Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BUDIDAYA IKAN KAKAP MERAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah akuakultur

Dosen: Muhammad Sahir, S. Pi., M. Si

Disusun oleh:

MARWAH

Nim:5022220051
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………….......................................................................i

Bab 1 PENDAHULUAN …………………………………………………….…………………………………………................... 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………….………………………………………………………....................1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………………....................1

Bab 2 Tinjauan Pustaka....................……………………………………....................……………………………………2

2.1 Klasifikasi ……………………………………………………………….................................................................2

2.2 Definisi ikan kakap merah……………………………………….................................................................2

2.3 Pembudidayaan ikan kakap merah………………………….................................................................3

2.4 Pertumbuhan dan perkembangan…………………………..................................................................3

2.5 Pemilihan lokasi budidaya……………………………………….................................................................4

2.6 Pengelolaan Budi Daya………………………………………......................................................................6

2.7 ANALISA USAHA 1 TAHUN (2 PERIODE BUDIDAYA)....................................................................7

Bab 3 Kesimpulan dan Saran…………………………………………................................................................8

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………...............................................................8

3.2 Saran ………………………………………………………………........................................................................8

3.3 Daftar Pustaka………………………………………………………….………………………………………………...............8


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk usaha budidaya
ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak berkembang, sedangkan di beberapa negara
seperti: Malaysia, Thailand dan Singapura, usaha budidaya ikan kakap dalam jaring apung (floating
net cage) di laut telah berkembang. Ikan Kakap Merah atau lebih dikenal dengan nama
seabass/Baramundi merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis, baik untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor.

Produksi ikan kakap di Indonesia sebagian besar masih dihasilkan dari penangkapan di laut, dan
hanya beberapa saja diantarannya yang telah di hasilkan dari usaha- pemeliharaan (budidaya). Salah
satu faktor selama ini yang menghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di Indonesia
adalah masih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup. Untuk mengatasi
masalah benih, Balai Budidaya Laut Lampung bekerja sama dengan FAO/UNDP melalui Seafarming
Development Project INS/81/008 dalam upaya untuk memproduksi benih kakap merah Secara
massal. Pada bulan April 1987 kakap merah telah berhasil dipijahkan dengan rangsangan hormon,
namun demikian belum diikuti dengan keberhasilan dalam pemeliharaan larva. Baru pada awal 1989
kakap merah dengan sukses telah dapat dipelihara larvanya secara massal di hatchery Balai
Budidaya Lampung. Dalam upaya pengembangan budidaya ikan kakap merah di Indonesia, telah
dikeluarkan Paket Teknologi Budidaya Kakap Merah di Karamba Jaring Apung melalui rekomendasi
Ditjen Perikanan No. IK. 330/D2. 10876/93K, yang dilanjutkan dengan Pembuatan Petunjuk Teknis
Paket Teknologi.

1.2Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis-jenis ikan kakap merah?

2. Bagaimana cara membudidayakan ikan kakap merah?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi

Secara taksonomi ikan kakap merah sebagai berikut:

Kerajaan: Animalia

Filum: Chordata

Kelas: Actinopterygii

Ordo: Perciformes

Famili: Lutjanidae

Genus: Lutjanus

Spesies: L. Campechanus

2.2 Definisi ikan kakap merah

Seperti ikan kerapu, ikan kakap di alam juga tergolong karnivora. Di pasaran internasional,
golongan kakap merah dikenal dengan nama snappers. Golongan kakap ini biasanya merupakan ikan
demersal yang dapat hidup pada daerah perairan dangkal sampai laut dalam. Ada dua jenis kakap
merah budi daya yang telah berhasil dibenihkan yaitu kakap tambak (‘mangrove snapper, Lutjanus
argentimaadatus) dan kakap jenaha (golden snapper, Lutjanus johni). Kedua jenis kakap ini
mempunyai bentuk memanjang, agak pipih, badan tinggi, dan mempunyai gigi taring. Sepintas
badannya berwarna merah sehingga disebut kakap merah, tetapi bila diteliti secara cermat masing-
masing spesies mempunyai ciri sebagai berikut:

1. IKAN KAKAP TAMBAK

Kakap tambak (Lutjanus argentiniaculatus) :

Di Indonesia, beberapa tempat menyebut Lutjanus argentimaculatus sebagai kakap tambak,


tetapi beberapa daerah lainnya menyebutnya jenahan, jambian, atau samassi. Ikan ini dapat hidup di
perairan yang mempunyai kedalaman mencapai 100 m. Badannya berwarna cokelat tua kemerahan
dengan bagian bawah keperakan. Pada ikan yang muda (panjangnya kurang dari 13 cm) terdapat 8—
11 garis-garis berwarna keperakan yang melintang dan garis cokelat berkelok di bawah mata. Garis-
garis ini akan hilang bila ikan semakin tua.Sirip punggung berwarna cokelat kemerahan dan bila
diamati sisik-sisiknya, tampak pada setiap sisik badan itu terdapat bintik gelap. Sisik-sisik ini berderet
membujur di atas garis rusuk (lateral line) dan sejajar sampai bagian depan dan akan condong naik di
bagian belakang di bawah sirip punggung paling belakang. Bagian ujung sirip dubur dan perut
berwarna violet. Ekor agak bercabang cokelat kemerahan dengan sebuah pita putih di bagian
pinggir.

2. IKAN KAKAP JENAHA

Kakap jenaha (Lutjanus johni) :

Ikan ini dapat hidup pada daerah hutan bakau sampai laut dengan kedalaman 60 m. Bentuk dan
warna hampir sama dengan kakap tambak, sirip-sirip di atas garis rusuk berderet sejajar dengan
garis rusuk, sedangkan sirip-sirip di bawah garis rusuk sejajar dengan poros badan. Setiap sisi pada
badannya terdapat bintik cokelat sehingga bintik-bintik ini merupakan garis-garis membujur. Di
antara garis rusuk dan sirip punggung keras terdapat noda (spot) oval berwarna Hitam yang terlihat
jelas pada ikan yang berumur muda. Pada ikan yang muda akan tampak 5 – 6 pita berwarna
kecokelatan di badannya. Sirip punggung dan dubur serta ekor berwarna kekuningan, sedangkan
sirip dada dan perut berwarna kemerahan.

2.3 Pembudidayaan ikan kakap merah

Beberapa sifat kakap merah yang menguntungkan usaha budidaya adalah pertumbuhan relatif
cepat, toleran terhadap kekeruhanan, ruang terbatas dan salinitas, serta tanggap terhadap pakan
buatan. Selain itu, budi daya ikan ini relatif mudah, tahan terhadap penyakit, dapat dipelihara dalam
kepadatan yang tinggi, dan sifat kanibalismenya rendah.

2.4 Pertumbuhan dan perkembangan

Laju pertumbuhan ikan kakap merah yang dipelihara dalam karamba jaring apung mencapai
0,56% per hari. Data tersebut menunjukkan baliwa ikan kakap merah tergolong ikan yang cepat
pertumbuhannya. Kakap merah termasuk jenis ikan hermaphrodit protandi, yaitu berstatus jantan
pada awal kehidupannya, lalu berubah menjadi betina. Ikan kakap, merah yang berukuran antara
45,0 – 55,0 cm didominasi oleh ikan jantan, sedangkan yang berukuran 56,0-62,5 cm didominasi ikan
betina. Perubahan dari jantan ke betina terjadi setelah ikan berumur 6-8 tahun. Pada saat itu, induk
jantan telah berukuran bobot 3,5 kg dengan panjang total 53-6o CM.Ikan betinanya akan siap
memijah setelah berukuran sekitar 6 kg. Bobot induk betina L. Argentimaculatus yang telah matang
gonad antara 2,9-5,5 kg, sedangkan jantan antara 3,6-4,6 kg. L. Sebab Memijah sepanjang tahun,
sedangkan L. Argentimaculatus memijah selama 6 bulan, yaitu dari bulan Desember—Juni.
Pemijahan dapat dilaksanakan di dalam tangki maupun KJA. Seekor ikan betina yang bobotnya
antara 3-4,5 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 1,2 juta butir. Khusus L. Sebae, pemijahannya
tidak tergantung pada sildus peredaran bulan. Ikan jenis ini memijah pada bulan gelap maupun
bulan purnama. Namun, keragaman pemijahan yang lebih baik terjadi pada bulan gelap dibanding
bulan terang. Pemijahan berlangsung dalam tangki pada kedalaman air 70-16o meter.

2.5 Pemilihan lokasi budidaya

Ikan kakap merah tergolong ikan eurihalin. Kakap merah yang masih muda dan dewasa hidup
di daerah Mangrove dan muara sungai yang kadar garamnya mendekati air tawar. Sifat ini
menciptakan peluang untuk membudidayakannya, baik di tambak maupun dalam KJA di laut. Lokasi
penempatan KJA atau karamba tancap harus terlindung dari pengaruh gelombang besar dan angin
kencang, seperti perairan teluk yang terlindung, selat kecil, muara sungai ataupun sungai yang airnya
bersifat payau. Kakap merah bisa hidup di perairan laut maupun perairan payau dengan kadar garam
berkisar 10-35 ppt, dan suhu air 26-310 C.

Beberapa persyaratan teknis yang harus di penuhi untuk lokasi budidaya ikan kakap merah di
laut adalah:

1. Perairan pantai/ laut yang terlindung dari angin dan gelombang


2. Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan ikan kakap putih berkisar antara 5 ~ 7 meter.
3. Pergerakan air yang cukup baik dengan kecepatan arus 20-40 cm/detik.
4. Kadar garam 27 ~ 32 ppt, suhu air 28 ~ 30 0 C dan oksigen terlarut 7 ~ 8 ppm
5. Benih mudah diperoleh.
6. Bebas dari pencemaran dan mudah dijangkau.
7. Tenaga kerja cukup tersedia dan terampil

–Wadah Budi Daya

Ikan kakap merah dapat dibudidayakan dalam KJA maupun karamba tancap di perairan pantai,
sekitar muara sungai. Ikan ini dapat dibudidayakan dalam KJA berukuran 2 m X 2 m X 2 m, maupun
ukuran yang lebih besar 3 m x 3 m X 2 m, disesuaikan dengan target produksi yang ingin dicapai.

1. Sarana dan Alat


Pemeliharaan ikan kakap di laut umumnya dilakukan dalam keramba jaring apung
(floating net cage) dengan metode Operasional secara mono kultur. Secara garis besar
keramba jaring apung terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Jaring
Jaring terbuat dari bahan:
· Bahan: Jaring PE 210 D/18 dengan ukuran lebar mata 1 ~ 1,25”, guna untuk menjaga jangan
sampai ada ikan peliharaan yang lolos keluar.
· Ukuran: 3 m x 3 m x 3 m
· 1 Unit Pembesaran: 6 jaring (4 terpasang dan 2 jaring cadangan)

2. Kerangka/Rakit: Kerangkan berfungsi sebagai tempat peletakan kurungan

· Bahan: Bambu atau kayu

·Ukuran: 8 m x 8 m

3. Pelampung: Pelampung berfungsi untuk mengapungkan seluruh sarana budidaya atau


barang lain yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan

· Jenis: Drum (Volume 120 liter

· Jumlah: 9 buah.

4. Jangkar: Agar seluruh sarana budidaya tidak bergeser dari tempatnya akibat pengaruh
angin, gelombang digunakan jangkar.

· Jenis yang dipakai: Besi atau beton (40 kg).

· Jumlah : 4 buah

·Panjang tali : Minimal 1,5 kali ke dalam air

5. Ukuran benih yang akan Dipelihara: 50-75 gram/ekor


6. Pakan yang digunakan: ikan rucah
7. Perahu : Jukung
8. Peralatan lain : ember,serok ikan, keranjang, gunting dll.

1. Konstruksi wadah pemeliharaan

Perakitan karamba jaring bisa dilakukan di darat dengan terlebih dahulu dilakukan
pembuatan kerangka rakit sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Kerangka ditempatkan di
lokasi budidaya yang telah direntukan dan agar tetap pada tempatnya (tidak terbawa arus) diberi
jangkar sebanyak 4 buah. Jaring apung apa yang telah dibuat berbentuk bujur sangkar pada
kerangka rakit dengan cara mengikat keempat sudut kerangka.
2.6 Pengelolaan Budi Daya

– Penyediaan benih
Benih kakap merah bisa diperoleh dari hatchery yang menyediakan benih kakap ini, atau bisa
diperoleh dengan cara penangkapan dari alam. Benih dari alam biasanya ketersediaannya
terbatas, ukurannya tidak seragam dan hanya tersedia pada musim tertentu. Adapun
pengangkutannya dengan sistem tertutup.
– Penebaran benih
Penebaran benih dilakukan sebaiknya walau pagi atau sore hari karena suhu udara atau air
lebih dingin. Sebelum penebaran, harus diperhatikan kondisi kualitas air, terutama suhu dan
salinitas. Jika suhu dan salinitas air pengangkutan cukup berbeda dengan air dilokasi budi daya,
perlu dilakukan adaptasi. Padat penebaran benih kakap merah seberat 50 g adalah 100 ekor/m3.
Adapun padat penebaran ikan yang berukuran lebih besar (200 g), yaitu 11-12 ekor/m2.
– Pembesaran
Pemeliharaan ikan jenaha (L. Johni) selama 6 bulan akan mencapai bobot 356 g dengan bobot
awal 125 g.4. Pemberian pakan yang digunakan adalah ikan rucah sebesar 5-10% bobot
badan/hari. Pemberian pakan dilakukan dua kali/hari. Adapun L. Argentimaculatus yang diberi
pakan rucah sebanyak 10% bobot badan/hari selama masa pemeliharaan 7 minggu
menunjukkan laju pertumbuhan rata-rata o,8% per hari. Frekuensi pemberian pakannya satu kali
sebesar 7% bobot badan per hari.

– Metode Pemeliharaan

Benih ikan yang sudah mencapai ukuran 50-70 gram/ekor dari hasil pendederan atau hatchery,
selanjutnya dipelihara dalam kurungan Yang telah disiapkan. Penebaran benih ke dalam
karamba/jaring apung dilakukan pada kegiatan sore hari dengan adaptasi terlebih dahulu. Padat
penebaran yang ditetapkan adalah 50 ekor/m 3 volume air. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari
pada pagi dan sore hari dengan takaran pakan 8-10% botol total badan perhari. Jenis pakan yang
diberikan adalah ikan rucah (trash fish). Konversi pakan yang digunakan adlah 6:1 dalam arti untuk
menghasilkan 1 kg daging diperlukan pakan 6 kg. Selama periode pemeliharan yaitu 5-6 bulan,
dilakukan pembersihan kotoran yang menempel pada jaring, yang disebabkan oleh teritif, algae,
kerang-kerangan dll. Penempelan organisme sangat menggangu pertukaran air dan menyebabkan
kurungan bertambah berat. Pembersihan kotoran dilakukan secara periodik paing sedikit 1 bulan
sekali dilakukan secara berkala atau bisa juga tergantung kepada banyak sedikitnya organisme yang
menempel. Penempelan oleh algae dapat ditanggulangi dengan memasukkan beberapa ekor ikan
herbivora (Siganus sp.) ke dalam kurungan agar dapat memakan algae tersebut. Pembersihan
kurungan dapat dilakukan dengan cara menyikat atau menyemprot dengan air bertekanan tinggi.
Selain pengelolaan terhadap sarana /jaring, pengelolaan terhadap ikan peliharaan juga termasuk
kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan. Setiap hari dilakukan pengontrolan terhadap ikan
peliharaan secara berkala, guna untuk menghindari sifat kanibalisme atau kerusakan fisik pada ikan.
Di samping itu juga Untuk menghindari terjadinya pertumbuhan yang tidak seragam karena adanya
persaingan dalam mendapatkan makanan. Penggolongan ukuran (grading) harus dilakukan bila dari
hasil pengontrolan terlihat ukuran ikan yang tidak seragam. Dalam melakukan pengontrolan, perlu
dihindari jangan sampai terjadi stres.

– Pengendalian Hama dan Penyakit

Bakteri yang menyerang ikan kakap merah adalah Streptococcus iniae. Gejala ikan yang
terserang penyakit ini, di antaranya warna ikan berubah menjadi lebih gelap, kehilangan
keseimbangan, berenang berputar dan timbul bintik – bintik merah pada kulit. Pencegahan yang
dilakukan dengan cara menghindari padat tebar serta pemberian pakan berlebihan dan mencegah
penanganan kasar. Selain bakteri, ikan ini dapat diserang parasit, yaitu kutu kulit. Kutu kulit adalah
parasit eksternal yang umum pada ikan budi daya laut. Ada dua kutu kulit yang ditemukan pada ikan
kakap merah, yaitu Neobenedenia dan Benedenia. Kutu kulit pada ikan sangat sulit diamati karena
berwarna transparan. Apabila dimasukkan ke dalam air tawar untuk beberapa menit, kutu kulit baru
terlihat karena berubah warna menjadi keputihan. Pemberantasan parasit ini dengan cara
merendam ikan di air tawar selama 5 menit. Jika tingkat serangannya parah, perendaman dapat
dilakukan sebanyak dua kali dengan selang waktu seminggu.

– Panen

Ikan kakap merah dipanen setelah berukuran 500 g. Ukuran tersebut ideal untuk dipasarkan.
Adapun lama pemeliharaan untuk Mencapai ukuran tersebut adalah 6 bulan benih 50 g. Sementara
itu, benih berbobot 200 g akan mencapai rata-rata 890 g/ekor selama 225 hari. Pada prinsipnya cara
pemanenan ikan kakap merah dari KJA sama seperti cara panen ikan di KJA umumnya.

2.7 ANALISA USAHA 1 TAHUN (2 PERIODE BUDIDAYA)

1. Biaya Investasi

· Karamba jaring apung 1 unit Rp. 2.500.000,-

· Perahu jukung 1 unit Rp. 150.000,-

· Peralatan budidaya Rp. 300.000,-

· Jumlah Rp. 2.950.000,-

2. Biaya Operasional

· Benih 2 x 5.000 ekor x Rp 200,- Rp. 2.000.000,-

· Pakan 2 x 13.500 kg x Rp 250,- Rp. 6.750.000,-

· Tenaga kerja 2 orang x 1 x 6 buah x Rp. 75.000,- Rp. 900.000,

· Jumlah Rp. 9.650.000,-

3. Jumlah biaya (1+2) Rp. 2.950.000 + Rp 9.650.000,- Rp. 12.600.000,-

4. Pendapatan 2 x 2.250 kg x Rp 4.000,- Rp. 18.000.000,-

5. Selisih pendapatan dan biaya total(4-3) Rp. 5.400.000,-

6. Penyusutan 50% x Rp 2.950.000,- Rp. 1.475.000,-

7 . Laba sebelum pajak (5-6)


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan :

- Ikan kakap merah memiliki 2 jenis yakni, kakap tambak dan kakap jenaha

- Budidaya ikan kakap memiliki banyak manfaat

3.2 Saran :

1. Dalam usaha budidaya ikan kakap jenis apapun, diperlukan keseriusan agar memperoleh
keuntungan atau hasil yang maksimal.
2. Memilih bibit ikan yang berkualitas baik, agar hasil yang kita dapatkan baik pula.
3. Memperhatikan keadaan kolam, tambak atau keramba jaring apung jangan sampai ada
kebocoran karena kolam yang bocor dapat menyebabkan kerugian.

DAFTAR PUSTAKA

https://pututrisna.wordpress.com/2014/08/06/budidaya-ikan-kakap/

Anda mungkin juga menyukai