OLEH
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas dalam bentuk makalah ini dengan baik. Adapun judul
makalah yang akan dibahas adalah “Respon Dan Adaptasi”, dan penulis sangat berharap
semoga dengan adanya makalah ini penulis dapat memberikan sedikit gambaran dan
memperluas wawasan ilmu yang penulis miliki..
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesainya makalah ini dengan baik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dijadikan sebagai acuan untuk mata kuliah terkait.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... i
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan........................................................................................... 2
A. Pengertian Respon........................................................... 3
B. Jenis Respon Dasar Hewan.............................................. 3
C. Pengertian Adaptasi......................................................... 4
D. Mekanisme Terjadinya Adaptasi..................................... 4
E. Prinsip-Prinsip daptasi..................................................... 7
F. Macam-Macam Adaptasi................................................. 7
BAB III PENUTUP......................................................................................... 33
A. Kesimpulan...................................................................... 33
B. Saran................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian respona
2. Untuk mengetahui jenis-jenis respon pada hewan
3. Untuk mengetahui pengertian adaptasi
4. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya adaptasi
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip adaptasi
6. Untuk mengetahui bentuk-bentuk adaptasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Respon
Respon dan Adaptasi Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon
terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan peranan
reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon. Jenis efektor yang paling berperan
adalah otot-otot tubuh. Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan secara genetic,
bersifat khas,terjadi secara otomatis. Pada hewan tinggi banyak mengandung komponen yang
tidak bersifat herediter, melainkan proses belajar yang dipengaruhi faktor lingkungan.
Reaksi hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkunganya dinyatakan sebagai
respons hewan terhadap lingkunganya. Respons hewan terhadap linkungan dapat berupa
perubahan fisik, fisiologis dan tingkah laku. Respons hewan terhadap kondisi dan perubahan
linkungan ada yang bersifat reaktif, artinya respons itu terbentuk dan berlaku pada saat
pengaruh kondisi dan perubahan lingkungan berlaku. Missalnya, ayam mencari tempat yang
teduh ketika hujan turun. Respons-respons seperti itu merupakan respons yang tuntuk semua
anggota spesies. Respons itu merupakan perubahan pada hewan yang bersifat reaktif terhadap
lingkunganya.
Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan. Tujuan akhir
dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Respon heawan terhadap
lingkungannya bervariasi tergantung dari jenis dan intensitas stimulus, jenis spesies, stadium
perkembangan, umur, kondisi fisiologis dan kisaran toleransi terhadap lingkungannya.
Apabila kondisi lingkungan menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi adalah
pertama, hewan meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan kondisi yang lebih
baik. Kedua, hewan memberikan respon tertentu yang mampu mengatasi efek negative
perubahan tersebut. Ketiga, hewan itu akan mati.
C. Pengertian Adaptasi
Adaptasi umumnya diartikan sebagai penyesuaian makhluk hidup terhadap
lingkungannya. Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme dengan lingkungannya yang
merupakan produk masa lalu. Organisme yang ada kini dapat hidup pada lingkungannya
karena kondisi lingkungan itu secara kebetulan sama dengan kondisi lingkungan nenek
moyangnya.
D. Mekanisme Adaptasi
Sifat yang similiki oleh suatu populasi yang ada sekarang merupakan sifat yang di
turunkan dari generasi ke generasi. Nenek moyang dari populasi yang bersangkutan telah
berhasil mempertahankan hidup dan berkembang biak karena memiliki sifat tersebut.
Dengan kata lain, populasi yang ada sekarang merupakan populasi yang lolos dari seleksi
alam. Penjelasan ini merupakan ringkasan dari seleksi alam yang di kemukakan oleh
Darwin.
Dalam organisme terkumpul dalam kelompok-kelompok populasi yang diantara
anggotanya terjadi hubungan kawin. Setiap kelompok di sebut deme. Kelompok besar yang
terbentuk dari banyak deme disebut organisme. Deme-deme dari setiap organisme ada yang
menempati daerah-daerah geografis yang berbeda, misalnya banteng yang saat ini masih ada
di P jawa ada yang hidup di Taman Nasional Baluran (jawa timur) dan Taman Nasional
Ujung Kulon (jawa barat). Daerah-daerah geografis itu dapat merupakan lingkungan hidup
yang sempit dan bersifat khas dibandingkan dengan daerah penyebaran jenis organisme.
Deme yang menempati daerah geografis khusus itu biasa mempunyai sifat genetic yang
berbeda dengan deme yang menempati daerah lain. Jika diantara deme-deme itu terjadi
isolasi geografis sehingga antar deme tidak dapat terjadi pertukaran imformasi genetik .
kelompok yang terisolasi itu di sebut klin (cline), dan merupakan sub jenis organisme atau
subpopulasi. Perbedaan sifat genetic dari suatu klin dengan klin yang lain terbentuk dari
perbedaan perubahan lingkungan dalam suatu rentang tertantu, yang disebut dengan gredien
ekologis (ecological gradients). Variasi sifat individu pada landaian ekologis yang berbeda di
sebut ekotif. Perbedaan sifat itu dapat dalam hal bentuk, warna dan lain-lain. Contoh yang
terkenal adalah fenomena melanisme industrial. Kupu Biston betulana yang hidup dihutan
yang jauh dari daerah industri berwarna abu-abu keputihan sesuai dengan warna batang
pohong yang mempunyai substratnya, tetapi kupu-kupu yang hidup di daerah industri di
bratania raya mempunyai warna di daerah industri gelap. Di daerah industri, pohon- pohonan
menjadi warna hitam karena tertutup oleh asap dan jelaga pabrik . kupu-kupu yang terang
menjadi mangsa buruan yang mudah dilihat oleh burung predator, tetapi kupu-kupu yang
berwarna hitam lebih selamat dari serangan predator. Kejadian inilah yang disebut fenomena
melanisme industrial.
Kesesuaian antara sifat-sifat organisme dengan lingkunganya sehingga menimbulkan
sifat yang bervariasi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Baik jenis organisme
sama maupun berbeda telah digeneralisasikan dalam berapa hukum , antara lain : Hukum
Bergman, Hukum Allen, dan Hukum Gloger. Hukum Bregman menyatakan bahwa hewan-
hewan yang hidup didaerah panas mempunyai tubuh kecil, sedangkan yang hidup didaerah
dingin bertubuh besar. Rasionalnya adalah untuk bertahan pada suhu dingin tubuh yang besar
tidak cepat kehilangan panas , sedangkan untuk bertahan pada lingkungan panas hewan yan g
bertubuh kecil lebih cepat memancarkan panas . hewan homeoterm, yaitu burung dan
mamalia yang hidup didaerah dingin mempunyai tubuh yang lebih besar dari pada yang
hidup didaerah panas. Namun hewan-hewan poikiloterm didaerah dingin cenderung bertubuh
kecil.
Hukum Allen menyatakan bahwa bagian tubuh (ekor, telinga, tangan kaki dan lain-
lain) yang hidup didaerah yang beriklim dingin lebih pendek dari pada hewan yang tinggal di
daerah yang briklim panas. Contohnya, tikus yang hidup di lingkungan yang bertemperatur
31-33,5oC berekor lebih panjang daripada strain yang hidup ditemperatur 15,5-20oC (Anathan
kristah,1976).
Hukum gloger berbunyi : pada lingkungan yang panas dan lembab hewan mempunyai
pigmen lebih gelap dari pada hewan yang hidup didaerah beriklim dingin dan kering. Di
daerah arid (beriklim kering) pigmen yang muncul kebanyakan merah dan kuning kecoklatan.
Contoh ; belalang kayu carausius menjadi berwarna hitam pada temperature 15oC dan
berwarna coklat pada temperature 25oC.
Hukum – hukum yang menanyakan hubungan antara lingkungan dengan sifat hewan
antara lain berbunyi : burung yang hidup di daerah yang beriklim dingin mempunyai
kemampuan bermigrasi lebih besar, rentangan sayap lebih lebar, bertelur lebih banyak, dan
saluran pencemaran makan dapat menyerap sari makanan lebih banyak dari pada burung
yang hidup di daerah yang beriklim panas.katak Hyla dan kecebong bertanduk phrynosoma
bermakna makin gelap jika temperatur lingkungan turun ( Anathakrishnan,1976).
Deme-deme sering kali terisolasi secara geografis, menyebabkan kelompok-kelompok
populasi tidak dapat terbaur lagi untuk melakukan hubungan perkawinan. Isolasi itu disebut
isolasi geografis. Jika isolasi itu bersifat tetap maka populasi yang terpisah dari populasi yang
hidup di habitat asli dapat berubah menjadi jenis organism baru. Isolasi geografis dapat
terjadi pada jenis organism yang bermigrasi. Isolasi habitat itu disebut isolasi ekologis.
Populasi dapat terisolasi di tempat yang berbeda tetapi masih dalam kawasan habitat
yang sama , tetapi tidak dapat melakukan hubungan perkawinan dengan populasi lain . isolasi
itu disebut isolasi spatial .jenis organisme yang menduduki daerah yang geografis yang
berbeda disebut jenis organism allopatrik, sedangka yang hidup di tempat secara biologis
terpisah dari yang lain disebut jenis organism simpatrik .contoh terkenal tentang isolasi-
isolasi tersebut adalah kelompok-kelompok burung Finch Darwin yang tersebar secara
terpisah-pisah dipulau-pulau yang berbeda. Burung- burung itu menentukan habitat-habitat
yang berbeda ketika bermigrasi dari daratan Amerika ke kepulauan Galapagos. Itu
merupakan contoh allopatrik yang arahnya ditentukan oleh terjadinya perubahan frekuensi
gen sebagai akibat dari seleksi alam dan pemisah genetik. Begitu organisme terisolasi ketika
pindah ke daerah baru yang kondisi lingkungannya berbeda jenis organisme itu akan merubah
menjadi jenis organisme baru seiring dengan perjalanan waktu. Hal ini yang mengisyaratkan
bahwa jenis organisme merupakan ekspresi dari kombinasi dari beberapa factor lingkungan.
Kejadian itu merupakan proses adaptasi yang mengarah pada pengisian nisia yang kosong
dan mengarah pada pemanfaatan lingkungan secara efesien dan lengkap.
E. Prinsip-Prinsip Adaptasi
Sifat adaptasi penting bagi hewan dan organisme lain untuk bertahan hidup pada
lingkungan baru atau jika ada perubahan dilingkungan di habitatnya. Namun kemampuan
hewan untuk adaptasi dengan lingkungannya berbeda-beda.
Kemampuan hewan dan mahluk hidup lain untuk beradaptasi di pengaruhi oleh
beberapa faktor.
a) Adaptasi ditentukan oleh sifat genetik. Di atas telah disebut bahwa organisme yang
sekarang hidup dan teradaptasi dengaan lingkungan habitatnya adalah jenis organism
yang sifat-sifatnya diwarisi dari nenek moyangnya. Ciri-ciri habitat itu secara
kebutulan sama dengan ciri-ciri habitat di lingkungan yang dihuni oleh nenek
moyang. Sifat yang diturunkan itu adalah sifat genetik. Sifat-sifat genetik itu
memancarkan fenotip yang sesuai dengan kondisi factor-faktor lingkunganya. Kupu
Biston bitularia yang saat ini hidup di daerah industry adalah kelompok yang
mempunyai variasi gen yang memancarkan warna hitam pada tubuhnya, dan sifat ini
menurun sehingga keturunanya tetap berwarna hitam, meskipun kerabatnya yang
hidup diluar daerah industry berwarna terang.
b) Kemampuan adaptasi di pengaruhi oleh kemampuan berkembang biak populasi yang
anggotanya mampu menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak lebih mampu
bertahan hidup. Banyaknya anak memunculkan banyak variasi sifat yang di timbulkan
dari perkawinan antara anggota populasi.
F. Macam-macam Adaptasi
a. Adaptasi Morfologi
Adaptasi struktural adalah sifat adaptasi yang muncul dalam wujud sifat-sifat
morfologi tubuh, meliputi bentuk dan susunan alat-alat tubuh, ukuran tubuh, serta warna
tubuh (kulit dan bulu).
1) Bentuk Dan Ukuran Tubuh
Bentuk tubuh yang dimaksud disini adalah pola tubuh yang menyangkut
perbandingan antara lebar dan panjang tubuh. Hewan-hewan yang hidup di daerah
dinggin mempunyai bentuk bulat dan besar sedangkan yang hidup di daerah panas
tubuhnya lebih kecil dan ramping. Pada hewan yang hidup di daerah dingin
perbandingan antara lebar dan panjang tubuh kecil, sehingga tubuhnya cenderung
berbentuk bulat. Bentuk tubuh seperti ini tidak mudah melepaskan panas, atau lebih
bersifat menyimpan panas jika suhu berubah menjadi lebih dingin. Pada tubuh yang
bulat dan berukuran besar proporsi luas permukaan tubuh yang berhubungan dengan
udara luar kecil. Prinsip ini dapat dijelaskan dengan gambar 3.1. pada gambar 3.1A
seluh permukaan tubuh berhubungan dengan udara luar. Pada gambar 3.1B tidak
semua permukaan pada ke empat kubus yang menyusun bentuk tersebut
berhubungan dengan udara luar. Jika ada banyak kubus kecil seukuran kubus pada
Gambar 3.1A disusun menjadi bentuk kubus yang lebih besar, maka kubus yang
berada ditengah tidak berhubungan dengan lingkungan luar, dan yang berhubungan
dengan dunia luar hanya kubus yang berada di bagian tepi.
( A) (B)
Gambar 3.1. perbandinga antara volume dan luas permukaan tubuh yang
berhubungan dengan udara luar.
Bentuk tubuh lain yang ada kaitannya dengan penyusaian diri dengan
lingkungan adalah bentuk streamline pada ikan. Bentuk seperti itu memudahkan
gerak air, karena bentuk tubuh yang pipih serta meruncing di depan dan di belakang
menguranggi tahanan air.
2) Bagian-Bagian Tubuh
Dalam hal ukuran dari bagian-bagian tubuh telah di uraikan sesuai dengan
hokum Allen. Hewan yang hidup di daerah panas mempunyai bagian-bagian tubuh
yang lebih panjang dari pada hewan yang hidup di daerah dingin.
Aspek lain pada bagian- bagian tubh hewan yang mempunyai kesesuaian
dengan lingkungan adalah bentuk-bentuk bagain-bagian tubuh yang bersifat homolog
dan analog, sifat homolog dapat diamati pada anggota tubuh hewan-hewan vertebrata.
Pada dasarnya semua hewan vertebrata mempunyai dua pasang anggota tubuh
belakang. Pada hewan mamalia kedua pasang anggota tubuh berfungsi sebagai kaki.
Pada burung anggota tubun depan berubah bentuk menjadi sayap. Pada bebrapa jenis
reptil misalnya kadal dan biawak kedua pasang anggota tubuh berfungsi sebagai kaki,
sedangkan bagi reptil yang lain kedua pasang anggota tubuh berfungsi sebagai alat
renang (kura-kura dan penyu). Pada fenomena lain, burung dan belalang mempunyai
sayap untuk bergerak di udara, tetapi kedua alat gerak itu berasal dari jaringan
embrional yang berbeda. Keadaan itu disebut analog.
Adaptasi alat-alat gerak pada hewan darat sesuai dengan sifat-sifat substrat
yang ada di habitatnya. Anggota gerak depan hewan-hewan mamalia yang tergolong
ordo primata kebanyakan dapat digunakan untuk memegang. Hewan-hewan yang
tergolong primata hampir semua dapat memanjat pohon.
Adaptasi struktural juga terjadi pada mulut dari hewan-hewan vertebrata dan
avertebrata. Bentuk mulut mamalia pada umumnya hampir sama. Perbedaanya
terutama terdapat pada bentuk dan susunan gigi. Hewan pemakan daging, seperti
harimau mempunyai taring yang tajam dan kuat untuk mencabik daging hewan yang
dimangsa. Hewan-hewan pengerat (Rodentia) kebanyakan mempunyai gigi seri
panjang dan runcing. Hewan-hewan pemakan rumput dan pemekan segala
mempunyai geraham yang bentuknya cocok untuk mengunyah makanan sampai
halus.
Beberapa jenis organisme hewan vertebrata juga mempunyai kulit yang tebal,
terutama hewan-hewan yang tergolong pada Reptilia. Kulit hewan-hewan Reptilia
pada umumnya tebal dan tersusun oleh lapisan tanduk. Kulit semacam itu sangat
berguna untuk menahan penguapan pada saat hewan itu berada di lingkungan kering.
Hewan yang tergolong Amfibia tidak mempunyai kulit yang tebal, tetapi jaringan di
bawah kulit selalu mengeluarkan cairan sehingga permukaan kulitnya selalu basah.
Burung mempunyai penutup tubuh berupa bulu. Bulu itu berfungsi sebagai isolator
suhu, sehingga perubahan suhu ingkungan tidak terlalu banyak mempengaruhi suhu di
dalam tubuh. Hewan-hewan mamalia kulitnya dilengkapi dengan pori-pori dan
kelenjar keringat. Kelenjar keringat dan pori-pori tubuh itu berguna untuk mengatur
keluarnya air dari dalam tubuh baik dalam rangka pengaturan tekanan osmotik
maupun temperature tubuh. Kulit hewan-hewan mamalia dilengkapi denga rambut.
Rambut itu berfungsi sebagai isolator suhu. Hewan-hewan yang hidup di daerah
dingin mempunyai rambut lebih tebal dari pada hewan yang hidup di daerah panas.
4) Warna tubuh
Selain warna hitam dan putih, hewan-hewan ada yang mempunyai warna
merah, hijau dan lain-lain, bahkan ada yang mempunyai beberapa macam warna
sekaligus dalam permukaan tubuhnya. Munculnya warna pada permukaan tubuh
hewan disebabkan oleh: 1) pigmen-pigmen khusus yang menyerap panjang
gelombang tertentu dan memantulkan panjang gelombang yang lain, 2) srtuktur
permukaan tubuh yang menyebabkan sinar terserap atau direfraksikan, 3) kombinasi
dari pengaruh-pengaruh absorbtif, reflektif atau difraktif (Pearse, 1926: 297).
Kenyataan bahwa warna hewan mempunyai hubungan dengan sifat adaptasi terhadap
kondisi lingkungannya dapat dijelaskan dengan Hukum Gloger dan fenomena
melanisme industrial, seperti yang telah diuraikan di atas. Kesesuaian antara warna
dengan kondisi lingkungan sebagai yang diuraikan dalam Hukum Gloger dan
fenomena melanisme industrial berkaitan dengan keberhasilan hewan dalam
menghadapi seleksi alam. Warna hewan tampaknya mempunyai manfaat atau fungsi-
fungsi khusus untuk menghadapi lingkungannya.
5) Mimikri
1. Warna apatetik, sama dengan semua atau beberapa bagian dari warna
lingkungannya:
a. Warna kriptik yaitu warna yang sama dengan lingkungan, untuk
bersembunyi, yang dibedakan menjadi: 1) warna prokriptik: kesamaan warna
untuk berlindung, 2) warna antikripik: kesamaan warna untuk menyerang.
b. Warna pseudosematik, yaitu warna untuk peringatan atau tanda yang ironik,
yang dibedakan atas: 1) warna pseudosematik: mimikri yang bersifat
protektif, dan 2) warna pseudepisematik: mimikri yang bersifat agresif dan
warna yang bersifat erotik.
2. Warna semtik, warna untuk memberi peringatan dan sinyal.
a. Warna aposematic: warna untuk peringatan
b. Warna episematik: warna untuk memberi sinyal.
3. Warna epigamik, warna yang ditampilkan untuk kawin.
Kesamaan warna hewan dengan benda-benda lain yang ada di
lingkungannya dikenal dengan istilah mimikri. Contoh mimikri yang sering
ditunjukkan adalah perubahan warna pada Bunglon. Pada saat Bunglon hinggap
di tempat yang dasarnya berwarna cokelat kulitnya berwarna cokelat, dan ketika
hinggap di daun yang berwarna hijau kulitnya berubah menjadi hijau. Warna
hewan yang bersifat tetap juga ada yang sama atau mirip dengan lingkungannya.
Sifat-sifat mimikri ini banyak dijumpai pada hewan-hewan yang tergolong pada
serangga, baik yang masih berupa larva (ulat) maupun sudah dewasa (kupu dan
belalang). Misalnya: belalang dan ulat yang hidup di daunbanyak yang berwarna
hijau, sedangkan belalang dan ulat yang biasa hinggap di batang pohon atau
substrat lain yang berwarna cokelat mempunyai sayap dan tubuh berwarna
cokelat. Kesamaan warna itu bukan hanya warna dasar, melainkan warna
permukaan tubuh hewan itu ada yang bermacam-macam dan polanya juga mirip
dengan pola warna substrata tau benda lain yang ada di sekitarnya.
Kejadian mimikri itu juga dapat berupa kemiripan bentuk hewan dengan
benda-benda yang ada di lingkungannya. Bentuk tubuh belalang kayu (walking
sticks) bersama dengan kakinya mirip dengan cabang dengan ranting-rantingnya.
Ada ulat yang jika menempel di suatu cabang atau batang membentuk posisi
tubuh sedemikian rupa sehingga menyerupai cabang atau ranting batang yang
ditempeli. Karena warnanya mirip dengan kulit kayu.
Kesamaan warna dan bentuk hewan yang telah disebutkan di atas
merupakan contoh warna prokriptik, yaitu kesamaan atau kemiripan warna yang
menyebabkan hewan tersembunyi atau tidak mudah dilihat oleh musuhnya.
Disamping itu ada ulat yang bentuk kepalanya mirip dengan bentuk kepala ular,
matanya menonjol dan berwarna menyolok sehingga menunjukkan kesan bahwa
hewan itu garang dan sedang menyerang. Itu merupakan contoh dari
pseudepisematik.
Kesamaan bentuk, warna dan tingkah laku antara satu jenis organisme
hewan dengan jenis organisme hewan lain juga terjadi di alam. Hewan yang
bentuk, warna dan tingkah lakunya “meniru” disebut mimik, sedang hewan yang
bentuk, warna dan tingkah lakunya “ditiru” disebut model. Kejadian mimikri
terhadap bentuk, warna dan tingkah laku itu banyak dijumpai pada serangga. Sifat
mmikri mempunyia manfaat untuk terhindar dari serangan preadator. Ada dua
macam bentuk mimikri sehubungan dengan kepentingannya untuk mengurangi
kemungkinan dapat diserang oleh predator, yaiut mimikri Batesian dan mimikri
Mullerian. Pada mimikri Mullerian kedua jenis macam organisme mempunyai
pola warna yang sama dan keduanya tidak disukai oleh predator karena rasanya
tidak enak, bahkan dapat menyebabkan rasa sakit di lambung. Pada mimikri
Batesian hewan mimik mempunyai rasa enak dan disukai oleh predator, tetapi
modelnya tidak disukai oleh predator karena rasanya tidak enak dan bersifat
racun. Contoh yang terkenal untuk mimikri Batesian adalah antara kupu viceroy
(mimik) dan kupu monarch (model). Dengan demikian sifat mimikri itu kupu
viceroy dapat mengurangi serangan dari burung predator yang menyukainya,
karena ketika melihat burung predator menghubungkan pola warnanya dengan
rasa tidak enak ketika memangsa kupu monarch. Namun mimikri Batesian itu
masih mengandung resiko. Bagaimanapun dalam kejadian mimikri itu warna
mimik dengan model tidak sepenuhnya sama. Berdasarkan pengalamannya,
burung predator suatu ketika dapat membedakan mangsa yang rasanya enak
(mimik) dengan mangsa yang rasanya tidak enak (model), sehingga burung
predator dapat memilih mangsa yang rasanya enak. Mimikri ini merupakan contoh
untuk pseudaposemetik.
