Anda di halaman 1dari 17

BUDIDAYA RUMPUT LAUT DAN TERUMBU KARANG

Nama kelompok :

1. M SULIKIN
2. LULUR WAHYUDI
3. JAHRAWI
4. MIFTAKHUN NIAM
5. MAULIDAN MUTTADIN
6. MEYLISA BETI AGUSTIN
7. NUR SHIYAMAH
8. IMANIA RIZIANI
9. MUDA KAROEFA

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
yang berjudul Budidaya Rumput Laut. Penulisan karya tulis ini merupakan
tugas didalam kegiatan OMBAK Universitas Trunojoyo Madura Bangkalan.
Dalam penulisan karya ilmiah ini kami tidak memungkiri jika masih
banyak kekurangan baik dari segi teknis maupun dari segi materi. Mengingat
kami hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kami
butuh kritik dan saran karena sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah
ini.
Dengan demikian, kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
memberikan bantuan kepada penulis. Dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat
bagi pembaca

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laut memiliki peran besar terhadap Perekonomian Negara, terutama
ekosistem ikan yang sangat melimpah. Tidak hanya ikan, bahkan rumput lautnya
belum juga meningkatkan pendapatan ekonomi Negara terutama para nelayan
ikan dan petani Rumput Laut belum di kembangkan sepenuhnya itulah yang
membuat perekonomian Negara yang seharusnya meningkat tidak kunjung
meningkat. Padahal, Indonesia termasuk Negara kepulauan. Dan apabila ada
pembudidaya Laut seperti pembudidaya Ikan dan rumput laut, maka
keberadaannya itu sangat memberikan andil dalam menciptakan lapangan kerja
dan dapat mengatasi juga mengurangi pengangguran yang ada. Saat ini memang
sudah ada para Pembudidaya Ikan dan Rumput Laut akan tetapi masih banyak
menemui kendala. Budidaya laut atau budidaya hasil laut meliputi budidaya ikan
laut, kerang, tiram dan rumput laut yang dilakukan di kolam air asin juga
merupakan budidaya yang sangat menguntungkan. Secara geografis Provinsi
Kepulauan Kepri berbatasan dengan negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia,
dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251,810,71 km dengan 96 persennya
adalah perairan dengan 1350 pulau besar dan kecil telahmenunjukkan kemajuan
dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan,dan
kemasyarakatan.
1.2 Tujuan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk mengurangi tingkat
pengangguran dengan cara mengajari mereka bagaimana cara membudidayakan
rumput Laut dan ikan dengan Baik dan Benar. Tapi kami disini tidak memberikan
semua penjelasan tentang bagaimana membudidayakan semua jenis ikan dengan
baik tapi kami hanya menhususkan pada Pembudidayaan Ikan Kerapu agar
kemiskinan di Negara ini semakin berkurang dan meningkatkan perekonomian
Negara meskipun tidak dalam sekala besar.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara Budidaya Rumput Laut yang Baik ?
2. Bagaimana cara Budidaya Ikan Kerapu yang Baik ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pengertian
Terumbu karang merupakan organisme yang hidup di dasar perairan dan
berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan gaya
gelombang laut. Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang tergantung
pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada hakekatnya tidak selalu tetap, akan
tetapi sering berubah karena adanya gangguan baik karena aktifitas alam maupun
aktifitas manusia. Gangguan dapat berupa faktor fisik-kimia dan biologis. Faktor-
faktor fisik-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi kehidupan dan/atau laju
pertumbuhan karang, antara lain adalah cahaya matahari, suhu, salinitas, dan
sedimen. Sedangkan faktor biologis biasanya berupa predator atau pemangsanya.

3.2 Cara Budidaya Rumput Laut yang baik


Dalam melakukan Pembudidayaan Rumput laut dengan baik, banyak
tehnik dan cara yang harus diperhatikan dengan baik dan benar. Supaya hasil yang
di peroleh saat panen memuaskan,menguntungkan dan juga berkualitas baik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembudidayaan Rumput laut ini
adalah Media Penanaman seperti tambak. Dan disisni keadaan tambak dan
Kualitas air akan diperjelas. Dan sekarang kami akan menguraikan tahap-tahap
Pembudidayaan Rumput laut yang Baik dan Benar. Wilayah pesisir dan laut
Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman hayati (biodiviersity)
terbesar di dunia, yang tercermin pada keberadaan ekosistem pesisir seperti
Terumbu Karang. Terumbu karang merupakan organisme yang hidup di dasar
perairan dan berupa bentukan batuan kapur (CaCO3) yang cukup kuat menahan
gaya gelombang laut. Penyebaran terumbu karang di Propinsi Kepri tidak ditemui
di perairan laut Kepri daratan, tapi berada di Kepri kepulauan yakni sebagian
besar di Natuna, kemudian Kepulauan Kepri, Barelang, dan Karimun.
Pertumbuhan karang dan penyebaran terumbu karang tergantung pada kondisi
lingkungannya. Faktor-faktor fisik-kimia yang diketahui dapat mempengaruhi
kehidupan dan/atau laju pertumbuhan karang, antara lain adalah cahaya matahari,
suhu, salinitas, dan sedimen. Sedangkan faktor biologis biasanya berupa predator
atau pemangsanya.
3.2.1 Keadaan Tambak
Keadaan tambak tepatnya dasar tambak yang ideal adalah tanah
yang mngandung pasir dan sedikit lumpur. Perlu diusahan agar di dasar
tambak tidak terlalu banyak lumpur. Tambak harus bersih dari tanaman
lain yang bisa membusuk apalagi yang dapat meningkatkan derajat
keasaman dasar tambah. Derajat keasaman (pH) yang paling ideal adalah
6.5 sampai 8.5. Dan apabila derajat keasamannya berlebih dapat dilakukan
penebaran kapur untuk menyeimbangkan derajat keasaman tambak.
Tambak harus memiliki saluran air yang baik dan bersih. Dan
usahakan setiap petak tambak memiliki 2 saluran air untuk masuk dan
keluarnya air.
Gelombang atau arus air sebisa mungkin tidak terlalu besar agar
tanaman yang ada didalamnya tidak menggerombol pada satu tempat
tertentu. Harus cukup untuk meberikan ruang gerak pada tanaman.
Diatas tambak diusahan ada pemantang minimal 1m yang kuat dn
bebas dari bocoran yang difungsikan untuk merawat dan mengawasi
tanaman dan bisa juga untuk menjemur tanaman yang sudah di panen.
Kualitas air juga sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, pH
ideal harus berkisar 6,5 sampai 8,5 dan pergantian air maksimal 8 hari agar
kesehatan dan kualitas tanaman tetap terjaga. Suhu air sekitar 180C-300C
dan kekeruhan air tambak juga harus di perhatikan agar tanaman cukup
menerima sinar matahari.
3.2.2 Pemilihan Lokasi
Meskipun Rumput Lut ini dibudidayakan di tambak, tapi rumput
laut perlu persyaratan sebagaimana Habitat aslinya yaitu dilaut.
Berada di sepanjang pantai dan perairan langsung dari laut
Kedalamannya maksimal 70cm
Lokasi tidak mudah terpengaruh dari air tawar yang berlebihan
Tidak mempersulit pembudidaya untuk merawat tanaman
3.2.3 Pengapuran
Sebelum dilakukan penanaman bibit, di lakukan dulu pengapuran
untuk menyeimbangkan derajat keasaman (pH) dan O2 serta untuk
menstabilkan kejernihan air supaya sinar matahari cukup untuk memenuhi
kebutuhan tanaman
3.2.4 Penyediaan Bibit
Berdasarkan pengalaman para petani rumput laut, bibit yang paling
cocok untuk dibididayakan adalah bibit lokal, karna disamping mudah
dalam hal pengadaannya juga bibit tersebut cocok dengan persyaratan
untuk pertumbuhannya secara alami.
Akan tetapi bila ternyata pada lokasi yang telah ditentukan tidak
terdapat bibit lokal yang diinginkan, maka dapat pula dilakukan dengan
cara mendatangkan bibit yang sesuai dengan yang diinginkan dari lokasi
lain. Bila hal itu terjadi, maka yang harus diperhatikan adalah bagaimana
cara membawa bibit tersebut dengan sebaik-baiknya agar tidak terjadi
kerusakan selama dalam perjalanan.
3.2.5 Penanaman
1. Terlebih dahulu tambak dialiri air sedalam 50-70 cm
2. Bibit yang telah disediakan ditebar secra merata di tambak
Air dipertahankan selama 3-5 hari setelah penebaran, agar rumput laut
tersebar secara merata tanpa terganggu oleh arus air yang berlebih
3.2.6 Pemeliharaan dan Pemupukan
Dalam pemeliharaan rumput laut, perawatan kualitas dan
kejernihan air jangan pernah disepelekan karna hal itu adalah salah
satu yang terpenting dalam hal Pembudidayaan rumput laut ini agar
rumput laut dapat tumbuh optimal Pada saat air tenang, sebaiknya
rumput laut di goyang-goyang agar bersih dan tidak mengganggu
metabolisme tubuh sehingga semakin mempercepat pertumbuhan
rumput laut dan semakin cepat panen.
Pemberian pupuk pada rumput laut tidak sama dengan pemberian
pupuk pada tanaman lain. Pupuk sebaiknya diberikan pada saat umur
rumput laut 15 hari setelah penaburan bibit dan pada 10 hari sebelum
panen. Agar hasil panen rumput laut semakin segar, berkualitas dan
bernilai jual tinggi.
3.2.7 Panen
Tanaman rumput laut dapat dipanen bila usia pemeliharaan sudah
mencapai 25-30 hari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pemanenan antara lain :
a. Panen dilakukan pada saat air disurutkan
b. Panen dilakukan saat umur tanaman 35-40 hari
c. Panen dilakukan dengan cara memetik tanaman secara merata dengan
meninggalkan sebagian sebagai bibit untuk penanaman ulang
d. Setelah panen selesai, segera masukkan air baru yang kemudian dilakukan
pemupukan ulang.
3.2.8 Pasca Panen
Setelah panen dilakukan dan memperoleh hasil yang cukup
memuaskan, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk
mempertahankan kualitas yaitu
1. Rumput laut hasil panen di cici dan dibersihkan terlebih dahulu
2. Kemudian dilakukan penjemuran diatas pematang yang sudah diberi
alas terlebih dahulu
3. Penjemuran dilakukan selama 1-2 atau bisa juga tergantung dengan
terik matahari
4. Rumput laut yang sudah kering berwarna coklat kehijauan dan
kehitam-hitaman dan apabila digenggam dan setelah itu mengembang
kembali, maka dalam pembudidayaan rumput laut yang berkualiatas
ini berhasil
5. Rumput laut yang sudah kering disimpan pada tempat yang kering dan
terlindungi dari kotoran dan debu yang menyebabkan tempat
bersarangnya kuman dan bakteri.
3.3 Cara Budidaya Ikan Kerapu yang Baik
Budidaya ikan kerapu ini juga tidak jauh dari budidaya rumput laut
yaitu dengan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
3.3.1 Penyiapan dan Penebaran Benih
Benih yang digunakan bisa berasal dari tangkapan maupun
pembenihan. Umumnya jumlah benih dari tangkapan sangat terbatas,
ukuran tidak seragam, sering terserang penyakit akibat luka saat
penangkapan dan pengangkutan. Dengan alasan tersebut lebih baik benih
yang digunakan berasal da pembenihan. Selain jumlahnya banyak, ukuran
relatif seragam serta kualitas dan kontinuitas terjamin. Benih yang sehat
tampak dari warnanya cerah.
3.3.2 Pemberian Pakan

Pemilihan jenis pakan untuk pembesaran harus didasarkan pada


kemauan ikan untuk memakan pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi dan
harga atau nilai ekonomis. Pada umumnya untuk ikan kerapu diberikan
ikan rucah segar karena harganya relatif murah, bisa juga pakan buatan
berupa pellet sebagai pengganti ikan rucah. . Pada tahap awal pembesaran,
pemberian pakan dilakukan sesering mungkin sampai ikan benar-benar
kenyang, minimal tiga kali sehari. Tahap berikutnya waktu dan frekwensi
pemberian pakan harus tepat agar pertumbuhan baik dan penggunaan
pakan menjadi efisien, karena berkaitan dengan pencernaan dan
pemakaian energi. Sebaiknya pemberian pakan 2 kali sehari pada saat pagi
dan sore hari. Pakan ikan segar harus dicacah hingga ukurannya sesuai
dengan bukaan mulut ikan.

3.3.3 Pemberian Multivitamin

Kegunaan penambahan multivitamin dapat menambah kekebalan


tubuh ikan sehingga dapat tumbuh secara normal, di samping itu dapat
mencegah terjadinya lordosis dan scoliosis atau tubuh bengkok karena
perkembangan tulang belakang yang tidak sempurna. Manfaat lain adalah
dapat meningkatkan sintasan ikan, atau menurunkan tingkat kematian,
berpengaruh terhadap kinerja ikan, warna tubuh menjadi lebih cerah dan
agresif. Dapat juga diberikan tambahan vitamin C sebanyak 2 gram/kg
berat pakan yang diberikan 2 kali per minggu.

3.3.4 Pemilihan Ukuran


Kerapu macan termasuk ikan buas dan memiliki sifat kanibal. Oleh
sebab itu kegiatan pemilahan atau penyeragaman ukuran harus secara rutin
dilakukan. Hal ini dilakukan agar setiap waring/jaring hanya diisi ikan
yang berukuran sama, bila ada perbedaan ukuran maka ikan yang lebih
kecil akan kalah bersaing dengan ikan yang lebih besar dalam memperoleh
makanan, hal ini bisa menyebabkan banyak kematian.

Penyeragaman ukuran dilakukan mulai dari awal pembesaran dan


selanjutnya diteruskan minimal setiap dua minggu sekali, terutama kalau
terdapat variasi ukuran. Pemilahan ukuran dilakukan dengan cara
jaring/waring diangkat lalu ikan diambil dan ditampung dalam ember
plastik berkapasitas 100 liter, kemudian ikan diseleksi berdasarkan ukuran
dan dimasukan kembali dalam wadah pemeliharaan.

3.3.5 Perawatan Waring dan Jaring

Perawatan dan pengontrolan waring/jaring selama masa


pembesaran mutlak dilakukan. Waring/jaring yang kotor dapat
menghambat pertukaran air dan oksigen dan menghambat pertumbuhan
dan menimbulkan penyakit pada ikan peliharaan. Penggantian
waring/jaring yang kotor dengan yang bersih dilakukan minimal 3 minggu
sekali. Waring/jaring yang kotor dijemur sampai kering lalu dicuci dengan
cara disemprot air. Setelah bersih dijemur kembali sampai kering, sebelum
digunakan waring/jaring dikontrol kembali apakah ada yang rusak atau
putus.

3.3.6 Pengamatan Kesehatan Ikan dan Kualitas Air


Pengamatan kesehatan ikan perlu dilakukan secara visual dan
organoleptik untuk mengamati ektoparasit dan morfologi ikan. Sedangkan
pengamatan secara mikroskopik dilakukan di laboratorium untuk
pemeriksaan jasad patogen (endo perasit, jamur, bakteri dan virus). Cara
berkembang biak.
Di dalam tangki percobaan ikan betina yang telah dewasa bila akan
memijah mendekati jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan
betina akan berenang bersama-sama dipermukaan air. Pemijahan terjadi
pada malam hari, antara pukul 18.00 sampai pukul 22.00. jumlah telur
yang dihasilkan tergantung dari berat tubuh betina, contoh betina berat 8
kg dapat menghasilkan telur 1.500.000 butir. Telur yang telah dibuahi
bersifat "non adhesive" yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang
lainnya. Bentuk telur adalah bulat dan transparan dengan garis tengah
sekitar 0,80 -0,85 mm. Telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi
benih yang aktif berenang. Benih inilah yang umum tertangkap oleh
nelayan. Kelimpahan benih ikan kerapu ini sepanjang tahun tidak sama.
Kelimpahan yang paling tinggi disekitar Teluk Banten terjadi pada bulan
Februari sampai April.

3.3.7 Pemeliharaan Induk

Induk ikan kerapu yang dipijahkan dipelihara di laut dalam


kurungan apung dengan padat penebaran induk 7,5 - 10 kg/m 3 . Pakan
yang diberikan berupa ikan rucah segar berkadar lemak rendah. Diluar
pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan sebesar 3 - 5% dari total
berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan diturunkan
menjadi 1%. Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10 - 15
mg/ekor/minggu.

3.3.8 Sex reversal

Kerapu termasuk ikan yang "hermaprodit protogyni", yaitu pada


kehidupan awal belum ditentukan jenis kelaminnya. Sel kelamin betina
terbentuk setelah berumur 2 tahun dengan panjang 50 cm dan berat 5 kg.
Sel kelamin betina berubah menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun
dengan panjang tubuh sekitar 70 cm dan berat 11 kg. Ada kenyataannya
lebih banyak ditemui ikan kerapu jantan atau mempercepat perubahan
kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang dengan hormon
testosteron. Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral melalui
makan setiap minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin. Takaran
yang diberikan adalah : Hormon testosteron 2 mg/kg induk Multivitamin
10 mg/kg induk.

3.3.9 Seleksi Induk

Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui denan


cara mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang
keluar warnan putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk
menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui
dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang
kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang mikron. diperoleh diamati
untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis tengah (diameter) telor
diatas 450.

3.4.0 Pemijahan

1. Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang


sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan
salinitas + 32 .
2. Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu
dengan cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air
setiap hari. Mulai jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan air
diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar bak. Setelah jam
14.00 permukaan air dikembangkan ke possisi semula (tinggi air
1,5 m). Takaran hormon yang diberikan adalah :
HGG 1.000 - 2.000 IU/kg induk
Puberogen 150 - 225 RU/kg induk
3. Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja
sampai malam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari
antara jam 22.00 - 24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi
2 kali bulan Juni -September dan bulan Nopember - Januari.
4. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan
dipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva.
BAB III
METODE PENELITIAN

Terumbu karang yang hidup di lokasi dengan latar belakang kondisi suhu yag
berubah-ubah dalam jangka panjang, ternyata memiliki ketahanan terhadap
perubahan iklim yang jauh lebih baik, setidaknya itulah yang ditemukan oleh
sejumlah pakar dari Wildlife Conservation Society dan sejumlah pakar terumbu
karang melalui metode sederhana yang baru untuk mengukur tingkat ketahanan
terumbu karang.

Jenis karang seperti inilah yang harus segera mendapat perhatian untuk segera
dilindungi dan dilestarikan dari ekosistem yang semakin terancam. Tulisan ini
dimuat dalam jurnal PLoS One tanggal 29 Agustus 2012 silam.

Keragaman kondisi lingkungan terumbu karang yang luar biasa menyebabkan


upaya untuk mempelajari dan upaya konservasi yang memprioritaskan mereka
menjadi sangat mahal, kendati demikian tetap dibutuhkan tindakan yang segera
untuk mengatasi ancaman perubahan iklim.

Dengan metodologi filterisasi dengan cara survey dan kajian literatur, riset ini
berhasil memilih 11 faktor utama untuk melakukan pengukuran. Diantara
berbagai faktor yang penting yang dipilih oleh para ahli dan sangat mempengaruhi
kemampuan bertahan terumbu karang adalah jenis spesies terumbu yang tahan
terhadappanas dan latar belakang suhu yang berubah-ubah.

Kendati model kajian baru ini menawarkan upaya yang sangat bernilai, efektif
dari segi ekonomi dalam mengukur katahanan terumbu karang, namun Dr.
McClanahan menyatakan bahwa sejulah penelitian lebih lanjut harus dilakukan
untuk mengevaluasi prioritas dan berbagai jenis terumbu yang tahan panas dan
variabilitas suhu seperti apa yang dibutuhkan untuk perencanaan konservasi. Dia
menambahkan bahwa salah satu hal paling menarik yang ditemukan dalam studi
terbaru ini adalahA kajian ini telah memprioritaskan investigasi lebih lanjut
dengan mengidentifikasi berbagai faktor yang paling sedikit disepakati diantara
para ahli kelautan dan yang paling memiliki potensi tertinggi untuk
mempromosikan ketahanan terumbu karang.

Ancaman utama terumbu karang ialah penangkapan ikan berlebihan, praktek


penangkapan ikan yang merusak, juga sedimentasi serta pencemaran yang berasal
dari daratan. Persentase ancaman akibat penangkapan ikan secara berlebihan
dapat mencapai 64% dari luas keseluruhan,dan mencapai 53% akibat
penangkapan ikan dengan metode yang merusak.

Ancaman lain yang merusak terumbu karang selain penangkapan ikan, dan
sedimentasi pencemaran dari daratan adalah terjadinya peristiwa-peristiwa alam
seperti El Nio Southern Oscillation (ENSO) tahun 1997-1998 dan Tsunami yang
berdampak pada terjadinya pemutihan karang besar-besaran terutama di wilayah
barat Indonesia. Pemutihan karang terjadi di bagian timur Sumatra, Jawa, Bali,
dan Lombok. Di Kepulauan Seribu (perairan bagian utara Jakarta), sekitar 90-95%
terumbu karang hingga kedalaman 25 m mengalami kematian. Dua tahun
kemudian, tahun 2000, terumbu karang di Kepulauan Seribu mengalami
pemulihan yang berarti, dengan 20-30% tutupankarang hidup.

Apa yang bisa dilakukan untuk untuk membantu mengurangi ancaman


kelangsungan hidup terumbu karang dan biota laut lainnya yang hidup
bersimbiosis dengan terumbu karang, yang paling sederhana adalah menimbulkan
kesadaran pribadi untuk ikut menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan
hidup, selain itu juga diadakannya sosialisasi dan penyuluhan akan informasi
mengenai terumbu karang, baik dari fungsi terumbu karang dalam biota laut,
kondisi terumbu laut saat ini, ancaman terhadap kelangsungan hidup terumbu laut
dan apa saja dampak yang dapat terjadi bila perusakkan terumbu karang terus
berlanjut.

Daftar berikut ini, meski tidak secara menyeluruh, menyediakan beberapa


rekomendasi penting untuk meyakinkan bahwa sumberdaya terumbu karang Asia
Tenggara tersedia untuk generasi mendatang:
Tingkatkan pengelolaan sumberdaya pesisir dan perikanan.
Tingkatkan pengelolaan KKL yang sudah ada.
Perluas Jaringan Kerja Wilayah Konservasi.
Hentikan penangkapan ikan yang merusak.
Kurangi penangkapan berlebih.
Atur perdagangan internasional biota hidup terumbu karang.
Kembangkan wisata berkelanjutan.
Adopsi kebijakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim.
Kembangkan pemetaan,pemantauan, dan jaringan kerja informasi terumbu
karang guna mendukung pengelolaan yang lebih baik.
Tingkatkan kesadaran masyarakat
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, "Teknologi Reproduksi Ikan Kerapu (Epinephelus sp)", Riset dan


Teknologi Balai Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1993.

Kisto Mintardjo dan Sigit B, "Pemijahan Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina)


Dengan Manipulasi Lingkungan", Buletin Budidaya Laut No. 2, Balai
Budidaya Laut Lampung, Ditjen Perikanan, 1991.

Sigit Budileksono dan Yayan Sofyan, "Pemijahan Alami Ikan Kerapu Macan
(Epinephelus fuscoguttatus) di Bak Terkontrol", Buletin Budidaya, 1993.

Sigit Budileksono, " Pembenihan Ikan Kerapu di Balai Budidaya Laut Lampung",
Ditjen Perikanan, 1995.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Rumusan Masalah 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian 2
2.2 Cara Budidaya Rumput Laut yang baik 2
2.2.1 Keadaan Tambak 3
2.2.2 Pemilihan Lokasi 3
2.2.3 Pengapuran 4
2.2.4 Penyediaan Bibit 4
2.2.5 Penanaman 4
2.2.6 Pemeliharaan dan Pemupukan 4
2.2.7 Panen 5
2.2.8 Pasca Panen 5
2.3 Cara Budidaya Ikan Kerapu yang Baik 5
2.3.1 Penyiapan dan Penebaran Benih 6
2.3.2 Pemberian Pakan 6
2.3.3 Pemberian Multivitamin 6
2.3.4 Pemilihan Ukuran 7
2.3.5 Perawatan Waring dan Jaring 7
2.3.6 Pengamatan Kesehatan Ikan dan Kualitas Air 7
2.3.7 Pemeliharaan Induk 8
2.3.8 Sex reversal 8
2.3.9 Seleksi Induk 9
2.3.10 Pemijahan 9
BAB III METODE PENELITIAN 10
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai