Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Patologi anatomi adalah spesialisasi medis yang berurusan dengan
diagnosis penyakit berdasarkan pada pemeriksaan kasar, mikroskopik, dan
molekuler atas organ, jaringan, dan sel dengan pengecatan khusus dan
imunohistokimia yang dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan
zat lain disekeliling sel. Histopatologi adalah cabang biologi yang mempelajari
kondisi dan fungsi jaringan dalam hubungannya dengan penyakit dan merupakan
salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil
pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu (Hastuti, 2011).
Pemeriksaan histopatologik merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan
untuk setiap jaringan yang dikirim ke laboratorium patologi anatomik. Pengolahan
jaringan yang baik akan memberikan kualitas hasil sediaan yang memuaskan untuk
dinilai oleh patolog. Kualitas sediaan hasil pengolahan jaringan dipengaruhi oleh
banyak faktor, terutama dari tahap-tahap pengolahan jaringan itu sendiri (Key,
2006).
Fiksasi adalah tahap awal dalam pengolahan jaringan yang merupakan
proses yang krusial agar dapat membuat slaid sediaan histopatologi yang layak
untuk dibaca. Proses pengolahan jaringan dimulai dari proses pengiriman status dan
jaringan ke laboratorium patologi anatomik, pemotongan jaringan, proses
pembuatan blok parafin dan pewarnaan.
Masalah dapat terjadi disebabkan oleh banyak hal antara lain pemotongan yang
tidak tepat, fiksasi yang tidak sempurna, potongan yang terlalu tebal, pisau yang
tidak tajam, pewarnaan yang tidak sempurna dan lainnya. Kebutuhan pemeriksaan
imunohistokimia dalam proses mendiagnosis sediaan yang dikirim ke laboratorium
patologi anatomik semakin rutin dilakukan. Kualitas sediaan blok parafin yang baik
sangat menentukan hasil pewarnaan imunohistokimia yang dilakukan.
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pemeriksan Histatologi dan sitologi Anatomi?
2. Apa saja Tahapan Pemeriksaan Histologi dan sitologi Anatomi?
3. Bagaimana Tahapan Pemotongan Jaringan Histologi Anatomi?
4. Bagaimana Langkah-Langkah Prosesing Jaringan Histologi Anatomi?
5. Apa yang di maksdu dengan Pemeriksaan Pap Smear
6. Apa yang dimaksdu dengan pemeriksaan FNAB?
7. Bagaimana langkah-langkah Pengecatan Jarinagn Sitologi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pemeriksaan Histologi dan Paoogi Anatomi.
2. Mengetahui Tahapan Pemeriksaan Histologi dan Sitologi Anatomi
3. Mengetahui Tahapan Pemotongan Jaringan Hstologi Anatomi.
4. Mengetahui Langkah-Langkah Prosesing Jaringan Histologi Anatomi.
5. Mengetahui Pemeriksaan Pap Smear
6. Mengetahui pemeriksaan FNAB.
7. Mengetahui Langkah-Langkah Pengecatan Sitologi.

1.4 Manfaat
Berdasarkan uraian di atas, adapun manfaat yang ingin dicapai dari makalah ini
yaitu, dapat menjadi dasar bagi perkembangan IPTEK di bidang Kesehatan Ilmiah
yang berkenaan dengan pemeriksaan Prosesing Jaringan Patologi Anatomi.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


2.1.1 Pengertian Histologi
Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel dan matriks
ekstraseluler dari jaringan. Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling
berinteraksi yaitu sel dan matriks ekstrasel.
Benjolan atau tumor yang terletak dipermukaan tubuh seperti di leher
atau payudara dapat diraba oleh penderita sendiri merupakan salah satu gejala
kanker. Pada tumor yang secara klinis jinak, maka tumor dapat langsung
diangkat. Untuk yang ukuran kecil, tumor dapat diangkat seluruhnya,
sedangkan untuk ukuran besar maka tumor hanya diambil sebagian untuk
contoh pemeriksaan.
Histologi merupakan pemeriksaan morfologi sel atau jaringan pada
sediaan mikroskopik dengan pewarnaan rutin Hematoksilin-Eosin (HE), untuk
menetapkan diagnois kelainan yang meliputi gedenerasi,radang atau infeksi
dan meoplasma.

