Anda di halaman 1dari 9

MODUL 12 : MELAKUKAN BUDIDAYA LOBSTER

Tujuan : 1. Memberikan informasi kepada peserta tentang jenis-jenis Lobster Laut,


dan syarat lokasi budidaya Lobster Laut.
2. Memberikan informasi kepada peserta tentang kesesuaian perairan
(area budidaya Lobster), terkait dengan arus air, curah hujan, dan
gelombang.
Pokok Bahasan : 1. Pengembangan Budidaya Lobster

Tujuan : 1. Kompetensi Dasar


Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan pelatihan pengembangan bubidaya lobster,
diharapkan peserta pelatihan dapat memahami dan menjelaskan
tentang:
a. Jenis-jenis lobster laut;
b. Sebaran lokasi sumberdaya lobster di NTB
c. Pemilihan lokasi budidaya lobster
d. Media budidaya dan bibit lobster
e. Teknik budidaya dan proses pemanen

2. Indikator
a. Peserta dapat memahami dan menjelaskan tentang jenis-jenis
lobster laut;
b. Peserta mampu memahami dan menjelaskan lokasi bubidaya lobster
laut yang baik; serta
c. Peserta mampu memahami dan menjelaskan tentang kesesuaian
perairan: arus air, curah hujan, dan gelombang

3. Waktu : 120 menit

4. Metode
a. Pemaparan / ceramah
b. Curah pendapat
c. Diskusi (kelompok / pleno)

5. Media
a. Media tayang
b. Lembar kerja
c. Lembar informasi / poster
6. Alat Bantu
a. Metaplan
b. Kertas plano
c. Spidol
d. Papan standing
e. Computer dan infocus / LCD
MATERI PELATIHAN
PENGEMBANGAN BUDIDAYA LOBSTER

Lobster laut merupakan jenis hewan invertebrata yang memiliki kulit yang keras dan tergolong
dalam kelompok arthropoda. Memiliki 5 fase hidup mulai dari proses produksi sperma atau
telur, kemudian fase larva, post larva, juvenil dan dewasa. Secara
umum lobster dewasa dap at ditemukan pada hamparan pasir yang terdapat spot-spot karang
dengan kedalaman antara 5–100meter. Lobster bersifat nokturnal (aktif pada malam hari) dan
melakukan proses moulting (pergantian kulit).

Klasifikasi Lobster :
Filum : Arthrophoda
Subfiilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Bangsa : Decaphoda
Suku : Palinuridae
Genus : Panulirus
Species : P. versicolor, P.longipes,

Jenis – jenis Lobster :

Panulirus ornatus/ Green, Fine Pale Panulirus homarus/Green scalloped Panulirus versicolor/Spiny Lobsters
Spotted, Zebra legs rock lobster

Panulirus longipes/ Spiny Lobsters Panulirus penicillatus (Lobster Batu)


1. SEBARAN LOKASI SUMBERDAYA LOBSTER DI NTB

o Kab. Lombok Barat tersebar di pesisir pantai Blongas, Teluk Sepi dan Pantai Pengantap.
o Kab. Lombok Tengah tersebar di pesisir pantai Selong Belanak, Gerupuk, Bumbang dan Teluk Awang.
o Kab. Lombok Timur tersebar di pesisir pantai Batu Nampar, Teluk Ekas, Serewe, Rungkang dan Tanjung
Luar.
o Kab. Sumbawa tersebar di pesisir pantai Labangka dan Lunyuk.
o Kab. Dompu tersebar di pesisir pantai Lamaci, Teluk Cempi, dan
o Kab. Bima tersebar di pesisir pantai Teluk Waworada.

2. PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA LOBSTER


Hal pertama yang harus dilakukan sebelum membudidayakan lobster air laut yaitu, mencari
lokasi yang sesuai secara teknis, karena berpengaruh terhadap pertumbuhan serta
kelangsungan hidup lobster anda.

Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :


 Pilih lokasi yang jaraknya mudah untuk di jangkau, bisa memilih pesisir pantai bahkan
teluk untuk membudidayakan lobster.
 Pilih lokasi yang aman dan jarang terkena badai ataupun cuaca yang ekstrim, selain
mempermudah untuk merawat dan memanen, ini juga akan baik bagi lobster.
 Jika sudah menemukan yang pas, perhatikan juga kondisi serta lingkungan sekitar.
Usahakan lokasi tersebut bersih dan bebas dari limbah apapun, juga jauh dari pabrik
ataupun industri.
 Untuk kedalaman lokasi yang baik bagi budidaya lobster air laut yaitu dengan
kedalaman sekitar 6 hingga 15 m di bawah permukaan laut dengan lokasi yang memiliki
arus sekitar 25 hingga 50 cm/ detik.
 Dan usahakan bahwa lokasi yang dipilih agak jauh dari pemukiman penduduk ataupun
dermaga.
 Usahakan juga jauh dari tempat wisata ataupun terumbu karang dan tanah yang masih
berpasir.
Teluk atau selat dengan syarat tertentu adalah lokasi yang ideal untuk pembesaran lobster.
Syarat-syarat lokasi yang ideal untuk pembesaran lobster adalah sebagai berikut:

 Tidak terdapat sumber air tawar


 Tidak terlalu dipengaruhi oleh badai dan gelombang besar
 Air tidak dipengaruhi oleh limbah kegiatan industri, pertanian, dan pemukiman
 Lokasi memiliki pergantian air yang cukup tinggi oleh pasang surut dan arus, khusus
dasar perairan tidak menyebabkan terjadinya akumulasi bahan organik
 Salinitas air berkisar 30-35 ppt.
 Kedalaman air 3-5 m untuk keramba jaring tancap dan 6-20 m untuk keramba jaring
apung pada saat surut terendah.

3. MEDIA BUDIDAYA LOBSTER

Setelah menyiapkan lokasi yang baik, juga harus memperhatikan suhu air pada lokasi tersebut
yaitu sekitar 28 hingga 390C dan dengan salinitas air yang mencapai 28 hingga 35 ppt dengan
kadar keasaman sekitar 7 hingga 8.

Ukuran pH yang terlalu asam tidak baik bagi kehidupan lobster, selain akan memicu kegagalan
panen ini juga akan berdampak bagi kandungan gizi lobster.

 Untuk media budidaya bisa menggunakan keramba ataupun kolam apung.

 Untuk kolam apung sendiri, harus menyiapkan jala yang cukup besar sesuai dengan
ukuran kolam yang nantinya akan dibuat. Untuk jalanya bisa memilih jala dengan lubang
yang kecil agar lobster tidak mudah kabur.

 Pada media budidaya, penting untuk memasang shelter berupa tempat persembunyian
berupa sepotong bamboo yang ditenggelamkan di dasar kolam ataupun juga bisa
memanfaatkan rumput laut di sekitar.

 Pentingnya memasang tempat persembunyian seperti ini untuk mencegah terjadinya


kanibalisme antar lobster saat memasuki masa pergantian kulit atau biasanya disebut
moulting. Jika ini terjadi bukan hanya kerugian saja yang dapatkan tetapi lobster akan
cenderung susah dibudidayakan.

4. BIBIT LOBSTER

Langkah selanjutnya dalam cara budidaya lobster air laut yaitu memilih bibit lobster agar
mendapatkan bibit dengan kualitas yang baik serta layak budidaya.
Yaitu untuk bibit lobster bisa membelinya di toko ataupun koperasi perikanan, namun akan
lebih baik jika mendapatkan bibit dari menangkapnya sendiri di laut.Karena bibit lobster yang
ditangkap dari laut cenderung memiliki ketahanan yang baik serta mudah untuk dibudidayakan.
Adapun langkah selanjutnya :
a) dianjurkan untuk memilih bibit lobster dengan ukuran yang layak budidaya yaitu yang
memiliki berat sekitar 4 gram per ekornya.
b) Namunjuga bisa membudidayakan bibit lobster dengan berat 10 hingga 30 gram per
ekornya.
c) Semakin berat bibit lobster maka juga akan semakin cepat panen nantinya. Setelah
mendapatkan bibit lobster yang baik dan berkualitas, juga harus melakukan karantina
terlebih dahulu agar lobster tidak stress dan mudah mati.
d) Langkah selanjutnya yaitu melakukan penebaran bibit, anda bisa melakukan saat cuaca
sedang tidak terlalu panas yaitu saat pagi ataupun sore hari. Dan untuk menebarkannya
tidak bisa sembarang menebar begitu saja.
e) harus dilakukan aklimitasi pada lobster dengan cara mengapungkan bibit lobster pada
permukaan air kolam agar lobster dapat menyesuaikan suhu yang ada pada kolam. Proses
ini membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit.
f) Untuk setiap kolam yang ada, hanya dapat diisi maksimal 50 ekor bibit lobster saja.

5. PROSES PEMBUDIDAYAAN LOBSTER

Kegiatan budidaya lobster pada dasarnya terdiri atas: penangkapan benih lobster, produksi
tokolan lobster, dan pembesaran lobster yang masing – masing merupakan segmen usaha
tersendiri. Penangkapan benih lobster dilakukan dengan metode seperti: jaring yang dilengkapi
dengan lampu; perangkap dari karang dan karet; serta menyelam dan menangkap.

Produksi tokolan lobster dilakukan dalam keramba jaring apung dan keramba jarring
tancap.Pembesaran lobster dapat dilakukan dalam keramba jaring apung, keramba jaring
tancap, dan bak beton.

Pakan yang digunakan dalam produksi tokolan dan pembesaran lobster adalah berupa udang,
kerang, tiram, cumi-cumi, dan ikan rucah, di mana sebagian besar dari pakan tersebut
digunakan ikan rucah terutama pada pembesaran lobster. Sebagai akibat penggunaan pakan
tersebut dan peningkatan jumlah keramba jaring apung yang cukup signifikan berdampak pada
penurunan kualitas perairan yang memicu berkembangngya penyakit susu sehingga terjadi
penurunan produksi. Hal ini juga memengaruhi kuantitas dan kualitas benih lobster yang juga
cenderung mulai menurun.

Terkait dengan hasil yang didapatkan tersebut, kedepan diperlukan berbagai kegiatan termasuk
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas benih lobster.Kuantitas dan kualitas benih lobster di
alam sudah mulai menurun dan jika ini terus berkembang di, maka produksibenih lobster
secara buatan di hatchery menjadi salah satu kegiatan yang perlu dipertimbangkan dilakukan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan terkait dengan benih lobster yang sudah mulai berkurang
adalah mengidentifikasi lokasi – lokasi yang memiliki sumber benih.

Penggunaan ikan rucah yang mencapai sekitar 70% dari total pakan pada pembesaran lobster
dengan rasio konversi pakan yang dapat mencapai 30:1 dapat menjadi penyebab penurunan
kualitas perairan yang memicu timbulnya penyakit susu pada lobster yang menurunkan
produksi. Oleh karena itu, upaya berupa penggunaan pakan buatan seperti moist pellet perlu
dikembangkan. Upaya pencegahan penyakit susu dan perlakuan-perlakuan praktis untuk
mencegah perkembangan serangan penyakit susu juga perlu mendapat perhatian.
Perkembangan budidaya lobster yang begitu cepat memicu terjadinya penurunan daya dukung
lahan.Oleh karena itu, kegiatan untuk menentukan daya dukung lahan dan kesesuaian lahan
menjadi penting dilakukan untuk menentukan lokasi dan jumlah keramba jaring apung yang
dapat dioperasikan. Hal ini untuk menghindari hal – hal yang dapat menyebabkan penurunan
produksi dan ketidakberlanjutan usaha budidaya lobster di masa akan datang.

6. TEKNIK BUDIDAYA

Ada dua teknik budidaya pembesaran lobster yang telah dipraktekkan dan berhasil, yaitu sistem
pemeliharaan di dalam karamba jaring apung dan sistem pemeliharaan di dalam bak/kolam
terkontrol di darat, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Di dalam karamba dan
bak/kolam dipasang potongan bambu atau pipa PVC sebagai tempat bersembunyi
(shelter).Penentuan teknik budidaya pembesaran udang karang sangat tergantung pada kondisi
ekonomi (permodalan), ekologi (lingkungan), geografi, dan bahkan kondisi politik (keamanan) di
wilayah tersebut.

Budidaya lobster di dalam karamba jaring apung mempunyai beberapa keuntungan, antara lain;

- biaya investasi dan operasional relatif rendah,

- dapat memilih lingkungan yang sesuai,

- hewan terlindungi dari predator,

- makanan dapat dikontrol secara optimal,

- dapat dilakukan polikultur, dan

- dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi.


Namun demikian, teknik ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:

- pemberian makanan memerlukan teknik tertentu,


- sulit dalam melakukan perawatan kurungan, kemungkinan kurungan rusak akibat badai
- kemungkinan serangan predator (ikan-ikan besar), sehingga perlu penjagaan
(keamanan) secara intensif,
- dan beberapa problem yang berkaitan dengan biota pengotor (fauling organisms)

Dalam cara budidaya lobster air laut harus memperhatikan cara pemeliharaan yang tepat agar
panen anda melimpah. Untuk proses pemeliharaannya cukup mudah yaitu hanya perlu
memberinya pakan dengan baik dan teratur.

 Pemberian makan lobster dapat dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan
sore hari.

 Untuk pakannya bisa dengan memberinya daging ikan rucah, bekicot, siput dan tiram yang
sudah di cincang terlebih dahulu.

 Berilah pakan secukupnya saja dan jangan terlalu berlebihan. Ini juga penting agar
kebersihan kolam apung tetap terjaga dan lobster tidak teracuni.

7. PEMANENAN LOBSTER

Berbeda dengan cara budidaya hewan pada umumnya, lobsterdapat dipanen ketika sudah
mencapai berat 120 hingga 200gr per ekornya. Hal ini tentunya dapat ditentukan saat menebar
benih. Semakin berat benih yang ditebar per ekornya, maka masa panenpun semakin
cepat.Untuk panennya bisa saat lobster berumur kurang lebih 6 hingga 10 bulan.Lakukan
penyortiran terlebih dahulu dan pilihlah lobster yang sudah layak panen, lalu kembalikan
lobster yang belum layak panen untuk dipelihara kembali.Pisahkan lobster yang ingin dijual,
konsumsi dan dijadikan indukan.Untuk lobster yang dijual, usahakan lobster tetap hidup saat
memasuki pasar.

Anda mungkin juga menyukai