BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pemeriksaan Histologi dan Paoogi Anatomi.
2. Mengetahui Tahapan Pemeriksaan Histologi dan Sitologi Anatomi
3. Mengetahui Tahapan Pemotongan Jaringan Hstologi Anatomi.
4. Mengetahui Langkah-Langkah Prosesing Jaringan Histologi Anatomi.
5. Mengetahui Pemeriksaan Pap Smear
6. Mengetahui pemeriksaan FNAB.
7. Mengetahui Langkah-Langkah Pengecatan Sitologi.
1.4 Manfaat
Berdasarkan uraian di atas, adapun manfaat yang ingin dicapai dari makalah ini
yaitu, dapat menjadi dasar bagi perkembangan IPTEK di bidang Kesehatan Ilmiah
yang berkenaan dengan pemeriksaan Prosesing Jaringan Patologi Anatomi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4.2 Dehidrasi
1. Tujuan: Untuk menghilangkan/menarik air dalam jaringan dengan cara mulai
konsentrasi terendah sampai konsentrasi tinggi.
2. Bahan-bahan yang digunakan untuk cairan dehidrasi antara lain
2.4.4 Infiltrasi
1. Tujuan:
Untuk mengusahakan agar material atau jaringan menjadi menyusut karena
mengeluarkan sisa-sisa dehidrasi dan sisa-sisa clearing agent, sedangkan
bahan-bahan yang dipergunakan untuk proses infiltrasi harus
dipertimbangkan sifatnya, terutama temperature yang digunakan.
2. Infiltrasi Paraffin suhu 57º-59ºC
a) Paraffin I 1,5 jam
b) Paraffin II 1,5 jam
2.4.5 Proses Penanaman (embedding)
1. Tujuan : Agar mudah dipotong menggunakan mikrotom untuk mendapatkan
irisan jaringan yang sangat tipis (sesuai yang diharapkan).
2. Prosedur Kerja:
a) Hangatkan paraffin cair, pinset, dan penutup cetakan
b) Parafin cair dituangkan kedalam cetakan
c) Ambil jaringan dari cassette dengan pinset dan letakkan didalam base
mold tersebut
d) Tutup base mold dengan cassette penutup, tekan bagian atas menggunakan
pinset.
e) Berikan etiket keterangan pasien dipermukaan base mold
f) Letakkan base mold tersebut ke “Calling surface”
7
g) Setelah lilin mengeras, keluarkan blok jaringan dari base mol, bersihkan
pinggiran blok jaringan dari sisa paraffin yang melekat
h) Blok jaringan selanjutnya diproses dengan microtome.
7. Kasa
tumor yang jinak atau bukan kanker. Sedangkan sampel yang mengandung
darah mengindikasikan sampel tersebut mengandung sel kanker dan dianalisis
lebih lanjut.
BAB III
KESIMPULAN
14
3.1 KESIMPULAN
Pemeriksaan Histology sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis
penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui
hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu.
Tahap pemeriksaan Histologi:
1. Tahap pemeriksaan dan 4. Dehidrasi
Penerimaan sampel 5. Clearing
2. Jaringan yang diperiksa yaitu, 6. Infiltrasi
jaringan (serviks, kuret, uterus 7. Prossesing jaringan
dan jaringan leher sebelah 8. Pembuatan blok paraffin
kanan. 9. Pemotongan blok paraffin
3. Fiksasi 10. Pengecatan histology (HE )
3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan, serta menambahkan lebih banyak
lagi jurnal penelitian untuk menyempurnakan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Demers LM, Spencer CA. In press. Laboratory support for the diagnosis and
monitoring of thyroid disease. Laboratory Medicine Practice Guidelines.
National Academy of Clinical Biochemistry. Thyroid .
Hollowell JG, Staehling NW, Flanders WD, Hannon WH, Gunter EW,
Spencer CA, Braverman LE. 2002. Serum TSH, T(4), and thyroid antibodies
in the United States population (1988 to 1994): National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES III). J Clin Endocrinol Metab
87(2):489–499.
Larsen PR, Davies TF, Schlumberger MJ, Hay ID. 2003. Thyroid physiology
and diagnostic evaluation of patients with thyroid disorders. In: Larsen PR,
editor; , Kronenberg HM, editor; , Melmed S, editor; , Polonsky K, editor. ,
eds. Williams' Textbook of Endocrinology. 10th ed. Philadelphia: WB
Saunders Company. Pp.389– 516.