2.1.2 Pengertian Sitologi


Adapun prinsip pemeriksaan sitologi adalah memeriksa sampel sel yang
terlepas (eksfoliasi) atau yang dilakukan aspirasi, dimana untuk hasil yang
akurat harus memperhatikan antara lain pengambilan sampel, pengolahan sel.
Dalam menghadapi kanker, pemeriksaan sitologi termasuk pelayanan
deteksi dini. Tindakan paling tepat dalam menghadapi kanker adalah
melakukan pencegahan primer yaitu mengenal faktor resiko dan bahaya
penyebab kanker kemudian menghindarinya, dan pencegahan sekunder adalah
melakukan deteksi kanker sedini mungkin – salah satunya adalah pemeriksaan
sitologi – kemudian dilakukan terapi adekuat.
4

2.2 Tahapan Pemeriksaan Histologi Dan Sitologi


2.2.1 Tahapan Pemeriksaan Histologi
Proses pembuatan sediaan histologi terdiri atas (Key, 2006):
1. Fiksaai (Fixation)
2. Dehidrasi (Dehydration)
3. Pembeningan (Clearing)
4. Infiltrasi
5. Penanaman (Impregnasi/Embedding)
6. Pembuatan blok paraffin (Blocking)
7. Pemotongan blok paraffin (Sectioning)
8. Pengecatan preparat histologi (Staining)
2.2.2 Tahapan pemeriksaan Sitologi
1. Penerimaan dan persiapan pasien
2. Pengambilan sampel ( Pap Smear atau FNAB )
3. Tekhnik pemeriksaan sampel
4. Pengolahan sampel
5. Pembuatan preparat
6. Pengecatan preparat

2.3 Tahapan Proses Pemotongan Jaringan Histologi


1. Lakukan pemeriksaan makroskopis jaringan
- ukuran panjang - warna
- lebar, tinggi - konsistensi
- volume - jumlah potongan
2. Potong jaringan secara melintang menjadi beberapa “cope”
3. Pemotongan dipilih bagian yang kelainan dan mewakili,kemudian bahan
pemeriksaan dipotong dengan ukuran maksimal 2 x 3 cm,dengan ketebalan
2mm.
4. Spesimen dimasukkan dalam kaset yang telah diberiidentitas penomoran.
5. Dilakukan perendaman didalam formlin bufer 10%
5

6. Pemrosesan spesimen dapat berlangsug dengan cara manual atau mengunakan


mesin otomatis yang mencakup fiksasi,dehidrasi dengan akohol
bertingkat,clearing dengan xylol atau cairan pengganti xylol dan infiltrasi
dengan parafin cair.

2.4 Prossesing jaringan


2.4.1 Fiksasi
1. Tujuan fiksasi adalah sebagai berikut :
a) Untuk mencegah terjadinya autolisis ( penyusutan sel )
b) Untuk memperbaiki jaringan sehingga volume dan bentuknya tidak berubah selama
pemrosesan
c) Untuk mempersiapkan jaringan dan dalam kondisi yang memungkinkan pewarnaan
yang jelas
d) Supaya jaringan sedekat mungkin dengan yang sebenarnya dan tidak ada molekul
kecil yang hilang. Fiksasi melalui reaksi antara fiksatif dan protein yang membentuk
gel, sehingga menjaga semuanya sebagai hubungan in vivo satu sama lain.
2. Buffer Formalin 10% selama 2 jam.

2.4.2 Dehidrasi
1. Tujuan: Untuk menghilangkan/menarik air dalam jaringan dengan cara mulai
konsentrasi terendah sampai konsentrasi tinggi.
2. Bahan-bahan yang digunakan untuk cairan dehidrasi antara lain

a) Alkohol 70% 1,5 jam


b) Alkohol 80
2.4.3 Clearing
1. Tujuan :
a) Menarik keluar kadar alcohol yang berada dalam jaringan, memberi warna
yang bening pada jaringan dan juga sebagai perantara mesuknya kedalam
paraffin.
6

b) Untuk membuat material atau jaringan menjadi transparan atau tembus


cahaya dibandingkan dengan sebelumnya.
2. Zat yang sering dipakai Xylol, tapi bisa juga dipakai : benzol, benzene,
toluol,dll.
a) Xylol I 1 jam
b) Xylol II 1,5 jam
c) Xylol III 1,5 jam

