Anda di halaman 1dari 40

PEMBAHASAN

A. Pengertian Adaptasi

Adaptasi adalah cara bagaimana hewan bertahan hidup di tempat tertentu dan dengan
cara tertentu. Ini mungkin sebuah adaptasi fisik, seperti ukuran atau bentuk tubuh hewan, atau
cara bagaimana tubuhnya bekerja. Atau mungkin cara hewan berperilaku. Setiap adaptasi telah
diproduksi oleh evolusi. Karena perubahan lingkungan, hewan yang tidak bisa beradaptasi
mati, dan hanya yang bertahan bisa menghasilkan keturunan. Lingkungan hewan terdiri dari
banyak hal yang berbeda. Iklim yang penting. Apakah itu panas, dingin, kering, atau basah
akan memiliki efek pada semua makhluk yang hidup di tempat tertentu.

Bagian penting lainnya dari lingkungan hewan adalah jenis tanaman pangan yang
tumbuh di dalamnya. Hewan-hewan lain yang tinggal di sana juga berpengaruh. Jika ada
predator, binatang mangsa harus belajar untuk mempertahankan diri atau berlari cepat untuk
melarikan diri. Adaptasi ini memungkinkan untuk berbagai macam makhluk hidup dan
berkembang di bumi. hewan beradaptasi dengan alam. Hewan di alam liar hanya bisa hidup di
tempat-tempat yang disesuaikan dengan mereka. Mereka harus memiliki jenis habitat di mana
mereka dapat menemukan makanan dan ruang yang mereka butuhkan.

Secara umum, adaptasi hewan bergantung pada pengelompokan hewan yang terdiri dari
tiga macam, yaitu adaptasi fisiologi, adaptasi morfologi, dan adaptasi tingkah laku. Masing-
masing adaptasi ini mempunyai ciri khas masing-masing.

 Konsep Respon dan Adaptasi


1. Pengertian Respon

Interaksi hewan dan lingkunganya menunjukan adanya hubungan timbal balik antara
hewan dengan lingkungannya. Dalam hubungan itu kondisi dan perubahan kondisi lingkungan
yang berpengaruh pada hewan, dan hewan mengadakan reaksi terhadap kondisi atau perubahan
kondisi lingkunganya. Respon dan adaptasi perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa
respon terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan
peranan reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon. Jenis efektor yang paling
berperan adalah otot-otot tubuh. Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan secara
genetic, bersifat khas, terjadi secara otomatis. Pada hewan tinggi banyak mengandung
komponen yang tidak bersifat herediter, Melainkan proses belajar yang dipengaruhi faktor
lingkungan.
Reaksi hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkunganya dinyatakansebagai
respons hewan terhadap lingkunganya. Respons hewan terhadap lingkungan dapat berupa
perubahan fisik, fisiologis dan tingkah laku. Respons hewan terhadap kondisi dan perubahan
linkungan ada yang bersifat reaktif, artinya respons itu terbentuk dan berlaku pada saat
pengaruh kondisi dan perubahan lingkungan berlaku. missalnya, ayam mencari tempat yang
teduh ketika hujan turun. Respons-respons seperti itu merupakan respons yang tuntuk semua
anggota spesies. Respons itu merupakan perubahan pada hewan yang bersifat reaktif terhadap
lingkunganya.

Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan.Tujuan akhir
dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Respon hewan terhadap lingkungannya
bervariasi tergantung dari jenis dan intensitas stimulus, jenis spesies, stadium perkembangan,
umur, kondisi fisiologis dan kisaran toleransi terhadap lingkungannya.

Apabila kondisi lingkungan menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi adalah
pertama, hewan meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan kondisi yang lebih baik.
Kedua, hewan memberikan respon tertentu yang mampu mengatasi efek negative perubahan
tersebut. ketiga, hewan itu akan mati.

 Respon Dasar Hewan

Selama periode ontogeny pada hewan dikenal tiga macam respon dasar yaitu respon
pengaturan, respon penyesuaian, dan respon perkembangan.8ekanisme ketiga respon itu
berdasarkan sistem umpan balik negativ. Agar mekanisme itu berhasil maka respon yang
dihasilkan harus sesuai besarnya, waktu tepat dan berlangsung cukup cepat.

1) Respon Reversibel

Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah respon
pengaturan (regulatori). Respon fisiologi terjadi sangat cepat (refleks). Contoh: perubahan
pupil mata terhadap intensitas cahaya. Tipe respon lain yang bersifat reversible adalah respon
penyesuaian (aklimatori), berlangsung lebih lama dari respon regulatori karena proses yang
fisiologi yang melandasinya melibatkan perubahan struktur dan morfologi hewan. Contoh di
lingkungan bertekanan parsial oksigen rendah, terjadi proliferasi dan pengingkatkan jumlah
eritrosit, tubuh terdedah pada kondisi kemarau terik, kulit mengalami peningkatan pigmentasi.
Respon aklimatori umum terdapat pada hewan berumur panjang, yang menghadapi perubahan
kondisi musiman. Reversibilitas respon penting sekali karena tiap tahun kondisi khas musiman
selalu berulang.

2) Respon Tak Reversibel

Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon perkembangan. Respon


berlangsung lama karena melibatkan banyak proses yang menghasilkan perkembangan
beraneka ragam macam struktur tubuh. Hasilnya bersifat permanen dan tak reversible. Contoh
: perubahan jumlah mata facet pada Drosophila yang dipelihara pada suhu tinggi, atau
terbentuknya keturunan cacat akibat respon perkembangan embrio terhadap senyawa
teratogenik dalam lingkungannya.

B. Mekanisme Adaptasi

Sifat yang similiki oleh suatu populasi yang ada sekarang merupakan sifat yang di
turunkan dari generasi ke generasi. Nenek moyang dari populasi yang bersangkutan telah
berhasil mempertahankan hidup dan berkembang biak karena memiliki sifat tersebut. Dengan
kata lain, populasi yang ada sekarang merupakan populasi yang lolos dari seleksi alam.
Penjelasan ini merupakan ringkasan dari seleksi alam yang di kemukakan oleh Darwin.

Dalam organisme terkumpul dalam kelompok-kelompok populasi yang iantara


anggotanya terjadi hubungan kawin. Setiap kelompok di sebut deme. Kelompok besar yang
terbentuk dari banyak deme disebut organisme. Deme-deme dari setiap organisme ada yang
menempati daerah-daerah geografis yang berbeda, misalnya banteng yang saat ini masih ada
di P jawa ada yang hidup di Taman Nasional Baluran (Jawa Timur) dan Taman Nasional Ujung
Kulon (Jawa Barat). Daerah-daerah geografis itu dapat merupakan lingkungan hidup yang
sempit dan bersifat khas dibandingkan dengan daerah penyebaran jenis organisme. Deme yang
menempati daerah geografis khusus itu biasa mempunyai sifat genetic yang berbeda dengan
deme yang menempati daerah lain. Jika diantara deme-deme itu terjadi isolasi geografis
sehingga antar deme tidak dapat terjadi pertukaran imformasi genetik . Kelompok yang
terisolasi itu di sebut klin (cline), dan merupakan sub jenis organisme atau sub populasi.
Perbedaan sifat genetic dari suatu klin dengan klin yang lain terbentuk dari perbedaan
perubahan lingkungan dalam suatu rentang tertantu, yang disebut dengan gredien ekologis
(ecological gradients).

Variasi sifat individu pada landaian ekologis yang berbeda disebut ekotif. Perbedaan
sifat itu dapat dalam hal bentuk, warna dan lain-lain. Contoh yang terkenal adalah fenomena
melanisme industrial. Kupu Biston betulana yang hidup dihutan yang jauh dari daerah industri
berwarna abu-abu keputihan sesuai dengan warna batang pohong yang mempunyai
substratnya, tetapi kupu-kupu yang hidup di daerah industri di bratania raya mempunyai warna
di daerah industri gelap. Di daerah industri, pohon-pohonan menjadi warna hitam karena
tertutup oleh asap dan jelaga pabrik . kupu-kupu yang terang menjadi mangsa buruan yang
mudah dilihat oleh burung predator, tetapi kupu-kupu yang berwarna hitam lebih selamat dari
serangan predator. Kejadian inilah yang disebut fenomena melanisme industrial.

Kesesuaian antara sifat-sifat organisme dengan lingkunganya sehingga menimbulkan


sifat yang bervariasi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Baik jenis organisme
sama maupun berbeda telah digeneralisasikan dalam berapa hukum, antara lain: Hukum
Bergman, Hukum Allen, dan Hukum Gloger. Hukum Bregman menyatakan bahwa hewan-
hewan yang hidup di daerah panas mempunyai tubuh kecil, sedangkan yang hidup didaerah
dingin bertubuh besar. Rasionalnya adalah untuk bertahan pada suhu dingin tubuh yang besar
tidak cepat kehilangan panas , sedangkan untuk bertahan pada lingkungan panas hewan yang
bertubuh kecil lebih cepat memancarkan panas . hewan homeoterm, yaitu burung dan mamalia
yang hidup didaerah dingin mempunyai tubuh yang lebih besar dari pada yang hidup didaerah
panas. Namun hewan-hewan poikiloterm didaerah dingin cenderung bertubuh kecil.

Hukum Allen menyatakan bahwa bagian tubuh (ekor, telinga, tangan kaki dan lain-lain)
yang hidup didaerah yang beriklim dingin lebih pendek dari padahewan yang tinggal di daerah
yang briklim panas. Contohnya, tikus yang hidup dilingkungan yang bertemperatur 31-33,5°
C berekor lebih panjang daripada strainyang hidup ditemperatur 15,5-20° C (Anathan kristah
1976)

Hukum Gloger berbunyi : pada lingkungan yang panas dan lembab hewan mempunyai
pigmen lebih gelap dari pada hewan yang hidup didaerah beriklim dingin dan kering. Di daerah
arid (beriklim kering) pigmen yang muncul kebanyakan merah dan kuning kecoklatan. contoh
; belalang kayu carausius menjadi berwarna hitam pada temperature 15° C dan berwarna coklat
pada temperature 25° C.

Hukum-hukum yang menanyakan hubungan antara lingkungan dengan sifat hewan


antara lain berbunyi: burung yang hidup di daerah yang beriklim dingin mempunyai
kemampuan bermigrasi lebih besar, rentangan sayap lebih lebar, bertelur lebih banyak, dan
saluran pencemaran makan dapat menyerap sari makanan lebih banyak dari pada burung yang
hidup di daerah yang beriklim panas. katak Hyla dan kecebong bertanduk phrynosoma
bermakna makin gelap jika temperatur lingkungan turun (Anathakrishnan, 1976).

Deme-deme sering kali terisolasi secara geografis, menyebabkan kelompok-kelompok


populasi tidak dapat terbaur lagi untuk melakukan hubungan perkawinan. Isolasi itu disebut
isolasi geografis. Jika isolasi itu bersifat tetap maka populasi yang terpisah dari populasi yang
hidup di habitat asli dapat berubah menjadi jenis organism baru.Isolasi geografis dapat terjadi
pada jenis organism yang bermigrasi. Isolasi habitat itu disebut isolasi geologis.

