkan
luas area atau volume.
5.4. Natalitas adalah angka kelahiran individu
dalam populasi.
5.5. Mortalitas adalah angka kematian individu
dalam populasi.
5.6. Imigrasi adalah masuknya individu dari area
lain ke dalam populasi.
5.7. Emigrasi adalah perpindahan individu suatu
populasi keluar dari area populasi.

6. Komunitas
6.1. Komunitas adalah kesatuan dari populasi-
populasi pada suatu ruang dan waktu
tertentu.
6.2. Produsen adalah organisme yang mempunyai
kemampuan dalam mengubah bahan
anorganik menjadi bahan organik dengan
memanfaatkan cahaya matahari sebagi
sumber energi utama.
6.3. Konsumen adalah organisme yang
memanfaatkan organisme lain sebagai
sumber makanannya
6.4. Herbivora adalah organisme yang
memanfaatkan produsen sebagai sumber
makanannya.
6.5. Karnivora adalah organisme yang memakan
konsumen lain sebagai sumber makanannya.
6.6. Omnivora adalah organisme yang
makanannya berupa produsen atau
konsumen lainnya.
6.7. Dekomposer adalah organisme yang
memakan bahan organik dari organisme lain
yang telah mati.

7. Interaksi Organisme
7.1. Interaksi Intraspesifik
Interaksi yang terjadi diantara individu yang
sejenis dalam satu populasi
7.2. Interaksi Interspesifik
Interaksi yang terjadi antar individu yang
berbeda spesies
7.3. Mutualisme, Interaksi yang menguntungkan
kedu organisme yang saling berinteraksi dan
bersifat mutlak
7.4. Protokooperasi
Interaksi yang saling menguntungkan kedua
organisme yang berinteraksi namun bersifat
tidak mutlak
7.5. Komensalisme
Interaksi yang menguntungkan salah satu
pihak namun tidak merugikan pihak lainnya
7.6. Predatorisme
Interaksi yang menguntungkan salah satu
pihak dan merugikan pihak lain dimana yang
diuntungkan adalah organisme yang lebih
besar dan kuat serta berdampak langsung
yang menyebabkan organisme yang lebih
kecil dan lemah mati.
7.7. Parasitisme
Interaksi yang menguntungkan salah satu
pihak dimana yang diuntungkan biasanya
berukurun lebih kecil dan umumnya tidak
langsung menyebabkan inangnya mati
7.8. Parasitoidisme
Interaksi yang menguntungkan salah satu
pihak dimana yang diuntungkan biasanya
berukurun lebih kecil dan menyebabkan
inangnya mati dalam jangka pendek
7.9. Kompetisi
Interaksi antar organisme yang berupa
persaingan yang terjadi akibat kebutuhan
sumberdaya yang sama dengan jumlah
terbatas
7.10. Netralisme
Interaksi yang tidak berdampak terhadap
kedua belah pihak

KB 3 EKOSISTEM
8. Komponen Penyusun Ekosistem
8.1. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang
terbentuk oleh hubungan timbal-balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.
8.2. Komponen biotik
Komponen lingkungan yang terdiri atas
makhluk hidup yang dapat berupa hewan,
tumbuhan maupun mikro-organisme.
8.3. Produsen, Makhluk hidup yang mampu
mengubah zat anorganik menjadi organik.
8.4. Konsumen, Organisme yang tidak bisa
membuat makanannya sendiri dan
tergantung kepada organisme lain.
8.5. Pengurai atau dekomposer, Organisme yang
mampu menguraikan bahan organik yang
berasal dari organisme yang telah mati.
8.6. Komponen abiotik adalah komponen yang
meliputi seluruh faktor-faktor tak hidup dari
suatu kondisi lingkungan.