2.4.4 Infiltrasi
1. Tujuan:
Untuk mengusahakan agar material atau jaringan menjadi menyusut karena
mengeluarkan sisa-sisa dehidrasi dan sisa-sisa clearing agent, sedangkan
bahan-bahan yang dipergunakan untuk proses infiltrasi harus
dipertimbangkan sifatnya, terutama temperature yang digunakan.
2. Infiltrasi Paraffin suhu 57º-59ºC
a) Paraffin I 1,5 jam
b) Paraffin II 1,5 jam
2.4.5 Proses Penanaman (embedding)
1. Tujuan : Agar mudah dipotong menggunakan mikrotom untuk mendapatkan
irisan jaringan yang sangat tipis (sesuai yang diharapkan).
2. Prosedur Kerja:
a) Hangatkan paraffin cair, pinset, dan penutup cetakan
b) Parafin cair dituangkan kedalam cetakan
c) Ambil jaringan dari cassette dengan pinset dan letakkan didalam base
mold tersebut
d) Tutup base mold dengan cassette penutup, tekan bagian atas menggunakan
pinset.
e) Berikan etiket keterangan pasien dipermukaan base mold
f) Letakkan base mold tersebut ke “Calling surface”
7

g) Setelah lilin mengeras, keluarkan blok jaringan dari base mol, bersihkan
pinggiran blok jaringan dari sisa paraffin yang melekat
h) Blok jaringan selanjutnya diproses dengan microtome.

2.4.6 Pemotongan Blok Paraffin Menggunakan Mikrotom


1. Pemotongan kasar (trimming) untuk menghilangkan kelebihan paraffin diatas
specimen
2. Pemotongan halus (sectioning) setebal 3 mikron. Khusus untuk spesien biopsi
ginjal dilakukan pemotongan setebal 1 mikron.
3. Prosedur kerja:
a) Sebelum pemotongan Masukan kedalam plastik yang diisi air dan letakkan
di freezer ±15 menit atau diberi batu es.
b) Blok dijepit pada mikrotom kemudian dipotong dengan pisau mikroto.
c) Kemiringan : ±300 , Tebal blok paraffin ±2-5mikron.
d) Potong blok paraffin jaringan dengan menggunakan microtome.

2.4.7 Pembuatan Preparat Histologi


1. Ambil hasil pemotongan blok jaringan yang bagus dengan menggunakan
jarum
2. Lalu letakkan keatas permukaan air pada alat “waterbath”
3. Jika terdapat lipatan pada potongan jaringan tersebut, gunakan bagian
belakang jarum untuk menghilangkan lipatan
4. Gunakan objek glass untuk mengambil hasil potongan jaringan
5. Keringkan sebentar dan beri etiket
6. Lalu letakkan diatas “hotplate” hingga sisa paraffin meleleh dan yang tersisa
hanya potongan jaringannya saja

2.4.8 Pengecatan Sampel Histologi


Pengecatan Hematoxilin Eosin pada Pmeriksaan Histologi dengan cara, yaitu:
1) Xylol I selama 10 menit 2) Xylol II selama 10 menit
8

3) Xylol III selama 10 menit 14) Tiriskan


4) Bersihkan sekitar jaringan 15) Eosin sebanyak 1 celup
5) Alkohol absolut 2 menit 16) Air sebanyak 3 celup
6) Alkohol 95% selama 2 menit 17) Alkohol 70% sebanyak 3 celup
7) Alkohol 80% selama 2 menit 18) Alkohol 80% sebanyak 3 celup
8) Alkohol 70% selama 2 menit 19) Alkohol 95% sebanyak 3 celup
9) Air mengalir selama 3 menit 20) Alkohol absolut 3 celup
10) Tiriskan 21) Dilap dan keringkan
11) Mayer HE selama 15 menit 22) Clearing (xylol) I 5 menit
12) Air mengalir 7 menit 23) Clearing (xylol) II 5 menit
13) Bluing selama 5 menit 24) Clearing (xylol) III 5menit

2.5 Pap Smear


2.5.1 Pemeriksaan Pap Smear
Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang dikembangkan
oleh Dr. George N. Papanicalaou untuk penapisan awal dari gejala kanker
leher rahim. Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi eksfoliative dengan
memeriksa sel-sel epitel cervix yang lepas
Pap Smear adalah pemeriksaan usapan mulut rahim untuk melihat sel-sel
mulut rahim (serviks) di bawah mikroskop. Pemeriksaan Pap Smear adalah tes
skrining untuk mendeteksi dini perubahan atau abnormalitas dalam serviks
sebelum sel-sel tersebut menjadi kanker.
Ada 2 macam Pap Smear, yaitu:
1. Pap Smear konvensional 2. Sitologi serviks berbasis cairan

2.5.2 Alat-alat yang digunakan:


1. Spekulum cocor bebek 4. Object glass
2. