Anda di halaman 1dari 24

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri (Modul 5)

Judul Modul EKOLOGI DAN LINGKUNGAN


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Lingkungan dan Sumber daya
2. Populasi dan Komunitas
3. Ekosistem
4. Perubahan Lingkungan
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi KB 1. Lingkungan dan Sumber daya
yang dipelajari
1. Lingkungan Organisme
Kualitas hidup suatu organisme sangat ditentukan oleh kualitas
lingkungannya.

Lingkungan bagi suatu organisme adalah faktor biotik dan


abiotik yang ada di sekitar organisme tersebut dan dapat
mempengaruhi kelangsungan hidupnya.

Lingkungan abiotik tersebut meliputi faktor medium/substratum


(seperti tanah/perairan sebagai tempat hidup) dan faktor
cuaca/iklim (suhu kelembaban, udara, angin, intensitas cahaya).

Berdasarkan ruang dan waktu, perubahan lingkungan dibedakan


atas :

1) Perubahan siklik; yaitu perubahan lingkungan yang


terjadinya berulang-ulang secara berirama, misalnya:
perubahan siang-malam, naik pasang-surutnya air laut,
pergantian musim (kemarau-hujan).
2) Perubahan terarah; yaitu perubahan lingkungan yang
terjadinya berangsurangsur secara terus-menerus
(progressif atau berkesinambungan) menuju ke suatu
arah tertentu. Misalnya; suksesi, aberasi (pengikisan
garis pantai), terbentuknya delta sungai (pengendapan
lumpur di muara sungai).
3) Perubahan eratik; yaitu perubahan yang tidak berpola
dan tidak menunjukkan konsistensi mengenai arah
perubahannya. Contoh: hutan atau lahan yang
terbakaran hutan, lingkungan yang terkena banjir
bandang, pengendapan debu oleh letusan gunung
berapi.

2. Lingkungan Sebagai Sumberdaya


Pada dasarnya setiap organisme memiliki kisaran toleransi
tertentu terhadap suatu faktor lingkungan tertentu.

Hukum toleransi Shelford menyatakan bahwa setiap organisme


mempunyai suatu minimum dan maksimum ekologis yang
merupakan batas bawah dan batas atas dari kisaran toleransi
organisme tersebut terhadap kondisi lingkungannya. Kisaran
toleransi suatu faktor lingkungan berbeda untuk setiap jenis
organisme.

3. Habitat Dan Relung


Kehadiran dan sebaran suatu organisme di suatu tempat selalu
berkaitan dengan masalah habitat dan relung ekologinya.
Habitat suatu hewan sangat identik dengan sejarah filogeni
hewan tersebut.

Habitat merupakan tempat dimana biasanya makhluk hidup


terdapat.
Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan yang
kondisinya paling cocok dan paling akrab hubungannya dengan
hewan dinamakan mikrohabitat.

Relung atau niche ekologi suatu organisme merupakan status


fungsional organisme tersebut di dalam habitat yang
ditempatinya berdasarkan adaptasi-adaptasi fisiologis, struktural
dan perilakunya.

Berdasarkan pemanfaatannya Hutchinson membedakan relung


ekologi menjadi 2 macam, yaitu;
a) Relung fundamental; relung yang menunjukkan potensi
secara utuh yang hanya dapat diamati dalam
laboratorium dengan kondisi lingkungan terkendali,
misalnya yang diamati hanya satu atau dua faktor saja
tanpa ada pesaing maupun predatornya.
b) Relung terealisasikan; adalah status fungsional yang
benar-benar ditempati dalam kondisi alami, dengan
beroperasinya banyak faktor lingkungan, seperti
interaksi faktor, kehadiran pesaing, predator dan
sebagainya.
Beberapa species hewan yang perkerabatannya dekat, bila
dalam keadaan simpatrik (daerah sebaran sama) mengalami
evolusi yang berbeda dibandingkan dengan dalam keadaan
alopatrik (daerah sebaran berbeda). Dalam keadaan simpatrik,
seleksi alam akan menghasilkan ciri-ciri tubuh yang makin
mencolok perbedaannya diantara species-species itu (evolusi
divergen). Sebaliknya apabila dalam keadaan alopatrik, seleksi
alam itu akan menghasilkan evolusi konvergen sehingga
perbedaan ciri-ciri itu akan makin kabur.

4. Respon Dan Adaptasi


Kepekaan terhadap rangsangan (stimulus) merupakan salah satu
ciri utama dari makhluk hidup.
Stimulus adalah suatu faktor yang diakibatkan oleh perubahan
lingkungan (baik lingkungan abiotik maupun biotiknya) yang
dapat ditangkap oleh reseptor (organ indra) suatu organisme dan
berpotensi mempengaruhi keseimbangan bagi organisme
tersebut. Perubahan keseimbangan dapat mengarah ke hal yang
positif (menguntungkan) atau dapat juga mengarah ke hal
negatif (merugikan).

Respon suatu organisme dapat dipengeruhi oleh beberapa


faktor, antara lain:
1) Jenis stimulus; jenis stimulus yang berbeda akan
menyebabkan respon yang dilakukan organisme juga
berbeda, misalnya bila stimulus berupa makanan,
hewan cenderung akan mendekati, sebaliknya bila
stimulus berupa kemunculan predatornya, respon
hewan akan menjauhi
2) Intensitas stimulus; Intensitas stimulus akan
berpengaruh bagi kemampuan reseptor dalam
menerima tersebut.
3) Jenis species; semakin tinggi tingkat kemampuan
hewan belajar akan semakin lemah responnya terhadap
stimulus yang sama.
4) Stadium perkembangan atau umurnya; berpengaru
terhadap pengalaman belajar dalam menilai
penting/tidaknya stimulus di respon
5) Kondisi fisiologis tersebut; kondisi fisiologis dapat
berpengaruh bagi kecepatan respon terhadap suatu
stimulus.
6) Lebar-sempitnya kisaran toleransi hewan tersebut
terhadap suatu faktor lingkungan: umumnya hewan-
hewan yang memiliki kisaran toleransi lebib sempit
cenderung akan lebih responsive terhadap adanya
stimulus.

Apabila kondisi lingkungan berubah menjadi sangat tidak baik


(tidak menguntungkan) dibandingkan dengan kondisi semula,
maka satu dari tiga hal Stimulus reseptor Syaraf sensorik Syaraf
motorik Prilaku Respon Efektor (organ tubuh) Pusat saraf yang
mungkin terjadi dan dilakukan oleh suatu organisme sebagai
wujud dari respon terhadap stimulus yang diterima, adalah:

a) Menyesuaikan diri; organisme akan memberikan


respon tertentu yang mampu mengatasi efek negatif
dari perubahan tersebut.
b) Migrasi; organisme akan meninggalkan tempat tersebut
dan mencari tempat yang lain dengan kondisi yang
lebih baik.
c) Mati; terjadi apabila kedua hal di atas tidak mampu
dilakukannya akan berdampak pada kematian bagi
organisme tersebut.

Adaptasi melibatkan perubahan-perubahan yang diakibatkan


oleh seleksi alam, sifatnya herediter (diturun-temurunkan) dan
berlangsungnya proses meliputi sejumlah besar generasi-
generasi yang berurutan. Adaptasi ini dapat meliputi adaptasi
morfologis, adaptasi fisiologis dan adaptasi perilaku.

Respon pada organisme ada yang bersifat reversibel (dapat


kembali ke kondisi semula) dan paling sederhana adalah respons
pengaturan (regulatori).

Pola (aturan) umum mengenai adaptasi-adaptasi struktural pada


hewan adalah sebagai berikut :

a) Aturan Bergman; Individu-individu hewan yang hidup


di daerah yang bersuhu tinggi cenderung mempunyai
tubuh yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
kerabat-kerabatnya yang hidup di daerah bersuhu
rendah.
b) Aturan Allen; Paruh, daun telinga, ekor dan bagian-
bagian tubuh yang terjulur lainnya cenderung lebih
pendek pada hewan-hewan yang hidup di daerah
bersuhu rendah dibandingkan dengan kerabat-
kerabatnya yang hidup di daerah bersuhu tinggi.
c) Aturan Gloger; Hewan-hewan homoioterm yang hidup
di daerah beriklim panas dan lembab cenderung
mengandung lebih banyak pigmen hitam, di daerah
yang beriklim kering lebih banyak pigmen kuning,
coklat dan merah, sedangkan yang hidup di daerah
beriklim dingin pigmentasinya secara umum
mengalami reduksi.
d) Aturan Jordan; jenis ikan yang hidup dalam perairan
yang bersuhu rendah cenderung lebih sedikit
dibandingkan dengan yang hidup di perairan yang
bersuhu tinggi.

