Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SITOHISTOLOGI

TEKNIK SITOHISTOLOGI (MERENDAM JARINGAN, MEMBUAT


BLOK JARINGAN, PEMOTONGAN JARINGAN, DAN PEWARNAAN)

Dosen Pengampu: Misbahul Huda, S.Si.,M.Kes.

KELOMPOK 5

Disusun oleh:

Nadea Grescia Abelia (1813353014)

Ria Amira Ali (1813353025)

Dewi Hayati (1813353027)

Raihan Ghalluh Rakhasiwi (1813353028)

Puspita Salsabella (1813353035)

Pinkan Adelia Kurniawan (1813353036)

Selfy Yohana Parent (1813353037)

POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah
nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sitohistologi ini yang
berjudul “TEKNIK SITOHISTOLOGI (MERENDAM JARINGAN,
MEMBUAT BLOK JARINGAN, PEMOTONGAN JARINGAN, DAN
PEWARNAAN)” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi mata kuliah Sitohistologi yang diampu oleh Ibu Misbahul Huda,
S.Si.,M.Kes.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan kerjasama anggota kelompok


dan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami sampaikan banyak terima kasih kepada
pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.

Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan


kekeliruan didalam makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi.
Sehingga penulis secara terbuka menerima kritik dan saran positif dari pembaca.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga dapat bermanfaat untuk


pembaca dan untuk kami sendiri khususnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Bandar Lampung, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Merendam Jaringan...................................................................................
2.2. Membuat Blok Jaringan.............................................................................
2.3. Pemotongan Jaringan.................................................................................
2.4. Pewarnaan..................................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sitohistoteknologi berasal dari kata kata Sito/cyto/cyt/se : molekul-
molekul sel ; Histo : jaringan ; Teknis : cara ; Logos : Ilmu. Jadi
sitohistoteknologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-
cara membuat preparat jaringan tubuh manusia.
Kata Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Histo yang berarti
jaringan dan Logos yang berarti ilmu. Histologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang sel dan matriks ekstraseluler dari jaringan.
Histologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan
dengan irisan tipis. Irisan tersebut nantinya akan memperihatkan bentuk,
ukuran dan lapisan yang beragam yang terdiri dari struktur seluler, fibrosa dan
tubuler (Eroschenko, 2008;Jusuf, 2009;Zulham, 2009).
Histologi diperlukan dalam mempelajari struktur jaringan normal suatu
organ atau alat tubuh lain baik struktur anatomi maupun fisiologi. Hal yang
sangat penting dalam mengenali suatu kondisi patologi sebagai akibat suatu
penyakit dan perubahan-perubahan seluler juga membantu mendiagnosis
penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis melalui
hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu dengan diambil
sampel organ (Suntoro, 1983;Jhonson, 1994)
Jaringan adalah kumpulan dari sel- sel sejenis atau berlainan jenis
termasuk matriks antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem
tertentu. Meskipun sangat kompleks tubuh mamalia hanya tersusun oleh 4
jenis jaringan yaitu jaringan : epitel, penyambung/ pengikat, otot dan saraf.
Dalam tubuh jaringan ini tidak terdapat dalam satuan-satuan yang tersendiri
tetapi saling bersambungan satu dengan yang lain dalam perbandingan yang
berbeda- beda menyusun suatu organ dan sistem tubuh. Jaringan penyambung
ditandai banyaknya bahan intersel yang dihasilkan oleh sel- selnya; jaringan
otot terdiri dari sel- sel panjang yang mempunyai fungsi khusus yaitu
kontraksi dan jaringan saraf terdiri dari sel- sel dengan prosedur panjang yang
menonjol dari bahan sel dan mempunyai fungsi khusus yaitu menerima,
membangkitkan dan menhantarkan impuls saraf.
Seorang paramedic veteriner di laboratorium mempunyai tugas untuk
membuat sajian yang baik, agar hasil preparat dapat memberikan hasil akurat
dan permasalahan yang diteliti dapat terjawab. Pemahaman mulai dari
persiapan sebelum pembuatan preparat seperti anastesi, euthanasia, nekropsi,
fiksasi sampai pemotongan ukuran kecil atau trimming. Pemrosesan jaringan
yang dimulai dari dehidrasi, penjernihan, infiltrasi paraffin, pengeblokan,
pemotongan slide preparat, perwanaan hinggs perekatan. Tahap pembuatan
preparat jaringan harus diperhatikan agar tidak terjadi kerusakan akibat
kesalahan seperti goresan, sobekan, lipatan, penumpukkan warna dan
penyaringan larutan yang kurang bersih sehingga akan dapat menyebabkan
kesalahan dalam penafsiran diagnosis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Cara merendam jaringan?
2. Bagaimana cara membuat blok jaringan?
3. Cara melakukan pemotongan jaringan?
4. Cara melakukan pewarnaan pada specimen jaringan?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami cara atau langkah-langkah pembuatan
sediaan preparat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Merendam Jaringan