6) Bau
Hewan-hewan tertentu mempunyai bau yang khas. Bau yang khas itu merupakan
tanda bagi hewan lain yang sejenis, misalnya serangga-serangga tertentu mempunyai
hormon yang mempunyai nama feromon yang dapat digunakan untuk menarik lawan
jenisnya pada musim kawin. Namun, hewan-hewan lain ada yang mempunyai bau
yang tidak disukai oleh hewan lain. Bau seperti itu menyebabkan hewan predator
menjauhinya. Contoh yang mudah diamati adalah bau pada walang sangit.
b. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologis adalah adaptasi yang menyangkut kesesuaian proses-proses
fisiologis hewan dengan kondisi lingkungan dan sumber daya yang ada di habitatnya.
Diantara ciri-ciri fisiologi hewan yang teradaptasi ada yang berkaitan dengan adaptasi
struktural, terutama pada bagian-bagian dalam tubuh. Adanya keterkaitan antara ciri
fisiologis dengan ciri struktural mungkin ada yang tampak jelas jika dilihat dari garis evolusi
yang terbentang dari organisme sederhana sampai ke organisme tingkat tinggi. Untuk
memberikan gambaran tentang adanya ciri-ciri fisiologis yang teradaptasi pada lingkungan
berikut ini hanya akan disajikan beberapa contoh fisiologis yang dapat dengan mudah dilihat
hubungannya dengan ciri habitat.
1) Respirasi
Organisme bersel satu pada umumnya hidup dilingkungan berair diantaranya ada
yang tinggal di tempat yang dalam, da nada yang tinggal di dekat permukaan air. Hewan-
hewan yang tinggal di air dalam, banyak yang bersifat anaerobic. Perbedaan itu mungkin
ada hubungannya dengan perbedaan konsentrasi larutan oksigen didalam air. Kandungan
oksigen di tempat yang dalam sangat kecil. Hewan anaerobic mengadaptasikan diri
terhadap lingkungan yang kekeurangan oksigen dengan bernafas tanpa menggunakan
oksigen.Pada pernafasan anaerobic karbohidrat dibongkar untuk mengeluarkan energy
dengan produk sampingan berupa asam cuka dan alcohol. Hewan-hewan yang hidup
didaerah permukaan air berada di lingkungan kaya oksigen. Kondisi itu menyebabkan
hewan lebih beradaptasi dengan pernafasan aerobic, yaitu membongkar makanan untuk
mengeluarkan energy dengan menggunakan oksigen, dengan produk sampingan berupa
karbodioksida dan air. Karena tubuhnya hanya satu sel, oksigen itu diserap langsung
melalui seluruh permukaan dinding sel. Hewan-hewan multiselular yang bernafas secara
anaerobic antara lain hewan-hewan parasite usus, hewan yang hidup didalam lumpur,
dan kerang yang cangkoknya sedang tertutup dalam waktu lama.
Pada organisme tingkat tinggi juga dapat terjadi pernafasan anaerobic, terutama
jika pemasukan oksigen dari udara luar tidak mencukupi untuk kebutuhan respirasi.
Contoh yang muda diamati adalah yang terjadi pada manusia. Pada saat orang melakukan
kerja otot melebihi kapisitas paru-paru untuk menghirup oksigen, pembongkaran bahan
bakar karbohidrat ditingkatkan dengan respirasi anaerobic. Adanya reespirasi anaerobic
dapat ditandai dengan terbentuknya asam laktat yang tersimpan didalam jaringan otot
yang melakukan kerja berat. Timbunan asam laktat itu menyebabkan rasa sakit pada otot
yang bersangkutan. Asam laktat itu terbawa oleh aliran darah, dan sampai di hati diubah
menjadi glikogen dan disimpan dalam hati.
Alat pernafasan khusus menjadi mutlak pada hewan-hewan yang berukuran lebih
besar dan permukaan tubuhnya tertutupi oleh kulit yang tidak dapat diresapi oleh gas.
Meskipun demikian, ada hewan yang mempunyai alat pernafasan khusus tetapi juga
memasukkan oksigen melalui permukaan tubuh, misalnya katak. Permukaan alat
pernafasan pada hewan tentunya ada yang melekuk keluar atau mengalami evaginasi,
misalnya insang. Alat pernafasan seperti itu kebanyakan dimiliki hewan air.Meskipun
insang ikan terletak dirongga mulut, tidak berarti insang merupakan pelekukan
permukaan ke arah dalam.Paru-paru pada hewan yang hidup di darat merupakan
pelekukan ke dalam dari permukaan tubuh. Alat pernafasan yang terbentuk dalam proses
ini disebut paru-paru. Paru-paru yang sederhana terdapat pada siput tanah.Paru-paru yang
kompleks terdapat pada vertebrata tingkat tinggi. Serangga merupakan hewan yang
mempunyai kemampuan paling besar untuk hidup ditempat yang sangat kering. Untuk
mengurangi hilangnya air dalam tubuh-tubuhnya tertutup oleh kulit tebal yang terbentuk
oleh lapisan khitin. Maka dari itu difusi oksigen melalui permukaan tubuh tidak dapat
berlangsung, sehingga serangga memerlukan pernafasan khusus berupa trakhea.Trakhea
juga berfungsi sebagai alat transportasi juga pernafasan.
Hewan yang bernafas dengan insang ada yang menjulurkan insangnya keluar
tubuh agar dapat menangkap oksigen lebih banyak, misalnya larva serangga mayfly dari
genus Ephemeridae, dan salamandee air dari kelompok reptile. Meskipun insang
merupakan alat pernafasan yang cocok untuk pernafasan di dalam air, beberapa jenis ikan
mengambil oksigen dari udara.Ikan-ikan itu naik ke permukaan air untuk mengeluarkan
moncongnya di atas air.Kejadian ini dapat diamati pada iakn mujair, ikan mas, dan lain-
lain.Ketam darat menggunakan insangnya untuk mengambil oksigen dari udara, misalnya
ketam pemanjat pohon (Bergus latro) dan ketam-ketam dari genus Cardisoma. Hewan
lain yang insangnya dapat digunakan untuk bernafas diatmosfer adalah hewan-hewan dari
golongan isopoda darat (S chmidt-Nielsen.1990:26)
Spikarel pada serangga itu berjumlah sedikit, misalnya: larva nyamuk dan kepik
air hanya mempunyai satu spirakel, yang terletak dibagian belakang tubuh. Pada waktu
mengambil napas, larva nyamuk dan kepik air menungging dan menggantungkan tubuh
dipermukaan air, sehingga spikarel berhubungan langsung dengan udara di atas
permukaan air. Spikarel itu berhubungan dengan satu ruangan yang dapat menyimpan gas
pernafasan.Gas itu digunakan waktu serangga itu masuk ke dalam air.Serangga yang
hidup di darat mempunyai spikarel yang terdapat di kedua sisi tubuhnya.
2) Sistem sirkulasi
Hewan yang tubuhnya besar tidak mungkin mengangkut zat-zat yang ada dalam
tubuhnya dengan cara difusi, karena memerlukan waktu lama. Hewan-hewan itu
memerlukan sirkulasi untuk mengangkat gas, zat makanan, sisa makanan dan zat-zat lain
dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Pengangkutan zat di dalam system
sirkulasi menggunakan cairan yang disebut darah.
4) Pengambilan Makanan
Hewan- hewan multiseluler bahkan yang berukuran sangat besar, juga ada
memakan makanan kecil. Hewan-hewan itu mempunyai cara tertentu untuk mengambil
dan memasukan makanan kedalam mulut. Hewa yang tergolong porifera menggerakan
silia unyuk menggalirkan air melalui saluran pori-pori tubuh. Makanan yang terbawa oleh
air diserap oleh sel-sel yan menghadap kesaluran pori. Hewan-hewan berongga
(coelenterate) memasukan makanan kedalam rongga tubuh dengan cara mengerakan
tentatel yang ada disekeliling lubang rongga tubuh.
Beberapa spesies hewan vertebrata yang tidak mempunyai gigi menelan seluruh
makanan yang di dapatkan, tanpa di potong atau dikunya lebih dulu. Misalnya ikan,
amfibi, reptile dan burung. Hewan-hewan itu mempunyai cara tertentu untuk
menghancurkan makanan. Burung mempunyai lambung penggunya (gizzard). Makanan
yang ditelan dilumatkan secara mekanik didalam lambung penggunya. Disamping itu
burung mempunyai tembolog yang terletak dibagian atas lambung. Makanan yang
disimpan dalam tombolog sebelum dimasukan kedalam lambung untuk dilinakkan.ular
sering menelan makanan yang berukuran sangat besar, misalnya menelan seluruh tubuh
kambing yang dapat di tangkapnya. Makanan itu dicerna sedikit demi sedikit di dalam
saluran pencernaan makanan, sehingga dapat digunakan lama.
5) Pencernaan Makanan
Makanan yang berasal dari tumbuhan atau hewan menggandung beberapa zat
organic yang molekulnya berukuran besar, misalnya: karbohidrat, lemak, dan protein.
Makanan yang masuk kedalam saluran pencernaan kebanyakan masih dalam bentuk
molekul yang berukuran besar, sehingga tidak dapat diserap oleh dinding usus. Molekul
yang masih besar perlu diuraikan menjadi molekul yang lebih kecil dengan enzim yang
disekresikan oleh kelenjar-kelenjar pencernaan. Karbohidrat diuraikan oleh enzim-enzim
yang tergolong karbohidrase, misalnya amylase, sukrase, dan maltase. Lemak diuraikan
oleh enzim-enzim lipase. Protein dicerna oleh enzim-enzim yang tergolong peptidase.:
pepsin dan tripsin. Karbohidrat ( polisakarida) diuraikan menjadi glukosa
(monosakarida), lemak diuraian menjadi asam lemak dan gliserol, protein ( polipeptida)
diuraikan menjadi asam amino (monopeptida).
Lilin sangat penting bagi kehidupan organisme di ekosistem laut. Dilaut terdapat
banyak organisme yang tubuhnya menggandung lilin, misalnya dari golongan mollusca
cephalopoda, crustacean, anemone laut, hewan karang,dan ikan penghasil lilin yang
utama adalah hewan-hewan copepoda. Tubuh dari beberapa hewan copepod
menggandung 70% lilin. Ikan haring dan ikan sarden yang memakan hewan copepoda
mempunyai enzim lipase yang dapat mencerna lilin (sergeant dan gatten 1976 dalam
Schmidt- Nielsen 1990): burung laut, misalnya burung petrel dan auk memaka dan
memberi makan anaknya brupa plankton crustacea yang menggandung lilin. Burung-
burung itu memetabolismekan lilin secara langsung atau menggubahnya menjadi
trigliserida untuk ditimbun.
Makanan dicampur dengan air liur didalam rumen sehingga dapat terjadi
fermentasi secara besar-besaran. Air liur itu berfungsi sebagai zat penahan (buffer).
Fermentasi didalam rumen dilakukan oleh bakteri dan protozoa (ciliate) yang hidup
didalamnya. Hasil pencernaan sebagian besar berupa asam asetat, asam butiran dan asam
propionate, karbondioksida dan metana. Asam asetat asam butiran dan metana
dikeluarkan alat tubuh. Bahan-bahan yang belum tercerna secara sempurna dikembalikan
kemulut untuk dikunya lagi. Makanan yang masuk lagi ke rumen dicerna lagi oleh
mikroorganisme. Makanan yang sudah tercerna dirumrn disalurkan ke reticulum,
omasum, dan abomasums. Ketiga kantong yang terakhir itu mengandung enzim
pencernaan seperti yang terdapat pada vertebrata lain.
6) Temperatur
Adaptasi fisiologis hewan terhadap temperature lingkungan meliputi tiga hal:
adaptasi untuk hidup di lingkungan temperature rendah, 2) adaptasi untuk hidup di
lingkungan temperature tingkat tinggi 3) adaptasi untuk mengatasi perubahan temperature
tubuh sebagai akibat perubahan temperature lingkungan.
Hewan yang masih aktif kebanyakan hanya dapat hidup pada rentangan
temperatur yang sempit, yaitu antara beberapa derajat di bawah titik beku sampai kira-
kira 50’c. rentangan temperatur itu lebih tertuju pada suhu tubuh daripada suhu
lingkungan. Artinya hewan menghadapi kematian apabila jika suhu tubuhnya turun
sampai di bawah titik beku dan naik di atas suhu 500C. Suhu lingkungan di alam pada
umumnya tidak melebihi 50oC, tetapi suhu udara lingkungan daratan dapat turun jauh di
bawah 0oC. Rentangan ssuhu lingkungan di air lebih sempit dari daratan. Di perairan
perairan tropis temperatur air jarang melebihi 30oC, dan di daerah kutub suhu terendah
hanya 1-2o di bawah titik nol.
Ketahanan hewan untuk hidup dalam rentangan suhu lingkungan seperti yang di
ebutkan di atas berbeda-beda. Ada hewan yang mempunyai toleransi lebar terhadap
perubahan suhu lingkungan (euritermal) dan ada yang bertolerani sempit (stenotermal).
Diantara hewan yang bertoleransi sempit ada yang hanya tahan hidup pada suhu rendah,
sementara yang lain bertahan hidup pada temperatur tinggi.
Hewan-hewan yang dalam keadaan aktif hampir tidak ada yang dapat bertahan
hidup pada suhu di atas 50oC. Hewan-hewan yang tahan pada suhu di atas 50oC antara
lain adalah larva lalat Polypodium. Dalam keadaan tubuh yang terdehidrasi larva tresebut
dapat bertahan pada temperatur 102oC selama satu menit. Setelah itu lalat tumbuh
mengalami metamorfosis dengan sempurna.
Hewan yang hidup di daerah yang sedang dan dingin sering menghadapi
temperatur lingkungan yang amat rendah pada musim dingin. Pada musim dingin suhu
udara sering mencapai jauh dibawah titik beku air. Hewan-hewan yang hidup di daerah
yang sedang dan dimgin itu mempuntai cara-cara yang berbeda menghadapi suhu dingin.
Ada hewan yang toleran terhadap pembekuan cairan tubuh (frezze-yolerant), hewan lain
tidak toleran jika air di dalam tubuhnya membeku (frezze-intolerant).
Hewan yang tidak toleran terhadap pembekuan cairan tubuhnya akan mati jika air
tubuhnya membeku. Untuk mencegah pembekuan pada air tubuhnya, hewan –hewan
tersebut harus dapat mecegah pembekuan pembekuan di dalam tubuh jika temperatur
lingkunga turun sangat rendah, isalnya sampai -40oC. Suhu udara -40oC atau lebih rendah
sering terjadi di daerah beriklim dingin. Bebrapa spesies hewan yang hidup di lingkungan
dingin itu mempunyai zat anti beku, mialnya gliserol. Hewan yang tubuhnya mengandung
banyak gliserol antara lain lalat Rhabdophaga strobilliroides, yang hidup di alaska.
7) Air
Masalah yang di hadapi hewan sehubungan dengan ada atau tidaknya air di
lingkungan hidup adalah mempertahankan kandungan air tubuh dan konsentrasi larutan
garam atautekanan osmotik cairan tubuh. Hewan air menghadapi perubahan atau
perbedaan konsntrasi garam di dalam air. Hewan darat lebih menghadapi ancaman
kehilangan air dari dalam tubuh karena adanya perubahan kelmbaban udara.
Hewan laut menghadapi air laut yang banyak mengandung banyak garam.
Keaadaan garam air laut rata-rat 3,5%. Di beberapa tempat keadaan air laut lebih tinggi
misalnya 4% di daerah Mediterania, di daerah tepi pantai kadar garam lebih rendah
daripada di tengah laut. Hewan-hewan laut rata-rata mempunytai tekanan osmotik sama
dengan tekan osmotik air laut. Dengan kata lain hewan laut bersifat isoosmotik atau
isosmotik terhadap mediumnya. Hewan-hewan laut tidak pernah mengatur tekanan
osmotik tubuhnya karena sama dengan lingkungannya. Sifat itu di sebut isokonfonmer.
Hewan laut yang sering pergi ke air payau, atau ke air tawar harus mengatur tekanan
osmotik tubuhnya lebih tinggi daripada tekanan osmotik air. Hewan itu perlu melakukan
osmoregulator. Osmoregulasi juga di alami oleh ikan aslmon yang sering pergi ke hulu
sungai untuk bertelur. Hewan yang mempunyai toleransi lebih leabar terhadap perubahan
kadar air garam di sebut eurihalin, sedang hewan mempunyai tolerandi rendah terhadap
kadar garam disebut stenohalin.
Hewan darat menghadapi masalah kekurangan air tubuh jika lingkungan nya
kering. Faktor yang berpengaruh adalah kelembaban udara dan temperatur. Air dalam
tubuh menguap jika lingkungan menjadi kering dan suhu udara meningkat. Secara umum
hewan mengatur keseimbangan air di dalam tubuhnya dengan mengeluarkan atau
memasukkan air. Pengeluaran air dari dalam tubuh dilakukan dengan cara penguapan
melalui permukaan tubuh dan alat pernafasan, melalui fees dan urin. Pemasukan air ke
dalam tubuh di lakukuan dengan cara minum, menghisap air yang ada dalam makanan,
menghisap air melalui permukaan tubuh, atau memanfaatkan air yang terbentuk pada
metabolisme karbohidrat.
Siput mempunyai permukaan kulit yang terlalu tebal, dan tingkat penguapan air
yang tinggi. Maka dari itu siput telanjang aktif pada musim penghujan atau malam hari
ketika kelembaban tinggi. Siput darat yang mempunyai cangkakng dapat mengurangi
penguapan air berlebih. Namun pada musim kering siput darat mengalami estivasi.
Tubuhnya dimasukkan ke dalam cangkang, kemudian lubang cangkang ditutupi selaput,
selaput tersebut dibentuk dari lendir tubuhnya dicampur oleh kristal kalsium
karbonat.dengan begitu kehilangan air tubuh dapat dicegah.