Terjadinya suatu perilaku sangat melibatkan peranan:


a. Penerima stimulus dari lingkungan (reseptor);
b. Perealisasi respons (efektor), karena respons-respons
perilaku itu praktis berupa gerakan-gerakan, maka jenis
efektor yang paling berperan adalah otototot tubuh;
c. Koordinasi syaraf dan hormon.

Pada hewan-hewan Invertebrata rendah perilakunya itu praktis


semua berupa taksis atau refleks, sedangkan komponen yang
paling utama pada serangga berupa naluri (instink). Pada yang
paling tinggi tingkatannya yaitu manusia, perilakunya sangat
ditentukan oleh komponen belajar dan menalar.

Taksis merupakan respon yang berupa gerakan di tempat


ataupun berpindah tempat dengan jalan berkerut, meregang,
membelokkan tubuh dan lain sebagainya

Refleks merupakan aktifitas yang cepat, otomatis, dan tidak


disadari dalam bentuk respon terhadap suatu stimulus pada
suatu organ atau sistem organ. Respon juga merupakan gerak
spontan yang tidak melalui kesadaran (pusat syaraf atau otak).

Instink atau naluri merupakan suatu perilaku yang rumit dan


khas untuk suatu species, terstereotipe, bersifat herediter dan
terjadinya secara otomatis

Pada hewan-hewan vertebrata tinggi, sebagian besar


perilakunya merupakan hasil proses belajar.
Komponen belajar yang paling tinggi tingkatannya adalah
menalar. Menalar merupakan corak belajar yang meliputi
terjadinya proses pembinaan suatu kesan hubungan (abstraksi)
antara obyek dengan obyek, antara kejadian dengan kejadian
lainnya ataupun antara obyek dengan kejadian, untuk kemudian
diwujudkan dalam bentuk respon perilaku yang tepat dan sesuai
tanpa didahului dengan coba-coba.

KB 2. Populasi dan Komunitas

1. Konsep Dasar Populasi


Populasi merupakan kumpulan individu-individu yang sejenis
yang berada pada suatu tempat pada waktu tertentu.

Ciri suatu populasi dapat ditandai berdasarkan persfektif biologi


maupun dari persfektif statistik.

Berdasarkan persfektif biologi, populasi memiliki ciri-ciri antara


lain:
a. Mempunyai struktur dan organisasi tertentu yang
dapat bersifat fluktuatif maupun konstan seiring
dengan berjalannya waktu.
b. Mempunyai sejarah ontogeni (dari mulai lahir,
tumbuh, dewasa menjadi tua hingga mati atau punah).
c. Dapat dikenai faktor-faktor lingkungan sebagai bentuk
respon terhadap perubahan lingkungan
d. Mempunyai sifat hereditas dalam bentuk gen pool
(genangan gen).
e. Terintegrasi oleh faktor-faktor hereditas dan
lingkungan yang mempengaruhi kestabilannya.

Berdasarkan persfektif statistik, populasi memiliki ciri-ciri :


a. Mempunyai kelimpahan dan kerapatan/kepadatan
(densitas).
b. Mempunyai sebaran dan struktur umur
c. Memiliki pola dispersi (pola sebaran individu intra-
populasi)
d. Memiliki genangan gen (gen pool)

Kepadatan suatu populasi sering dinyatakan sebagai jumlah


individu persatuan luas atau volume (debit air untuk organisme
perairan). Sedangkan kelimpahan suatu populasi dinyatakan
dengan jumlah individu pada suatu habitat tanpa
mempertimbangkan luas area atau volume.

Pada dasarnya kelimpahan populasi suatu species hewan


mengandung dua aspek, yaitu aspek Intensitas dan aspek
prevalensi. Intensitas menunjukkan aspek tinggi-rendahnya
kepadatan populasi dalam area-area yang dihuni suatu populasi
hewan. Sedangkan prevalensi menunjukkan jumlah dan ukuran
area-area yang ditempati species dalam konteks daerah yang
lebih luas (masalah sebaran). Suatu populasi hewan yang
memiliki intensitas dan prevalensi tinggi dinyatakan sebagai
populasi yang berlimpah, sebaliknya populasi hewan yang
terlokalisasi dan intensitasnya rendah dinyatakan sebagai
species langka.

Kelangkaan suatu populasi hewan dapat diakibatkan oleh satu


atau beberapa penyebab, antara lain:
a. Area yang dihuni species hewan tersebut menjadi
sempit atau jarang.
b. Tempat yang dihuni populasi hewan tersebut hanya
cocok-huni untuk waktu yang singkat saja.
c. Kehadiran species lain yang berperan sebagai
kompetitor, parasit atau predatornya.
d. Ketersediaan sumber daya yang penting (seperti
makanan dan tempat berbiak) menjadi berkurang.
e. Variasi genetik relatif rendah.
f. Kisaran toleransi sempit (plastisitas fenotifik individu-
individu species hewan sangat rendah).

Secara umum dikenal ada tiga pola sebaran populasi, yaitu:


a. Acak (random); dimana individu-individu anggota
populasi menyebar dalam beberapa tempat secara tidak
teratur.
b. Seragam (uniform); dimana individu-individu anggota
populasi menyebar dalam beberapa tempat tertentu
secara teratur.
c. Mengelompok atau agregasi (clumped); dimana
individu-individu anggota populasi selalu ada dalam
kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara
terpisah.
Pola sebaran populasi yang paling umum terjadi di habitat alami
adalah mengelompok. Hal ini dapat terjadi karena beberapa
faktor, antara lain:
a. Kualitas sumberdaya di habitat alami yang cenderung
bersifat heterogen, sehingga ada kecenderungan
individu-individu anggota populasi akan berkumpul di
habitat yang menyediakan kualitas sumberdaya yang
lebih baik.
b. Individu-individu anggota populasi cenderung
memberikan respon yang sama terhadap suatu kondisi
lokal yang baik maupun kurang baik.
c. Sebagai hasil dari aktivitas perkembangbiakan; adanya
kelompok-kelompok kawin yang selanjutnya
menghasilkan kelompok induk dan anak-anaknya.
d. Sifat sosial hewan; adanya atraksi-atraksi sosial yang
menghasilkan pengelompokan aktif membentuk koloni,
sehingga peluang individu dalam kelompok untuk
survive akan meningkat.

2. Pertumbuhan Populasi.
Pada dasarnya ada 4 parameter utama yang menentukan
kelimpahan suatu populasi, yaitu:
a. Natalitas; menunjukkan angka kelahiran individu
dalam populasi dan memberikan efek meningkatnya
kelimpahan populasi.
b. Mortalitas; menunjukkan angka kematian individu
dalam populasi dan memberikan efek menurunnya
kelimpahan populasi.
c. Imigrasi; merupakan masuknya individu-individu dari
area lain ke dalam populasi dan memberikan efek
meningkatnya tingkat kelimpahan populasi itu.
d. Emigrasi; menunjukkan perpindahan individu-individu
suatu populasi keluar dari area populasi dan
memberikan efek menurunnya kelimpahan populasi
tersebut.

Tinggi rendahnya laju natalitas suatu populasi tergantung pada


banyak faktor, secara garis besar dibedakan menjadi dua faktor,
yaitu:
a. Faktor bawaan; meliputi kemampuan berbiak
(fekunditas dan fertilitasnya) dan kemampuan induk
dalam perawatan anaknya.
b. Faktor lingkungan; meliputi tersediaan sumber daya
(seperti ruang, makanan dan kondisi yang sesuai).

Kemampuan berbiak menyangkut dua aspek, yaitu fekunditas


dan fertilitas. Fekunditas menunjukkan potensi suatu populasi
untuk menghasilkan individu baru, laju fekunditas manusia
misalnya, adalah rata-rata 1 bayi per 9 – 11 bulan per-wanita
usia subur. Sedangkan fertilitas lebih menunjukkan kinerja
perkembangbiakan yang direalisasikan dalam populasi dengan
kata lain fertilitas lebih menunjukkan pada jumlah anak yang
dihasilkan.

Ada dua macam strategi berbiak hewan dalam mempertahankan


kesintasan jenisnya, yaitu strategi-r dan strategi-k.
Species-species hewan yang dikategorikan sebagai species-r
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Biasanya mempunyai daya biak yang tinggi dan nilai
koefesien laju pertumbuhan populasi (r) yang tinggi
pula atau memiliki jumlah keturunan yang besar.
b. Biasanya mampu untuk menempati habitat-habitat
yang belum mantap (tidak menentu dan tidak dapat
diramal) atau lebih mampu secara cepat menempati
area-area atau lahan-lahan yang tandus dan yang masih
kosong kehidupan.
c. Relatif cepat dewasa seksualnya (memiliki siklus hidup
yang pendek) atau waktu generasi yang pendek.
d. Berukuran tubuh kecil dan mungkin semelpar.
e. Kemampuan mengurus anak rendah, sehingga resiko
kematian tinggi (laju mortalitas tinggi).
f. Ukuran populasi sangat dipengaruhi oleh lingkungan
(bukan oleh kepadatan populasi itu sendiri).
Hewan yang memiliki strategi-k memiliki ciri-ciri yang
merupakan kebalikannya, yaitu:

a. Koefesien laju pertumbuhan populasinya rendah


(jumlah anak sedikit).
b. Kemampuan daya bersaingnya tinggi, sehingga mampu
menjaga tingkat kelimpahan populasinya agar sekitar
tingkat daya dukung lingkungannya
c. Habitat yang ditempatinya adalah yang sudah mapan,
konstan atau bersifat musiman (dapat diramal).
d. Memiliki masa hidup yang panjang (daur hidup dan
waktu generasi panjang)
e. Kemampuan dalam menjaga keturunannya sangat baik
(mortalitas anak rendah).
f. Ukuran populasinya sangat dipengaruhi oleh kepadatan
populasinya sendiri

3. Komunitas
Komunitas merupakan kesatuan dari populasi-populasi pada
suatu ruang dan waktu tertentu. Komunitas merupakan
komponen biotik dalam ekosistem.
Berdasarkan sumber makanannya, komponen komunitas dapat
kita kelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Produsen; sering juga disebut organisme autotroph,
yaitu organisme yang punya kemampuan dalam
mengubah bahan an-organik menjadi bahan organic
dengan memanfaatkan cahaya mataharai sebagai
sumber energy utama. Kelompok organisme produsen
adalah organisme yang memiliki pigmen fotosintesis,
seperti tumbuhan, dan mikro-organisme fotosintetis
lainnya.
2) Konsumen; sering juga disebut organisme hetrotrof,
yaitu organisme yang memanfaatkan organisme lain
sebagai sumber makanannya (memakan bahan
organik). Konsumen dapat menjadikan produsen
sebagai sumber makanannya, tetapi juga dapat
memakan konsumen lainnya.
Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dapat kita
bedakan menjadi:
a) Herbivora; organisme yang memanfaatkan
produsen sebagai sumber makanannya, seperti
kambing (memakan rumput), lebah
(menghisap nectar), lalat buah (makan buah),
burung pipit (makan biji-bijian), larva
kumbang (makan batang tanaman), larva
kupu-kupu (makan daun), dan sebagainya.
b) Carnivora; organisme yang memakan
konsumen lain sebagi sumber makanannya.
Kelompok organisme ini meliputi organisme
predator dan parasit.
c) Omnivora; organisme yang makanannya
berupa produsen atau konsumen lainnya.
3) Dekomposer; adalah organisme yang memakan bahan
organic dari organisme lain yang telah mati.

4. Interaksi Organisme.
Berdasarkan jenis organisme yang berinteraksi, ada dua bentuk
interaksi antar organisme yaitu:
a) Interaksi intraspesifik (intraspecies); yaitu interaksi
yang terjadi diantara individu yang sejenis (dalam satu
populasi).
b) Interaksi interspesifik (intraspecies); yaitu interaksi
yang terjadi antar individu yang berbeda species.
Interaksi interspesifik terjadi lebih kompleks dan dapat
terjadi karena memperebutkan sumberdaya maupun
akibat eksploitasi suatu populasi terhadap populasi
lain.

Berdasarkan dampak yang terjadi pada organisme yang


berinteraksi, dikenal istilah interaksi posistif (yang
menguntungkan), interaksi negatif (yang merugikan) dan
interaksi netra (tidak berdampak). Tipe interaksi positif
merupakan interaksi yang memberikan keuntungan bagi
organisme yang berinteraksi. Keuntungan tersebut bisa
dirasakan oleh kedua organisme yang berinteraksi (misalnya
mutualisme dan protokooperasi) maupun bagi salah satu
organisme tanpa menyebabkan kerugian bagi organisme yang
lainnya (misalnya komensalisme).

Mutualisme merupakan interaksi yang menguntungkan kedua


organisme yang saling berinteraksi. Sedang protokooperasi
merupakan interaksi yang saling menguntungkan kedua
organisme yang berinteraksi, namun sifatnya fakultatif atau
tidak mutlak Hal ini berarti meskipun tidak terjadi interaksi pada
keduanya, namun tidak terlalu memberikan dampak yang
signifikan bagi kelangsungan hidup keduanya.

Tipe interaksi negatif, ditunjukkan oleh interaksi parasitisme,


predasi, parasitodisme, kompetisi dan amensalisme. Neutralisme
yang benarbenar, jarang dijumpai di alam, hal ini mungkin ada
interaksi tidak langsung antar semua populasi yang terjadi di
dalam suatu ekosistem.

Interaksi predaotrisme, parasitisme dan parasitoidisme


merupakan interaksi yang menguntungkan salah satu pihan yang
berinteraksi dan merugikan bagi pihak yang lain. Bedanya
adalah pada predatorisme yang diuntungkan adalah organisme
yang biasanya lebih besar dan kuat yang disebut predator,
sedangkan yanag dirugiakan disebut mangsa.

Dalam interaksi ini biasanya berdampak langsung yang


menyebabkan mangsanya mati. Sedangkan pada parasitisme dan
parasitoidisme biasanya yang diuntungkan adalah organisme
yang berukuran lebih kecil. Beda keduanya adalah pada
parasitisme umumnya tidak langsung menyebabkan inangnya
mati, melainkan parasit (organisme yang diuntungkan) akan
mengeksploitasi inangnya (yang dirugikan) secara perlahan-
lahan sesuai kebutuhan parasit tersebut, meskipun dalam jangka
panjang dapat menyebabkan inangnya mati. Sedangkan
parasitoidisme umumnya dapat menyebabkan inangnya mati
dalam jangka pendek.

Interaksi negatif yang lain adalah kompetisi. Kompetisi


biasanya terjadi akibat kebutuhan sumberdaya yang sama
dengan jumlah yang terbatas. Sumberdaya yang diperebutkan
bisa menyangkut makanan maupun ruang atau tempat tinggal.

KB 3. Ekosistem

1. ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh


hubungan timbal-balik tak terpisahkan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap
unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.
2. Komponen Penyusun Ekosistem.
Pada dasarnya komponen penyusun ekosistem terdiri dari
komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik merupakan komponen lingkungan yang terdiri
atas makhluk hidup yang dapat berupa hewan, tumbuhan
maupun mikro-organisme.

Berdasarkan peran dan fungsinya, komponen biotik dibedakan


menjadi tiga macam, yaitu:

a) Produsen; yaitu makhluk hidup yang mampu


mengubah zat an-organik menjadi organik. Produsen
ini sering juga disebut organisme autotrof.
b) Konsumen; yaitu organisme yang tidak bisa membuat
makanannya sendiri dan tergantung kepada organisme
lain. Kelompok organisme ini sering disebut juga
sebagai organisme heterotrof. Organisme yang
berperan sebagai konsumen biasanya merupakan
hewan. Hewan yang memakan tumbuhan secara
langsung (herbivora) dinamakan konsumen primer.
Hewan yang memakan konsumen primer dinamakan
konsumen sekunder dan seterusnya sehingga terbentuk
suatu rantai makanan. Konsumen terakhir disebut
konsumen tersier.
c) Pengurai atau dekomposer; yaitu organisme yang
mampu menguraikan bahan organik yang berasal dari
organisme yang telah mati.

Komponen abiotik merupakan komponen yang meliputi seluruh


faktor-faktor tak hidup dari suatu kondisi lingkungan.
Komponen abiotik juga dapat berupa kondisi, seperti suhu dan
kelembaban udara, angin, intensitas cahaya, pH, kekeruhan, arus
air dan sebagainya.

Kemampuan ekosistem untuk menuju ke arah kestabilan di


sebut suksesi.
3. Macam - Macam Ekosistem.
Berdasarkan tempat terjadinya hubungan timbal balik antara
komunitas (makhluk hidup) dengan lingkungannya, secara garis
besar ekosistem menjadi 3 macam, yaitu ekosistem daratan
(ekosistem terestrial) dan ekosistem perairan (ekosistem
akuatik) dan ekosistem lahan basah.
Berdasarkan perbedaan letak geografik dan fisiografiknya,
ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma atau daerah
habitat.
Bioma merupakan ekosistem dalam skala luas yang didasarkan
pada vegetasi (tumbuhan yang dominan) dan iklim yang khas.

Macam bioma yang ada dimuka bumi ini, yaitu:


a. Bioma hutan hujan tropis; yaitu bioma yang biasanya
terbentang dari daerah tropika hingga sub-tropika.
Jenis vegetasi di bioma ini didominasi jenis pohon
yang tinggi dengan kanopi yang besar sehingga
menimbulkan iklim mikro di dasar hutan yang
menyebabkan perbedaan suhu dan kelembaban udara
di atas dengan di bawah tajuk sangat mencolok.
Kelembaban yang tinggi di bawah kanopi menjadikan
lumut tumbuh dengan baik sehingga sehingga
kelimpahannya cukup tinggi. Jenis tumbuhan lain yang
melimpah adalah jenis liana. Iklim bioma ini ditandai
dengan curah hujan yang sangat tinggi (sekitar 200 –
225 cm/tahun) dan memiliki dua musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau.
b. Bioma padang rumput; yaitu bioma yang biasanya
terbentang dari daerah tropika hingga sub-tropika.
Jenis vegetasi didominasi oleh rumput dan sering
diselingi oleh semak dan terna. Iklim bioma ini
ditandai dengan curah hujan yang kurang (sekitar 25 –
50 cm/tahun) dan turun tidak teratur. Porositas (pori
tanah) banyak sehingga aliran udara dalam tanah
sangat lancar, sedangkan drainase (peresapan air)
sangat cepat.
c. Bioma hutan gugur; yaitu bioma yang biasanya di
daerah sub-tropika. Jenis vegetasi didominasi oleh
jenis tumbuhan yang punya kemampuan
menggugurkan daunnya menjelang musim dingin.
Iklim bioma ini ditandai dengan curah hujan yang
merata sepanjang tahun (sekitar 75 – 100 cm/tahun)
dan ditemukan 4 musim, yaitu musim dingin, musim
semi, musim panas dan musim gugur.
d. Bioma gurun; yaitu bioma yang biasanya terdapat di
daerah tropika yang ditandai dengan vegetasi yang
didominasi oleh jenis tumbuhan yang tak berdaun atau
daunnya seperti duri dan dilapisi oleh zat lilin untuk
mengurangi penguapan. Akarnya panjang dan
menyebar serta memiliki jaringan untuk menyimpan
air. Iklim bioma ini ditandai dengan curah hujan yang
rendah (sekitar 25 cm/tahun) dengan suhu dan
penguapan yang tinggi serta memiliki perbedaan suhu
siang dengan malam yang besar.
e. Bioma taiga; yaitu bioma yang biasanya terdapat di
bumi sebelah utara dan pegunungan daerah tropik
hingga subtropik. Vegetasi ditandai dengan jenis
tumbuhan konifer (daun berbentuk jarum). Iklim bioma
ini ditandai dengan curah hujan yang rendah (sekitar 35
- 40 cm/tahun) dan suhu pada musim dingin sangat
rendah.
f. Bioma thundra; yaitu bioma yang biasanya terdapat di
bumi sebelah utara dan dalam lingkaran kutub utara.
Vegetasi didominasi tumbuhan yang semusim yang
berumur pendek dan jenis lumut. Iklim bioma ini
ditandai dengan iklim kutub, curah hujan yang rendah
(sekitar 12 cm/tahun). Pada musim dingin biasanya
ditandai dengan kondisi gelap yang panjang (karena
siang sangat pendek sedangkan malam lama),
sebaliknya pada musim panas kondisi terang yang
panjang (karena malam sangat pendek sedangkan siang
lama).

Berdasarkan tingkat salinitasnya ekosistem perairan perairan


dibedakan atas:
a. Ekosistem air tawar; yaitu ekosistem yang perairannya
memiliki tingkat salinitas yang rendah (bahkan lebih
rendah dari protoplasma) dan sangat dipengaruhi oleh
iklim dan cuaca.
Berdasarkan ada tidaknya arus air, ekosistem air tawar
dibedakan atas:
a) Ekosistem lotik; ekosistem ini ditandai dengan
adanya arus ari pada ekosistem air tawar,
misalnya sungai. Pada ekosistem ini, arus
merupakan faktor pembatas bagi organisme
yang ada di dalamnya. Phytoplankton adalah
organisme produsen di eksistem perairan,
karena tidak memiliki kemampuan untuk
berenang, ekosistem sungai dikenal miskin
akan plankton. Ekosistem lotik dikenal
memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi
namun kelimpahan individu seetiap jenisnya
rendah.
b) Ekosistem lentik; ekosistem ini ditandai
dengan tidak adanya arus air yang mengalir ke
lain ekosistem atau disebut juga ekosistem air
tergenang, misalnya ekosistem danau atau
kolam. Ekosistem ini dikenal kaya akan
plankton pada bagian permukaan yang terkena
cahaya matahari dan kaya akan bentos
(organisme yang hidup di dasar perairan).
b. Ekosistem laut; yaitu ekosistem yang perairannya
memiliki tingkat salinitas yang tinggi. Ekosistem laut
merupakan ekosistem yang tidak dipengaruhi oleh
iklim dan cuaca. Produktivitas ekosistem sangat
tergantung pada kemampuan penetrasi cahaya matahari
seberapa dalam. Produsen pada ekosistem ini terutama
berasal dari jenis phytoplankton. Ekosistem ini
meliputi ekosistem laut dalam, ekosistem laut dangkal,
ekosistem pantai dan ekosistem terumbu karang.
c. Ekosistem estuaria; yaitu ekosistem ini merupakan
tempat pertemuan air tawar dengan air laut atau
kawasan muara sungai sehingga tingkat salinitas yang
tidak stabil karena dipengaruhi oleh pasang-surut air
laut dan curah hujan di wilayah daratan. Salinitas
adalah faktor pembatas utama di ekosistem ini,
sehingga hanya organisme eurikalin atau yang
memiliki kisaran toleransi yang luas terhadap kadar
garam saja yang mampu hidup di ekosistem estuaria.
Hal ini menyebabkan ekosistem ini memiliki
produktivitas primer yang rendah dan keanekaragaman
yang rendah pula.

Ekosistem lahan basah merupakan ekosistem daratan yang


senantiasa basah oleh tingginya kadar air pada tanah, sehingga
hanya tumbuhan tertentu saja yang mampu beradaptasi pada
lingkungan basah seperti ini. Contoh ekosistem lahan basah :
a. Ekosistem lahan gambut; merupakan ekosistem yang
miskin humus dan mineral.
b. Ekosistem mangrove atau bakau; Ekosistem ini
merupakan kawasan yang terkena dampak pasang surut
air laut, sehingga tumbuhan yang hidup di ekosistem
ini memiliki karakteristik yang dapat mengatasi
rendaman air ketika pasang naik.
c. Ekosistem rawa-rawa; merupakan ekosistem daratan
yang senantiasa digenangi oleh air dangkal dan banyak
ditumbuhi oleh berbagai jenis tumbuhan.

4. Ekoenergetika
Ekoenergetika merupakan bahasan dalam ekologi yang
mengkaji tentang transformasi energi dalam organisme hidup.
Peristiwa transformasi energi merupakan perpindahan suatu unit
energi dari satu titik ke titik lain yang membutuhkan suatu
sumber energi dan penerima energi. Tranformasi energi dari
sumber utamanya, yaitu sinar matahari hingga memasuki ke
sistem organisme dari mulai produsen, konsumen hingga
pengurai, bahkan yang dilepaskan kembali ke alam.

Aliran energi dan siklus materi dalam ekosistem terjadi melalui


rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Rantai makanan
adalah jalur pemindahan energi dari tingkat trofik ketingkat
trofik berikutnya melalui peristiwa makan dan dimakan.

Berdasarkan tipe organisme (produsen) yang menjadi tingkat


trofik pertama, terdapat dua jenis rantai makanan, yaitu:
a. Rantai makanan perumput; pada tipe ini, mata rantai
makanannya berawal dari tumbuhan, maka tingkat
trofik 1 diduduki oleh tumbuhan hijau (produsen),
tingkat trofik 2 diduduki oleh herbivora (konsumen 1),
tingkat trofik 3 diduduki oleh karnivora (konsumen 2),
dan seterusnya.
b. Rantai makanan detritus; pada tipe ini rantai makanan
berawal dari organisme perombak. Detritus merupakan
hancuran (fragmen) dari bahan-bahan sudah terurai
yang dikonsumsi hewan-hewan kecil seperti rayap,
cacing tanah, tripang, dan sebagainya.

Berdasarkan struktur penyusunnya, kita mengenal ada 3 bentuk


piramid ekologi yaitu:
a. Piramida jumlah; yaitu piramida yang digambarkan
oleh jumlah individu pada setiap tingkat trofik dalam
suatu ekosistem dalam kurun waktu tertentu. Dimana
semakin tinggi tingkat tropik semakin sedikit jumlah
individunya.
b. Piramida Biomassa; yaitu piramida menggambarkan
berat atau massa kering total organisme hidup dari
masing-masing tingkat trofiknya dalam suatu
ekosistem dalam kurun waktu tertentu.
c. Piramida Energi; yaitu piramida yang menggambarkan
besarnya energi yang tersimpan pada masing-masing
tingkat tropik.

Produktivitas adalah hasil aktivitas metabolisme organisme


berupa pertumbuhan, penambahan, dan penimbunan biomassa
dalam periode waktu tertentu. Produktivitas dapat dibedakan
atas:
a. Produktivitas Primer; yaitu kecepatan pengubahan
energi radiasi matahari melalui aktivitas fotosintesis
dan kemosintesis oleh produsen menjadi energi kimia
dalam bentuk bahan organik. Produktivitas primer
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) produktivitas primer bersih (produktivitas
primer kotor dikurangi respirasi);
b) produktivitas primer kotor (jumlah total
materi organik atau karbon organik yang
dihasilkan dalam proses fotosintesis).
b. Produktivitas Sekunder; yaitu kecepatan penyimpanan
energi oleh organisme tingkat konsumen. Organisme
tingkat konsumen (heterotrof) mengambil bahan
organik dari organisme autotrof dan mengasimilasinya
kedalam jaringan tubuhnya.

Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup


populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang
disimpan atau dilepaskan. Energi dapat diubah dari satu
bentuk ke bentuk yang lain, tetapi tidak dapat hilang,
dihancurkan atau diciptakan.
Hukum Thermodinamika I, yang menyatakan bahwa energi
tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan,
melainkan dapat berubah bentuk.

Hukum Thermodinamika II menegaskan bahwa tidak ada


sistem pengubah energi yang benar-benar efisien. Ini berarti
tidak ada proses transformasi energi yang berlangsung
secara spontan tanpa adanya sejumlah energi yang terlepas.

Energi bersih (En) pada tingkat produsen merupakan


sejumlah energi yang siap digunakan oleh hewan-hewan
dan selanjutnya dapat dipindahkan ke tingkat tropik yang
lebih tinggi melalui peristiwa pemangsaan (predasi). a. Jadi
pemangsaan oleh predator dapat dipisahkan dalam masukan
energi kotor (Eb) dan energi sisa (Es).

Energi yang terbuang melalui feses, urin dan ekstrata


lainnya tersebut disebut sebagai energi ekskreta (Ee). Jadi
energi asimilasi (Ea) atau energi metabolit adalah energi
dari makanan yang benar-benar diserap dan digunakan atau
dengan kata lain energi kotor dikurangi energi ekskreta.

Energi yang berkurang dari suatu tingkatan tropik melalui


ekskreta, kematian non-predator atau sisa pemangsaan
selanjutnya akan digunakan oleh saprofor atau dekomposer.
5. Siklus Biogeokimia.
Siklus atau daur biogeokimia sering juga disebut dengan Siklus
atau daur materi. Daur biogeokimia merupakan siklus zat yang
berlangsung melalui komponen biotik dan abiotik di dalam
suatu ekosistem.

Beberapa daur biogeokimia yang dikenal berperan penting bagi


kelangsungan hidup organisme antara lain siklus air, siklus
karbon, siklus nitrogen, siklus oksigen, siklus sulfur dan siklus
fosfor.

Siklus Air
Proses pergerakan air ini sangat dipengaruhi oleh cahaya
matahari. Air merupakan komponen yang sangat penting bagi
makhluk hidup. Saat terkena cahaya matahari, air yang terdapat
di laut, di danau, di sungai dan permukaan tanah yang terkena
cahaya matahari akan mengalami evaporasi (menguap) ke udara
sebagai uap air. Air juga mengalami penguapan melalui stomata
daun tumbuhan melalui proses transpirasi. Demikian pula
halnya, hewan juga menghasilkan uap air melalui respirasi. Uap
air akan naik ke lapisan atmosfer membentuk awan. Akibat
adanya perbedaan suhu udara yang menyebabkan adanya
angina, awan akan digerakkan oleh angin kearah daratan hingga
pegunungan. Saat terpapar udara dingin, awan akan mengalami
kondensasi menjadi tetes-tetes air dan akan jatuh ke permukaan
bumi dalam bentuk hujan (presipitasi). Sebagian air akan dalam
bentuk hujan akan jatuh ke laut. Sedangkan air yang jatuh ke
daratan sebagian besar akan menguap kembali ke udara,
sebagian mengalir di permukaan tanah dan menuju ke laut
melalui sungai dan sebagian lagi terserap ke dalam tanah
sebagai air bawah tanah. Sebagian air tanah terserap kembali
oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis, sedangkan sebagian
lagi akan bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-
pori tanah serta batuan melalui infiltrasi. Adanya pengaruh
gravitasi bumi menyebabkan air akan terus bergerak ke bawah
sebagai air bawah tanah dan peristiwa ini disebut perlokasi.

Siklus Karbon.
Unsur karbon ditemukan di atmosfer dalam bentuk senyawa an-
organik dalam bentuk gas, yaitu karbondioksida (CO2).
Karbondioksida yang ada di udara akan diserap oleh tumbuhan
sebagai bahan baku untuk proses fotosintesis. Bahan an-organik
ini oleh tumbuhan melalui peristiwa fotosintesis akan diubah
menjadi bahan organik yang mengandung karbon, seperti
karbohidrat maupun protein. Pada senyawa organik tersebut
juga tersimpan sejumlah energi yang berasal dari radiasi cahaya
matahari. Energi yang tersimpan di dalam tubuh produsen
bersama dengan senyawa organik disebut energi biokimia.
Sebagian senyawa organik di dalam tubuh produsen
dimanfaatkan untuk aktivitas fisiologi produsen itu sendiri
melalui proses respirasi, sedangkan sebagian lagi akan
ditransfer ke tingkat tropik di atasnya, yaitu konsumen (hewan
dan manusia) melalui rantai makanan. Respirasi yang dilakukan
produsen dan konsumen akan membebaskan CO2 ke udara.
Unsur karbon yang terkandung dalam bahan organik yang tidak
terteruskan ke tingkat tropik di atasnya akan kembali ke alam
dalam bentuk kotoran organik (faeces untuk hewan) atau
terbawa pada saat organisme tersebut mati. Karbon yang
tersimpan tersebut akan diurai oleh mikroorganisme pengurai
seperti bakteri dan jamur dan akan membebaskan karbon dalam
bentuk gas CO2 ke udara atau ke dalam air. Sebagian bahan
organik di dalam tubuh organisme ada yang sulit diuraikan
(perlu waktu yang lama) dan ada yang berubah menjadi batu
kapur, arang, minyak bumi (bahan fosil). Pembakaran bahan
fosil oleh industri, kendaraan bermotor dan yang lainnya akan
membebaskan CO2 kembali ke udara. Demikian pula
pembakaran bahan organik seperti kebakaran hutan juga turut
berperan membebaskan CO2 ke udara.

Siklus Oksigen.
Sebagai oksigen bebas, unsur ini sangat dibutuhkan sebagai zat
pembakar untuk menghasilkan energi pada peristiwa respirasi
khususnya bagi seluruh organisme aerob. Sebagai senyawa an-
organik, oksigen dapat berikatan dengan unsur karbon
menghasilkan karbondioksida (CO2) yang merupakan senyawa
penting sebagai bahan baku fotosintesis untuk membentuk
senyawa organik, atau berikatan dengan hidrogen membentuk
air (H2O). Sedangkan pada senyawa organik, oksigen
merupakan unsur penting sebagai penyusun karbohidrat, protein
dan lemak. Siklus oksigen merupakan proses pergerakan unsur
oksigen dalam bentuk gas, cair maupun senyawa organik.
Oksigen bebas yang ada di udara akan di serap oleh organisme
sebagai zat pembakar dalam peristiwa respirasi untuk memecah
bahan organik menjadi CO2 dan H2O dengan menghasilkan
sejumlah energi. Karbondioksida yang dilepaskan ke udara akan
diserap oleh tumbuhan untuk bahan baku fotosintesis yang akan
mengahasilkan bahan organik kembali. Sedangkan H2O yang
terlepas ke udara dalam bentuk uap air pada akhirnya akan jatuh
ke tanah sebagai hujan dan akan diserap kembali oleh tumbuhan
untuk fotosisntesis. Pada peristiwa fotosintesis air mengalami
fotolisis oleh cahaya matahari dan dipecah menjadi oksigen
bebas dan dilepaskan kembali ke udara.

Siklus Nitrogen.
Berikut ini beberapa proses penting yang terjadi dalam siklus
Nitrogen, yaitu:
a. Proses pemecahan nitrogen bebas dengan bantuan
petir. Energi petir yang besar dapat memicu terjadinya
reaksi nitrogen dan oksigen menjadi NO2 serta reaksi
nitrogen dengan oksigen menjadi NH2. Senyawa-
senyawa ini kemudian akan turun bersama hujan
terserap ke dalam tanah.
b. Sebagian nitrogen bebas juga dapat masuk ke dalam
tanah dengan bantuan beberapa mikro-organisme yang
mampu mengikat nitrogen bebas dari udara., misalnya
Rhyzobium leguminosarum. Mikro-organisme ini
bersimbiosis dengan akar tanaman kacang-kacangan
sehingga menyuburkan tanaman inangnya. Beberapa
kelompok bakteri tanah proteobacteria juga mampu
mengikat nitrogen bebas dari udara.
c. Nitrogen juga dapat diperoleh dari jasad makhluk
hidup. Di dalam jasad makhluk hidup terkandung asam
amino dan protein yaitu zat-zat yang tersusun dari
nitrogen. Oleh decomposer (bakteri pembusuk), bahan
organik yang mengandung asam amino dan protein
tersebut akan di ubah menjadi ammonium (NH4).
Peristiwa ini disebut dengan amonifikasi yaitu
pengubahan protein menjadi amonium oleh
dekomposer.
d. Amonium yang terbentuk bisa langsung dimanfaatkan
langsung oleh tumbuhan. Tetapi hanya sedikit yang
dapat diserap. Karena sebagian besar amonia dipakai
bakteri aerob sebagai sumber energi. Selanjutnya
amonium diubah menjadi nitrat oleh kelompok bakteri
aerob. Proses ini dinamakan nitrifikasi. Sebelum
menjadi nitrat, amonium diubah menjadi nitrit oleh
bakteri nitrosomonas. Kemudian nitrit diubah menjadi
nitrat oleh bakteri nitrobacter. Nitrat yang tersedia di
dalam tanah dapat diserap langsung oleh tumbuhan
sebagai bahan baku untuk proses fotosintesis yang
menghasilkan bahan organic seperti protein dan asam-
asam amino. Nitrifikasi hanya terjadi saat tersedia
cukup oksigen karena nitrifikasi melibatkan bakteri
aerob. Jika jumlah oksigen tidak cukup maka akan
terjadi denitrifikasi. Denitrifikasi adalah pelepasan
nitrogen kembali ke atmosfer. Ketika tanah kekurangan
oksigen bakteri tanah mengambil kebutuhan oksigen
dari nitrat sehingga unsur nitrogen akan di bebaskan
kembali ke udara.

Siklus sulfur atau belerang.


Proses yang terjadi dalam daur sulfur yaitu :
a. Sumber unsur sulfur dapa berasal dari asap-asap
hasil aktivitas industri serta erupsi gunung berapi
yang mengandung gas-gas sulfida seperti SO2 dan
SO4. Gas-gas ini akan naik ke atmosfer dan
menyatu dengan awan.
b. Gas-gas tersebut bereaksi dengan air di udara
membentuk asam sulfat. Hal ini dapat berpengaruh
terhadap penurunan derajat keasaman air hujan
sehingga air hujan dapat bersifat asam. Bila pH air
terlalu rendah dan menyebabkan air bersifat sangat
asam dan ketika jatuh sebagai hujan akan terjadi
apa yang disebut hujan asam, dan peristiwa ini
akan mengancam kelangsungan hidup organisme.
Kandungan sulfat pada hujan akan masuk ke
dalam tanah sehingga tumbuhan bisa menyerap
ion-ion sulfat untuk menyusun makanan.
Sedangkan hewan akan mendapatkan kebutuhan
sulfur organik dari tumbuhan.
c. Sulfur juga dapat berasal dari jasad organisme
yang mati. Jasad organisme mati yang
mengandung sulfur, oleh dekomposer seperti
bakteri Thiobacillus denitrificans dan Thiobacillus
thiooxidans akan diurai menjadi sulfat dan
mengembalikan ke tanah. Penguraian ini
berlangsung secara aerob sehingga terbentuk sulfat
yang dapat diserap kembali oleh tumbuhan. Jika
berlangsung secara anaerob, maka akan terbentuk
asam sulfida yang beracun. Sedangkan bagian
jasad organisme mati yang tidak terdekomposisi
akan tertimbun dan menjadi bahan baku fosil.
Bahan baku fosil akan digunakan oleh industry
sebagai sumber energi pabrik dan industri, hasil
pembakaran fosil ini akan menghasilkan SO2 dan
SO4. Jumlah sulfat di dalam tanah dapat
mengalami desulfurikasi oleh bakteri sulfur.

Siklus Fosfor.
Siklus fosfor dapat berlangsung di dua tempat, yaitu di
darat dan di air. Berikut proses yang terjadi dalam
siklus fosfor yaitu :
a) Pada siklus fosfor yang terjadi di darat,
sebagian besar fosfat berasal dari pelapukan
batuan fosfat. Pelapukan ini terjadi akibat
adanya perubahan cuaca. Fosfat yang terlarut
oleh air hujan akan mengalir dan terserap ke
dalam tanah. Tumbuhan mendapatkan
kebutuhan fosfor dengan cara menyerap fosfor
anorganik dari dalam tanah. Sedangkan hewan
tidak dapat memanfaatkan fosfat anorganik
secara langsung, namun menyerap fosfat
organik dengan cara memakan tumbuhan
melalui proses rantai makanan. Posfat di
dalam tanah juga dapat berasal dari jasad
tumbuhan dan hewan yang telah mati.
Kandungan fosfat dalam senyawa organik dari
jasad organisme yang telah mati akan diurai
oleh dekomposer menjadi fosfat anorganik.
Fosfat akan tersimpan ke dalam tanah dan
diserap kembali oleh tumbuhan.
b) Pada siklus fosfor yang terjadi perairan, fosfor
yang terlarut di dalam air diserap oleh
ganggang dan tumbuhan air kemudian ke
masuk ke tubuh konsumen ketikan makan
tumbuhan air tersebut. Ikan-ikan mendapatkan
fosfat melalui rantai makanan. Dekomposer
kemudian menguraikan organisme yang mati
menjadi fosfat anorganik. Fosfat yang terlarut
di lautan dalam akan membentuk endapan
fosfor. Sementara itu, fosfat yang terlarut di
perairan dangkal akan teraduk oleh arus air.
Endapan fosfat itu dapat menyuburkan
ekosistem. Fosfat dapat kembali ke darat
melalui kegiatan burung-burung laut ketika
membuang faesesnya ke darat, seperti
endapan feses burung yang sering disebut
dengan nama guano.

KB 4. Perubahan Lingkungan.

1. Perubahan Ekosistem
Setiap ekosistem pada prinsipnya akan mengalami perubahan
seiring dengan perjalanan waktu, baik struktur maupun
fungsinya.
Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor alam (seperti
perubahan iklim, akibat gunung meletus, banjir bandang)
maupun faktor eksternal (seperti polusi, kebakaran hutan,
konversi lahan).

. Lingkungan yang mengalami gangguan keseimbangan


disebabkan oleh masuknya zat-zat tertentu yang dapat
menyebabkan pencemaran atau polusi. Zat-yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan disebut polutan.

Pemulihan diri ke arah kestabilan atau keseimbangan terjadi


melalui proses yang disebut suksesi.
Suksesi adalah proses perubahan ekosistem secara
perlahanlahan menuju ke arah pematangan (kestabilan) melalui
beberapa tahapan serial.
Ada enam unsur yang akan terjadi sehubungan dengan proses
suksesi, yaitu:

1) Penggundulan; yaitu proses yang mengakibatkan


terjadinya substrat baru.
2) Migrasi; yaitu kehadiran migrula atau organ pembiak
tumbuhan.
3) Eksesis; perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi dan
penyebaran.
4) Kompetisi; persaingan sehingga adanya pengusiran
satu species oleh species lainnya.
5) Reaksi; yitu perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh
jenis tumbuhan.
6) Stabilisasi; yang menghasilkan komunitas tumbuhan
pada tingkatan yang matang.

Suksesi yang terjadi akibat perubahan komunitas atau


vegetasi yang dikemukakan di atas menggambarkan
bertambah kayanya suatu daerah oleh berbagai jenis
tumbuhan yang hidup di atasnya. Proses perubahan ini
disebut suksesi progresif. Sedangkan apabila perubahan
tersebut mengarah pada penurunan jumlah jenis tumbuhan
maupun penurunan kompleksitas struktur komunitas
tumbuhan disebut suksesi regresif.

Berdasarkan kondisi awalnya, suksesi dibedakan atas:


a) Suksesi primer; yaitu suksesi yang terjadi pada
tempat-tempat yang baru terbentuk atau ekosistem
yang mengalami kerusakan total.
b) Suksesi sekunder; yaitu suksesi yang terjadi pada
saat ekosistem mengalami gangguan atau
kerusakan secara tidak menyeluruh atau total,
dimana komposisi biotik yang sudah ada
sebelumnya turut mempengaruhi proses suksesi.

Berdasarkan sumber awal terbentuknya jaring-jaring


makanan, suksesi tersebut, dibedakan atas:
a) Suksesi autrofik; yaitu suksesi yang terjadi bila
jaring-jaring makanan bergantung pada organisme
fotosintetik, misalnya hutan yang terbentuk setelah
kebakaran atau bekas tanah yang sebelumnya
sudah ada tanamannya.
b) Suksesi heterotrofik; yaitu suksesi yang terjadi bila
jaring-jaring makanan bergantung pada
pembentukan bahan-bahan organik atau dalam
balok-balok yang lapuk.

1. Peranan Manusia dalam Perubahan Lingkungan


Salah satu masalah saat ini yang menjadi ancaman bagi
keberlanjutan keseimbangan lingkungan adalah peningkatan
jumlah penduduk. Hal ini dapat dipahami bahwa peningkatan
jumlah penduduk akan berdampak pada peningkatan kebutuhan
manusia untuk kelangsungan hidupnya. Kebutuhan tersebut
dapat meliputi: a. Kebutuhan dasar (essensial), yaitu kebutuhan
yang mutlak diperlukan untuk dapat hidup sehat, aman dan
manusiawi, misalnya; pangan, papan, sandang, air bersih dan
udara sehat b. Kebutuhan tambahan (non-essensial), yaitu
kebutuhan pelengkap, agar manusia dapat menikmati hidup
lebih baik lagi, seperti pendidikan, rekreasi, transportasi, dan
kebutuhan sekunder lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan, manusia dapat


melakukannya dengan dua jalan, yaitu intensifikasi pertanian
atau ekstensifikasi pertanian.
Untuk itu potensi penduduk yang besar sebagai sumberdaya,
perlu dibarengi dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya
manusia serta diikuti dengan peningkatan kualitas lingkungan
fisik, biota maupun sosialnya. Peningkatan lingkungan fisik dan
biotanya dapat dikembangkan melalui upaya konservasi.

2. Pencemaran Lingkungan.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.

Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut


polutan. Syaratsyarat suatu zat disebut polutan bila
keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk
hidup.
Suatu zat dapat disebut sebagai polutan apabila memenuhi salah
satu dari kriteria berikut, yaitu:
a. Jumlahnya melebihi jumlah normal;
b. Berada tidak tepat pada waktunya;.
c. Berada tidak tepat pada tempatnya.

Berdasarkan sumber bahan pencemarnya, zat pencemar dapat


dibedakan atas:
a. Pencemar kimiawi; yaitu pencemaran yang berasal
dari senyawa-senyawa kimia, misalnya berupa logam
(Hg, Pb, As, Cd, Cr dan Hi), pupuk anorganik,
pestisida, detergen, zat radio aktif dan minyak.
b. Pencemar biologi; yaitu pencemaran yang
disebebakan polutan dari mikroorganisme, misalnya
pencemaran oleh Escherichia coli, Entamoeba coli,
dan Salmonella thyposa.
c. Pencemar fisik; pencemaran yang disebebakan polutan
dari benda-benda fisik seperti kaleng, botol, plastik,
dan karet.
Berdasarkan tempat terjadinya, pencemaran dibedakan atas 3
macam, yaitu: a) Pencemaran udara; b) Pencemaran air; dan c)
Pencemaran tanah.

Pencemaran udara.
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukannya zat dan
komponen lain ke udara oleh kegiatan yang menyebabkan
udara menjadi kurang sehat atau tidak dapat berfungsi lagi.
Polutan yang menyebabkan pencemaran udara, yaitu:

a. Gas H2S; gas ini bersifat racun dan sering ditemukan


di kawasan gunung berapi, gas ini juga dapat
dihasilkan dari pembakaran fosil minyak bumi dan
batu bara.
b. Gas CO; Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan
tidak berbau, bersifat racun, merupakan hasil
pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar
fosil dari kendaraan bermotor.
c. Gas CO2; karbondioksida merupakan senyawa yang
sangat dibutuhkan keberadaannya di udara untuk
menjaga agar bumi tetap hangat dan sangaaat
dibutuhkan oleh tumbuhan sebagai baaaaaahan baku
membentuk senyawa organik pada peristiwa
fotosintesis.
d. Oksida nitrat (NO2) dan oksida sulfat (SO2); Kedua
oksida yang berupa gas berada di udara dan akan
berinteraksi dengan uap air yang mengandung unsur
hidrogen akan membentuk kabut yang bersifat asam.
e. Partikulat; partikulat merupakan partikel debu di udara
terutama disebabkan oleh asap industri dan
pembakaran bahan organik, khususnya kebakaran
hutan yang saat ini sedang banyak terjadi.

Pencemaran air.
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukannya zat dan
komponen lain ke badan perairan oleh kegiatan yang
menyebabkan fungsi perairan menjadi terganggu. Pencemaran
air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar yang
bersumber dari:
a. Limbah pertanian seperti sisa insektisida dan pupuk
sintetis.
b. Limbah domestik, misalnya, sisa detergen.
c. Buangan industri seperti Pb, Hg, Zn, dan CO, dapat
terakumulasi dan bersifat racun di perairan.

Pencemaran tanah.
Pencemaran tanah adalah masuk atau dimasukannya zat dan
komponen lain ke permukaan/dalam tanah oleh kegiatan yang
menyebabkan fungsi tanah mengalami gangguan. Pencemaran
tanah disebabkan oleh beberapa jenis polutan, seperti:
a. Sampah-sampah plastik yang sukar hancur, botol,
karet sintesis, pecahan kaca, dan kaleng.
b. Detergen yang bersifat non bio degradable (secara
alami sulit diuraikan).
c. Zat kimia hasil buangan pertanian, misalnya
insektisida. d. Limbah B3 (bahan berbahaya dan
beracun).

3. Masalah Lingkungan Global dan Nasional.


Saat ini masalah lingkungan merupakan masalah yang sangat
vital dalam menjaga kelangsungan hidup organisme di muka
bumi ini. Setidaknya ada beberapa permasalahan serius tentang
lingkungan yang perlu mendapat perhatian dan uapya
penyelesaiannya baik secara global, nasional muapun lokal.
Permasalahanpermasalahan lingkungan tersebut diantaranya
adalah masalah pemanasan global, perubahan iklim, deforestasi,
pertumbuhan penduduk, penurunan keanekaragaman hayati,
degradasi pantai dan lahan, sampah dan lain sebagainya.

Global Warming.
Global warming atau pemanasan global merupakan fenomena
peningkatan suhu bumi yang dirasakan hampir seluruh belahan
dunia. Peningkatan suhu bumi terutama disebabkan oleh a)
peningkatan kandungan emisi gas rumah kaca; b)
penipisan/kerusakan lapisan ozon; dan c) meningkatnya gas
metana di alam.
Beberapa dampak dari pemanasan global adalah:

a. Perubahan iklim; pemanasan global menyebabkan


tekanan udara tidak merata dengan perbedaan yang
ekstrim, sehingga pergerakan udara menjadi sulit
diprediksi dan musimpun menjadi tidak teratur. Hal ini
berdampak pada periodisitas perkembangan tumbuhan.
b. Mencairnya es (gletser) di kutub dan puncak gunung;
hal ini menyebabkan volume air meningkat dan
permukaan air laut naik, hal ini dapat mengancam
tenggelamnya pulau-pulau kecil dan terjadinya banjir
rob di kawasan pasisir pantai.
c. Siklus hidrologi menjadi lebih pendek akibat lebih
cepatnya air mengalami kondensasi, sehingga sering
terjadi banjir di dataran rendah dan menurunnya curah
hujan di dataran tinggi.
d. Menurunnya keanekaragaman hayati akibat rusaknya
habitat bagi banyak flora dan fauna, khususnya yang
memiliki kisaran toleransi yang sempit terhadap suhu
sulitbertahan hidup.

Deforestasi.
Masalah lingkungan yang serius saat ini adalah deforestasi,
dimana setiap tahunnya hutan mengalami penyusutan yang
sangat cepat.

Menurunnya kawasan hutan merupakan akibat dari akitivitas


manusia yang mengeksploitasi hasil hutan untuk
kepentingannya ataupun dikonversi menjadi kawasan
pemukiman, pertanian hingga perkebunan monokultur.
Pembalakan liar merupakan penyebab utama mnyusutnya
kawasan hutan, dan saat ini pembakaran hutan untuk
dikonversi menjadi lahan perkebunan merupakan masalah yang
banyka menjadi sorotan. Selain hutan mengalami degradasi,
juga terjadi pencemaran udara dengan meningkatnya emisi gas
rumah kaca dan partikulat.

Berdasarkan komponen penyusunnya limbah dibedakan


menjadi:
a. Limbah organik; Limbah organik termasuk pada jenis
limbah yang mudah diuraikan zat-zatnya mejadi
partikel-partikel yang baik untuk lingkungan.
b. Limbah anorganik; Limbah anorganik merupakan
limbah yang berasal dari limbah pabrik dan
perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang
pertambangan.

Berdasarkan sumbernya, limbah dibedakan menjadi:


a. Limbah rumah tangga, limbah rumah tangga disebut
juga limbah domestik.
b. Limbah industri, limbah industri adalah limbah yang
berasal dari industry pabrik.
c. Limbah pertanian, limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan pertanian, contohnya sisa daun-daunan,
ranting, jerami, dan kayu.
d. Limbah konstruksi. Adapun limbah konstruksi
didefinisikan sebagai material yang sudah tidak
digunakan yang dihasilkan dari proses konstruksi,
perbaikan atau perubahan. limbah konstruksi
dihasilkan dalam setiap proyek konstruksi, baik itu
proyek.
e. Limbah radioaktif, limbah radioaktif berasal dari
setiap pemanfaatan tenaga nuklir, baik pemanfaatan
untuk pembangkitan daya listrik menggunakan reaktor
nuklir, maupun pemanfaatan tenaga nuklir untuk
keperluan industri dan rumah sakit.

Insektisida.
Penggunaan insektisida dalam dunia pertanian, saat ini sangat
memprihatinkan. Hal ini disebabkan penggunaan pestisida
yang tidak tepat guna dapat berdampak pada terganggunya
keseimbangan lingkungan dan kesehatan manusia.
Bagi keseimbangan lingkungan, penggunaan pestisida yang
tidak tepat sasaran dapa mengganggu keseimbangan
lingkungan dengan membunuh predator utama dari hama
tanaman. Punahnya predator alami hama dapat berakibat
munculnya predator baru (introduksi) yang belum tentu efektif
memngontrol hama, tetapi dapat juga berpotensi bagi
mengancam organisme lain yang bersifat menguntungkan.

4. Upaya Mengatasi Dampak Kerusakan Lingkungan


Beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat berkaitan
dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:
a. Pelestarian Tanah (tanah datar, lahan
miring/perbukitan)
Penanggulangan kerusakan tanah dapat juga dilakukan
dengan cara pemilihan vegetasi penutup lahan,
pencegahan erosi, pengaturan kadar garam.
pengendalian keasaman, meningkatkan kelestarian
organisme tanah yang menguntungkan, pencegahan
dan remediasi tanah dari kontaminasi dan mineralisasi.
Sedangkan strategi yang dapat digunakan pada bidang
pertanian yaitu pengolahan tanah berkontur, alur
penahan angin (windbreak), rotasi tanaman,
penggunaan pupuk alami dan mengistirahatkan lahan
b. Pelestarian Udara.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara
tetap bersih dan sehat antara lain:
a) Menggalakkan penanaman pohon atau pun
tanaman hias di sekitar kita.
b) Mengupayakan pengurangan emisi atau
pembuangan gas sisa pembakaran, baik
pembakaran hutan maupun pembakaran
mesin.
c) Mengurangi atau bahkan menghindari
pemakaian gas kimia yang dapat merusak
lapisan ozon di atmosfer.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi


pencemaran udara yaitu :
a) Mengurangi penghamburan energi di
pabrik
b) Menggunakan energi selain minyak bumi
c) Mengurangi penggunaan mobil pribadi
d) Menggunakan kendaraan irit bahan bakar
c. Pelestarian Hutan
Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:
a) Reboisasi atau penanaman kembali hutan
yang gundul.
b) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-
wenang.
c) Menerapkan sistem tebang pilih dalam
menebang pohon.
d) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam
kegiatan penebangan hutan.
e) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka
yang melanggar ketentuan mengenai
pengelolaan hutan.
d. Pelestarian Laut dan Pantai
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat
dilakukan dengan cara:
a) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam
kembali bakau di areal sekitar pantai.
b) Melarang merupakan pengambilan batu
karang yang ada di sekitar pantai maupun di
dasar laut, karena karang merupakan habitat
ikan dan tanaman laut.
c) Melarang pemakaian bahan peledak dan
bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
d) Melarang pemakaian pukat harimau untuk
mencari ikan.
e. Pelestarian Flora dan Fauna.
Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian
flora dan fauna di antaranya adalah:
a) Mendirikan cagar alam dan suaka
margasatwa.
b) Melarang kegiatan perburuan liar.
c) Menggalakkan kegiatan penghijauan.
f. Konservasi Keanekaragaman Hayati.
Ada tiga tujuan utama dari perlindungan alam yang
saling berkaitan, yaitu:
a) Memelihara proses ekologi yang essensial
dalam mendukung kehidupan.
b) Mempertahankan keanekaragaman gen.
c) Menjamin pemanfaatan jenis dan ekosistem
secara terlanjutkan.

Pada dasarnya ada 2 macam bentuk konservasi


keanekaragaman hayati, yaitu:

1) Konservasi in-situ: merupakan upaya konservasi hayati


dengan mengembangbiakkan hayati pada habitat
aslinya, misalnya konservasi 30 orangutan di Taman
Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Tanjung
Puting; Konservasi Komodo di pulau Komodo; badak
di Ujung Kulon, dan lain-lain.
2) Konservasi ex-situ: merupakan konservasi yang
dilakukan diluar habitat aslinya, misalnya konservasi
buaya di Asam Kumbang Medan;
mengembangbiakkan hewan-hewan di kawasan
penangkaran, seperti Kebun Binatang, Budidaya
berbagai jenis tumbuhan langka di Kebun Raya Bogor.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi


keanekaragaman hayati dan tanpa mengganggu kebiasaan
masyarakat yang mempunyai ketergantungan terhadap
kebiasaan menggunakan sumber hayati khususnya fauna
adalah:
1) Membuat UU perburuan, seperti; batas daerah
perburuan, masa berburu, jumlah hewan yang
boleh diburu, pelarangan menjual-belikan hewan
buruan jenis hewan/umur/jenis kelamin hewan yg
boleh diburu.
2) Membiakkan hewan-hewan langka secara ex-situ.
3) Memindahkan hewan langka ke tempat lain yang
lebih cocok dan aman.

g. Mengatasi permasalahan limbah sampah.


Menggalakkan program 3R, yaitu:
1) Reduce, yaitu kegiatan/perilaku yang dapat
mengurangi produksi sampah.
2) Reuse, Menggunakan kembali barang bekas
tanpa pengolahan bahan, untuk tujuan yang
sama atau berbeda.
3) Recycle, Kegiatan yang memanfaatkan barang
bekas dengan cara mengolah materinya untuk
digunakan lebih lanjut.

2 Daftar materi yang 1. Daur Biogeokimia.


sulit dipahami di 2. Ekoenergitika
modul ini
3 Daftar materi yang 1. Ekoenergitika
sering mengalami
miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai