Anda di halaman 1dari 25

TUGAS BIOMEDIK

“PEMBELAHAN SEL”

Disusun Oleh:

1. Dewa Nyoman Wira Senha


2. Ni Made Novya Darmapati
3. Benjamin Zeth Tuhurima
4. Nikodemus Kahapat Hamara
5. Rian Fitrah Fadhilah
6. Pande Putu Karina Putri
7. Putu Ayu Karisma
8. Rahma Setyawati Inna Putri

PRODI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN BALI

TAHUN AKADEMIK

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pembelahan Sel”. Ucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat

diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan & Penulis menyadari bahwa masih ban-

yak kekurangan yang mendasar pada makalah ini, oleh karena itu penulis mengundang pembaca

untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menjadi perbaikan di masa

mendatang & Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.

Denpasar, 08 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 2
C. TUJUAN 2
D. MANFAAT PENULIS 2
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 3
A. PENGERTIAN SEL 3
B. SEJARAH SEL 3
BAB III. PEMBAHASAN 5
A. KLASIFIKASI SEL 5
B. STRUKTUR DAN FUNGSI SEL 5
C. PEMBELAHAN SEL 11
BAB IV. PENUTUP 20
A. KESIMPULAN 20
B. SARAN 21
DAFTAR PUSTAKA 22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu biologi medic semakin maju dan canggih. Penyakit semakin
menarik untuk di teliti dan diungkapkan di level selluler dan molekuler, apalagi didukung
dengan teknologi untuk analisis molekuler, seperti elektroforesisi, PCR, dan sekuencing.
Sel merupakan tingkat terendah dari organisasi kehidupan yang lebih hidup dan dapat
melakukan aktifitas kehidupan sehingga dapat dikatakan sel adalah satuan dasar struktur
dan fungsi makhluk hidup. ( Hebert Adrianto . 2017)

Dasar satuan hidup tubuh manusia adalah sel. Tiap sel berada digabungkan oleh
struktur penyokong intersel. Tiap-tiap jenis sel secara khusus beradaptasi untuk
melakukan fungsi tertentu, misalnya sel darah merah yang berjumlah 25 triliun men-
transport oksigen dari paru-paru ke jaringan. (Syaifuddin. 2016).

Setiap sel berasal dari sel hidup lainnya. Siklus sel merupakan tahapan dimana
terjadinya proses pembelahan dan penduplikasian berbagai materi yang ada didalam sel,
pembelahan dan penduplikasian merupakan konsep terpenting yang dapat mendasari
proses reproduksi pada berbagai organisme. Pada setiap organisme multiseluler dibutuh-
kan pembelahan sel yang panjang dan rumit untuk memproduksi organisme yang baru,
berbeda dengan organisme uniseluler dalam setiap pembelahan selnya menghasilkan or-
ganisme fungsional yang baru (Nurfathurohmi dkk, 2014).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sel dan sejarah sel?
2. Bagaimana Klasifikasi sel?
3. Bagaimana bagian-bagian sel dan fungsi sel?
4. Bagaimana proses pembelahan sel?

C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa/i mampu memahami :
1. Sel dan Sejarah sel.
2. Klasifikasi sel.
3. Bagian-bagian dan fungsi sel.
4. Pembelahan/reproduksi sel.

D. Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori yang telah
didapat dari pembuatan makalah ini.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Sel
Sel adalah unit terkecil dari suatu system kehidupan yang masih dapat melakukan
aktifitasnya secara individual. (Sudian I Ketut. 2008).

B. Sejarah sel
Pada tahun 1665, Robert Hooke mengamati sayatan gabus dari batang Quercus
suber menggunakan mikroskop. Ia menemukan adanya ruang-ruang kosong yang dibatasi
dinding tebal dalam pengamatannya.
Robert Hooke menyebut penemuan ruang-ruang kosong tersebut dengan istilah
cellulae artinya sel. Sel penemuan Robert Hooke merupakan sel-sel gabus yang telah ma-
ti. Perhatikan Gambar sel dan mikroskop yang digunakan dalam meneliti sel dibawah ini.
Sejak penemuan awal sel itu, beberapa ilmuwan berlomba untuk mengetahui lebih banyak
tentang sel.
Penemuan sebuah sel yang masih hidup pertama kali dilakukan oleh Antonie.
Ilmuwan Belanda bernama lengkap Antonie van Leeuwenhoek (1632–1723) merancang
sebuah mikroskop kecil berlensa tunggal. Mikroskop itu digunakan untuk mengamati air
rendaman jerami. Ia menemukan organisme yang bergerak-gerak di dalam air, yang
kemudian penemuan ini disebut bakteri. Antonie van Leeuwenhoek merupakan orang per-
tama yang menemukan cell hidup dalam sejarah cell pada penemuan dan penelitian cell.
Robert brown (1773-1858) Pada tahun 1883 robert brown telah melaporkan
penemuan tentang inti sel, ketika dia sedang mengamati epidermis anggrek dengan
mikroskopnya dia menemukan dalam sel-selnya “titik agak buram ( Gelap )” yang di-
namakan nucleus atau inti sel.