Katak dewasa mempunyai kulit yang tipis dan selalu lembab. Pada lingkungan
udara yang kering kulit tidak mampu mencegah penguapan air tubuh. Maka dari itu katak
selalui mencari tempat yang dekat dengan air atau tempat yang lembab. Kalau masuk ke
air, air dari luar masuk kedalam tubuh dengan cara difusi dan garam keluar dari dalam
tubuh, sehingga konsentrasi garam dalam tubuh menjadi encer. Untuk mempertahankan
tekanan osmotik dalam tubuh katak menggunakan cara seperti hewan air tawar, yaitu
mengeluarkan urin encer dan menghirup garam. Pada musim kering yang panjang katak
melakukan estivasi dengan mengubur diri dalam tanah. Bila hujan katak keluar ke
permukaan tanah. Pada saat itu katak dapat menimpan air di kandungan kencing dalam
jumlah yang banyak. Timbunan iar di kandungan ini di gunakan sebagai cadangan air
ketika melakukan estivasi pada musim berikutnya. Air kencing yang tersimpan di dalam
kandungan kencing itu sangat encer, banyaknya 30% dari berat tubuh.
Reptil mempunyai kulit tebal berbentuk sisik. Meskipun demikian air tubuh
banyak yang hilang, sebagian besar di sebabkan oleh penguapan melalui kulit, sebagian
kecil melalui pernafasan. Hilangnya air dalam tubuh reptil diimbangi dengan pamasukan
air melalui minuman, makanan dan air metabolik.
Tabel 3.1. Hilangnya air dari tubuh reptil melalui penguapan di kulit dan melalui pernafasan
Pada musim penghujan swah hampir setiap saat tergenang air. Dalam keadan
seperti belut dan siput air setiap hari aktif pada malam hari, dan masuk kedalam tanah
pada siang hari. Namun jika temperatur udara tidak terlalu tinggi, pada siang hari sering
dijumpai belut dan siput berkeliaran dipermukaan tanah. Pada musim kemarau, selain
temperatur tinggi, sawah pada umumnya berada dalam keadaan kering. Dalam keadaan
itu, belut dan siput air tidak hanya berada di dalam panah pada malam hari, tetapi boleh
dikata selama musim kemarau.
Siput banyak dijumpai di pekarangan atau kebun juga melakukan aestivasi pada
musim kemarau. Untuk menghindari udara yang panas dan kering siput masuk ke batu-
batuan atau timbunan sampah, dan berada di situ selama musim kemarau. Seringkali
dapat dijumpai siput yang tinggal dibawah semak-semak. Siput ini biasanya membentuk
epifragma untuk menutup cangkangnya. Siput darat pada umumnya tidak mempunyai
penutup cangkang seperti yang dimiliki siput air. Penutup cangkang pada siput air
terbentuk dari zat kapur, keras dan permanen, dapat dibuka dan di tutup setiap saat.
Epifragma merupakan lapisan tipis yang terbentuk dari lendir yang diekskresikan oleh
tubuh menutup cangkang tanpa dapat dibuka dan ditutup.
e) Ototomi
Ototomi adalah tingkah laku memutus bagian-bagian tubuh. Ketam darat
memutuskan kakinya jika kakinya berada dalam bahaya, misalnya dipatuk oleh burung
bangau. Cecak memutuskan ekornya (ototomi) jika diserang oleh hewan lain. Ekor cecak
yang terputus dapat tumbuh kembali. Tumbuhnya kembali bagian tubuh yang telah putus,
seperti pada ekor cecak itu disebut regenerasi. Hewan lain yang mempunyai kemampuan
ototomi dan regenarasi adalah planaria.
f) Adaptasi mutual
Adaptasi mutual adalah adaptasi untuk hidup bersama atau hidup berdampingan
dengan individu atau spesies lain. Hidup bersama atau hidup berdampingan itu ada yang
berbentuk kooperasi, simbiosis dan lain-lain.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini ialah:
1. Respon adalah reaksi yang dilakukan hewan terhadap adanya perubahan kondisi
lingkungan sehingga hewan tersebut akan melakukan adaptasi untuk menyesuaikan diri
dari pengaruh lingkungannya.
2. Jenis-jenis respon hewan terhadap lingkungannya ada dua macam, yaitu respon yang
Reversibel dan respon yang tidak-refersibel
3. Mekanisme adaptasi berawal dari nenek moyang populasi hewan yang hidup pada saat
ini serta memiliki struktur tubuh yang sesuai dengan lingkungannya sehingga dapat
bertahan hidup dan menurusnkan sifat-sifat unggul yang dimiliki hewan tersebut dari
generasi kegenerasi.
4. Ada dua factor yang mendukung suatu sehingga mahluk hidup dapat bertahan hidup
hingga kini, yaitu adaptasi ditentukan oleh sifat genetik. Serta memiliki kemampuan
untuk menghasilkanketurunan yang banyak.
5. Bentuk-bentuk adaptasi terdiri dari adaptasi structural, adaptasi fisiologis, serta adaptasi
tingkah laku.
B. Saran
Makalah ini membahas tentang teori-teori tentang terjadinya peristiwa adaptasi pada
hewan yang disertai dengan contoh-contohnya. Maka dari itu, penulismenyarankan agar
dilakukan pengamatan langsung dilapangan agar semua teori yang terdapat dalam makalah
ini dapat disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
Godam. 2009.Contoh Bentuk Adaptasi Tingkah Laku Behavioral Pada Mahluk Hidup –
Ilmu Biologi.(http://organisasi.org/contoh-bentuk-adaptasi-tingkah-laku-
behavioral-pada-makhluk-hidup-ilmu-biologi, diakses 20 Februari2016).
http://belajarbiologiituindah.blogspot.co.id/2014/05/makalah-ekologi.html (diakses 20
februari 2016)
http://mentari-ceria.blogspot.co.id/2012/06/ekologi-hewan-lanjutaqn.html (diakses 20
februari 2016)