Populasi dapat terisolasi di tempat yang berbeda tetapi masih dalam kawasan habitat
yang sama , tetapi tidak dapat melakukan hubungan perkawinan dengan populasi lain . isolasi
itu disebut isolasi spatial. Jenis organisme yang menduduki daerah yang geografis yang
berbeda disebut jenis organism allopatrik, sedangkan yang hidup di tempat secara biologis
terpisah dari yang lain disebut jenis organism simpatrik .Contoh terkenal tentang isolasi-isolasi
tersebut adalah kelompok-kelompok burung Binch Darwin yang tersebar secara terpisah-pisah
dipulau-pulau yang berbeda. Burung-burung itu menentukan habitat-habitat yang berbeda
ketika bermigrasi dari daratan Amerika ke kepulauan Galapagos. Itu merupakan contoh
allopatrik yang arahnya ditentukan oleh terjadinya perubahan frekuensi gen sebagai akibat dari
seleksi alam dan pemisah genetic. Begitu organisme terisolasi ketika pindah ke daerah baru
yang kondisi lingkungannya berbeda jenis organisme itu akan merubah menjadi jenis
organisme baru seiring dengan perjalanan waktu. Hal ini yang mengisyaratkan bahwa jenis
organism merupakan ekspresi dari kombinasi dari beberapa factor lingkungan. Kejadian itu
merupakan proses adaptasi yang mengarah pada pengisian nisia yang kosong dan mengarah
pada pemanfaatan lingkungan secara efesien dan lengkap.

C. Prinsip-prinsip Adaptasi

Sifat adaptasi penting bagi hewan dan organisme lain untuk bertahan hidup pada
lingkungan baru atau jika ada perubahan dilingkungan di habitatnya. Namun kemampuan
hewan untuk adaptasi dengan lingkungannya berbeda-beda.

Kemampuan hewan dan mahluk hidup lain untuk beradaptasi di pengaruhi oleh
beberapa faktor.

1. Adaptasi ditentukan oleh sifat genetik. Di atas telah disebut bahwa organism yang
sekarang hidup dan teradaptasi dengaan lingkungan habitatnya adalah jenis organism yang
sifat-sifatnya diwarisi dari nenek moyangnya. Ciri-ciri habitat itu secara kebutulan sama
dengan cirri-ciri habitat di lingkungan yang dihuni oleh nenek moyang. Sifat yang
diturunkan itu adalah sifat genetik. Sifat-sifat genetik itu memancarkan fenotip yang sesuai
dengan kondisi factor-faktor lingkunganya. Kupu Biston bitularia yang saat ini hidup
didaerah industry adalah kelompok yang mempunyai variasi gen yang memancarkan
warna hitam pada tubuhnya, dan sifat ini menurun sehingga keturunanya tetap berwarna
hitam, meskipun kerabatnya yang hidup diluar daerah industry berwarna terang.
2. Kemampuan adaptasi di pengaruhi oleh kemampuan berkembang biak populasi yang
anggotanya mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak lebih mampu bertahan
hidup. Banyaknya anak memunculkan banyak variasi sifat yang di timbulkan dari
perkawinan antara anggota populasi.

 Bentuk-bentuk Adaptasi Hewan

Ada bermacam-macam bentuk adaptasi makhluk hidup tehadap lingkungannya yaitu :


adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, adaptasi tingkah laku

1. Adaptasi Morfologi

Adaptasi struktural adalah sifat adaptasi yang muncul dalam wujud sifat-sifat morfologi
tubuh, meliputi bentuk dan susunan alat-alat tubuh, ukuran tubuh,serta warna tubuh (kulit dan
bulu).

a. Ciri adaptasi hewan darat :


 Kulit tebal dengan lapisan zat tanduk.
 Anggota gerak tubuh di sesuaikan dengan habitat.
 Pada daerah tertentu seperti gurun pasir, mempunyai kantung air seperti pada unta.

b. Ciri adaptasi hewan air :


 Tubuhnya berbentuk torpedo (stream line).
 Permukaan tubuh licin karena berlendir.
 Anggota gerak tubuh berupa sirip.

 Bentuk dan Ukuran Tubuh

Bentuk tubuh yang dimaksud disini adalah pola tubuh yang menyangkut perbandingan
antara lebar dan panjang tubuh. Hewan-hewan yang hidup di daerah dinggin mempunyai
bentuk bulat dan besar sedangkan yang hidup di daerah panas tubuhnya lebih kecil dan
ramping. Pada hewan yang hidup di daerah dingin perbandingan antara lebar dan panjang tubuh
kecil, sehingga tubuhnya cenderung berbentuk bulat. Bentuk tubuh seperti ini tidak mudah
melepaskan panas, atau lebih bersifat menyimpan panas jika suhu berubah menjadi lebih
dingin. Pada tubuh yang bulat dan berukuran besar proporsi luas permukaan tubuh yang
berhubungan dengan udara luar kecil. Prinsip ini dapat dijelaskan dengan gambar 3.1. pada
gambar 3.1A seluh permukaan tubuh berhubungan dengan udara luar. Pada gambar 3.1B tidak
semua permukaan pada ke empat kubus yang menyusun bentuk tersebut berhubungan dengan
udara luar. Jika ada banyak kubus kecil seukuran kubus pada gambar 3.1A disusun menjadi
bentuk kubus yang lebih besar, maka kubus yang berada ditengah tidak berhubungan dengan
lingkungan luar, dan yang berhubungan dengan dunia luar hanya kubus yang berada di bagian
tepi.

(A) (B)

Gambar 3.1 perbandinga antara +olume dan luas permukaan tubuh yang
berhubungan dengan udara luar.

Bentuk tubuh lain yang ada kaitannya dengan penyusaian diri dengan lingkungan
adalah bentuk streamline pada ikan. Bentuk seperti itu memudahkan gerak air, karena bentuk
tubuh yang pipih serta meruncing di depan dan di belakang menguranggi tahanan air.

 Bagian-bagian Tubuh

Dalam hal ukuran dari bagian-bagian tubuh telah di uraikan sesuai dengan hukum
Allen. Hewan yang hidup di daerah panas mempunyai bagian-bagian tubuh yang lebih panjang
dari pada hewan yang hidup di daerah dingin. Aspek lain pada bagian-bagian tubh hewan yang
mempunyai kesesuaian dengan lingkungan adalah bentuk-bentuk bagain-bagian tubuh yang
bersifat homolog dan analog, sifat homolog dapat diamati pada anggota tubuh hewan-hewan
vertebrata. Pada dasarnya semua hewan vertebrata mempunyai dua pasang anggota tubuh
belakang. Pada hewan mamalia kedua pasang anggota tubuh berfungsi sebagai kaki. Pada
burung anggota tubun depan berubah bentuk menjadi sayap. Pada bebrapa jenis reptil misalnya
kadal dan biawak kedua pasang anggota tubuh berfungsi sebagai kaki, sedangkan bagi reptil
yang lain kedua pasang anggota tubuh berfungsi sebagai alat renang (kura"kura dan penyu).
Pada fenomena lain, burung dan belalang mempunyai sayap untuk bergerak di udara,tetapi
kedua alat gerak itu berasal dari jaringan embrional yang berbeda. Keadaan itu disebut analog.

Adaptasi alat-alat gerak pada hewan darat sesuai dengan sifat"sifat substrat yang ada di
habitatnya. Anggota gerak depan hewan-hewan mamalia yangt ergolong ordo primata
kebanyakan dapat digunakan untuk memegang. Hewan-hewan yang tergolong primata hampir
semua dapat memanjat pohon.Adaptasi struktural juga terjadi pada mulut dari hewan-hewan
vertebratadan avertebrata. Bentuk mulut mamalia pada umumnya hampir sama. Perbedaanya
terutama terdapat pada bentuk dan susunan gigi. hewan pemakan daging, seperti harimau
mempunyai taring yang tajam dan kuat untuk mencabik daging hewan yang dimangsa. Hewan-
hewan pengerat (Rodentia) kebanyakan mempunyai gigi seri panjang dan runcing. Hewan-
hewan pemakan rumput dan pemekan segala mempunyai geraham yang bentuknya cocok
untuk mengunyahmakanan sampai halus.

 Penutup Tubuh (Kulit dan Bulu)

Penutup tubuh pada hewan berbeda-beda. Sebagian besar hewan-hewan arthropoda


mempunyai kulit tebal yang tersusun oleh khitin. Kulit seperti itu sangat beguna untuk
menahan hilangnya air dari dalam tubuh, karena hewan-hewan arthropoda itu kebanyakan
hidup di lingkungan udara yang kelembabannya lebih rendah dari pada lingkungan hidup lain
yaitu di dalam tanah dan air. Kulit yang tebal juga dimiliki oleh beberapa jenis organisme
hewan yang tergolong moluska, misalnya: siput, siput bahkan dapat menutup seluruh
permukaan tuubuhnya jika lingkungan hidupnya sangat kering.

Siput air biasanya mempunyai tutup cangkang yang dapat dibuka dan ditutup. Siput
kebun tidak mempunyai tutup cangkang seperti itu, tetapi pada musim kering hewan itu
membentuk epifragma untuk menutup lubang cangkangnya selama musim kering.
Epifragmaitu adalah selaput yang terbuat dari cairan yang disekresikan oleh tubuh siput.

Beberapa jenis organisme hewan vertebrata juga mempunyai kulit yang tebal, terutama
hewan-hewan yang tergolong pada reptilia. Kulit hewan-hewan reptilia pada umumnya tebal
dan tersusun oleh lapisan tanduk. kulit semacam itu sangat berguna untuk menahan penguapan
pada saat hewan itu berada dilingkungan kering. Hewan yang tergolong amfibia tidak
mempunyai kulit yang tebal, tetapi jaringan di bawah kulit selalu mengeluarkan cairan
sehingga permukaan kulitnya selalu basah. Burung mempunyai penutup tubuh berupa bulu.
Bulu itu berfungsi sebagai isolator suhu, sehingga perubahan suhu ingkungan tidak terlalu
banyak mempengaruhi suhu di dalam tubuh. Hewan-hewan mamalia kulitnya dilengkapi
dengan pori-pori dan kelenjar keringat. Kelenjar keringat dan pori-pori tubuh itu berguna untuk
mengatur keluarnya air dari dalam tubuh baik dalam rangka pengaturan tekanan osmotik
maupun temperature tubuh. Kulit hewan-hewan mamalia dilengkapi denga rambut. Rambut itu
berfungsi sebagai isolator suhu. Hewan-hewan yang hidup di daerah dingin mempunyai rambut
lebih tebal dari pada hewan yang hidup di daerah panas.

 Warna Tubuh

Selain warna hitam dan putih, hewan-hewan ada yang mempunyai warna merah, hijau
dan lain-lain, bahkan ada yang mempunyai beberapa macam warna sekaligus dalam permukaan
tubuhnya. Munculnya warna pada permukaan tubuh hewan disebabkan oleh: 1) pigmen-
pigmen khusus yang menyerap panjang gelombang tertentu dan memantulkan panjang
gelombang yang lain, 2) srtuktur permukaan tubuh yang menyebabkan sinar terserap atau
direfraksikan, 3) kombinasi dari pengaruh-pengaruh absorbtif, reflektif atau difraktif ( Pearse,
1926: 297). Kenyataan bahwa warna hewan mempunyai hubungan dengan sifat adaptasi
terhadap kondisi lingkungannya dapat dijelaskan dengan hukum Gloger dan fenomena
melanisme industrial, seperti yang telah diuraikan di atas. Kesesuaian antara warna dengan
kondisi lingkungan sebagai yang diuraikan dalam hokum Gloger dan fenomena melanisme
industrial berkaitan dengan keberhasilan hewan dalam menghadapi seleksi alam. Carna hewan
tampaknya mempunyai manfaat atau fungsi-fungsi khusus untuk menghadapi lingkungannya.

 Mimikri

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa warna-warna hewan mempunyai manfaat


tertentu bagi dirinya. Sesuai dengan manfaatnya warna-warna itu dapat dibedakan dengan
klasifikasi (Poulton, 1926):

1. Warna apatetik, sama dengan semua atau beberapa bagian dari warnalingkungannya:
a. Warna kriptik yaitu warna yang sama dengan lingkungan, untuk bersembunyi, yang
dibedakan menjadi: 1) warna prokriptik: kesamaanwarna untuk berlindung, 2) warna
antikripik, kesamaan warna untuk menyerang.
b. Warna pseudosematik, yaitu warna untuk peringatan atau tanda yangironik, yang
dibedakan atas: 1) warna pseudosematik: mimikri yang bersifat protektf, dan 2) warna
pseudepisematik: mimikri yang bersifat agresif dan warna yang bersifat erotik.

2. Warna semtik , warna untuk memberi peringatan dan sinyal.


a. Warna aposematic: warna untuk peringatan
b. Warna episematik: warna untuk memberi sinyal.
3. Warna epigamik, warna yang ditampilkan untuk kawin.

Kesamaan warna hewan dengan benda-benda lain yang ada dilingkungannya dikenal
dengan istilah mimikri. Contoh mimikri yang sering ditunjukkan adalah perubahan warna pada
Bunglon. Pada saat Bunglon hinggap ditempat yang dasarnya berwarna cokelat kulitnya
berwarna cokelat, dan ketika hinggap di daun yang berwarna hijau kulitnya berubah menjadi
hijau. Warna hewan yang bersifat tetap juga ada yang sama atau mirip dengan lingkungannya.

Sifat-sifat mimikri ini banyak dijumpai pada hewan-hewan yang tergolong pada
serangga, baik yang masih berupa larva (ulat) maupun sudah dewasa (kupu dan belalang).
Misalnya: belalang dan ulat yang hidup di daun banyak yang berwarna hijau, sedangkan
belalang dan ulat yang biasa hinggap di batang pohon atau substrat lain yang berwarna cokelat
mempunyai sayap dan tubuh berwarna cokelat. Kesamaan warna itu bukan hanya warna dasar,
melainkan warna permukaan tubuh hewan itu ada yang bermacam-macam dan polanya juga
mirip dengan pola warna substrat atau benda lain yang ada di sekitarnya. Kejadian mimikri itu
juga dapat berupa kemiripan bentuk hewan dengan benda-benda yang ada di lingkungannya.
Bentuk tubuh belalang kayu (walking sticks) bersama dengan kakinya mirip dengan cabang
dengan ranting-rantingnya. Ada ulat yang jika menempel di suatu cabang atau batang
membentuk posisi tubuh sedemikian rupa sehingga menyerupai cabang atau ranting batang
yang ditempeli. Karena warnanya mirip dengan kulit kayu.

Kesamaan warna dan bentuk hewan yang telah disebutkan di atasmerupakan contoh
warna prokriptik, yaitu kesamaan atau kemiripan warna yang menyebabkan hewan
tersembunyi atau tidak mudah dilihat oleh musuhnya. Disamping itu ada ulat yang bentuk
kepalanya mirip dengan bentuk kepala ular,matanya menonjol dan berwarna menyolok
sehingga menunjukkan kesan bahwa hewan itu garang dan sedang menyerang. Itu merupakan
contoh dari pseudepisematik.
Kesamaan bentuk, warna dan tingkah laku antara satu jenis organism hewan dengan
jenis organisme hewan lain juga terjadi di alam. hewan yang bentuk, warna dan tingkah
lakunya “meniru” disebut mimik, sedang hewan yang bentuk, warna dan tingkah lakunya
“ditiru”disebut model.

Kejadian mimikri terhadap bentuk, warna dan tingkah laku itu banyak dijumpai pada
serangga. Sifat mimikri mempunyia manfaat untuk terhindar dari serangan preadator. Ada dua
macam bentuk mimikri sehubungan dengan kepentingannya untuk mengurangi kemungkinan
dapat diserang oleh predator, yaiut mimikri Batesian dan mimikri Mullerian. Pada mimikri
Mullerian kedua jenis macam organisme mempunyai pola warna yang sama dan keduanya
tidak disukai oleh predator karena rasanya tidak enak, bahkan dapat menyebabkan rasa sakit di
lambung. Pada mimikri Batesian hewan mimik mempunyai rasa enak dan disukai oleh
predator, tetapi modelnya tidak disukai oleh predator karena rasanya tidak enak dan bersifat
racun. Contoh yang terkenal untuk mimikri Batesian adalah antara kupu viceroy (mimic) dan
kupu monarch (model). Dengan demikian sifat mimikri itu kupu viceroy dapat mengurangi
serangan dari burung predator yang menyukainya, karena ketika melihat burung predator
menghubungkan pola warnanya dengan rasa tidak enak ketika memangsa kupu monarch.
namun mimikri Batesian itu masih mengandung resiko. Bagaimanapun dalam kejadian
mimikri itu warna mimik dengan model tidak sepenuhnya sama. Berdasarkan pengalamannya,
burung predator suatu ketika dapat membedakan mangsa yang rasanya enak (mimic) dengan
mangsa yang rasanya tidak enak (model), sehingga burung predator dapat memilih mangsa
yang rasanya enak. mimikri ini merupakan contoh untuk pseudaposemetik.

 Bau

Hewan-hewan tertentu mempunyai bau yang khas. Bau yang khas itu merupakan tanda
bagi hewan lain yang sejenis, misalnya serangga-serangga tertentu mempunyai hormon yang
mempunyai nama feromon yang dapat digunakan untuk menarik lawan jenisnya pada musim
kawin. Namun, hewan-hewan lain ada yang mempunyai bau yang tidak disukai oleh hewan
lain. Bau seperti itu menyebabkan hewan predator menjauhinya. Contoh yang mudah diamati
adalah bau pada walang sangit.

Contoh lain adaptasi morfologi yang dilakukan hewan adalah dapat kita lihat beberapa organ
misalnya :
a. Gigi

Gambar. Gigi Hewan Karnivora Gambar. Gigi Hewan Herbivora

Gigi hewan karnivora atau pemakan daging beradaptasi menjadi empat gigi taring besar
dan runcing untuk menangkap mangsa serta gigi rahang dengan ujung pemotong untuk
memotong untuk mencabik-cabik mangsanya. Perubahan gigi hewan biasanya berdasarkan
pada makanannya, seperti : gigi taring (dens caninus) besar dan runcing pada hewan carmivora
untuk menangkap dan mengoyak daging, gigi gerahang depan (dens premolare) dan gerahang
belakang (dens molare) berbentuk lebar dan datar, di jumpai pada hewan memamah biak
(hewan ruminansia) untuk mengunyah, menggilas dan menghaluskan rumput/daun-daunan.

b. Moncong

Gambar. Hewan Trenggiling (Pholidota)


Trenggiling besar adalah hewan menyusui yang hidup di hutan rimba amerika tengah
dan selatan. Makanan trenggiling adalah semut, rayap, dan serangga lain yang merayap. Hewan
ini mempunyai moncong panjang dengan ujung mulut kecil tak bergigi dengan lubang
berbentuk celah kecil untuk mengisap semut dari sarangnya. Hewan ini mempunyai lidah
panjang dan bergetah yang dapat dijulurkan jauh keluar mulut untuk menangkap serangga.

c. Paruh

Elang mempunyai paruh yang kuat dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya
tajam. Fungsi paruh untuk mencengkeram korbannya. Perubahan bentuk paruh burung
biasanya pada makanannya, seperti :

 Paruh bentuk sisir, bagian atas agak melengkung pada flamingo untuk menyaring makanan
yang berupa algae, udang kecil dan rumput laut.

Gambar. Burung Flamingo

 Paruh bentuk kecil, runcing dan tajam pada kolibri untuk menghisap madu.

Gambar. Burung Kolibri


 Paruh bentuk pendek dan kuat pada nuri, pipit, kaka tua, gelatik untuk memakan biji-bijian

Gambar. Burung Nuri

 Paruh bentuk pendek, besar, kuku dan kuat pada elang, raja wali untuk mengoyak
manggsanya.

Gambar. Burung Elang

 Paruh bentuk pipih pada itik, bebek untuk mengambil makanan yang di perairan (ikan atau
udand kecil, algae)
Gambar. Bebek

 Paruh bentuk pahat, pada platuk untuk memahat batang pohon yang telah lapuk.

Gambar. Burung Pelatuk

d. Kaki

Perubahan bentuk kaki/cakar burung. Biasanya berdasarkan pada habitat dan cara
hidupnya, seperti :

 Kaki pencengkeram dengan cakar bentuk yang kuat, tajam dan pendek pada elang, raja
wali, burung hantu untuk mengcekram manggsanya)
Gambar. Kaki Elang

 Kaki perenang dengan selaput renang pada itik, bebek, angsa,pelican untuk mendayung
saat berenang di air.

Gambar. Kaki Bebek

 Kaki yang kuat pada kaswari untuk berlari atau berjalan.


Gambar. Kaki kasuari

 Kaki pemancar dengan dua jari kearah depan dan dua jari kearah belakang pada
pelatuk untuk memanjat pohon.

Gambar. Kaki Pelatuk

 Kaki burung potengger dengan jari yang panjang dan semua jari terlelak pada satu bidang
di atas. Di jumpai pada kutilang, kenari poksai, vinch, wambi untuk hinggap di ranting-
ranting pohon.

Gambar. Kaki Kenari poksai

2. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologis adalah adaptasi yang menyangkut kesesuaian proses-proses


fisiologis hewan dengan kondisi lingkungan dan sumber daya yang ada dihabitatnya. Diantara
cirri-ciri fisiologi hewan yang teradaptasi ada yang berkaitan dengan adaptasi struktural,
terutama pada bagian-bagian dalam tubuh. Adanya keterkaitan antara ciri fisiologis dengan ciri
struktural mungkin ada yang tampak jelas jika dilihat dari garis evolusi yang terbentang dari
organisme sederhana sampai ke organisme tingkat tinggi. untuk memberikan gambaran tentang
adanya cirri-ciri fisiologis yang teradaptasi pada lingkungan berikut ini hanya akan disajikan
beberapa contoh fisiologis yang dapat dengan mudah dilihat hubungannya dengan ciri habitat.

 Respirasi

Secara umun, respirasi atau pernapasan dapat dide&inisikan sebagai proses


pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Lebih khusus respirasidapat berarti
pembongkaran makanan untuk mengambil energy kimia yangtersimpan di dalamnya. Sistem
respirasi dan proses fisiologi respirasi berbedaantara hewan satu dengan yang lain berbeda.
Secara ekologis perbedaan tersebut disebabkan oleh factor luar terutama konsentrasi oksigen
yang ada di habitat. Perbedaan sistem dan proses respirasi juga ada hubungannya denga tingkat
kerumitan anotomi tubuh hewan. Hubungan faktor ekologis dan kerumitan anatomi tubuh
dengan adaptasi fisiologis respirasi adalah sebagi berikut: “hewan-hewan air yang mengambil
oksigen dari gas yang terlarut di dalam air yang berkonsentrasi rendah, hewan dapat mengambil
oksigen melalui permukaan tubuh, tetapi hewan besar memerlukan alat khusus untuk mengisap
oksigen”.

Organisme bersel satu pada umumnya hidup dilingkungan berair diantaranya ada yang
tinggal di tempat yang dalam, da nada yang tinggal di dekat permukaan air. Hewan-hewan yang
tinggal di air dalam, banyak yang bersifat anaerobic. Perbedaan itu mungkin ada hubungannya
dengan perbedaan konsentrasi larutan oksigen didalam air. Kandungan oksigen di tempat yang
dalam sangat kecil. Hewan anaerobic mengadaptasikan diri terhadap lingkungan yang
kekeurangan oksigen dengan bernafas tanpa menggunakan oksigen. Pada pernafasan anaerobic
karbohidrat dibongkar untuk mengeluarkan energy dengan produk sampingan berupa asam
cuka dan alcohol. Hewan-hewan yang hidup di daerah permukaan air berada di lingkungan
kaya oksigen. Kondisi itu menyebabkan hewan lebih beradaptasi dengan pernafasan aerobic,
yaitu membongkar makanan untuk mengeluarkan energy dengan menggunakan oksigen,
dengan produk sampingan berupa karbodioksida dan air. Karena tubuhnya hanya satu sel,
oksigen itu diserap langsung melalui seluruh permukaan dinding sel.

Hewan-hewan multiselular yang bernafas secara anaerobic antara lain hewan-hewan


parasite usus, hewan yang hidup didalam lumpur, dan kerang yang cangkoknya sedang tertutup
dalam waktu lama. Pada organisme tingkat tinggi juga dapat terjadi pernafasan anaerobic,
terutama jika pemasukan oksigen dari udara luar tidak mencukupi untuk kebutuhan respirasi.
Contoh yang muda diamati adalah yang terjadi pada manusia. Pada saat orang melakukan kerja
otot melebihi kapisitas paru-paru untuk menghirup oksigen, pembongkaran bahan bakar
karbohidrat ditingkatkan dengan respirasi anaerobic. Adanya reespirasi anaerobic dapat
ditandai denganterbentuknya asam laktat yang tersimpan didalam jaringan otot yang
melakukankerja berat. Timbunan asam laktat itu menyebabkan rasa sakit pada otot yang
bersangkutan. Asam laktat itu terbawa oleh aliran darah, dan sampai di hati diubah menjadi
glikogen dan disimpan dalam hati. Alat pernafasan khusus menjadi mutlak pada hewan-hewan
yang berukuran lebih besar dan permukaan tubuhnya tertutupi oleh kulit yang tidak dapat
diresapi oleh gas. Meskipun demikian, ada hewan yang mempunyai alat pernafasan khusus
tetapi juga memasukkan oksigen melalui permukaan tubuh,misalnya katak. Permukaan alat
pernafasan pada hewan tentunya ada yang melekuk keluar atau mengalami evaginasi, misalnya
insang. Alat pernafasan seperti itu kebanyakan dimiliki hewan air. Meskipun insang ikan
terletak dirongga mulut, tidak berarti insang merupakan pelekukan permukaan ke arah dalam.
Paru-paru pada hewan yang hidup di darat merupakan pelekukan ke dalam dari permukaan
tubuh. Alat pernafasan yang terbentuk dalam proses ini disebut paru-paru. Paru"paru yang
sederhana terdapat pada siput tanah. Paru-paru yang kompleks terdapat pada vertebrata tingkat
tinggi. Serangga merupakan hewan yang mempunyai kemampuan paling besar untuk hidup
ditempat yang sangat kering. Untuk mengurangi hilangnya air dalam tubuh-tubuhnya tertutup
oleh kulit tebal yang terbentuk oleh lapisan khitin. Maka dari itu difusi oksigen melalui
permukaan tubuh tidak dapat berlangsung, sehingga serangga memerlukan pernafasan khusus
berupa trakhea.Trakhea juga berfungsi sebagai alat transportasi juga pernafasan.

Hewan yang bernafas dengan insang ada yang menjulurkan insangnya keluar tubuh
agar dapat menangkap oksigen lebih banyak, misalnya larva serangga mayfly dari genus
Ephemeridae, dan salamandee air dari kelompok reptile. Meskipun insang merupakan alat
pernafasan yang cocok untuk pernafasan di dalam air, beberapa jenis ikan mengambil oksigen
dari udara. Ikan-ikan itu naik ke permukaan air untuk mengeluarkan moncongnya di atas air.
Kejadian ini dapat diamati pada ikan mujair, ikan mas, dan lain-lain. Ketam darat
menggunakan insangnya untuk mengambil oksigen dari udara, misalnya ketam pemanjat
pohon (Bergus latro) dan ketam-ketam dari genus Cardisoma. hewan lain yang insangnya dapat
digunakan untuk bernafas diatmosfer adalah hewan-hewan dari golongan isopoda darat (S
chmidt-Nielsen.1990:26).

Hewan yang hidup di darat sebenarnya mengalami kesulitan untuk menghadapi


pertentangan antara kondisi untuk pengambilan oksigen dengan kondisi untuk memenuhi
kebutuhan air. Kondisi lingkungan yang baik untuk pengambilan oksigen ternyata merupakan
kondisi yang mempercepat hilangnya air dalam tubuh. Organisme yang paling berhasil
mengadaptasikan diri pada lingkungan darat adalah serangga. Serangga berkulit keras tidak
dapat ditembus oleh air. pernafasannya tidak dapat berlangsung secara difusi melalui
permukaan tubuh, maka serangga mempunyai alat pernafasan khusus yaitu trachea. Trakhe
aadalah system saluran yang bermula dari lubang yang ada dipermukaan tubuh. Lubang itu
disebut spikarel. Spikarel yang mempunyai penutup yang dapat menongkrol pertukaran udara
antara bagian dalam trachea dengan udara luar. Lubang itu dilanjutkan oleh saluran-saluran ke
arah dalam tubuh, dan saluran itu bercabang-cabang di seluruh jaringan tubuh saluran trachea
yang terkecil disebut trakheola.

Ujung trakheola berhubung langsung dengan setiap sel tubuh. Systemtrakhea


mengambil oksigen dari atmosfer dan mengeluarkan karbondioksida dari dalam tubuh ke
atmosfer. Karena itu trachea berhubungan langsung dengan setiap sel tubuh, maka serangga
tidak memerlukan system transport untuk mengedarkan udara pernafasan. Spikarel pada
serangga itu berjumlah sedikit, misalnya: larva nyamuk dan kepik air hanya mempunyai satu
spirakel, yang terletak dibagian belakang tubuh. Pada waktu mengambil napas, larva nyamuk
dan kepik air menungging dan menggantungkan tubuh dipermukaan air, sehingga spikarel
berhubungan langsung dengan udara di atas permukaan air. Spikarel itu berhubungan dengan
satunruangan yang dapat menyimpan gas pernafasan. Gas itu digunakan waktu serangga itu
masuk ke dalam air. Serangga yang hidup di darat mempunyai spikarel yangterdapat di kedua
sisi tubuhnya.

 Sistem Sirkulasi

Hewan yang tubuhnya besar tidak mungkin mengangkut zat-zat yang ada dalam
tubuhnya dengan cara difusi, karena memerlukan waktu lama. Hewan-hewan itu memerlukan
sirkulasi untuk mengangkat gas, zat makanan, sisa makanan dan zat-zat lain dari satu bagian
tubuh ke bagian tubuh yang lain. Pengangkutan zat di dalam system sirkulasi menggunakan
cairan yang disebut darah. Mengalirnya darah di saluran pengangkut memerlukan alat khusus
berupa pompa. Pompa darah ada yang berupa peristaltic dan pompa yang berbentuk kantong.
Pompa peristaltic terdapat pada hewan-hewan avertebrata, dan karena berbentuk pembuluh
sering pompa itu disebut jantung pembuluh. Jantung pembuluh itu bergerak secara peristaltic.
Gerakan mengkerut (kontraksi) menekan darah keluar dari jantung pembuluh, dan gerakan
mengendor (relaksasi) menyebabkan darah dari arah lain masuk ke dalam jantung.
Jantung kantong (misalnya: jantung manusia) mempunyai dinding yang tersusun oleh
jaringan otot. Kontraksi otot jangtung menyebabkan jantung mengkerut untuk memompa darah
keluar dari jantung. Pembuluh darah hewan-hewan yang berjantung kantong memiliki kelep,
sehingga darah tidak dapat berbalik arah jika tekanan jantung menjadi kecil. Jantung kantong
dimiliki oleh vertebrata.

 Makanan dan Pencernaan Makanan

Makanan di perlukan hewan untuk memenuhi kebutuhan

1) energi

2) bahan untuk membangun sel, jaringan, dan organ tubuh,

3) bahan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan.

Makanan yang dibutuhkan diperoleh dengan cara memakan tumbuhan atau hewan lain.
Ada hewan yang memakan tumbuhan saja (herbifora) dan memakan hewan lain (karnifora),
memakan tumbuhan da hewan lain (omnivore). Ada yang memakan tumbuhan dan atau hewan
yang masih hidup (predator, parasit, parasitoid), dan ada yang memakan bagian tubuh
tumbuhan atau hewan yang sudah mati (scavenger, detrifitor,saprobe), hewan-hewan tertentu
memakan makanan yang berukuran kecil, dan hewan lain memakan makanan yan berukuran
besar. Perbedaan jenis dan ukuran makanan pada hewan memerlukan cara yang berbeda untuk

menagmbil makanan (memasukan kedalam mulut), menelan, dan mencerna makanan.

a. Pengambilan Makanan

Protozoa memakan alga, bakteri, dan bahan yang berukuran mikroskopis. Makanan
dimasukan langsung ke dalam sel yaitu kedalam vakuola makanan yang berfungsi sebagai alat
mencerna makanan. Sari makanan yang diserap ke dalam sitoplasma, sisa makanan dikeluarkan
melalui dinding sel. Hewan-hewan multiseluler bahkan yang berukuran sangat besar, juga ada
memakan makanan kecil. Hewan-hewan itu mempunyai cara tertentu untuk mengambil dan
memasukan makanan kedalam mulut. hewan yang tergolong porifera menggerakan silia unyuk
menggalirkan air melalui saluran pori-pori tubuh. Makanan yang terbawa oleh air diserap oleh
sel-sel yang menghadap kesaluran pori.

Hewan-hewan berongga (coelenterate) memasukan makanan kedalam rongga tubuh


dengan cara mengerakan tentatel yang ada disekeliling lubang rongga tubuh. Hewan-hewan
avertebrata yang lebih tinggi memakan makanan yang berukuran kecil dengan cara menyaring
makanan yan berada dalam lumpur. Lumpur dimasukan kedalam mulut dengan kaki capit. Pada
waktu makan ketam memasukan air sebanyak-banyaknya kedalam rongga mulut. Dengan
adanya air butir-butir makanan yang kecil terapung, dan butir-butir lumpur yang berukuran
besar menghadap. Makanan yang terapung ditelan. Butir-butir lumpur besar tersangkut pada
insang kemudian dikeluarkan dari mulut dengan cara menyemburkan air yang ada dalam
rongga mulut. Selain memakan makanan dalam bentuk lumpur, ketam darat juga memakan
makanan yang berukuran besar, misalnya bangkai siput, buah-buahan busuk. Hewan-hewan
vertebrata juga ada yang memakan dengan cara menyaring. Ikan ait tawar menyaring plankton
terutama crustacean kecil. Ikan hiu menyaring plankton masuk ke mulut bersama air.

Paus yang berukuran sangat besar juga memakan plankton dengan cara menyaring. Alat
penyaring pada paus berupa sederatan tulang pipih yang melekat pada rahang atas dan
menggantung kedalam mulut melalui celah-celah tulan pipih tersebut. dan plaktonnya
terperangkap pada tepi tulang yang berupa serabut. Paus biru yang beratnya lebih dari seratus
ton juga memakan plankton dengan cara menyaring seperti itu. Itu merupakan keajaiban,
hewan yang besar memakan plankton kecil. Hewan-hewan selain yang disebutkan di atas
memakan makanan yang berukuran besar. makanan harus dihancurkan dulu sebelum dicerna
atau ditelan secara enzimatik. Belalan memotong dan mengunyah makanan dengan maksila
dan mandibula. Ketam darat parathelphusa bogorensi mencabik makanan yang berupa daging
hewan sebelum dimasukan kedalam mulut. Daging yang ditemukan dipegang dengan
“gigi”kemudian ditarik kaki sapit sampai putus. Serpihan daging yan tertiggal di gigi ditelan.
Hewan-hewan mamalia kebanyaka mempunyai gigi yang dapat digunakan untuk memotong.
Mencabik, dan mengunyah makanan. Makanan yang berukuran sangat besar dipotong denan
gigi seri atau dicabik dengan gigi taring, setelah menjadi kecil-kecil dimasukan ke dalam mulut
dikunyah sebelum ditelan.

Beberapa spesies hewan vertebrata yang tidak mempunyai gigi menelan seluruh
makanan yang di dapatkan, tanpa di potong atau dikunya lebih dulu. Misalnya ikan, amgibi,
reptile dan burung. Hewan-hewan itu mempunyai cara tertentu untuk menghancurkan
makanan. Burung mempunyai lambung penggunya ( gizzard). Makanan yang ditelan
dilumatkan secara mekanik didalam lambung penggunya. Disamping itu burung mempunyai
tembolog yang terletak dibagianatas lambung. Makanan yang disimpan dalam tombolog
sebelum dimasukan kedalam lambung untuk dilinakkan. ular sering menelan makanan yang
berukuran sangat besar, misalnya menelan seluruh tubuh kambing yang dapat di tangkapnya.
Makanan itu dicerna sedikit demi sedikit di dalam saluran pencernaan makanan,sehingga dapat
digunakan lama.

b. Pencernaan Makanan

Makanan yang berasal dari tumbuhan atau hewan menggandung beberapa zat organic
yang molekulnya berukuran besar, misalnya: karbohidrat, lemak, dan protein. Makanan yang
masuk kedalam saluran pencernaan kebanyakan masih dalam bentuk molekul yang berukuran
besar, sehingga tidak dapat diserap olehdinding usus. Molekul yang masih besar perlu
diuraikan menjadi molekul yanglebih kecil dengan enzim yang disekresikan oleh kelenjar-
kelenjar pencernaan. Karbohidrat diuraikan oleh enzim-enzim yang tergolong karbohidrase,
misalnya amylase, sukrase, dan maltase. Lemak diuraikan oleh enzim-enzim lipase. Protein
dicerna oleh enzim-enzim yang tergolong peptidase: pepsin dan tripsin. Karbohidrat
(polisakarida) diuraikan menjadi glukosa (monosakarida), lemak diuraian menjadi asam lemak
dan gliserol, protein (polipeptida) diuraikanmenjadi asam amino (monopeptida).

Hewan-hewan tertentu mempunyai masalah dalam mencerna bahan-bahan organic.


Senyawa lemak ada yang berbentuk lilin. Lilin tidak dapat dihidrolisisoleh lipase yang dimiliki
oleh kebanyakan hewan. Maka dari itu lilin tidak memiliki nilai sebagai makanan bagi hewan.
Namun, ada beberapa hewan yangdapat memanmaatkan lilin. Misalnya larva kupu malam
(waF moth) yang menjadi parasit dirumah. Lebah madu dapat mencerna lilin lebah madu. Di
Afrika Selatan ada sejenis burung yang sering disebut pemandu pencari madu (shcmidt-
nielsen.1990). Para pencari madu dapat menemukan sarang lebah madu atas bantuan burung-
burung tersebut. Burung itu dapat mencerna lilin atas bantuan bakteri yang hidup sebagai
simbion didalam pencernaan makanan. Bakteri itulah yang mencerna lilin.

Lilin sangat penting bagi kehidupan organisme di ekosistem laut. Di laut terdapat
banyak organisme yang tubuhnya menggandung lilin, misalnya dari golongan mollusca
cephalopoda, crustacean, anemone laut, hewan karang, dan ikan penghasil lilin yang utama
adalah hewan-hewan copepoda. Tubuh dari beberapa hewan copepod menggandung 70% lilin.
Ikan haring dan ikan sarden yang memakan hewan copepoda mempunyai enzim lipase yang
dapat mencerna lilin (sergeant dan gatten 1976 dalam Schmidt-Nielsen 1990): burung laut,
misalnya burung petrel dan auk memaka dan memberi makan anaknya brupa plankton
crustacea yang menggandung lilin. Burung-burung itu memetabolismekan lilin secara langsung
atau menggubahnya menjadi trigliserida untuk ditimbun.
Hewan-hewan herbifora menghadapi kesukaran dalam mencerna selulosa yang
terkandung dalam makanannya. Selulosa hanya dapat dicerna oleh enzim selulase. Enzim itu
tidak dipunyai oleh hewan herbifore. Namun beberapa jenis hewan dapat dimanfaatkan
selulase atas bantuan mikroorganisme yang hidup sebagai simbion di dalam saluran pencernaan
makanan. Hewan-hewan itu antara lain: siput kebun (helix pomatia ), cacing teredo, kutu buku
(ctenolepisme lineate) dan anai-anai (termopsis). Mikroorganisme yang dapat dicerna selulosa
anataralain flagelata trichomonas termosidis, yang hidup didalam usus anai-anai. Manusia
hebifora mempunyai keistimewaan saluran pencernaan sehubungan dengan pencernaan
selulosa. Keistimewaan saluran pencernaani itu dibantu juga oleh pencernaan mikroorganisme
yang dapat mencerna selulosa. Hewan-hewan itu antara lain tergolong hewan memamabiak
(ruminansia) misalnya sapi, dan domba. Keistimewaan saluran pencernaan hewan
ruminansiaada pada lambungnya. Lambungnya terdiri dari beberapa bagian yaitu
rumen,reticulum, omasum, abomasums. Rumen merupakan kantong besar untuk
memfermentasikan makanan. lambung hewan ruminansia makanan dicampur dengan air liur
didalam rumen sehingga dapat terjadi fermentasi secara besar-besaran. Air liur itu berfungsi
sebagai zat penahan (buffer). Bermentasi didalam rumen dilakukan oleh bakteri dan protozoa
(ciliate) yang hidup didalamnya.

Hasil pencernaan sebagian besar berupa asam asetat,asam butiran dan asam propionate,
karbondioksida dan metana. Asam asetat asam butiran dan metana dikeluarkan alat tubuh.
Bahan-bahan yang belum tercernasecara sempurna dikembalikan kemulut untuk dikunya lagi.
Makanan yang masuk lagi ke rumen dicerna lagi oleh mikroorganisme. makanan yang sudah
tercerna dirumrn disalurkan ke reticulum, omasum, dan abomasums. Ketiga kantong yang
terakhir itu mengandung enzim pencernaan seperti yang terdapat pada vertebrata lain. Mamalia
verbivora yang tidak tergolong ruminansia juga mempunyai lambung yang terdiri dari beberapa
bagian, dan proses pencernaan yang terdiri di lambung sama dengan yang terjadi di dalam
lambung ruminansia. Hewan-hewan mamalia lain yang memperoleh bantuan dari
mikroorganisme untuk mencerna selulosa adalah kera longer, penyu hijau (chelonia midas)
dan iguana (iguana-iguina) penjelaskan lebih banyak tentang pencernaan selulosa pada jenis-
jenis hewan tersebut dapat diperoleh dari (Schmidt-nielsen, 1990).

 Temperatur

Adaptasi fisiologis hewan terhadap temperature lingkungan meliputi tiga hal: 1)


Adaptasi untuk hidup di lingkungan temperature rendah, 2) Adaptasi untuk hidup di lingkungan
temperature tingkat tinggi 3) Adaptasi untuk mengatasi perubahan temperature tubuh sebagai
akibat perubahan temperature lingkungan. Berdasarkan responya terhadap perubahan
temperature lingkungan, hewan dikelompokan menjadi hewan homoitermi dan poikilotermi.
Hewan homoitermi bersifat homoitermik adalah mamalia dan burung. Hewan poikilotermi
adalah hewan yang temperature tubuhnya berubah-ubah jika temperature lingkungan berubah.
Hewan yang bersifat poikilotermik adalah reptile, amfibi, iakan, dan hewan-hewan avertebrata
sebagai contoh: temperature tubuh ikan sama dengan temperature air dimana ikan itu berenang,
dan temperature.

Hewan yang masih aktif kebanyakan hanya dapat hidup padarentangan temperatur yang
sempit, yaitu antara beberapa derajat di bawah titik beku sampai kira-kira 50’C. Rentangan
temperatur itu lebih tertuju pada suhu tubuh dari pada suhu lingkungan. Artinya hewan
menghadapi kematian apabila jika suhu tubuhnya turun sampai di bawah titik beku dan naik di
atas suhu 50’C.Suhu lingkungan di alam pada umumnya tidak melebihi 50’C, tetapi suhu udara
lingkungan daratan dapat turun jauh di bawah 0,’C. Rentangan ssuhu lingkungandi air lebih
sempit dari daratan. Di perairan perairan tropis temperatur air jarangmelebihi 30°C, dan di
daerah kutub suhu terendah hanya 1-2°C di bawah titik nol.

Ketahanan hewan untuk hidup dalam rentangan suhu lingkungan seperti yang di
sebutkan di atas berbeda-beda. Ada hewan yang mempunyai toleransi lebar terhadap perubahan
suhu lingkungan (euritermal) dan ada yang bertolerani sempit (stenotermal). Diantara hewan
yang bertoleransi sempit ada yang hanya tahan hidup pada suhu rendah, sementara yang lain
bertahan hidup pada temperatur tinggi.

Hewan-hewan yang dalam keadaan aktif hampir tidak ada yang dapat bertahan hidup
pada suhu di atas 50°C. Hewan-hewan yang tahan pada suhu diatas 50°C antara lain adalah
larva lalat Polypodium. Dalam keadaan tubuh yang terdehidrasi larva tresebut dapat bertahan
pada temperatur 120°C selama satumenit. Setelah itu lalat tumbuh mengalami metamor&osis
dengan sempurna.

Hewan yang hidup di daerah yang sedang dan dingin sering menghadapi temperatur
lingkungan yang amat rendah pada musim dingin. #ada musim dingin suhu udara sering
mencapai jauh dibawah titik beku air. Hewan-hewan yang hidupdi daerah yang sedang dan
dimgin itu mempuntai cara-cara yang berbeda menghadapi suhu dingin. Ada hewan yang
toleran terhadap pembekuan cairan tubuh (frezze-yolerant). Hewan lain tidak toleran jika air di
dalam tubuhnyamembeku (frezze-intolerant).

Hewan yang tidak toleran terhadap pembekuan cairan tubuhnya akan mati jika air
tubuhnya membeku. Untuk mencegah pembekuan pada air tubuhnya,hewan-hewan tersebut
harus dapat mecegah pembekuan pembekuan di dalamtubuh jika temperatur lingkunga turun
sangat rendah, isalnya sampai-40°C. Suhuudara -40°C atau lebih rendah sering terjadi di daerah
beriklim dingin. Bebrapaspesies hewan yang hidup di lingkungan dingin itu mempunyai zat
anti beku, misalnya gliserol. Hewan yang tubuhnya mengandung banyak gliserol antara lain
lalat Rhabdophaga strobilliroides, yang hidup di alaska.

 Air

Masalah yang di hadapi hewan sehubungan dengan ada atau tidaknya air di lingkungan
hidup adalah mempertahankan kandungan air tubuh dan konsentrasilarutan garam atautekanan
osmotik cairan tubuh. Hewan air menghadapi perubahan atau perbedaan konsntrasi garam di
dalam air. Hewan darat lebih menghadapi ancaman kehilangan air dari dalam tubuh karena
adanya perubahan kelmbaban udara.

Hewan laut menghadapi air laut yang banyak mengandung banyak garam. Keaadaan
garam air laut rata-rata 3,5%. Di beberapa tempat keadaan air laut lebihtinggi misalnya 4% di
daerah Mediterania, di daerah tepi pantai kadar garam lebih rendah daripada di tengah laut.
Hewan-hewan laut rata-rata mempunytai tekanan osmotik sama dengan tekan osmotik air laut.
Dengan kata lain hewan laut bersifat isoosmotik atau isosmotik terhadap mediumnya. Hewan-
hewan laut tidak pernah mengatur tekanan osmotik tubuhnya karena sama dengan
lingkungannya. Sifat itu di sebut isokonfonmer. Hewan laut yang sering pergi ke air payau,
atau ke air tawar harus mengatur tekanan osmotik tubuhnya lebih tinggi daripada tekanan
osmotik air. Hewan itu perlu melakukan osmoregulator. Osmoregulasi juga dialami oleh ikan
aslmon yang sering pergi ke hulu sungai untuk bertelur. Hewanyang mempunyai toleransi lebih
leabar terhadap perubahan kadar air garam disebut eurihalin, sedang hewan mempunyai
tolerandi rendah terhadap kadar garam disebut stenohalin.

Hewan darat menghadapi masalah kekurangan air tubuh jika lingkungannya kering.
Faktor yang berpengaruh adalah kelembaban udara dan temperatur. Air dalam tubuh menguap
jika lingkungan menjadi kering dan suhu udara meningkat. Secara umum hewan mengatur
keseimbangan air di dalam tubuhnya dengan mengeluarkan atau memasukkan air. Pengeluaran
air dari dalam tubuh dilakukan dengan cara penguapan melalui permukaan tubuh dan alat
pernafasan,melalui Feses dan urin. Pemasukan air ke dalam tubuh di lakukuan dengan
caraminum, menghisap air yang ada dalam makanan, menghisap air melalui permukaan tubuh,
atau memanfaatkan air yang terbentuk pada metabolism karbohidrat.

Siput mempunyai permukaan kulit yang terlalu tebal, dan tingkat penguapan air yang
tinggi. Maka dari itu siput telanjang aktif pada musim penghujan atau malam hari ketika
kelembaban tinggi. Siput darat yang mempunyai cangkakng dapat mengurangi penguapan air
berlebih. Namun padamusim kering siput darat mengalami estifasi. Tubuhnya dimasukkan ke
dalamcangkang, kemudian lubang cangkang ditutupi selaput, selaput tersebut dibentuk dari
lendir tubuhnya dicampur oleh kristal kalsium karbonat.dengan begitu kehilangan air tubuh
dapat dicegah.

Serangga merupakan kelompok hewan yang berhasil mengadaptasikan diri pada


lingkungan di muka bumi. Tidak adanya air dan rendahnya kelebaban udara tidak menjadi
penghalang bagi serangga untuk bertahan hidup. Pencegahan penguapan air terjadi karena
kulitnya yang tebal dan berlapis lilin.

Katak dewasa mempunyai kulit yang tipis dan selalu lembab. Pada lingkungan udara
yang kering kulit tidak mampu mencegah penguapan air tubuh. Maka dari itu katak selalui
mencari tempat yang dekat dengan air atau tempatyang lembab. kalau masuk ke air, air dari
luar masuk kedalam tubuh dengan caradifusi dan garam keluar dari dalam tubuh, sehingga
konsentrasi garam dalamtubuh menjadi encer. untuk mempertahankan tekanan osmotik dalam
tubuh katak menggunakan cara seperti hewan air tawar, yaitu mengeluarkan urin encer
danmenghirup garam. Pada musim kering yang panjang katak melakukan estiivaasi dengan
mengubur diri dalam tanah. Bila hujan katak keluar ke permukaan tanah. Pada saat itu katak
dapat menimpan air di kandungan kencing dalam jumlah yang banyak. (imbunan iar di
kandungan ini di gunakan sebagai cadangan air ketikamelakukan esti+asi pada musim
berikutnya. Air kencing yang tersimpan di dalamkandungan kencing itu sangat encer,
banyaknya 30% dari berat tubuh.

Reptil mempunyai kulit tebal berbentuk sisik. Meskipun demikian air tubuh banyak
yang hilang, sebagian besar di sebabkan oleh penguapan melaluikulit, sebagian kecil melalui
pernafasan. hilangnya air dalam tubuh reptile diimbangi dengan pamasukan air melalui
minuman, makanan dan air metabolik.
Burung dan mamalia mengatur keseimbangan air tidak hanya mempertahankan air
dalam tubuh, tetapi mempertahankan suhu tubuh. Keistimewaan pengendalian air pada hewan
mamalia dijumpai pada hewan yang hidup di padang pasir. Ladang pasir merupakan tempat
yang tidak banyak mengandung sumber air, suhunya tinggi, kelembabnnya rendah. Hewan-
hewanyang hidup di tempat tersebut harus dapat mempertahankan agar air tubuh tidak habis
karena penguapan dan tidak minum untuk mengganti air yang hilang. Hewan-hewan padang
pasir pada umumnya memperoleh air dari makanan yaitu daun yang masih segar, batang, buah,
akar dan umbu. Hewan predator memperoleh air dari cairan tubuh mangsa.Onta dapat megatur
kelembaban udara pernafasan untuk mengatur pengeluaran dan pemasukan air tubuh. Pada
siang hari rongga hidungdidinginkan, sehingga udara pernafasan menjadi lembab. Pada malam
hari udara pernafasan sangat kering, bisa turun ?75% daripada siang hari. Pendinginan dan
pelembaban udara pernafsan pada rongga hidung onta dapat mengurangihilangnya air tubuh
sebanyak 60% (Schmid-Nielsen, 1990) Pengaturan kelembaban udara pernaFasan pada hidung
onta itu tergantung pada sifath igroskopis dari dinding rongga hidung. Jika tubuh onta
mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) selaput hidung menjadi kering, dan tertutup
olehlapisan mukosa kering, sisa sel mati dan garam. Dinding rongga hidung seperti itu
mengeluarkan uap air ketika hewan menghembuskan nafas pada udara yang kering, dan
menghisap uap air pada saat menarik nafas. Uap air yang tersisa padasaat menarik nafas
diuapkan lagi pada saat menghembuskan nafas berikutnya,sehingga menyebabkan rongga
hidung menjadoi lembab dan uap air itu terhisap kembali pada waktu menarik nafas. Dengan
cara ini onta dapat mengurangihilangnya air dari dalam tubuh terutama pada saat udara kering.

Adaptasi fisiologi merupakan penyusuaian fungsi fisiologi tubuh untuk


mempertahankan hidupnya. Contohnya adalah sebagai berikut:

 Kelenjar bau
Musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara menyemprotkan cairan melalui sisi
lubang dubur. Sekret tersebut berfungsi untuk menghindarkan diri dari musuhnya.

 Kantong tinta
Cumi-cumi dan gurita memiliki kantong tinta yang berisi cairan hitam. Bila musuh datang,
tinta di semprotkan kedalam air sekitarnya, sehingga musuh tidak dapat melihat
kedudukan cumi-cumi dan gurita.

 Mimikri pada kadal


Kulit kadal dapat berubah warna karena ini di pengaruhi oleh faktor dalam rupa hormon
dan factor luar berupa suhu serta keadaan sekitarnya.

 Autotomi
Yaitu proses pemutusan bagian tubuh hewan guna mempertahankan kehidupannya.
Terjadi pada cecak atau tokek.

 Eksdisi
Yaitu proses pengelupasan kulit pada hewan tertentu untuk kelangsungan hidupnya, terjadi
pada ular dan udang.

 Hibernasi
Yaitu masa istirahat dan menghemat energy pada musim dingin. Terjadi pada ular,
kelelawar,marmut, dan landak.

 Estivasi
Yaitu masa istirahat dan menghemat energy pada musim kemarau. Terjadi pada
katak/Rana sp.

3. Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku adalah respon-respon hewan terhadap kondisi lingkungan dalam
bentuk perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya muncul dalam bentuk
gerakan untuk menanggapi ransangan yang mengenai dirinya. Ransangan itu dapat berasal dari
lingkungan luar dan dalam tubuhnya sendiri. Diantaranya macam"macam tingkah laku hewan
yang biasamuncul sebagai tanggapan terhadap ransangan yang berasal dari lingkungan luar
sudah diuraikan pada bab terdahulu, misalnya hibemasi dan aestivasi.

 Hibernasi

Hibernasi adalah tingkah laku hewan untuk mengurangi metabolismetubuh pada musim
dingin. Tingkah laku ini kebanyakan dimiliki oleh hewan-hewan yang hidup di daerah beriklim
dingin. Aspek tingkahlaku hibernasi adalah perubahan intensitas gerakan dari gerakan akti&
untuk mencari makan menjaditidak aktif atau istrahat (dormansi). Salah satu hewan yang
melakukan hibernasi adalah beruang kutub. Pada musim dingin beruang kutub pada umumnya
pergi ketempat-tempat yang terlindung, misalnya goa untuk berlindung dari serangan cuaca
dingin.beruang itu berada di dalam goa selama musim dingin, dan tidak melakukan kegiatan
apapun. (ingkah laku -bertapa itu dilakukan untuk menghemat energi tubuh yang diperlukan
untuk termoregulasi ataumempertahankan suhu tubuh. Penghematan suhu tubuh itu perlu
dilakukan agar ada kesimbangan antara energi yang tersimpan di dalam tubuh dengan
pengeluaran untuk respirasi dalam rangka menahan penurunan temperatur tubuh.Jika pada
musim dingin itu hewan harus akti& untuk mencari makan, selain udaradiluar sangat dingin,
makanan yang dicari juga tidak mudah ditemukan.

Dalam keadaan itu energi yang diperlukan sangat tidak seimbang denga energi
yangdiperoleh. Sebaliknya pada musim panas hewan-hewan di daerah dingin mencarimakan
sebanyak-banyaknya sebagai cadangan makanan di musim dingin.

 Aestivasi

Aestivasi merupakan tingkah laku untuk melakukan dormansi pada kondisi temperatur
yang tinggi. Tingkah laku ini pada umumnya terjadi pada hewan yang hidup di daerah yang
tinggi. Hewan-hewan yang melakukan aestivasi antara lain belut dan siput air. Di indonesia
belut dan siput air banyak di jumpai pada rawaatau swah dataran rendah. Aestivasi terjadi
bukan hanya berkaitan dengan tingginya temperatur lingkungan, melainkan juga berhubungan
dengan rendahnya kelembaban udara. Tingginya temperatur dan rendahnya kelembaban
mempercepat hilangnya air dari dalam tubuh. Maka dari itu, belut dan siput yanghidup di
indonesia melkaukan aestivasi pada musim kemarau. Pada musim penghujan swah hampir
setiap saat tergenang air. Dalam keadan seperti belut dan siput air setiap hari aktif pada malam
hari, dan masuk kedalam tanah pada siang hari.

Namun jika temperatur udara tidak terlalu tinggi, pada siang hari sering dijumpai belut
dan siput berkeliaran dipermukaan tanah. Pada musim kemarau, selain temperatur tinggi,
sawah pada umumnya beradadalam keadaan kering. Dalam keadaan itu, belut dan siput air
tidak hanya beradadi dalam panah pada malam hari, tetapi boleh dikata selama musim
kemarau.Siput banyak dijumpai di pekarangan atau kebun juga melakukan aestivasi pada
musim kemarau. Untuk menghindari udara yang panas dan kering siput masuk ke batu-batuan
atau timbunan sampah, dan berada di situ selama musimkemarau. Seringkali dapat dijumpai
siput yang tinggal dibawah semak"semak.Siput ini biasanya membentuk epi&ragma untuk
menutup cangkangnya. Siput darat pada umumnya tidak mempunyai penutup cangkang seperti
yang dimilikisiput air. Penutup cangkang pada siput air terbentuk dari zat kapur, keras dan
permanen, dapat dibuka dan di tutup setiap saat. Epifragma merupakan lapisantipis yang
terbentuk dari lendir yang diekskresikan oleh tubuh menutup cangkangtanpa dapat dibuka dan
ditutup.

 Diurnal dan Nokturnal

Kebanyakan hewan aktif pada siang hari, dan sebagian kecil ada yang aktif pada malam
hari. Hewan yang aktif pada siang hari dinamakan diurnal, dan yang aktif pada malam hari
disebut nokturnal. Hewan-hewan yang bersifat nocturnal antara lain burung hantu. Burung
hantu melakukan aktivitas mencari makan danaktivitas lainnya hanya pada malam hari. Salah
satu keistimewaan dari burung hantu adalah ketajaman mata, yang terlihat pada intensitas
cahaya yang sangatrendah. Hewan-hewan dari kelompok mamalia yang bersifat nokturnal
antara lain kukang (Primata), musang, dan kelelawar. kalau hewan-hewan lain seperti burung
hantu, kukang dan musang mempunyai mata yang tajam, hewan-hewan yang segolongan
dengan kelelawar mempunyai mata yang tidak terlalu tajam, bahkan dapat dikatakan buta.
Namun kelelawar mempunyai alat yang bersifat radar yangterdapat pada sayap. Kadar itu dapat
menangkap getaran benda-benda yang ada didepannya dan getaran itu dikirim ketelinga untuk
dianalisis, sehingga kelelawar dapat mengetahui adanya benda-benda yang ada disekitarnya.
untuk komunikasi dengan sesama jenisnya, kelelawar selalu bersuara. Hewan dari kelompok
serangga juga banyak yang bersifat nokturnal, antara lain walang sangit.

 Orientasi Terhadap Lingkungan

Hampir semua hewan mempunyai kemampuan untuk berorientasi terhadap


lingkungannya sehingga dapat mengetahui posisi dan dapat menentukan arah gerakannya.
Orientasi itu dilakukan dengan menggunakan alat-alat indera. Pada hewan bersel satu orientasi
terhadap lingkungan dilakukan dengan indera yang berupa kemosensori. Kemosensori
Paramecium terletak dibagian belakang tubuhnya. Jika pada waktu bergerak tubuh bagian
belakang menyentuh suatu benda, ransangan, itu diterima oleh kemosensori dan paramecium
bergerak kearahyang berlawanan membelok kekanan. Pada hewan-hewan yang bersel banyak
orientasinya dapat dilakukan dengan beberapa macam indera, antara lain peraba, pembau,
pendengar, penglihat. Respon yang paling sederhana yang dilakukan hewan karena adanya
ransangan-ransangan yang menyentuh indranya adalah denga gerakan taksis. Taksis adalah
gerakan yang dilakukan untuk medekati atau menjauhi ransangan. Gerakan mendekati
ransangan disebut taksis positif dan yang menjauhi ransangan disebut taksis negatif. Beberapa
contoh tentang taksis adalah sebagai berikut. Cacing tanah bergerak menghindar jika tubuhnya
menyentuh garam. Larva lalat bergerak menjauhi sinar yang dapat dari satu arah tertentu. Pada
waktu berjalan menjauhi sinar, larva lalat itu tidak berjalan lurus, tetapi bergerak membelok
kekiri dan kekanan secara bergantian. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan
antara kedua (mata) yang ada di kedua sisi kepalanya. Pada waktu kepalanya menghadap kekiri
mata kiri terkena cahaya, cacing membelokkan kepalanya kearah kanan. Pada waktu kepalanya
menghadap kekanan, mata kanan terkena cahaya, cacing membelokkan kepalanya ke kiri.

 Ototomi

Ototomi adalah tingkah laku memutus bagian-bagian tubuh. Ketam darat memutuskan
kakinya jika kakinya berada dalam bahaya, misalnya dipatuk oleh burung bangau. Cecak
memutuskan ekornya (ototomi) jika diserang oleh hewan lain. Ekor cecak yang terputus dapat
tumbuh kembali. (umbuhnya kembali bagian tubuh yang telah putus, seperti pada ekor cecak
itu disebut regenerasi. Hewan lain yang mempunyai kemampuan ototomi dan regenarasi adalah
planaria.

 Adaptasi Mutual

Adaptasi mutual adalah adaptasi untuk hidup bersama atau hidup berdampingan dengan
individu atau spesies lain. Hidup bersama atau hidup berdampingan itu ada yang berbentuk
kooperasi, simbiosis dan lain-lain.

 Tingkah Laku Sosial

Hewan-hewan ada yang hidup secara soliter dan ada yang berkelompok. Hewan yang
bersi&at soliter hidup sendiri-sendiri terpisah antara satu individu dengan individu yang lain.
Hewan yang berkelompok ada yang jumlahnya sedikit, dan ada yang jumlahnya banyak pada
setiap kelompok. Kelompok yang jumlahnya paling sedikit adalah kelompok yang hanya terdiri
dari induk dan jantan, betina dan anak. Kelompok yang demikian ada kalanya tidak permanen,
karena ananknya memisahkan diri setelah dewasa. Kelompok demikian terbentuk dalam
rangka pemeliharaan anak. Contoh dari kelompok yang anggota terdiri dari anggota keluarga
adalah banteng. Beberapa jenis burung juga berkelompok dalam rangka pemeliharaan dan
menjaga keselamatan induk betina dan anaknya. Induk betina mengerami telur dan
menghangatkan tubuh anaknya pada saat udara dingin. Kelompok sosial yang anggotanya
banyak antara lain adalah kerbau liar. Dalam satu kelompok terdiri dari kurang lebih 25 ekor.

Di dalam kelompok itu individu yang paling besar biasanya menjadi pemimpin
kelompok. Jika pembaca sempat mengunjungi Taman Nasional Baluran Mungkin dapat
mengamati beberapa aspek tingkah laku kelompok pada kerbau liar. Pengamatan itu mudah
dilakukan. Pada musim kemarau kerbau liar, juga hewan-hewan mamalia lain pergi ke tempat-
tempat genangan air di sekitar hutan. Jika pengamat dating ke tempat itu sebelumkerbau
datang, biasanya sekitar pukul 21.00 mungkin dapat mengamati seekor kerbau yang kesekitar
sumber air. Kerbau itu berputar-putar disekitar sumber air beberapa saat kemudian pergi lagi.
Beberapa saat kemudian datanglah segerombolan kerbau ke sumber air, dan masing-masing
individu minum disumber. Dalam hal itu tampaknya kerbau yang menjadi pemimpin
bertanggungjawab atas keselamatan kelompok dengan mengadakan orientasi lebih dahulu
terhadap kondisi di sekitar sumber air yang akan dikunjungi. Pada musim kemarau, biasanya
semua jenis hewan yang hidup di lingkungan yang sama seperti di Taman Nasional Balura itu
menggunakan sumber air yang sama untuk minum, karena pada musim kemarau jumlah
sumber air amat terbatas. Aspek tingkahl aku lain dapat diamati ketika kerbau sedang
merumput di padang rumput.

Jika kelompok kerbau didekati, kelompok itu merapat, hewan-hewan dewasa berada di
tepi menunjukkan sikap mempertahankan diri. Kelompok sosial juga ada pada hewan-hewan
serangga, misalnya lebahdan anai-anai. Kelompok social pada kedua jenis serangga itu
terorganisasi lebih sistematik. Diantara anggota kelompok, ada satu hewan yang menjadi ratu
yang tugasnya hanya bertelur. Anggota yang lain berperan sebagai tentara yang bertugas
menjaga keamanan kelompok, dan anggota lainnya lagi mempunya peran untuk mencari
makan bagi seluruh anggota kelompok.

 Tingkah laku Perkembangbiakan

Tingkah laku kawin dapat dipandang sebagai suatu bentuk adaptasi, karena hewan"-
hewan tertentu hanya berkembang biak pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, beberapa jenis
burung yang hidup di belahan bumi utara di daerah beriklim dingin bertelur dan memelihara
anak dimusim panas di belahan bumiselatan. Burung-burung itu bermigrasi ke selatan pada
saat di utara mengalami musim dingin. Jika kegiatan bertelur dan memelihara anak dilakukan
di habitat aslinya, maka induk-induk burung kesulitan untuk mencari makanan untuk anaknya
karena pada musim dingin tumbuh-tumbuhan menggurkan daunnya. Tingkah laku
perkembangbiakan seperti itu sangat penting untuk kelestarian anak-anak yang dilahirkan.
Hewan-hewan lain yang melakukan perkembangbiakan ditempat lain dari habitatnya antara
lain ikan salmon dan ketam air tawar, ikan salmon hidup di laut tetapi melakukan perkawinan
dan bertelur di hulu sungai. Sedangakn ketam pergi ke laut untuk bertelur.

 Tingkah laku Berkelahi

Tingkah laku berkelahi merupakan adaptasi hewan untuk mempertahankan hidupnya


dari serangan hewan lain. Serangan hewan lain dapat berasal dari individu sesame spesies dan
indi+idu dari spesies lain. Tingkah laku berkelahi ada yang menyerang dan ada yang
mempertahankan diri. Tingkah laku menyerang umumnya dilakukan oleh hewan predator dan
tingkah laku mempertahankan diri dilakukan oleh hewan mangsa. Diantara sesame spesies
perkelahian dapat terjadi karena terjadi persaingan, misalnya untuk memperebutkan makanan,
territorial, pasangan kawin. Tingkah laku perkelahian dinyatakan sebagai adaptasi karena pola-
pola tingkah laku perkelahian sangat khas pada satu jenis hewan yaitu dalam cara menyerang,
cara mempertahankan diri. Misalnya: burung elang menyerangdengan cara menyambar,
harimau menyerang dengan cara menerkam, bantengdengan cara menanduk. Sifat adaptasi
tingkah laku berkelahi itu lebih nyata jika dihubungkan dengan alat-alat yang dimiliki hewan
untuk berkelahi, misalnya kerbau bertanduk, ayam bertaji, ular berbisa.

 Mekanisme terjadinya tingkah laku

Tinbergen (1969) menjelaskan bahwa tingkah laku adalah reaksi terhadap keadaan
tertentu yang faktor penyebabnya dapat berasal dari luar dan dari dalam tubuh. Baktor dari
dalam tubuh dinyatakan sebagai faktor motivasional yang menetukan arah intensitas dari
penampilan tingkah laku. Reaksi dari suatu hewan ditentukan oleh kemampuan potensial
indera. Potensi alat indera itu menyangkut beberapa aspek: 1)kepekaan, 2) diskriminasi,dan 3)
lokalisasi. Kepekaan adalah kekuatan untuk menangkap rangsangan,misalnya penglihatan
burung hantu sangat peka karena dapat melihat pada cahaya yang tidak terang., sedangkan
penglihatan kelelawar tidak peka karena tidak dapat melihat meskipun pada siang hari yang
terang. Deskriminasi adalah kemampuan untuk membedakan rangsangan, baik kekuatan
maupun macamnya. Kemampuanuntuk membedakan kekuatan ransangan penting untuk
menentukan perlu atau tidaknya respons dan tinggi rendahnya respons. Ransangan yang
mengenai hewan dalam satu waktu lebih satu macam.Dengan kemampuan deskriminasi hewan
dapat menentukan rangsangan mana yang perlu direspons lebih dulu, dan ransangan mana yang
tidak perlu direspons atau direspons kemudian. Lokalisasi adalah kemampuan untuk
menempatkan menentukan sumber rangsang dalam ruang. Lokalisasi meliputi aspek arah dan
jarak. Dalam aspek arah, hewan dapat menentukan asal ransangan yang mengenai dirinya.
Aspek jarak menentukan kekuatan ransangan, misalnya seekor kijang mendengar auman
harimau, dengan mengadahkan kepalanya kijang tersebut dapat memperkirakan arah dan jarak
harimau terhadap dirinya, sehingga dapat mempersiapkan diri untuk menghindari datangnya
harimau tersebut.

 Tingkah laku refleks

Tingkah laku hewan dapat dibedakan menjadi tingkah laku refleks, tingkah laku
insting, dan tingkah laku belajar. Pavlov membedakan tingkah laku reflex dengan tingkah laku
insting. Sebagai gamabaran kecenderungan manusia untuk mengumpulkan uang adalah suatu
insting bukan reflex. Gerakan taksis pada hewan-hewan invertebrate pada umumnya
merupakan gerakan repleks. Tingkah laku reflex tampak pada gerakan"-gerakan tubuh yang
tidak dikendalikan oleh system saraf sadar. Gerakan terjadi secara spontan sebagai tanggapan
terhadap rangsangan yang mengenai tubuh.

 Tingkah laku Insting

Gerakan insting adalah gerakan-gerakan yang tidak memerlukan pengalaman khusus.


Gerakan itu pada umumnya bersifat bawaan, dan pola gerakannya sama pada semua individu
dalam satu spesies. Kermunculan gerakan itu terkendali oleh kekuatan dari dalam tubuh, atau
dikendalikan oleh system saraf pusat. Contoh:

1. Anak bebek baru menetas mengikuti hewan apa yang dijumpai pertama kali.
2. Burung Robin menyerang benda-benda yang berbentuk burung. Tingkah laku seperti itu di
sebut tingkah laku stereotip, artinya hewan berekasi terhadap cirri-ciri khusus organism lain
atau lingkungannya.
3. Burung camar haring yang diberi dua macam rangsangan berupa benda berbentuk telur dan
benda berwarna merah akan mengambil benda berwarna merah dan tubuhnya mengambil
posisi duduk mengerami benda berbentuk telur. Tingkah laku seperti ini dikenal dengan
tingkah laku ambivalen, artinya tingkah laku yang memunculkan dua macam stimulus yang
berbeda.
 Tingkah laku Belajar

Belajar adalah modi&ikasi tingkah laku yang relative permanen dan terbentuk melalui
latihan dan pengalaman (Drickamer,1982). Tinbergen (1969) menyatakan bahwa belajar
merupakan proses di dalam system saraf pusat yang menyebabkan terjadinya perubahan
mekanisme tingkah laku insting sebagai tanggapan terhadap ransangan dari luar. Sementara
W.H Thorpe (1963) berpendapat bahwa belajar merupakan manifestasi perubahan tingkah laku
yang bersifat adaptif sebagai akibat adanya pengalaman pengalaman. Pola tingkah laku belajar
dikendalikan oleh faktor internal disebut motivasi. Tingkah laku belajar dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu habituasi, trial-and error, pemahaman dan belajar laten.

- Habituasi

adalah suatu penurunan amplitude dan probabilitas suatu respons secara gradual
sebagai akibat dari hadirnya stimulus tertentu-secara berulang-ulang. Penurunan respons itu
bersifat persisten dan tidak diikuti oleh berbagai macam penguatan. Tingkah laku yang bersifat
habituasi antara lainadalah tingkah laku melarikan diri, menyerang, seksual, dan frekuensi
ejakulasi.

- Trial-and-Error

adalah tingkah laku yang tampak bila seekor hewan menampilkan tingkah laku
appetitive atau searching yang sering kali diperkuat oleh kejadian-kejadian yang muncul secara
tidak terencana.

- Belajar Pemahaman

adalah tingkah laku yang terbentuk melalui asosiasi kejadian-kejadian atau kegiatan-
kegiatan yang telah dipelajari sebelumnya. Tingkah laku yang terbentuk adalah tingkah laku
yang dapat memecah masalah baru yang sedang dihadapi. Misalnya seekor sinpanse
dimasukkan kedalam suatu ruang. Di dalam ruang itu digantungkan sebuah pisang pada langit-
langit , dan disediakan sebatang tongkat. Sinpanse tidak dapat mengambil pisang dengan
menggunakan tangannya, maka ketika melihat ada sebuah tongkat yang ada didekatnya,
sinpanse tersebut mengambil dan menggunakannya untuk menjolok pisang. Brdasarkan fakta
tersebut diambil kesimpulan bahwa simpanse dapatmengasosiasikan panjang tongkat dengan
tinggi pisang. Berdasarkan asosiasinya simpanse menampilkan tingkah laku untuk
memecahkan kesulitan untuk mengambil pisang.

- Belajar laten

yaitu pembuatan asosiasi tanpa adanyan penguatan atautanpa adanya bukti dari
perbuatan yang terbentuk pada saat kegiatan belajar berlangsung. Kegiatan belajar itu muncul
sebagai akibat dari dorongan ataumotivasi dari dalam, sehingga tidak perlu ada penguatan yang
berasal dari akibat hasil kegiatan belajar yang pernah dialami. Sifat belajar seperti ini mungkin
lebih banyak terjadi pada manusia. 8anusia mempunyai semua si&at belajar yangdisebutkan
diatas yaitu reflex, insting, trial-and-error, pemahaman, selain belajar laten.

Contohn lain dari adaptasi tingkah laku yaitu sebagai berikut :

 Pura-pura tidur atau mati


Beberapa hewan berpura-pura tidur atau mati, misalnya tupai Virginia. Hewan ini sering
berbaring tidak berdaya dengan mata tertutup bila di dekati seekor anjing.

 Migrasi
Ikan salem raj di amerrika utara melakukan migrasi untuk mencari tempat yang sesuai
untuk bertelur. Ikan ini hidup di laut. Setiap tahun, ikan salem dewasa yang berumur empat
sampai tujuh tahun berkumpul di teluk di sepanjang pantai amerika utara untk menuju ke
sungai. Saat disungai ikan salem jantan mengeluarkan sperma di atas telur-telur ikan
betinanya. Setelah itu ikan dewasa biasanya mati. Telur yang telah metas untuk sementara
tinggal di air tawar. Setelah menjadi lebih besar mereka bergerak ke bagian hilir dan
akhirnya ke laut.

Tingkah laku atau perilaku hewan adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan
antara organisme dan lingkungannya. Perilaku dapat terjadi akibat stimulus dari luar. Reseptor
di perlukan untuk mendekati stimulus, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respond an
efektor untuk melaksanakan aksi, prilaku dapat juga terjadi karena adanya stimulus dari dalam,
misalnya rasa lapar, memberikan motivasi akan aksi yang akan di ambil bila makanan benar-
benar terlihat atau tercium. Umumnya perilaku organism merupakan gabungan stimulus dari
dalam dan luar.

Beberapa adaptasi tingkah laku hewan antara lain yaitu:


 Perilaku Makan yaitu prilaku yang diperlihatkan oleh individu / organisme dalam
memperoleh makanannya.
 Mimikri agresif yaitu mengembangkan alat pemikat dengan meniru bentuk mangsa dari
pemangsa lain.Terjadi pada Anglerfish/Lophius americanus .
 Perilaku mempertahankan diri yaitu prilaku yang diperlihatkan oleh individu untuk
mempertahankan keselamatan diri dari musuh atau keadaan yang berbahaya.
Contohnya : Melarikan diri pada Singgung dnegan mengeluarkan bau yang menyengat
dari kelenjar bau.
 Kamuflase pada ngengat yang memiliki bintik mata pada sayapnya.
 Perilaku bertahan hidup pada lingkungan fisik yaitu prilaku yang diperlihatkan oleh
individu untuk bertahan hidup pada kondisi fisik yang berubah dengan cepat.
Contohnya : lebah madu pekerja memukulkan sayapnya untuk mengipasi sarang saat suhu
tinggi.Lebah madu pekerja mencari air untuk menyejukkan sarang.Lebah akan
menggetarkan sayapnya untuk menghangatkan sarang pada musim dingin.
 Perilaku reproduktif yaitu perilaku yang diperlihatkan individu untuk memperoleh
keturunannya.
Contohnya :
 Burung merak / Pavo sp jantan akan mengepakkan sayapnya untuk menarik perhatian
merak betina.
 Hewan Rusa, antelope jantan yang berkelahi untuk memperoleh yang betina.
 Katak/Rana sp jantang yang menyanyi saat musim kawin tiba untuk menarik perhatian
katak betina.
 Hewan yang mengeluarkan bau menyengat pada hewan jantan untuk menarik
perhatian hewan betina.

D. Faktor Yang Menentukan Adaptasi

Beberapa faktor yang sangat mendukung perlunya hewan dalam melakukan adaptasi
dengan lingkungan sekitar diantaranya :

1. Individu Daratan
 Persediaan air,seperti : adaptasi hewan dilingkungan sedikit air dengan mengurangi
penguapan.
 adaptasi hewan di lingkungan lembab dengan memiliki kulit tebal dan bersisik.
 Kisaran suhu,seperti :
 Memiliki bulu tebal dan banyak lemak untuk suhu dingin
 Hibernasi dan estivasi
 Berkubang di lumpur
 burung mandi untuk mengatur suhu tubuh.
 keadaan tanah
jenis tanah akan menentukan jenis tumbuhan dan hewan yang mendominasi suatu daerah.

2. Individu Perairan
 Salinitas / kadar garam perairan
Masing – masing perairan memiliki salinitas yang berbeda,seperti di air tawar salinitasnya
adalah 0,06 % sedangkan air laut salinitasnya 3,5% salinitasnya akan mempengaruhi
perbedaan tebal – tipisnya lapisan kulit,tingkah lak,susunan atau fungsi organ tubuh
organisme perairan. Kedalaman air.Semakin dalam suatu perairan maka semakin
besar/tinggi pula tekanan yang terjadi.
Kedalaman air juga mempengaruhi interaksi cahaya yang diperoleh individu.Semakin
dalam maka semakain sedikit cahaya yang diperoleh.
contoh :
 Ikan pari dengan tubuh pipih dan lebar
 Ikan cucut dengan tubuh yang langsing
 Gurat sisi/linea lateralis pada tubuh ikan
 Gelembung udara pada tubuh ikan untuk dapat turun dan naik pada perairan.

 Intensitas cahaya
Semakin keruh dan dalam suatu perairan maka intensitas cahaya yang masuk semakin
sedikit/rendah.Intensitas cahaya mempengaruhi suhu air dan derajat fotosintesi.Dibagi
menjadi 3 daerah yaitu daerah fotik,daerah perbatasan( remang – remang),daerah
afotik.Semakin kearah daerah afotik maka intensitas cahay yang masuk perairan semakin
berkurang.Hal ini akan mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.

 Kadar Oksigen
Daerah permukaan kadar oksigen lebih banyak dibandingkan dengan daerah dibawahnya.
Semakin keruh suatu perairan maka kadar oksigen semakin berkurang/rendah.
Ciri adaptasinya adalah :
a) Perluasan labirin
b) Munculnya ikan dipermukaan
c) Tubuh ikan ramping dan berlendir

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik. Terdapat bentuk-bentuk
adaptasi yaitu adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan
dengan kebutuhan organisme hidup. Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi
olehlingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuhuntuk
mempertahankan hidup dengan baik. Dan adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk
hiduppada tingkah laku/perilaku terhadap lingkungannya.

Anda mungkin juga menyukai