Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BUDIDAYA BIOTA AIR

“LOBSTER AIR TAWAR”

Kelompok 7

Putri Nur Ikhwani 17030204062


Alya Rose Andini 17030204069
Hilda Malinda Mulya Fitri 17030204086

Pendidikan Biologi B 2017

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan,
oleh sebab itu indonesia memiliki potensi besar sebagai wilayah pengembangan biota
air baik tawar maupun laut, salah satunya yang sedang digandrungi adalah lobster, lebih
spesifiknya adalah jenis lobster air tawar, hal ini dikarenakan indonesia memiliki dua
musim. Akan tetapi potensi ini tidak diimbangi dengan SDM yang handal dalam
pembudidayaan lobster air tawar.
Kondisi tersebut membuat keberadaan lobster air tawar agak sukar dicari di
pasaran dengan harga yang tergolong mahal/ tidak terjangkau oleh semua kalangan
masyarakat. Sebenarnya lobster air tawar termasuk jenis udang yang mudah
dibudidayakan.
Selama ini lobster air tawar banyak dibudidayakan dengan lahan dan modal
yang cukup besar. Hal ini karena minimnya pengetahuan masyarakat/pembudidaya
akan cara untuk membudidayakan lobster air tawar yang membuat mereka berfikir
bahwa membudidayakan lobster membutuhkan lahan dan modal yang lebih. Padahal,
usaha budidaya lobster air tawar juga dapat dilakukan dalam skala kecil, dengan hanya
memanfaatkan lahan yang ada disekitar rumah tinggal mereka. Peminat lobster air
tawar sangatlah tinggi, hal tersebut karena berbisnis udang bercapit ini sangat
menggiurkan bagi beberapa orang. Hal ini terlihat dari harga benih sampai produk siap
santapnya yang sangat tinggi.
Tak heran banyak orang-orang berani berbondong-bondong untuk
membudidayakan lobster air tawar ini dengan bekal kemampuan dan yang mereka
miliki. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam pembudidayaan lobster air
tawar, diantaranya yakni aspek pembenihan dan pembesaran. Jika kedua aspek tersebut
sudah dikuasai dengan benar, maka keuntungan yang besar dapat kita dapatkan
(Setiawan, 2006).
Dari beberapa permasalahan yang ada diantaranya minimnya pengetahuan
masyarakat tentang cara budidaya lobster air tawar yang baik dan benar serta minat
budidaya yang tinggi tetapi kurangnya pengetahuan, diusunglah makalah ini yang
membahas tentang cara dalam pembudidayaan serta keuntungan dari segi ekonomi bagi
para pembudidaya lobster air tawar.
BAB II
ISI

A. Manfaat Budidaya Lobster Air Tawar


Crayfish/crawfish atau yang dikenal sebagai lobster air tawar (Cherax
quadricarinatus) merupakan salah satu jenis krustase yang memiliki ukuran dan bentuk
tubuh hampir sama dengan lobster air laut. Lobster ini memiliki keunggulan
dibandingkan lobster laut, diantaranya sudah dapat dibudidayakan dan teknik
budidayanya lebih mudah dibanding udang windu dan udang galah. Perkembangan
hidupnya sederhana tanpa melalui stadia larva yang rumit (nauplius, zoea, mysis,
postlarva) seperti pada udang (Holdich,1993 dalam Susanto, 2010). Lobster air tawar
sudah banyak dikembangkan dalam skala akuarium atau kolam sebagai komoditi ikan
hias dan ikan konsumsi karena lobster ini tidak mudah stress dan tidak mudah terserang
penyakit. Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air dan kebutuhan oksigen terpenuhi,
lobster ini dapat tumbuh dan berkembang cepat, sehingga sangat potensial
dikembangkan di Indonesia. Lobster air tawar sudah banyak dikembangkan dalam
skala akuarium atau kolam sebagai komoditi ikan hias dan ikan konsumsi (Iskandar,
2003).
Belakangan ini pembudidayaan Lobster Hampir di tonjolkan oleh masyarakat
di Indonesia. Hal ini dapat di mengerti karena memang banyak potensi Lobster yang
diperkirakan juga sangat banyak. Pada Hakekatnya adalah mengembangan dan
memanfaatkan Hasil budidaya serta daya tarik masyarakat berupa pemanfaatan Lobster
sebagai Hasil budidaya Dengan Potensi yang demikian banyak, agar pembudi daya bisa
memanfaatkan agar tertarik dengan perkembangan Lobster secara sistematis bagi
masyarakat Lokal. Keterlibatan masyarakat Lokal menjadi penting termasuk sebagai
upaya untuk mendukung mengembangkan Lobster bagi kesejahteraan masyarakat. Hal
ini penting agar pengembangan budidaya tidak hanya demi meninggalkan banyaknya
Lobster tetapi juga benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat yang
bersangkutan.

B. Cara Budidaya Lobster Air Tawar


Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan budidaya
lobster air tawar diantaranya yaitu :
a. Sumber air
Air menjadi kebutuhan utama dalam budidaya Lobster, Selain sebagai
media internal, air juga sebagai media eksternal bagi Lobster. Sebagai
media internal, air berfungsi sebagai pengangkut bahan pakan dan memperlancar
metabolisme dalam tubuh lobster. Sebagai eksternal, air berfungsi sebagai habitat
lobster sehingga tanpa air, Lobster tidak mungkin bisa hidup. Lobster air tawar tentu
menginginkan air tawar. Beberapa sumber air tawar yang dapat dignakan untuk
memelihara lobster adalah air sumur dan air pam atau air ledeng. Berdasarkan
pengalaman, Lobster penginginkan air dengan PH 7-8 dengan suhu 20 dan tingkat
kesadaran air agak lembut, yaitu antara 10 Sementara kandungan minimal 7 ppm
dan maksimal 10 ppm. Air yang berasal dari sumber (air tanah) dapat langsung
digunakan tanpa harus diolah terlebih dahulu. Namun, air pam (air ledeng) harus di
uapkan selama 10-12 jam sebelum digunakan.

b. Bak pemeliharaan

Gambar 2.1 Kolam Pemeliharaan

Bak atau Kolam pemeliharaan merupakan tempat pembudidayaan lobster air


tawar. Bak digunakan untuk memelihara induk sebagai tempat pembesaran. Bak
dapat berbentuk segi empat atau disesuaikan dengan luas dan bentuk lahan yang
tersedia. Namun, yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bak atau kolam lobster
adalah ukurannya yaitu sekitar 200cm x 100cm x 50cm. Yang membedakan dengan
kolam ikan adalah pada bibir atas bak bagian dalam diberi kaca, porselen, atau cukup
dikasih semen. Tujuannya untuk mencegah lobster kabur dari bak. Lobster air tawar
terkenal dengan sifat pengembaranya yang tinggi. Tinggi kaca atau porselen dari
bibir atas kolam kebawah cukup 20cm. Sementara dinding bagian bawah sampai
dasar bak (ketinggian sampai 30cm) diplester dengan semen. Bagian ini juga
merupakan batas pengisian air. Untuk mencegah luapan air bak dan menciptakan
kondisi air yang mengalir, sebaiknya dibuat pembuangan. Lubang pembuangan
dapat pula dibuat yang mengalir, sebaiknya dibuat saluran pembuangan. Lubang
pembuangan dapat pula dibuat dibagian tengah atau pinggir bak dengan cara
memasang pipa paralon berdiameter 1 inci (2,5cm) setinggi air bak. Namun, lubang
tersebut harus ditutupi dengan kain kasa agar lobster sulit untuk kabur.

c. Akuarium

Gambar 2.2 Akuarium

Adapun jenis akuarium yang dibutuhkan dalam pembudidayaan lobster air


tawar adalah akuarium perkawinan induk, akuarium pengeraman dan penetasan,
serta akuarium pemeliharaan benih. Akuarium lobster dapat berbentuk persegi
empat panjang atau bujur sangkar. Akuarium perkawinan induk yang idela untuk
lobster air tawar dibuat dengan ukuran 100cm x 50cm x 45cm. Akuarium
pengeraman dan penetasan dengan ukuran 60cm x 45cm x 40cm. Adapun akuarium
pemeliharaan beih dibuat dengan ukuran 100cm x 70cm x 25cm. Disalah satu
akuarium bagian atas tersebut diberi lubang sebesa selang aerator, selain sebagai
tempat masuknya selang aerator, lubang tersebut juga di maksudkan untuk
mencegah lobster menyerap keluar selang aerator.

d. Pipa paralon dan Roster

Gambar 2.3 Paralon


Pipa paralon merupakan tempat persembunyian sekaligus sebagai tempat
berlindung dari cahaya yang berlebihan. Ukuran diameter dan panjang paralon
disesuaikan dengan pertumbuhan lobster. Rooster bila digunakan sebagai tempat
persembunian mempunyai kelemahan, yaitu hana bisa digunakan untuk anakan
sampai umur 3 bulan atau panjang tubuh maksimal mencapai 7,5cm. Pipa paralaon
yang digunakan, baik di akuarium maupun didalam kolam, sebaiknya saling
direkatkan dengan lem atau diikat dengan kawat, yang penting adalah pipa tersebut
tidak bergerak bebas di dalam air ketika digunakan oleh lobster untuk bersembunyi.

e. Aerator

Gambar 2.4 Aerator


Alat ini sangat penting karena tanpa alat ini maka sangat mungkin lobster
akan mati dalam akuarium atau baj akibat kekurangan pasokan oksigen dari
udara. Aerator yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan jumlah atau besar
kecilnya akuarium dan bak.

Berikut merupakan tahapan dalam melakukan budidaya Lobster (Wahyu, 2017) :


1. Pembenihan lobster
Calon induk jantan memiliki tonjolan didasar tangkai kaki jalan ke-5 jika
penghitungan dimulai dari kaki jalan dibawah mulut. Ciri lobster air tawar betina
adalah adanya lubang bulat yang terletak didasar kaki ke-3. Berdasarkan capitnya,
calon induk jantan memiliki ukuran capit 2-3 kali lebar buku pertama (tangkai capit)
dan calon induk betina memiliki ukuran capit yang sama atau 1,5 kali buku pertama.
Dilihat dari ciri-ciri sekunder, warna tubuh calon induk jantan lebih cerah
dibandingkan dengan warna dasar tubuh calon induk betina, jika wadah dan
perlakuan yang diberikan dalam pemeliharaannnya sama. Jika perbandingan ini
dilakukan dalam lingkungan pemeliharaan yang berbeda, kecerahan dan tingkat
ketajaman dari warna dasar itu akan berbeda pula. Warnam pigmen dalam cangkang
tubuh sangat dipengaruhi oleh warna air, jenis pakan, dan kandungan dasar pigmen
yang dimiliki oleh setiap spesies ikan
2. Pemijahan induk
Hingga saat ini pemijahan lobster ini masih dilakukan secara alami. Artinya,
bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan pemijahan dipersiapkan oleh
manusia, tetapi terjadinya perkawinan antara induk jantan dan betina tergantung
pada daya dukung lingkungan serta keinginan dan perilaku setiap pasangan untuk
melaksanakan reproduksi, sehingga waktunya tidak dapat ditentukan secara pasti.
Lobster akan melakukan pemijahan pada suhu air diatas 23-29o C dan
optimum 27o C, minimal cahaya yang diperlukan dengan terang 12 jam dan gelap
12 jam, kebutuhan kondisi seperti ini tidak terlalu sulit bagi wilayah Indinesia
(Jones, 2000).
Ada 2 teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemijahan alami
lobster air tawar, yakni pemijahan secara masal dan pemijahan secara individu.
Dalam pemijahan masal, persiapan yang perlu dilakukan adalah menyediakan
wadah perkawinan berupa bak atau fibreglass yang dilengkapi dengan instalasi,
seperti plastik hitam, aerator, PVC untuk pemasukan dan pengeluaran air, dan PVC
pelindung. Sementara itu, wadah yang digunakan untuk pemijahan individu adalah
aquarium.
Setelah semua persiapan telah dilakukan, tahap kedua adalah pengisian air
jernih ke dalam wadah dengan ketinggian permukaan air tertentu, pemasukan udara
yang berasal dari aerator dan penyeleksian induk. Standar ukuran induk jantan dan
betina terseleksi yang digunakan dalam pemijahan masal antara 20-22 cm dengan
perbandingan jantan dan betina 2:3 per m2.
Sementara itu, induk jantan dan betina yang digunakan dalam pemijahan
alami secara individu berukuran 16-18cm dengan perbandingan jantan dan betina
1:1 per aquarium. Dalam mempersiapkan peralatan untuk pemijahan dan pembe-
saran burayak, perlu diperhatikan bahwa aquarium tidak boleh kena sinar matahari
langsung, usahakan berada dalam suasana yang teduh dan tenang. Hal ini penting
untuk merangsang lobster melakukan perkawinan, dan lobster mengerami telurnya.
Sedangkan bak semen lebih baik kalau berada di luar ruangan dan dapat sinar
matahari, agar tumbuh lumut dan plankton yang sangat berguna untuk pertumbuhan
burayak yang dibesarkan.
Induk yang baru selesai melakukan pemijahan dan berhasil terjadi pembu-
ahan biasanya ditandai dengan lipat ekor yang hingga kipas ekornya mengenai kaki
ke lima dan adanya busa atau foam pada badannya. Pada awal-awal bertelur betina
lebih sering diam dan berbalik seolah-olah mati. Setelah beberapa hari betina mulai
melakukan aktivitas seperti biasanya namun lebih banyak diam dengan ekor tetap
terlipat.
Lobster betina yang sedang bertelur dapat dijadikan satu dengan lobster
betina lain yang sedang bertelur dalam satu wadah. Apabila lobster anda perhatikan
telurnya sudah berbentuk seperti juventil (lobster muda), maka indukan yang
sedang bertelur lainnya segera dipindahkan ke tempat yang lain.
Salah satu akibat perubahan lingkungan yang mendadak adalah membuat
induk lobster yang sedang bertelur terkejut. Karena terkejut, gerakan lobster
menjadi tidak beraturan dan telur yang ada diantara kaki-kaki renang akan
berhamburan keluar. Untuk menghindari lobster terkejut, penangkapan induk yang
sedang bertelur tidak boleh menggunakan alat tangkap, tetapi hanya menggunakan
tangan.
Tidak disarankan menangkap induk yang berada didalam PVC. Disarankan
menangkap dengan hati-hati dan memanen secara individu. Cara menangkap induk
yang sedang bertelur dimulai dengan mengeluarkan induk-induk dari pelindung
secara perlahan-lahan, kemudian menangkapnya secara langsung dengan posisi
tangan kiri ada didepan kepala dan tangan kanan dibagian ekor. Selanjutnya, tangan
kanan memegang bagian antara kepala dan badan.
3. Tahap pengeraman
Teknik pengeraman dan penetasan telur lobster air tawar itu tidak terlepas
dari karakteristik biologi reproduksi. Karenanya dalam persiapan wadah dan
melaksanakan pengelolaannya dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan personal
yang tinggi. Dalam perkembangan telur hingga terbentuknya juvenil, ada 3 tahapan
kejadian alamiah, yakni:
a. perkembangan embrio dalam telur (pre-larva)
b. perkembangan larva saat diasuh (larva),
c. dan saat juvenil lepas dari abdomen (post-larva).
Di samping itu kejadian alam lain yang perlu diketahui adalah tidak ba-nyaknya
aktifitas induk betina, terutama dalam mengonsumsi pakan saat mengerami telur.
Berkaitan dengan fakta alam, strategi yang perlu dilaksanakan adalah:
 Induk yang sedang bertelur harus dipelihara secara terpisah dengan induk yang
mengandung telur dan induk jantan;
 Pakan yang diberikan relatif sedikit;
 Kualitas air, terutama oksigen terlarut lebih dari 5 ppm dan fluktuasi suhu air
harus rendah.
 Wadah harus diberi pelindung yang sesuai dengan jumlah individu, untuk:
1) Untuk menghindari terjadinya gangguan atau serangan dari luar yang
menyebabkangangguan fisik;
2) Menghindari peluang terjadinya kanibal;
3) Sejak embrio hingga berbentuk juvenil, lobster air tawar membutuhkan
oksigen terlarut yang tinggi.
4) Agar lingkungan lebih nyaman karena pada fase embrio, nauplius, dan
protozoa, juvenil memiliki karakteristik sensitivitas yang tinggi terhadap
perubahan suhu air.
4. Tahap penetasan
Indukan yang baru bertelur sebaiknya jangan dipindahkan terlebih dahulu,
karena dalam pemindahan ini mungkin pembuahan belum sempurna sehingga telur
tidak terbentuk dengan baik dan pertumbuhan telur juga terganggu. Untuk indukan
yang akan dipindahkan sebaiknya pada masa terlur sudah terlihat dengan warna
krim atau telur berumur 7 hari. Indukan yang baru bertelur masih akan dijaga oleh
jantannya selama 3 hari. Pemindahan indukan yang bertelur sebaiknya dilakukan
dengan sangat hati-hati, hal ini untuk menghindari perontokan telur oleh indukan
akibat stress.
Cara terbaik untuk memindahkan induk bertelur adalah dengan memin-
dahkan indukan bersamaan dengan tempat sembunyiannya secara pelahan-lahan
diangkat dari tempat pemijahannya. Bila indukan tidak berada dalam tempat
sembunyian, kita harus dengan hati-hati mengiring indukan tersebut masuk ke
dalam tempat persembunyian tersebut baru dipindahkan.
Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan maka sebaiknya indukan yang
akan dipindahkan itu tidak terlalu jauh antara tempat pemijahan dengan tempat
pengeraman. Selama pengeraman ekor lobster akan lebih cenderung sering
menutup dan melengkung menutupi telurnnya, kecuali apa bila telur sudah
berbentuk juventil maka induk mulai sering membuka ekornnya.
5. Perontokan benih
Setelah juventil sering turun & bermain di sekitar induk, maka juventil harus
segera dirontokkan dari induknnya. Untuk kemudian induk digabungkan kembali
dengan yang jantan. Cara menangkap induk pada saat akan merontokkan benih
sama dengan cara menangkap induk yang sedang bertelur dimulai dengan
mengeluarkan induk-induk dari pelindung secara perlahan-lahan, kemudian
menangkapnya secara langsung dengan posisi tangan kiri ada didepan kepala dan
tangan kanan dibagian ekor. Selanjutnya, tangan kanan memegang bagian antara
kepala dan badan.
Setelah Induk ditangkap, kemudian rontokkan juvenil lobster tersebut dengan
membiarkan lobster mengibas-ngibaskan ekornya pada permukaan air Aquarium.
Biarkan lobster tersebut terlepas sendirinya atau dapat juga menggu-nakan bantuan
jari untuk membantu proses perontokan. Setelah proses perontokan selesai,
pisahkan induk lobster dengan juvenil yang baru dihasilkan tersebut. Kembalikan
indukan ke dalam bak atau aquarium pemijahan, sehingga lobster dapat cepat
melakukan perkawinan kembali.
Pemberian makan pada juventil dapat dilakukan 2 hari sekali, makanan yang
diberikan dapat berupa kutu air, plangtonnis, artemia, cacing sutra & tepung ikan
atau pelet yang dihaluskan. Perhatikan kebersihan air pada juventil, agar juventil
tidak mati karena amoniak yang dihasillkan oleh sisa makanan yang mengendap.
6. Pemeliharaan benih
Juventil benih berukuran dipelihara sampai ukuran 1-2 cm (14-20 hari setelah
perontokan), kemudian dipindahkan ke bak pendederan. Alat yang digunakan untuk
memindahkan benih adalah ember plastik 20 liter, scoopnet berukuran 20 x 10 cm,
dan daun pisang atau cabikan plastik ikan, terutama jika jarak antara wadah
pemanenan dan wadah penampungan relatif jauh. Sementara itu, saat yang baik
untuk pemanenan adalah sebelum jam 9 pagi, berda dilingkungan terbuka, dan hasil
panen ditempatkan dalam wadah dengan jumlah maksimum 20 ekor/ wadah.
Cara memanen dimulai dengan menurunkan air didalam wadah kedalaman
air tinggal 15-20 cm. Jika wadah yang digunakan berupa akuarium, cara menge-
luarkan air dengan sifoning dan jika berupa bak atau kolam tanah, tinggal membuka
lubang pengeluran. Setelah itu benih lobster ditangkap menggunakan scoopnet
secara perlahan dan hasil tangkapan dimasukan kedalam ember yang telah
dilengkapi air jernih dan alat lain. Perlu diketahui, tingkat sensitivitas benih
berukuran 20 hari terhadap perubahan lingkungan drastis lebih tinggi dibandingkan
dengan ukuran lebih besar.
7. Pencegahan hama dan penyakit
Kematian terutama disebabkan oleh kualitas air yang buruk atau dimakan
oleh lobster lain saat terjadi moulting. Seperti pada budi daya ikan lainnya,
pencegahan serangan penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan air dan kolam
pemeliharaan, memberikan nutrisi yang cukup, serta menjaga kebersihan peralatan
yang berhubungan dengan lobster air tawar, seperti tempat persembunyian,
naungan, serta pakan alami yang diberikan lobster. Jika kotoran yang lama
tertimbun didasar kolam akan mengakibatkan naiknya kadar amonia (NH 3 )
didalam air yang dapat mengakibatkan lobster keracunan dan mati. Gangguan dari
luar yang merupakan ancaman terbesar pada pemeliharaan lobster air tawar adalah
predator, seperti kucing dan tikus.
8. Pemanenan benih
Pemanenan Benih dilakukan pada saat benih berumur 2 bulan atau mencapai
ukuran 5-7 cm. Benih sudah dapat dipelihara di kolam pembesaran sampai ukuran
konsumsi (100 gr) pada umur 7-8 bulan

C. Keunggulan Ekonomi Budidaya Lobster Air Tawar


Selama ini lobster air tawar masih dibudidayakan dengan lahan dan modal
besar. Padahal, usaha budi daya lobster air tawar juga bisa dikembangkan dalam skala
usaha kecil, dengan hanya memanfaatkan lahan yang ada di sekitar rumah tinggal.
Peminat lobster air tawar semakin banyak. Maklum, bisnis udang bercapit besar ini
memang menggiurkan. Harga benih dan produk siap santapnya sama-sama selangit.
Tak heran, jika orang pun berbondong-bondong membudidayakannya. Ada dua kunci
penting dalam budi daya lobster air tawar, yakni aspek pembenihan dan pembesaran.
Jika kedua aspek tersebut dikuasai dengan benar, keuntungan besar pasti bakal bisa kita
raup. (Setiawan, 2006).
Menurut Iskandar (2003), lobster air tawar mempunyai prospek yang cukup
cerah dalam sektor perikanan. Selain mudah dibudidayakan, hewan ini tidak mudah
terserang penyakit, bersifat omnivor, pertumbuhan cepat dan memiliki daya bertelur
tinggi. Bila dilihat dari aspek teknis budidaya dan potensi pasar, lobster air tawar layak
dikembangkan secara luas di masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi
dan tetap terjaga kelestariannya. Keberhasilan budidaya lobster air tawar sangat
dipengaruhi oleh ketersedian benih yang berkualitas. Lukito dan Prayugo (2007)
menyatakan bahwa keberhasilan lobster air tawar sangat dipengaruhi oleh keberhasilan
pada teknis pembenihan yang dilakukan.

D. Pemasaran
Peminat lobster air tawar banyak didapati didalam maupun luar negeri, agar
dapat memaksimalkan pemasaran hasil budidaya lobster, pembudidayaan harus bisa
membuka jaringan yang luas sehingga bisa mendapatkan konsumen tetap. Trik yang
dapat digunakan adalah dengan menjalin hubungan yang baik serta membangun
kemitraan antar sesama pembudidaya. Dengan demikian jika ada konsumen yang
meminta pasokan besar, pembudidaya akan dengan mudah dapat memenuhi permintaan
konsumen (Bachtiar, 2006) bila pengemasan Plastik. pengemasan menggunakan plastik
rangkap dua yang di dalamnya diisi air dan ditambahkan beberapa lembar daun pepaya
di dalamnnya atau campurkan getah pohon atau buah pepaya muda dalam larutan air
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Budidaya lobster air tawar memiliki keunggulan dibandingkan lobster laut,
diantaranya sudah dapat dibudidayakan dan teknik budidayanya lebih mudah dibanding
udang windu dan udang galah Perkembangan hidupnya sederhana tanpa melalui stadia
larva yang rumit. lobster ini tidak mudah stress dan tidak mudah terserang penyakit.
Asalkan kebutuhan pakan, kualitas air dan kebutuhan oksigen terpenuhi, lobster ini
dapat tumbuh dan berkembang cepat, sehingga sangat potensial dikembangkan di
Indonesia.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan budidaya lobster air
tawar yaitu sumber air, bak pemeliharaan, akuarium, pipa paralon dan roster, dan
aerator. Tahapan dalam melakukan budidaya lobster adalah :
1. Pembenihan lobster
2. Pemijahan induk
3. Tahapan pengeraman
4. Tahap penetasan
5. Perontokan benih
6. Pemeliharaan benih
7. Pencegahan hama dan penyakit
8. Pemanenan benih
Ada dua kunci penting dalam budi daya lobster air tawar, yakni aspek
pembenihan dan pembesaran. Jika kedua aspek tersebut dikuasai dengan benar,
keuntungan besar pasti bakal bisa kita raup. lobster air tawar mempunyai prospek yang
cukup cerah dalam sektor perikanan. Selain mudah dibudidayakan, hewan ini tidak
mudah terserang penyakit, bersifat omnivor, pertumbuhan cepat dan memiliki daya
bertelur tinggi, sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi dan tetap terjaga
kelestariannya.
Pembudidaya akan dengan mudah dapat memenuhi permintaan konsumen bila
pengemasan Plastik. pengemasan menggunakan plastik rangkap dua yang di dalamnya
diisi air dan ditambahkan beberapa lembar daun pepaya di dalamnnya atau campurkan
getah pohon atau buah pepaya muda dalam larutan air.
B. Saran
Potensi budidaya lobster air tawar cukup besar sehingga layak untuk
dikembangkan, kemajuan teknologi haruslah digunakan semaksimal mungkin untuk
meningkatkan kualitas budidaya lobster air tawar tersebut. Pengembangan teknologi
untuk memudahkan petani dalam melakukan budidaya pada setiap tahapannya, seperti
pada tahap pemeliharaan benih yang mana bisa dibuat alat untuk menjaga kondisi
lingkungan sekitar lokasi budidaya agar benih dapat bertahan lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Bactiar, Y. 2006. Usaha Budidaya Lobster Air Tawar di Rumah. Bogor: PT Agro Media
Pustaka.
Iskandar, 2003. Budidaya Lobster Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Jones, C. M and Ruscoe. 2001. Assesment Production Of Redclaw Crayfish (Cherax
quadricarinatus). Journal Aquaculture Society. 32:41-52.
Lukito, A dan Prayugo, S. 2007, Panduan Lengkap Lobster Air Tawar, penebar swadaya.
Jakarta.
Susanto, N. 2010. Prospek Pengembangan Berbagai Jenis Lobster Air Tawar Sebagai Biota
Akuakultur di Indonesia. FMIPA Universitas Lampung.
Setiawan, C. 2006. Teknik Pembenihan dan Cara Cepat Pembesaran Lobster Air Tawar.
Ciputat: PT AgroMedia Pustaka.
Wahyu, S. 2017. Pembenihan Lobster Air Tawar Red Claw (Cherax Quadricarinatus).
Agribisnis Perkotaan. Hal 18-22.

Anda mungkin juga menyukai