9. Macam-Macam Ekosistem
9.1. Ekosistem darat adalah ekosistem yang
terdapat di wilayah daratan.
9.2. Bioma adalah ekosistem dalam skala luas
yang didasarkan pada vegetasi (tumbuhan
yang dominan) dan iklim yang khas.
9.3. Bioma hutan hujan tropis, Bioma yang
biasanya terbentang dari daerah tropika
hingga sub-tropika.
9.4. Bioma padang rumput, Bioma yang biasanya
terbentang dari daerah tropika hingga sub-
tropika.
9.5. Bioma hutan gugur, Bioma yang biasanya di
daerah sub-tropika.
9.6. Bioma gurun, Bioma yang biasanya terdapat
di daerah tropika yang ditandaidengan
vegetasi yang didominasi oleh jenis
tumbuhan yang tak berdaun atau daunnya
seperti duri dan dilapisi oleh zat lilin untuk
mengurangi penguapan.
9.7. Bioma taiga, Bioma yang biasanya terdapat
di bumi sebelah utara dan pegunungan
daerah tropik hingga subtropik.
9.8. Bioma thundra, Bioma yang biasanya
terdapat di bumi sebelah utara dan dalam
lingkaran kutub utara.
9.9. Ekosistem perairan adalah ekosistem yang
didominasi oleh lingkungan air.
9.10. Ekosistem air tawar, Ekosistem yang
perairannya memiliki tingkat salinitas yang
rendah (bahkan lebih rendah dari
protoplasma) dan sangat dipengaruhi oleh
iklim dan cuaca.
9.11. Ekosistem lotik, Ekosistem ini ditandai
dengan adanya arus ari pada ekosistem air
tawar, misalnya sungai.
9.12. Ekosistem lentik, Ekosistem ini ditandai
dengan tidak adanya arus air yang mengalir
ke lain ekosistem atau disebut juga
ekosistem air tergenang, misalnya ekosistem
danau atau kolam.
9.13. Ekosistem laut, Ekosistem yang perairannya
memiliki tingkat salinitas yang tinggi.
9.14. Ekosistem estuaria, Ekosistem ini merupakan
tempat pertemuan air tawar dengan air laut
atau kawasan muara sungai sehingga tingkat
salinitas yang tidak stabil karena
dipengaruhi oleh pasang-surut air laut dan
curah hujan di wilayah daratan.
9.15. Ekosistem lahan basah, Ekosistem daratan
yang senantiasa basah oleh tingginya kadar
air pada tanah, sehingga hanya tumbuhan
tertentu saja yang mampu beradaptasi pada
lingkungan basah seperti ini.
9.16. Ekosistem lahan gambut, Ekosistem yang
miskin humus dan mineral.
9.17. Ekosistem mangrove atau bakau, Ekosistem
ini merupakan kawasan yang terkena
dampak pasang surut air laut, sehingga
tumbuhan yang hidup di ekosistem ini
memiliki karakteristik yang dapat mengatasi
rendaman air ketika pasang naik.
9.18. Ekosistem rawa-rawa, Ekosistem daratan
yang senantiasa digenangi oleh air dangkal
dan banyak ditumbuhi oleh berbagai jenis
tumbuhan, sehingga yang berperan sebagai
produsen pada ekosistem ini bukanlah
plankton, melainkan tumbuhan hijau.

10. Ekoenergetika
10.1. Ekoenergetika adalah bahasan dalam ekologi
yang mengkaji tentang transformasi energi
dalam organisme hidup. Peristiwa
transformasi energi merupakan perpindahan
suatu unit energi dari satu titik ke titik lain
yang membutuhkan suatu sumber energi
dan penerima energi.
10.2. Rantai makanan, Jalur pemindahan energi
dari tingkat trofik ketingkat trofik berikutnya
melalui peristiwa makan dan dimakan.
10.3. Rantai makanan perumput, Mata rantai
makanan berawal dari tumbuhan, maka
tingkat trofik 1 diduduki oleh tumbuhan
hijau (produsen), tingkat trofik 2 diduduki
oleh herbivora (konsumen 1), tingkat trofik 3
diduduki oleh karnivora (konsumen 2), dan
seterusnya.
10.4. Rantai makanan detritus, Rantai makanan
berawal dari organisme perombak. Detritus
merupakan hancuran (fragmen) dari bahan-
bahan sudah terurai yang dikonsumsi
hewan-hewan kecil seperti rayap, cacing
tanah, tripang, dan sebagainya.
10.5. Piramida jumlah, Piramida yang digambarkan
oleh jumlah individu pada setiap tingkat
trofik dalam suatu ekosistem dalam kurun
waktu tertentu. Dimana semakin tinggi
tingkat tropik semakin sedikit jumlah
individunya.
10.6. Piramida Biomassa, Piramida yang
menggambarkan berat atau massa kering
total organisme hidup dari masing-masing
tingkat trofiknya dalam suatu ekosistem
dalam kurun waktu tertentu. Dimana
semakin tinggi tingkat tropik semakin sedikit
biomassanya.
10.7. Piramida Energi, Piramida yang
menggambarkan besarnya energi yang
tersimpan pada masing-masing tingkat
tropik.
10.8. Produktivitas, Hasil aktivitas metabolisme
organisme berupa pertumbuhan,
penambahan, dan penimbunan biomassa
dalam periode waktu tertentu.
10.9. Produktivitas Primer, Kecepatan pengubahan
energi radiasi matahari melalui aktivitas
fotosintesis dan kemosintesis oleh produsen
menjadi energi kimia dalam bentuk bahan
organik.
10.10. Produktivitas Sekunder, Kecepatan
penyimpanan energi oleh organisme tingkat
konsumen.
10.11. Energi bersih (En) pada tingkat produsen
adalah sejumlah energi yang siap digunakan
oleh hewan-hewan dan selanjutnya dapat
dipindahkan ke tingkat tropik yang lebih
tinggi melalui peristiwa pemangsaan
(predasi).
10.12. Energi ekskreta (Ee), Energi yang
terbuang melalui feses, urin dan ekstrata
lainnya.
10.13. Energi asimilasi (Ea) atau energi
metabolit, Energi dari makanan yang benar-
benar diserap dan digunakan atau dengan
kata lain energi kotor dikurangi energi
ekskreta. (Ea = Ek – Ee)

11. Siklus Biogeokimia


11.1. Siklus biogeokimia adalah siklus zat yang
berlangsung melalui komponen biotik dan
abiotik di dalam suatu ekosistem.
11.2. Presipitasi adalah peristiwa awan
akanmengalami kondensasi menjadi tetes-
tetes air dan akan jatuh ke permukaan
bumidalam bentuk hujan.
11.3. Daur air atau siklus hidrologi merupakan
proses pergerakan air melewati atmosfer,
geosfer, biosfer dan hidrosfer.
11.4. Siklus oksigen merupakan proses
pergerakan unsur oksigen dalam bentuk gas,
cair maupun senyawa organik.
11.5. Siklus Karbon. Karbon dihasilkan sebagai
dari aktivitas respirasi dan pembakaran
bahan bakar fosil.
11.6. Denitrifikasi adalah pelepasan nitrogen
kembali ke atmosfer.
11.7. Nitrifikasi pengubahan amonium diubah
menjadi nitrat oleh kelompok bakteri aerob.
11.8. Siklus sulfur : proses bergerak atau
berpindahnya unsur sulfur dari/dan ke
mineral dan sistem kehidupan.

KB 4 PERUBAHAN LINGKUNGAN
12. Perubahan Ekosistem
Perubahan yang dapat disebabkan oleh faktor
alam (seperti perubahan iklim, akibat gunung
meletus, banjir bandang) maupun faktor eksternal
(seperti polusi, kebakaran hutan, konversi lahan)
13. Suksesi
Proses perubahan ekosistem secara perlahan- lahan
menuju ke arah pematangan (kestabilan).
Berdasarkan kondisi awalnya, suksesi dibedakan
atas:
13.1. Suksesi primer; yaitu suksesi yang terjadi
pada tempat-tempat yang baru terbentuk
atau ekosistem yang mengalami kerusakan
total. Misalnya terbentuknya ekosistem
akibat gunung api meletus.
13.2. Suksesi sekunder; yaitu suksesi yang terjadi
pada saat ekosistem mengalami gangguan
atau kerusakan secara tidak menyeluruh
atau total, dimana komposisi biotik yang
sudah ada sebelumnya turut mempengaruhi
proses suksesi. Misalnya kerusakan akibat
kebakaran hutan.
14. Kebutuhan dasar (essensial)
Kebutuhan yang mutlak diperlukan untuk dapat
hidup sehat, aman dan manusiawi, misalnya;
pangan, papan, sandang, air bersih dan udara
sehat
15. Kebutuhan tambahan (non-essensial)
Kebutuhan pelengkap, agar manusia dapat
menikmati hidup lebih baik lagi, seperti
pendidikan, rekreasi, transportasi, dan kebutuhan
sekunder lainnya.
16. Usaha memenuhi kebutuhan pangan
16.1. Intensifikasi pertanian
Upaya untuk meningkatkan hasil pertanian
tanpa terorientasi dengan perluasan area
pertanian, tetapi dengan memanfaatkan
teknologi pertanian, seperti; pemupukan,
penggunaan pestisida, penggunaan bibit-
bibit unggul hasil hibridisasi dan rekayasa
genetik serta penggunaan alat berat dalam
pertanian
16.2. Ekstensifikasi pertanian
Upaya meningkatkan hasil-hasil pertanian
dengan memperluas area pertanian
17. Pencemaran Lingkungan
Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan.
18. Polutan
Zat-zat yang dapat mencemari lingkungan .Jenis
pencemaran:
18.1. Pencemar kimiawi; yaitu pencemaran yang
berasal dari senyawa-senyawa kimia,
misalnya berupa logam (Hg, Pb, As, Cd, Cr
dan Hi), pupuk anorganik, pestisida,
detergen, zat radio aktif dan minyak.
18.2. Pencemar biologi; yaitu pencemaran yang
disebebakan polutan dari mikroorganisme,
misalnya pencemaran oleh Escherichia coli,
Entamoeba coli, dan Salmonella thyposa.
18.3. Pencemar fisik; pencemaran yang disebebkan
polutan dari benda-benda fisik seperti
kaleng, botol, plastik, dan karet.
19. Permasalahan Vital Lingkungan
Permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan
upaya penyelesaiannya baik secara global, nasional
muapun lokal
19.1. Global warming atau pemanasan global
Fenomena peningkatan suhu bumi yang
dirasakan hampir seluruh belahan dunia.
Peningkatan suhu bumi terutama
disebabkan oleh a) peningkatan kandungan
emisi gas rumah kaca; b)
penipisan/kerusakan lapisan ozon; dan c)
meningkatnya gas metana di alam
19.2. Deforestasi
Menurunnya kawasan hutan merupakan
akibat dari akitivitas manusia yang
mengeksploitasi hasil hutan untuk
kepentingannya ataupun dikonversi menjadi
kawasan pemukiman, pertanian hingga
perkebunan monokultur
19.3. Penurunan Keanekaragaman Hayati
Hilangnya beberapa spesies flora dan fauna
sehingga dapat terancam punah akibat
diburu atau kehilangan habitat
19.4. Sampah atau limbah
Sisa-sisa hasil pengolahan pabrik ataupun
manusia yang mengandung zat kimia berupa
sampah dan dapat menimbulkan polusi serta
menganggu kesehatan
19.5. Insektisida
Pembasmi serangga. Penggunaan pestisida
dapat berdampak pada punahnya predator
alami hama sehingga dapat berakibat
munculnya predator baru (introduksi) yang
belum tentu efektif menngontrol hama, tetapi
dapat juga berpotensi bagi mengancam
organisme lain yang bersifat menguntungkan
20. Upaya Mengatasi Dampak Perubahan Lingkungan
Hidup
Usaha yang dilakukan untuk mengatasi dampak
yang ditimbulkan dari perubahan lingkungan
20.1. Pelestarian Tanah (tanah datar, lahan
miring/perbukitan)
Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan
dengan cara menggalakkan kegiatan
menanam pohon atau penghijauan kembali
(reboisasi) terhadap tanah yang semula
gundul
20.2. Pelestarian Udara
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
agar udara tetap bersih dan sehat antara
lain: menggalakkan penanaman pohon atau
pun tanaman hias di sekitar kita,
mengupayakan pengurangan emisi atau
pembuangan gas sisa pembakaran, baik
pembakaran hutan maupun pembakaran
mesin, mengurangi atau bahkan
menghindari pemakaian gas kimia yang
dapat merusak lapisan ozon di atmosfer
20.3. Pelestarian Hutan
Upaya yang dapat dilakukan untuk
melestarikan hutan:reboisasi atau
penanaman kembali hutan yang gundul,
melarang pembabatan hutan secara
sewenang-wenang,menerapkan sistem
tebang pilih dalam menebang pohon,
menerapkan sistem tebang–tanam dalam
kegiatan penebangan hutan, dan
menerapkan sanksi yang berat bagi
mereka yang melanggar ketentuan
mengenai pengelolaan hutan
20.4. Pelestarian Laut dan Pantai
Upaya untuk melestarikan laut dan pantai
dapat dilakukan dengan cara: melakukan
reklamasi pantai dengan menanam kembali
bakau di areal sekitar pantai,melarang
pengambilan batu karang yang ada di sekitar
pantai maupun di dasar laut, karena karang
merupakan habitat ikan dan tanaman laut,
melarang pemakaian bahan peledak dan
bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.,
melarang pemakaian pukat harimau untuk
mencari ikan
20.5. Pelestarian Flora dan Fauna
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
kelestarian flora dan fauna di antaranya
adalah: mendirikan cagar alam dan suaka
margasatwa, melarang kegiatan perburuan
liar, dan menggalakkan kegiatan
penghijauan
20.6. Konservasi Keanekaragaman Hayati
Terbagi 2, Konservasi in-situ dan Konservasi
ex-situ. Konservasi in-situ: merupakan upaya
konservasi hayati dengan
mengembangbiakkan hayati pada habitat
aslinya. Konservasi ex-situ: merupakan
konservasi yang dilakukan diluar habitat
aslinya.
20.7. Mengatasi permasalahan limbah sampah
Dapat melalui Reduce, Reuse, Recycle.
Reduce, yaitu kegiatan/perilaku yang dapat
mengurangi produksi sampah. Contoh:
Menggunakan tas kain untuk berbelanja
untuk mengurangi sampah plastik.; Reuse,
Menggunakan kembali barang bekas tanpa
pengolahan bahan, untuk tujuan yang sama
atau berbeda. Contoh : kaleng bekas
minuman digunakan sebagai tempat pensil;
Recycle, Kegiatan yang memanfaatkan
barang bekas dengan cara mengolah
materinya untuk digunakan lebih lanjut.
Contoh : memebuat kertas daur ulang dari
majalah/koran bekas

2 Daftar materi yang 1. Pertumbuhan populasi


sulit dipahami di 2. Ekoenergetika
modul ini 3. Siklus Sulfur dan Siklus Fosfor

3 Daftar materi yang 1. Pertumbuhan populasi


sering mengalami 2. Perbedaan dekomposer, detritus dan detritivor
miskonsepsi 3. Global warming bukan diakibatkan oleh banyaknya
rumah kaca

Anda mungkin juga menyukai