3
Dr. Matthias Jacob Schleiden (1804-1881) Seorang professor Botani berkebang-
saan jerman dari universitas Jena, sebagai salah satu seorang pencetus teori sel bersama-
sama dengan Theodor Shcwann dan Rudolf Virchow. Shcwann menyatakan bahwa bagi-
an-bagian yang berada dari tumbuhan disusun oleh sel-sel Schleiden dan Shcwann men-
jadi seorang pertama yang memformulasikan apa yang kemudian oleh orang diyakini
bawah sel sebagai prinsip. (Ferdiand,Fictor,ddk, 2009).

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Sel.
Menurut (Purnomo. 2009). Berdasarkan bentuknya sel dikelompokan menjadi dua,
yaitu sel prokariotik dan sel eukariotik :
1. Sel prokariotik
Sel prokariotik adalah : tidak memiliki struktur membrane inti yang jelas, kromo-
somnya tunggal dengan DNA-nya berbentuk sirkuler, contohnya bakteri dan
ganggang (cyanophyceae).

2. Sel Eukariotik
Sel Eukariotik adalah set tersebut memiliki membrane inti yang jelas, kromosom-
nya jamak, mempunyai dua jenis DNA, yaitu DNA inti yang berbentuk liner yang
terikat pada protein histon dan DNA mitokondria yang berbentuk sirkuler, con-
tonya protozoa,spermatozoa, dan sel penyusun tubuh mamalia.

B. Struktur dan Fungsi Sel


Sel mengandung struktur fisik yang sangat terorganisasi yang dinamakan or-
ganel, organel yang terpenting adalah membrane sel, plasma sel, inti sel (nucleus), in-
ti dari inti sel (nucleolus), dan kromatin. Didalam sel terdapat tiga komponen utama
yaitu : membrane sel, plasma sel ( sitoplasma ), dan mitokondria.
1. Membran sel
Membrane sel merupakan struktur elastis yang sangat tipis yaitu 7,5-10 nm
(nanometer). Hamper seluruhnya terdiri atas keeping-keping halus yang merupa-
kan gabungan protein dan lemak dan tempat lewatnya berbagai zat keluar masuk
sel. Bila membrane sel diamati dengan mikroskop electron transmisi, maka mem-

5
brane sel tampak sebagai tiga lapis, sehingga trilamellar membrane system, di
mana lapisan ini terdiri dari :
 Lapisan luar yang tampak gelap dan bersifat osmofilik dengan ketebalan
sekitar 20-25A°
 Lapisan tengah yang dampak terang dan bersifat osmofobik dengan
ketebalan sekitar 25-35A°
 Lapisan dalam yang tampak gelap dan bersifat osmofilik dengan ketebalan
sekitar 25-35A°

a. Fungsi membrane sel yaitu :


1) Komunikasi antara sel. Adanya transmitter, enzim, nutrient, dan antibody
dalam cairan esktrasel memungkinkan adanya hubungan antarsel.
2) Merangsang dan mengakibatkan potensial aksi serta banyak reseptor yang
dapat mengenali messeger kimia. Pada cairan intrasel muatan kation (kali-
um = K+ ) dan anion PO4 dan asam amino. Cairan ekstrasel kation utama (
natrium = Na+) dan anion utama (klorida = CI-)
3) Permealibitas selektif sebagai filter yang selektif dan alat transport aktif
nutrient dan pengeluaran sisa metabolism tergantung pada:
a) Subtansi lipid nonpolar dan hidrofobik lebih mudah melewati mem-
brane.
b) Semakin besar molekul kimia semakin sulit melewati membrane sel
seperti protein
c) Subtansi membrane sel permeable untuk subtansi polar dan bermuatan
listrik, ion yang tidak melewati fosfolipid berlapis ganda dengan ban-
tuan protein.

6
b. Mekanisme kerja membrane
1) Proses pasif : terjadi jika subtansi yang melewati membrane membutuhkan
energy dari sel yang termasuk dalam proses aktif.
a) Transport aktif primer : pergerakan ion/molekul melalui membrane
permeable dari kosentrasi rendah ke kosentrasi lebih tinggi dengan
menggunakan pompa protein dan energy dari pemecahan ATP.
b) Transport aktif sekunder: pergerakan simultan dari dua subtansi me-
lalui membrane dengan menggunakan perbedaan kosentrasi natrium
atau potensial membrane
c) Transport vasikuler : tergantung pada transport zat dalam ikatan
membrane vasikel dan dapat dilalui molekul berukuran besar serta
permeabilitas membrane menjadi lebih rendah.

2) Proses pasif
a) Disfusi: pergerakan acak molekul dan ion dari lokasi dengan kosentrasi
tinggi ke lokasi lebih rendah. Kecepatan disfusi dipengaruhi oleh
perbedaan kosentrasi zat terlarut.
b) Osmosis : adalah disfusi cairan ke membrane semipermeable dari
kosentrasi zat terlarut rendah atau kosentrasi air tinggi ke bagian
kosentrasi air rendah, misalnya pergerakan air menuju dinding plasma
untuk mempertahankan keseimbangan sel.

2. Sitoplasma
a. Sitoplasma merupakan cairan koloid encer yang mengisi ruang diantara nu-
cleus dan membrane sel. Plasma mengandung 80-90% air dan zat yang ter-
larut didalamnya. Bahan-bahan yang terdapat dalam plasma antara lain:
1) Bahan anorganik yaitu : garam, minelar, air oksigen, karbon dioksida, dan
amoniak.

7
2) Bahan organic yaitu : karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan asam
nukleat beberapa asam ribosom nukleat (RNA)
3) Apparatus sel atau organel sel yang terdiri atas ribosom, reticulum endo-
plasma, mitokondria,sentrosom,apparatus golgi, dan lisosom.

b. Fungsi sitoplasma
Berfungsi sebagai tempat kegiatan metabolism sel oleh organel-organel sito-
plasma. Peram utama sebagai produksi panas. Keseimbangan sel sintesis pro-
tein.
1) Ribosom, (ribosome), juga sering disebut bintik palade karena ditemukan
oleh Palade. Selain itu, karena didalamnya ditemukan Ribonucleic Acid
(RNA), maka ribosom juga disebut sebagai granula RNA. Ribosom dapat
menyebar diseluruh sitoplasma sel, ada yang berderet-deret, da nada pula
yang mengerombol. Ribosom yang mengerombol sering disebut sebagai
polisom. Selain itu, ribosom juga dapat menempel pada system membrane,
seperti pada membrane endoplasmic reticulum, atau pada membrane inti
sebelah luar. Ribosom terdiri dari ribosom 80-S, dimana ribosom tersebut
terdiri dari dua subunit, yaitu ribosom 40-S dan 60-S.

2) Reticulum endoplasma. Reticulum endoplasma pertama kali ditemukan


oleh poter. Organela ini berbentuk saluran halus yang berbelok-belok da-
lam plasma. Kelok ini berupa sekat-sekat untuk membuat suatu zat atau
menghasilkan energi untuk kegiatan sel yang memanfaatkan untuk satuan
inti plasma tertentu sehingga efisiensi dan efektif. Berdasarkan bentuknya,
endoplasmic reticulum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a) Sisterna, yaitu bentukan reticulum endoplasma yang menyerupai suatu
ruang;

8
b) Tubuler, yaitu bentukan reticulum endoplasma yang menyerupai pipa-
pipa;
c) Vesikuler, yaitu bentukan reticulum endoplasma yang menyerupai
kantong.

Berdasarkan bentuk permukaannya, reticulum endoplasma di bedakan


menjadi 2 :

a) Rough endoplasmic Reticulum (Endoplasmic Reticulum Kasar-ERK)


adalah reticulum endoplasma dimana lapisan luar membrannya
ditempeli oleh ribosom;
b) Smooth reticulum endoplasmic (Endoplasmic Reticulum Halus-ERH)
adalah reticulum endoplasmic dimana lapisan luar membrannya tidak
ditempeli oleh ribosom.

3) Mitokondria.
Mitokondria berasal dari kata “mitos” yang berarti benang dan
“chondrion” yang berarti butir. Organel ini pertama kali diamati oleh Alt-
mann pada tahun 1894 dan pada waktu itu dinamakan bioblast dan
kemudian oleh Benda pada tahun 1897 dinamakan mitokondria. Bensley
dan Hoerr pada tahun 1934 dapat melakukan isolasi terhadap mitokondria
sehingga sejak saat itu peneliti-peneliti tentang mitokondria lebih mening-
kat. Mitokondria berukuran sekitar 0,35-0,74µ, pada membrannya terdapat
lubang (porus) yang disebut permeabilitas transision pore (Pt-pore). Mi-
tokondria memiliki suatu DNA, dimana DNA-nya berbentuk sikuler dan
tidak mempunyai protein histon. Protein histon tersebut diperkirakan
mempunyai peran yang sangat penting untuk melindungi DNA dari mu-
tasi. Oleh Karen mitokondria memiliki DNA, maka mitokondria akan
mampu menghasilkan protein. Namun, fungsi tersebut masih diatur oleh

9
DNA inti. Berdasarkan hal tersebut, maka mitokondria dikatakan bersifat
sebagai semiotonomi. Selain itu, mitokondria juga mempunyai beberapa
fungsi antara lain sebagai sumber pembentukan energy, sumber radikal
bebas serta pengaturan kematian sel. Jumalah mitokondria dalam sel san-
gat bervariasi dan tergantung dari jenis sel dan kondisinya. Pada sel hewan
jumlah mitokondria umumnya lebih banyak dari pada sel tumbuh-
tumbuhan.

4) Sentrosom, yaitu suatu badan yang terletak ditengah sel. Mengandung


sentriol yang berfungsi untuk membela sel. Dalam keadaan istirahat, pada
sel yang sudah dewasa sentriom tidak berfungsi sama sekali.

5) Apparatus golgi, terletak dekat inti sel berhubungan dengan selaput sel,
bentuknya berupa lempeng cembung tersusun atas gelembung-gelembung
yang berdinding dan tidak memiliki ribosom pada permukaannya. Appa-
ratus golgi berfungsi untuk mengatur zat keluar sel dan membantu sintesis
karbohidrat, kemudian menggabungkannya dengan protein untuk mem-
bentuk glikoprotein.

6) Lisosom. Lisosom menghasilkan system pencernaan intrasel yang ber-


fungsi membuang zat-zat dari struktur yang rusak atau zat asing yang
membahayakan, seperti bakteri. Dalam keadaan tidak aktif, lisosom ber-
bentuk bulat atau lonjong dangen diameter 0,4µ. Lisosom dibungkus oleh
membrane yang halus.

10
3. Inti Sel.
Inti sel sebagai pusat pengawasan sel, fungsinya mengawasi reaksi kimia yang ter-
jadi dalam sel dan reproduksi sel. Tiap-tiap inti sel menerima satu dari dua pasang
gen. fungsi inti sel mengatur pembelahan sel (pada sel yang sedang membela diri)
dan memproduksi ribosom bersama asam nukleat yang disebut ARN ribosom. Inti
sel juga mengandung ensim berupa DNA polymerase (enzim dalam sel darah
putih) dan enzim yang digunakan dalam proses glikolisis. Inti dari sel atau dikenal
sebagai nukleous merupakan suatu struktur protein sederhana sederhana yang
mengandung ARN ( asam ribonukleat ) dalam jumlah yang besar. Nucleolus akan
membesar bila sel secara aktif menyintesis protein.

4. Kromatin
Kromatin adalah jalinan benang-benang halus dalam plasma inti, benang ini ber-
pilin longgar diselaput oleh protein. Sel mangalami pembelahan kromatin memen-
dek dan membesar yang disebut kromosom. Kromosom terdiri atas serat-serat (fi-
bril) halus yang dibentuk oleh dua macam molekul asam deoksiribonsa nukleat
(DNA) dan protein berupa histon.

C. Pembelahan Sel
Menurut (Campbell, ddk. 2010.)
1. Pembelahan amitosis.
Pembelahan amitosis tidak di dahului dengan pembentukan gelendong pem-
belahan dan peleburan inti. Amitosis merupakan salah satu cara reproduksi asek-
sual pada organisme uniselular, misalnya bakteri dan protozoa. Pembelahan ami-
tosis digolongkan sebagai reproduksi aseksual, pembelahan ini setiap sel mem-
belah menjadi dua (pembelahan biner). Pemebelahan inti diikuti dengan pembagi-
an sitoplasma sel-sel anakan mempunyai ukuran dan struktur genetik yang serupa.
Pembelahan ini diawali dengan penggandaan DNA yang diikuti pembelahan

11
kromosom sehingga terbentuk dua benang kromosom yang identic selanjutnya,
terbentuk membran pemisah yang terbentang di antara kedua kromosom tersebut.
Pembelahan amitosis merupakan pembelahan yang umum terjadi pada semua
tipe pembelahan, termasuk proses membelah diri pada amoeba. Sifat keturunan
yang menghasilkan akan mirip dengan induknya, adapun pada makhluk hidup
yang inti selnya memiliki selaput (eukariotik), pemeblahan selnya dilakukan me-
lalui tahapan-tahapan pembelahan. Pada sel tubuh (somatic), pemebelahannya
dilakukan secara mitosis, sedangkan pada sel kelamin (germinal) pembelahannya
dilakukan secara meosis.

2. Pembelahan Mitosis.
Seluruh materi genetic yang dimiliki oleh induk akan diduplikasi dan dibagikan
sama rata dengan anaknnya. Terdapat beberapa tahapan dalam proses mitosis,
yaitu profae, metaphase,anaphase, dan telofase, dalam siklus sel terjadi emapt
fase, yaitu fase G1 (first gap), fase S (sintesis DNA), fase G2 (second gap), dan
fase M (mitosis). Fase G1, fase S, dan fase G2 dinamakan interfase. Fase M
merupakan fase pembelahan.
a. Profase.
Tahapan profase adalah tahapan awal dimulainya pembelahan. Profase
ditandai dengan mulai menghilangnya membrane inti sel dan benang kroma-
tin mulai mengalami penebalan dan pemendekan membentuk kromosom.
Kromosom membentuk pasanagan dari hasil duplikasinya membentuk kro-
matid. Pada tahap ini dengan mengunakan mikroskop cahaya, anda dapat
melihat dengan jelas bentuk kromosom.
Membrane inti yang menghilang akan diikuti dengan terbentuknya benang
gelendong yang berasal dari mikrotubula di sitoplasma. Benang spindle ini
akan membentang dari kutub-kutub pembelahan sel dan memegang sentro-
mer dengan spindle ini dinamakan kinektor yang merupakan bagian dari pro-

12
tein sentromer. Benang spindle akan berusaha untuk menarik kromosom
menuju bidang pembelahan (bidang ekuator).

b. Metaphase
Pada tahap metaphase, pasangan kromatik bergerak kea rah bidang pem-
belahan. Kromatid terbentuk bergerak kea rah kutub yang berlawanan, na-
mun tetap berikatan pada benang spindle. Kromatid akan membentuk garis
hitam di sepanjang bidang pembelahan setelah kromatid tiba dibidang pem-
belahan kinetokor akan memisah.

c. Anaphase
Pada tahap anaphase, sentromer mulai berpisah dan bergerak kearah berla-
wanan menuju kutub masing-masing. Benang spindle mengerakan kedua
kromosom yang berpisah ini menuju kutub berlawanan meninggalkan bidang
pembelahan, tahap ini diakhiri jika setiap kromosom yang berpisah telah
mencapai kutup masing-masing.

d. Telofase
Tahap telofase diawali dengan berhentinya gerakan kromosom menuju kutub
pembelahan. Pada tahap ini keadaan sel kembali normal. Membrane inti
kembali membentuk dan benang spindle akan menghilang menjadi mikrotu-
bula biasa. Pada bidang pembelahan akan terjadi penebalan plasma yang
dilanjutkan dengan proses sitokinesis atau pembelahan sitoplasma sel.

e. Sitokenesis adalah proses pemisahan sitoplasma yang menghasilkan dua sel


anak dengan terbentuknya membrane baru. Didalam proses sitokenesis ter-
masuk pula pembagian organel-organel sel. Dua sel anak hasil mitosis akan
memiliki sifat yang sama dengan induk dan dengan satu sama lain.

13
Pada sekitar bidang pembelahan terdapat mikrotubula yang keadaann-
ya tidak terorganisir dan bercampur dengan gelembung yang disebut mid
body (Lapisan pemisah). Lapisan ini akan membentuk membran sel baru.
Mekanisme pembelahan sitoplasma ini terjadi pada pembelahan (cleavage)
sel hewan. Pada sel tubuhan tidak terdapat mid body, tetapi terdapat frag-
moplas yang mengandung apparatus golgi.

3. Pembelahan meiosis
Meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan sel anak dengan
jumlah kromosom setengah dari induknya. Pembelahan meiosis disebut juga se-
bagai pembelahan reduksi karena dalam proses pembelahannya terjadi pengu-
rangan atau reduksi jumlah kromosom tersebut bertujuan memelihara jumlah
kromosom yang tetap dalam satu spesies.
Pada sel tumbuhan dan hewan, meiosis terjadi di dalam alat-alat repro-
duksi, yakni pada pembentukan sel kelamin atau sel gamet. Pada tumbuhan ber-
biji, meiosis terjadi pada putik dan kepala sari, sedangkan pada manusia dan he-
wan terjadi pada testis dan ovarium.
Pembelahan meiosis meliputi dua kali pembelahan secara lengkap dan
menghasilkan 4 sel anak yang haploid (n). pada manusia dengan 46 kromosom
diploid akan dihasilkan 4 buah sel kelamin haploid dengan 23 kromosom.
Pada pembelahan meiosis I, pembelahan disertai dengan profase yang
cukup panjang dan terjadi penccampuran kromosom homolog. Pada pembelahan
reduksi terjadi factor hereditas menghasilkan dua sel anak yang haploid. Pada
pembelahan meiosis II, sel haploid mengalami pembelahan secara mitosis dan
dihasilkan 4 sel anak yang masing-masing haploid. Setiap sel anak ini akan
memiliki sifat yang berbeda-beda.

14
a. Meiosis I.
Pada awal pembelahan meiosis I, nucleus membesar yang menmyebabkan
penyerapan air dari sitoplasma oleh inti sel meningkat sampai tiga kali lipat
perubahan tersebut diawal dengan profase I.
1) Profase I
Pada tahap ini benang kromatin akan memendek dan menebal shingga
membentuk kromosom. Setiap kromosom yang terdiri atas dua kromatid
akan bergabung dengan homolognya. Proses ini dinamakan dengan sin-
apsis. Pasangan-pasanagn kromosom homolog ini tampak memiliki em-
pat kromatid sehingga dinamakan tetrad. Pada saat pembentukan tetrad,
pertukaran bagian dari kromatid dapat terjadi, hal ini dinamakan dengan
pindah silang atau crossing over. Inti kemudian akan menghilang dan be-
nang spindle dibentuk. Benang spindle akan membawa tetrad menuju bi-
dang pembelahan.
Peristiwa pinda silang pada profase I merupakan penyebab ter-
jadinya perbedaan sifat pada sel-sel hasil meiosis. Hal tersebut menyebab-
kan tidak ada kromosom yang bernar-benar mirip. Tentunya hal ini akan
erpengaru terhadap sifat sel-sel keturunannya.

2) Metaphase I
Metaphase I dimulai dengan berjajarnya tetrad di bidang pembelahan
dengan posisi saling berhadapan menuju kutub masing-masing namun, po-
sisi kromatid masih tetap tertahan di sentromernya.

3) Anaphase I
Pada tahap anaphase I, tetrad (2 kromosom homolog) ini kemudian akan
terpisah, namun kromatid masih melekat pada benang spindle di sentro-
mer. Setiap anak kromosom akan bergerak menuju kutub yang berla-

15
wanan. Pada tahap ini terjadi pengurangan atau reduksi jumlah kromosom
akibat pemisahan kromosom homolog.

4) Telofase I
Kromosom telah menuju kutub masing-masing pada tahap telofase I. setiap
kutub kini memiliki kromosom haploid dengan dua kromatid. Nucleolus
tampak kembali dan dalam satu sel terbentuk 2 inti yang lengkap, setelah
itu, terjadi sitokinesis, yaitu pembentukan plasma membran untuk mem-
isahkan sitoplasma sehingga terbentuk 2 sel anak yang haploid.

b. Meiosis II.
Pembelahan meiosis II adalah pembelahan mitosis, yakni dari satu sel yang
haploid menjadi 2 sel anak yang haploid. Berbedaan meiosis I, pembelahan
meiosis II diawali dengan sel anak yang haploid.
1) Profase II
Profase II diawali dengan pembelahan dua buah sentriol menjadi 2
pasang sentriol baru. Setiap pasang sentriol akan bergerak menuju kutub
yang berlawanan. Bernang spindle dan membrane inti dibentuk, semen-
tara nukleus lenyap. Pada tahap ini kromosom berubah menjadi kroma-
tid.

2) Metaphase II
Pasangan kromatid dari kromosom haploid berada di bidang pem-
belahan. Kinetokor dari setiap kromatid ini akan menghadap kutub yang
berlawanan. Benang spindle menghubungkan sentromer dengan kutub
pembelahan.

16
3) Anaphase II
Sentromer akan membela sehingga kromatid bergerak menuju kutub
yang berlawanan.

4) Telofase II
Pada tahap ini, masing-masing kutub telah memiliki sebuah kromosom
haploid. Benang spindle akan menghilang dan diikuti dengan sitokinesis
menghasilkan 4 sel anak yang haploid.
Aspek pembeda Mitosis Meiosis
Tempat berlangsung Sel somatik Sel kelamin
Tujuan Pertumbuhan atau per- Pembentukan gamet
gantian sel rusak atau
mati
Kandungan genetic pada Sama dengan sel induk Berbeda dengan sel
sel-sel anak induk
Jumlah sel anak 4 sel 2 sel
Jumlah pembelahan Satu kali Dua kali
Jumlah kromosom pada Sama dengan sel induk Setengah dari sel in-
sel anak (diploid) duk (haploid)
Pinda silang Tidak terjadi Terjadi pada akhir
Tabel 1.1 Perbandingan antara mitosis dan meiosis.

4. Pembentukan Gamet (Gametogenesis)


Gametogenesis adalah proses pembentukan sel kelamin (gamet). Pembentukan
gamet ini terjadi secara meiosis di dalam alat reproduksi. Gamet ini dibentuk pa-
da individu yang telah dewasa:

17
a. Gametogenesis pada hewan dan manusia
Pada individu jantan dewasa, peristiwa pembentukan gamet jantan (spermato-
zoa) disebut spermatogenesis. Pada individu betina dewasa, pembentukan
gamet betina (sel telur) disebut oogenesis.
1) Spermatogenesis
Sel induk sperma atau spermatogonium bersifat diploid. Satu sel spermat-
ogonium mengalami diferensiasi menjadi spermatosit primer yang diploid.
Spermatosit primer membelah menjadi 2 sel spermatosit sekunder yang
haploid, setiap sel spermatosit sekunder membelah secara meiosis mem-
bentuk 2 sel spermatid haploid. Jadi, 1 spermatosit primer akan menjadi 4
spermatid yang haploid.
Setiap spermatid mengalami perubahan inti dan terjadi pemben-
tukan akrosom, Akrosom ini mengandung enzim proteinase dan hialuroni-
dase yang berperan untuk menembus lapisan pelindung sel telur. Dari sa-
lah satu sentriolnya dibentuk flagel. Peristiwa ini dinamakan spermiogene-
sis. Akhir dari spermatogenesis adalah dihasilkan 4 sel sperma matang.

2) Oogenesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur. Pembentukan sel
telur dimulai ketika sel germinal primordial mengadakan pembelahan
secara mitosis menjadi 4 sel oogenia (2n) (tunggal oogonium).
Pada banyak hewan betina, pembelahan mitosis ini terjadi pada
awal perkembangan individu. Pada mamalia terjadi sebelum dilahirkan.
Setiap satu sel oogonium akan mengalami pematangan menjadi oosit pri-
mer. Selanjutnya, oosit primer melakukan pembelahan meiosis menjadi 1
oosit sekunder (n) dan 1 sel badan polar (n). Oosit sekunder dan sel badan
polar mengalami pembelahan meiosis II.

18
Oosit sekunder menjadi 1 ootid (n) dan 1 badan polar (n), 1 sel ba-
dan polar (n) akan membelah menjadi 2 sel badan polar (n). secara kese-
luruhan dari 1 sel oogonim (2n), dihasilkan 1 ootid (n) dan 3 badan polar
(n). Selanjutnya, ootid akan mengalami pematangan menjadi sel telur
(ovum).
Pada manusia (wanita), pematangan oosit primer terjadi hingga
memasuki masa pubertas. Selanjutnya akan terjadi pematangan akhir, ovu-
lasi, dan pembelahan meiosis I. Sekitar satu sel telur matang dan dilepas-
kan melalui ovulasi dalam satu bulan. Pola ovulasi ini terus berlangsung
hingga menopause, berhentinya siklus menstruasi. Jika pada sel telur yang
diovulasikan terjadi fertilisasi, pembelahan meiosis II terjadi dan sel telur
berkembang menjadi embrio.

19
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN.

Sel adalah unit terkecil dari suatu system kehidupan yang masih dapat melakukan
aktifitasnya secara individual . Pada tahun 1665, Robert Hooke mengamati sayatan gabus
dari batang Quercus suber menggunakan mikroskop. Ia menemukan adanya ruang-ruang
kosong yang dibatasi dinding tebal dalam pengamatannya. Robert Hooke menyebut ruang
ruang kosong tersebut dengan istilah cellulae, dari bahasa latin yang berarti rong-
ga/ruangan. Sel yang ditemukan Robert Hooke merupakan sel-sel gabus yang telah mati.
Antonio Von Leuwenhoek (1632-1683) seorang berkebangsaan belanda dan orang yang
pertama kali mengamati dan mengambarkan makhluk hidup renik dengan mikroskop se-
derhana. Diyakini pertama kali Leuwenhoek melihat bakteri dari kotoran gigi dan protista
mirip hewan dari setetes air.
Berdasarkan bentuknya sel dikelompokan menjadi dua, yaitu sel prokariotik dan
sel eukariotik. Organel yang tersusun dalam sel memliputi membrane sel, sitoplasma yang
terdiri dari ribosom, reticulum endoplasma, mitokondria, sentrosom, apparatus golgi, li-
sosom, inti sel dan kromatin, pembelahan sel atau reproduksi sel melalui tahap :
1. Pembelahan amitosis tidak di dahului dengan pembentukan gelendong pembelahan
dan peleburan inti.
2. Pembelahan mitosis seluruh materi genetic yang dimiliki oleh induk akan diduplikasi
dan dibagikan sama rata dengan anaknnya. Terdapat beberapa tahapan dalam proses
mitosis, yaitu profae, metaphase, anaphase, dan telofase, dalam siklus sel terjadi
emapt fase, yaitu fase G1 (first gap), fase S (sintesis DNA), fase G2 (second gap),

20
dan fase M (mitosis). Fase G1, fase S, dan fase G2 dinamakan interfase. Fase M
merupakan fase pembelahan.
3. Pemebelahan Meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan sel anak
dengan jumlah kromosom setengah dari induknya.
4. Pembelahan Gametogenesis adalah proses pembentukan sel kelamin (gamet). Pem-
bentukan gamet ini terjadi secara meiosis di dalam alat reproduksi. Gamet ini diben-
tuk pada individu yang telah dewasa.

B. SARAN
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa sel pent-
ing bagi kehidupan kita. Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat
kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Dan yang kami harapkan
dengan adanya makalah ini,dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan
memberi saran yang sifatnya tersirat maupun tersurat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hebert Adrianto . 2017. Buku Ajar Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta: Pendidikan

Deepublish

Syaifuddin. 2016. Ilmu Biomedik Dasar: untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika

Nurfathurohmi, Ajie, Kusumadewi, Levina, Louis. 2014. Mitosis Sel Akar Bawang Dan

Efek Sitogenetik Ion Logan Cu Terhadap Indeks Mitosis. Jurnal Penelitian ITB :

Bandung.

Sudina I Ketut. 2008, patobiologi molekuler kanker. Jakarta Salemba Medika

Ferdiand,Fictor,ddk, 2009.Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan

Departement Pendidikan Nasional.

Purnomo. 2009. Biologi . Jakarta : Pusat perbukuan, departemen pendidikan nasional.

Campbell, ddk. 2010. Biologi Edisi 8 Jilid I. Jakarta : Erlangga

22

Anda mungkin juga menyukai