2. Pertumbuhan Populasi.
Pada dasarnya ada 4 parameter utama yang menentukan
kelimpahan suatu populasi, yaitu:
a. Natalitas; menunjukkan angka kelahiran individu
dalam populasi dan memberikan efek meningkatnya
kelimpahan populasi.
b. Mortalitas; menunjukkan angka kematian individu
dalam populasi dan memberikan efek menurunnya
kelimpahan populasi.
c. Imigrasi; merupakan masuknya individu-individu dari
area lain ke dalam populasi dan memberikan efek
meningkatnya tingkat kelimpahan populasi itu.
d. Emigrasi; menunjukkan perpindahan individu-individu
suatu populasi keluar dari area populasi dan
memberikan efek menurunnya kelimpahan populasi
tersebut.
3. Komunitas
Komunitas merupakan kesatuan dari populasi-populasi pada
suatu ruang dan waktu tertentu. Komunitas merupakan
komponen biotik dalam ekosistem.
Berdasarkan sumber makanannya, komponen komunitas dapat
kita kelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Produsen; sering juga disebut organisme autotroph,
yaitu organisme yang punya kemampuan dalam
mengubah bahan an-organik menjadi bahan organic
dengan memanfaatkan cahaya mataharai sebagai
sumber energy utama. Kelompok organisme produsen
adalah organisme yang memiliki pigmen fotosintesis,
seperti tumbuhan, dan mikro-organisme fotosintetis
lainnya.
2) Konsumen; sering juga disebut organisme hetrotrof,
yaitu organisme yang memanfaatkan organisme lain
sebagai sumber makanannya (memakan bahan
organik). Konsumen dapat menjadikan produsen
sebagai sumber makanannya, tetapi juga dapat
memakan konsumen lainnya.
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dapat kita
bedakan menjadi:
a) Herbivora; organisme yang memanfaatkan
produsen sebagai sumber makanannya, seperti
kambing (memakan rumput), lebah
(menghisap nectar), lalat buah (makan buah),
burung pipit (makan biji-bijian), larva
kumbang (makan batang tanaman), larva
kupu-kupu (makan daun), dan sebagainya.
b) Carnivora; organisme yang memakan
konsumen lain sebagi sumber makanannya.
Kelompok organisme ini meliputi organisme
predator dan parasit.
c) Omnivora; organisme yang makanannya
berupa produsen atau konsumen lainnya.
3) Dekomposer; adalah organisme yang memakan bahan
organic dari organisme lain yang telah mati.
4. Interaksi Organisme.
Berdasarkan jenis organisme yang berinteraksi, ada dua bentuk
interaksi antar organisme yaitu:
a) Interaksi intraspesifik (intraspecies); yaitu interaksi
yang terjadi diantara individu yang sejenis (dalam satu
populasi).
b) Interaksi interspesifik (intraspecies); yaitu interaksi
yang terjadi antar individu yang berbeda species.
Interaksi interspesifik terjadi lebih kompleks dan dapat
terjadi karena memperebutkan sumberdaya maupun
akibat eksploitasi suatu populasi terhadap populasi
lain.
KB 3. Ekosistem
4. Ekoenergetika
Ekoenergetika merupakan bahasan dalam ekologi yang
mengkaji tentang transformasi energi dalam organisme hidup.
Peristiwa transformasi energi merupakan perpindahan suatu unit
energi dari satu titik ke titik lain yang membutuhkan suatu
sumber energi dan penerima energi. Tranformasi energi dari
sumber utamanya, yaitu sinar matahari hingga memasuki ke
sistem organisme dari mulai produsen, konsumen hingga
pengurai, bahkan yang dilepaskan kembali ke alam.
Siklus Air
Proses pergerakan air ini sangat dipengaruhi oleh cahaya
matahari. Air merupakan komponen yang sangat penting bagi
makhluk hidup. Saat terkena cahaya matahari, air yang terdapat
di laut, di danau, di sungai dan permukaan tanah yang terkena
cahaya matahari akan mengalami evaporasi (menguap) ke udara
sebagai uap air. Air juga mengalami penguapan melalui stomata
daun tumbuhan melalui proses transpirasi. Demikian pula
halnya, hewan juga menghasilkan uap air melalui respirasi. Uap
air akan naik ke lapisan atmosfer membentuk awan. Akibat
adanya perbedaan suhu udara yang menyebabkan adanya
angina, awan akan digerakkan oleh angin kearah daratan hingga
pegunungan. Saat terpapar udara dingin, awan akan mengalami
kondensasi menjadi tetes-tetes air dan akan jatuh ke permukaan
bumi dalam bentuk hujan (presipitasi). Sebagian air akan dalam
bentuk hujan akan jatuh ke laut. Sedangkan air yang jatuh ke
daratan sebagian besar akan menguap kembali ke udara,
sebagian mengalir di permukaan tanah dan menuju ke laut
melalui sungai dan sebagian lagi terserap ke dalam tanah
sebagai air bawah tanah. Sebagian air tanah terserap kembali
oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis, sedangkan sebagian
lagi akan bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-
pori tanah serta batuan melalui infiltrasi. Adanya pengaruh
gravitasi bumi menyebabkan air akan terus bergerak ke bawah
sebagai air bawah tanah dan peristiwa ini disebut perlokasi.
Siklus Karbon.
Unsur karbon ditemukan di atmosfer dalam bentuk senyawa an-
organik dalam bentuk gas, yaitu karbondioksida (CO2).
Karbondioksida yang ada di udara akan diserap oleh tumbuhan
sebagai bahan baku untuk proses fotosintesis. Bahan an-organik
ini oleh tumbuhan melalui peristiwa fotosintesis akan diubah
menjadi bahan organik yang mengandung karbon, seperti
karbohidrat maupun protein. Pada senyawa organik tersebut
juga tersimpan sejumlah energi yang berasal dari radiasi cahaya
matahari. Energi yang tersimpan di dalam tubuh produsen
bersama dengan senyawa organik disebut energi biokimia.
Sebagian senyawa organik di dalam tubuh produsen
dimanfaatkan untuk aktivitas fisiologi produsen itu sendiri
melalui proses respirasi, sedangkan sebagian lagi akan
ditransfer ke tingkat tropik di atasnya, yaitu konsumen (hewan
dan manusia) melalui rantai makanan. Respirasi yang dilakukan
produsen dan konsumen akan membebaskan CO2 ke udara.
Unsur karbon yang terkandung dalam bahan organik yang tidak
terteruskan ke tingkat tropik di atasnya akan kembali ke alam
dalam bentuk kotoran organik (faeces untuk hewan) atau
terbawa pada saat organisme tersebut mati. Karbon yang
tersimpan tersebut akan diurai oleh mikroorganisme pengurai
seperti bakteri dan jamur dan akan membebaskan karbon dalam
bentuk gas CO2 ke udara atau ke dalam air. Sebagian bahan
organik di dalam tubuh organisme ada yang sulit diuraikan
(perlu waktu yang lama) dan ada yang berubah menjadi batu
kapur, arang, minyak bumi (bahan fosil). Pembakaran bahan
fosil oleh industri, kendaraan bermotor dan yang lainnya akan
membebaskan CO2 kembali ke udara. Demikian pula
pembakaran bahan organik seperti kebakaran hutan juga turut
berperan membebaskan CO2 ke udara.
Siklus Oksigen.
Sebagai oksigen bebas, unsur ini sangat dibutuhkan sebagai zat
pembakar untuk menghasilkan energi pada peristiwa respirasi
khususnya bagi seluruh organisme aerob. Sebagai senyawa an-
organik, oksigen dapat berikatan dengan unsur karbon
menghasilkan karbondioksida (CO2) yang merupakan senyawa
penting sebagai bahan baku fotosintesis untuk membentuk
senyawa organik, atau berikatan dengan hidrogen membentuk
air (H2O). Sedangkan pada senyawa organik, oksigen
merupakan unsur penting sebagai penyusun karbohidrat, protein
dan lemak. Siklus oksigen merupakan proses pergerakan unsur
oksigen dalam bentuk gas, cair maupun senyawa organik.
Oksigen bebas yang ada di udara akan di serap oleh organisme
sebagai zat pembakar dalam peristiwa respirasi untuk memecah
bahan organik menjadi CO2 dan H2O dengan menghasilkan
sejumlah energi. Karbondioksida yang dilepaskan ke udara akan
diserap oleh tumbuhan untuk bahan baku fotosintesis yang akan
mengahasilkan bahan organik kembali. Sedangkan H2O yang
terlepas ke udara dalam bentuk uap air pada akhirnya akan jatuh
ke tanah sebagai hujan dan akan diserap kembali oleh tumbuhan
untuk fotosisntesis. Pada peristiwa fotosintesis air mengalami
fotolisis oleh cahaya matahari dan dipecah menjadi oksigen
bebas dan dilepaskan kembali ke udara.
Siklus Nitrogen.
Berikut ini beberapa proses penting yang terjadi dalam siklus
Nitrogen, yaitu:
a. Proses pemecahan nitrogen bebas dengan bantuan
petir. Energi petir yang besar dapat memicu terjadinya
reaksi nitrogen dan oksigen menjadi NO2 serta reaksi
nitrogen dengan oksigen menjadi NH2. Senyawa-
senyawa ini kemudian akan turun bersama hujan
terserap ke dalam tanah.
b. Sebagian nitrogen bebas juga dapat masuk ke dalam
tanah dengan bantuan beberapa mikro-organisme yang
mampu mengikat nitrogen bebas dari udara., misalnya
Rhyzobium leguminosarum. Mikro-organisme ini
bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan
sehingga menyuburkan tanaman inangnya. Beberapa
kelompok bakteri tanah proteobacteria juga mampu
mengikat nitrogen bebas dari udara.
c. Nitrogen juga dapat diperoleh dari jasad makhluk
hidup. Di dalam jasad makhluk hidup terkandung asam
amino dan protein yaitu zat-zat yang tersusun dari
nitrogen. Oleh decomposer (bakteri pembusuk), bahan
organik yang mengandung asam amino dan protein
tersebut akan di ubah menjadi ammonium (NH4).
Peristiwa ini disebut dengan amonifikasi yaitu
pengubahan protein menjadi amonium oleh
dekomposer.
d. Amonium yang terbentuk bisa langsung dimanfaatkan
langsung oleh tumbuhan. Tetapi hanya sedikit yang
dapat diserap. Karena sebagian besar amonia dipakai
bakteri aerob sebagai sumber energi. Selanjutnya
amonium diubah menjadi nitrat oleh kelompok bakteri
aerob. Proses ini dinamakan nitrifikasi. Sebelum
menjadi nitrat, amonium diubah menjadi nitrit oleh
bakteri nitrosomonas. Kemudian nitrit diubah menjadi
nitrat oleh bakteri nitrobacter. Nitrat yang tersedia di
dalam tanah dapat diserap langsung oleh tumbuhan
sebagai bahan baku untuk proses fotosintesis yang
menghasilkan bahan organic seperti protein dan asam-
asam amino. Nitrifikasi hanya terjadi saat tersedia
cukup oksigen karena nitrifikasi melibatkan bakteri
aerob. Jika jumlah oksigen tidak cukup maka akan
terjadi denitrifikasi. Denitrifikasi adalah pelepasan
nitrogen kembali ke atmosfer. Ketika tanah kekurangan
oksigen bakteri tanah mengambil kebutuhan oksigen
dari nitrat sehingga unsur nitrogen akan di bebaskan
kembali ke udara.
Siklus Fosfor.
Siklus fosfor dapat berlangsung di dua tempat, yaitu di
darat dan di air. Berikut proses yang terjadi dalam
siklus fosfor yaitu :
a) Pada siklus fosfor yang terjadi di darat,
sebagian besar fosfat berasal dari pelapukan
batuan fosfat. Pelapukan ini terjadi akibat
adanya perubahan cuaca. Fosfat yang terlarut
oleh air hujan akan mengalir dan terserap ke
dalam tanah. Tumbuhan mendapatkan
kebutuhan fosfor dengan cara menyerap fosfor
anorganik dari dalam tanah. Sedangkan hewan
tidak dapat memanfaatkan fosfat anorganik
secara langsung, namun menyerap fosfat
organik dengan cara memakan tumbuhan
melalui proses rantai makanan. Posfat di
dalam tanah juga dapat berasal dari jasad
tumbuhan dan hewan yang telah mati.
Kandungan fosfat dalam senyawa organik dari
jasad organisme yang telah mati akan diurai
oleh dekomposer menjadi fosfat anorganik.
Fosfat akan tersimpan ke dalam tanah dan
diserap kembali oleh tumbuhan.
b) Pada siklus fosfor yang terjadi perairan, fosfor
yang terlarut di dalam air diserap oleh
ganggang dan tumbuhan air kemudian ke
masuk ke tubuh konsumen ketikan makan
tumbuhan air tersebut. Ikan-ikan mendapatkan
fosfat melalui rantai makanan. Dekomposer
kemudian menguraikan organisme yang mati
menjadi fosfat anorganik. Fosfat yang terlarut
di lautan dalam akan membentuk endapan
fosfor. Sementara itu, fosfat yang terlarut di
perairan dangkal akan teraduk oleh arus air.
Endapan fosfat itu dapat menyuburkan
ekosistem. Fosfat dapat kembali ke darat
melalui kegiatan burung-burung laut ketika
membuang faesesnya ke darat, seperti
endapan feses burung yang sering disebut
dengan nama guano.
KB 4. Perubahan Lingkungan.
1. Perubahan Ekosistem
Setiap ekosistem pada prinsipnya akan mengalami perubahan
seiring dengan perjalanan waktu, baik struktur maupun
fungsinya.
Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor alam (seperti
perubahan iklim, akibat gunung meletus, banjir bandang)
maupun faktor eksternal (seperti polusi, kebakaran hutan,
konversi lahan).
2. Pencemaran Lingkungan.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Pencemaran udara.
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukannya zat dan
komponen lain ke udara oleh kegiatan yang menyebabkan
udara menjadi kurang sehat atau tidak dapat berfungsi lagi.
Polutan yang menyebabkan pencemaran udara, yaitu:
Pencemaran air.
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya zat dan
komponen lain ke badan perairan oleh kegiatan yang
menyebabkan fungsi perairan menjadi terganggu. Pencemaran
air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar yang
bersumber dari:
a. Limbah pertanian seperti sisa insektisida dan pupuk
sintetis.
b. Limbah domestik, misalnya, sisa detergen.
c. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat
terakumulasi dan bersifat racun di perairan.
Pencemaran tanah.
Pencemaran tanah adalah masuk atau dimasukannya zat dan
komponen lain ke permukaan/dalam tanah oleh kegiatan yang
menyebabkan fungsi tanah mengalami gangguan. Pencemaran
tanah disebabkan oleh beberapa jenis polutan, seperti:
a. Sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol,
karet sintesis, pecahan kaca, dan kaleng.
b. Detergen yang bersifat non bio degradable (secara
alami sulit diuraikan).
c. Zat kimia hasil buangan pertanian, misalnya
insektisida. d. Limbah B3 (bahan berbahaya dan
beracun).
Global Warming.
Global warming atau pemanasan global merupakan fenomena
peningkatan suhu bumi yang dirasakan hampir seluruh belahan
dunia. Peningkatan suhu bumi terutama disebabkan oleh a)
peningkatan kandungan emisi gas rumah kaca; b)
penipisan/kerusakan lapisan ozon; dan c) meningkatnya gas
metana di alam.
Beberapa dampak dari pemanasan global adalah:
Deforestasi.
Masalah lingkungan yang serius saat ini adalah deforestasi,
dimana setiap tahunnya hutan mengalami penyusutan yang
sangat cepat.
Insektisida.
Penggunaan insektisida dalam dunia pertanian, saat ini sangat
memprihatinkan. Hal ini disebabkan penggunaan pestisida
yang tidak tepat guna dapat berdampak pada terganggunya
keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia.
Bagi keseimbangan lingkungan, penggunaan pestisida yang
tidak tepat sasaran dapa mengganggu keseimbangan
lingkungan dengan membunuh predator utama dari hama
tanaman. Punahnya predator alami hama dapat berakibat
munculnya predator baru (introduksi) yang belum tentu efektif
memngontrol hama, tetapi dapat juga berpotensi bagi
mengancam organisme lain yang bersifat menguntungkan.