Merendam jaringan atau disebut clearing adalah proses penjernihan atau
mentransparaan kan jaringan. Clearing berfungsi untuk menarik molekul
alkohol atau dehidran yang lain dari dalam jaringan agar dapat digantikan
oleh molekul paraffin. Clearing menggunakan xylene dengan membenamkan
atau merendam jaringan pada larutan tersebut selama 2 x 15 menit.

2.2. Membuat Blok Jaringan


Pengeblokan (embedding) adalah proses pembuatan blok preparat. Dengan
menanamkan atau memasukkan jaringan kedalam cetakan untuk
memudahkan proses penyayatan dengan mikrotom. Cetakan yang digunakan
adalah base mould, yaitu cetakan yang terbuat dari logam yang tidak berkarat.
Tujuan dari proses ini untuk membuat blok paraffin menjadi preparat
permanen (Juliati, 2017).
Pengecoran (Blocking) adalah proses pembuatan blok preparat agar dapat
dipotong dengan mikrotom. Untuk membuat blok preparat dapat digunakan 2
macam cara:
1. Cara lama yaitu dengan menggunakan potongan besi berbentuk L
(Leuckhart)
Dua buah potongan besi disusun diatas lembaran logam hingga rapat dan
membentuk ruang seperti kubus. Tuangkan sedikit parafin cair di bagian
pinggir tempat pertemuan potongan besi agar tak bocor. Jaringan
kemudian dimasukkan ke dalam ruangan kubus. Selanjutnya parafin
dituangkan kedalam ruangan kubus tersebut. Hal yang harus dicegah
adalah jangan sampai gelembung udara mengisi kedalam blok parafin
tersebut.

2. Cara baru yaitu dengan menggunakan cetakan dari plastik dan


piringan logam
Dengan cara ini histoplate dari plastik diletakkan di atas piringan logam
(seperti cetakan membuat es batu). Tuangkan sedikit cairan parafin ke
dalam cetakan tersebut. Secepatnya masukkan jaringan dengan
menggunakan pinset yang telah dipanaskan (agar parafin tak beku) dan
diatur posisinya di dalam cetakan. Parafin cair kemudian dituangkan
kembali hingga menutupi seluruh cetakan tersebut. Selama tindakan ini
cetakan (histoplate dari plastik) dan piringan logam harus diletakkan diatas
hot plate.

2.3. Pemotongan Jaringan


Proses pemotongan jar dengan mikrotom-ukuran sangat tipis 4-10 µ
jaringan yang akan diperiksa harus diambil dari bagian yang representatif
(mewakili) seluruh, yang paling abnormal. Apabila jaringan besar dipotong
dengan pemotongan ‘gross’ tebalnya 0,4 cm lalu dimasukan ke dalam
‘cassette’
-Sebelum dilakukan pemotongan, tanggal pemotongan dicantumkan
-Sampel dideskripsikan secara mikroskopis sebelum dan sesudah pemotongan
Contoh : Sampel mame
Sebelum pemotongan: sebuah jaringan mame dengan ukuran15 cm x 12 cm x
3 cm, berkulit, berputing dan berlemak.
Sesudah pemotongan: didapat 2 buah KGB (kelenjar getah bening) 1 massa
tumor.
-Potong sampel pada massa yang dicurigai sesuaidengan kaset
-Diletakkan di dalam kaset dan kaset diberi nomer sesuai blanko
-Sampel di masukkan kedalam wadah atau mesin autoprocessing
-Sisa sampel dimasukkan kewadah dan di beri tanggal pemotongan

2.4. Pewarnaan
Pewarnaan adalah teknik memberikan warna pada komponen seluler
dengan tujuan membedakan antar sel pada jaringan (Waheed, 2012). Teknik
pewarnaan ini membantu dalam menghasilkan kontras dimana setiap warna
memiliki afinitasnya masing-masing (Steven dkk, 2013). Jenis-jenis zat
pewarna yang dapat digunakan dalam pewarnaan antara lain pewarna Alcian
Blue (AB), van gieson, ‘azan’ azocamine-anilin blue’, Hematoksilin, Eosin,
dan Hematoksilin Eosin.
1. Alcian Blue (AB)
Pewarna Alcian Blue (AB) digunakan mendeteksi
mukopolisakarida atau karbohidrat yang bersifat asam yang terwarnai biru
didalam sel-sel acinus yang mensekresikan mucus yang terdapat dalam sel
atau jaringan dengan mengikat gugus hidroksil pada pH 2,5 ,sedangkan
nukleus diwarnai kontra dengan “Nucleus Fast Red” (Hammerson 1990;
Kiernan 1990).

2. Pewarnaan van Gieson


Pewarnaan van Gieson adalah pewarnaan dengan teknik trikrom
lain yang jelas mendiferensiasi antara serat-serat kolagen (berwarna
merah) dan seluruh sitoplasma (berwarna kuning). Metode pewarnaan ini
mendeteksi peningkatan jumlah serat-serat jaringan ikat dengan cepat yang
timbul dalam keadaan patologik seperti fibrosis dan sclerosis
(Hammerson, 1990).

3. Pewarnaan ‘azan’ azocamine-anilin blue’


Pewarnaan ‘azan’ azocamine-anilin blue’ adalah teknik pewarnaan
yang memperlihatkan serat-serat jaringan ikat (serat kolagen dan retikulat)
maupun zat mukosa dalam berbagai warna biru sehingga berbeda jenis
antara nukleus dan komponen sitoplasma yang berwarna kemerahan
(Hammerson, 1990).

4. Pewarnaan Hematoksilin
Pewarnaan Hematoksilin adalah jenis pewarna inti yang paling
umum digunakan yang berasal dari eksrak pohon logwood (Haematoxylin
camphianum). Hematoksilin digunakan sebagai pewarna dalam bentuk
oksidasinya yaitu hematein (sehingga larutan hematoksilin yang baru
dibuat harus dibiarkan “matang” atau “tua” dulu agar terjadi oksidasi baru
diguunakan). Hematoksilin merupakan pewarna inti yang mengikat inti sel
secara lemah, kecuali bila ditambahkan senyawaan lainnya seperti
alumunium, besi, krom, dan tembaga. Proses oksidasi hematoksilin dapat
dipercepat prosesnya dengan menambahkan snyawa yang bertindak
sebgaai oksidator seperti merkuri oksida, hidrogen peroksida, potassium
permanganat dan sodium iodat (Lesson, 1996; Jusuf, 2009; Peckam,
2014).

5. Pewarnaan Eosin
Pewarnaan eosin adalah salah satu jenis pewarna dengan sifat asam
dan bermuatan negatif yang dipakai untk mewarnai sitoplasma. Eodin
memberikan warna merah atau merah muda ketika berikatan dengan
struktur basa dalam sel. Struktur sel yang terpulas meliputi sebagian besar
protein dalam sitoplasma dan beberapa serabut ekstraseluler (Peckam,
2014; Leeson, 1996).

6. Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin


Pewarnaan Hematoksilin dan Eosin adalah metode pewarnaan
yang berfungsi ganda. Fungsi pertama memungkinkan pengenalan
komponen jaringan tertentu dengan cara memulasnya secara diferensial.
Fungsi kedua adalah dapat mewarnai dengan tingkat atau derajat warna
berbeda yang menghasilkan kedalaman warna yang berbeda (Peckam,
2014).
Pada pulasan Hematoksilin Eosin, kompleks pewarna hematoksilin
berwarna ungu tua sedangkan pewarna eosin memberikan warna merah
muda sampai merah pada komponen jaringan yang tidak terpulas ungu-
biru oleh Hematoksilin. Hematoksilin bekerja sebagai pewarna basa. Zat
ini mewarnai unsur basofilik pada jaringan. Eosin bersifat asam serta
memulas komponen asidofilik pada jaringan (Jusuf, 2009; Peckam,
2014).
Pewarnaan preparat histologi dapat dikerjakan menggunakan alat
autostainer yaitu alat otomatis untuk pengerjaan pewarnaan peparat
histologi atau secara manual yaitu dengan beberapa tahapan pencelupan
kedalam larutan dalam staining jar.

2.4.1 Teknik Pewarnaan


Pewarnaan preparat sitohistologi dapat dikerjakan
menggunakan alat autostainer yaitu alat otomatis untuk pengerjaan
pewarnaan peparat sitohistologi atau secara manual yaitu dengan
beberapa tahapan pencelupan kedalam larutan dalam staining jar.

Berikut teknik pewarnaan secara manual


a. Deparaffinisasi dengan menggunakan :
Xylol 1 selama 3-5 menit
Xylol 2 selama 3-5 menit
Xylol 3 selama 3-5 menit

b. Hidrasi dengan menggunakan :


Alkohol 96% selama 3-5 menit
Alkohol 80% selama 3-5 menit
Alkohol 70% selama 3-5 menit

c. Aquades, selama 3-5 menit

d. Hematoksilin selama 3-5 menit

e. Air mengalir selama 3-5 menit

f. Blowing selama 3-5 menit

g. Eosin selama 3-5 menit

h. Dehidrasi dengan menggunakan :


Alkohol 70% selama 3-5 menit
Alkohol 80% selama 3-5 menit
Alkohol 96% selama 3-5 menit.

i. Clearing dengan menggunakan :


Xylene 1 selama 3-5 menit
Xylene 2 selama 3-5 menit
Xylene 3 selama 3-5 menit
BAB III
PENUTUP

.1 Kesimpulan
Pemeriksaan sitology termasuk pelayanan deteksi dini dalam menghadapi
kanker yang diharapkan angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker dapat
di turunkan. Tahapan pemeriksaan sitology :
a. Penerimaan dan persiapan pasien
b. Pengambilan sampel (seperti yang sudah di jelaskan diatas)
c. Pengolahan sampel
d. Pembuatan sediaan/ preparat
e. Pengecatan atau pewarnaan

Pemeriksaan sitology sangat penting kaitannya dalm diagnosis penyakit


karena salah satu pertimbangan dalam penegakkan diagnosis adalah melalui
hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/ariindrawati2/teknik-pembuatan-preparat-histologi-
dengan-pewarnaan-hematoksilin-eosin

http://jurnalislylashantisavitriniwyn.blogspot.com/2018/11/cara-kerja-pengecatan-
sitohistoteknologi.html

http://sitihistokunjunganlabtangerang.blogspot.com/2016/12/makalah-
sitohistoteknologi-laporan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai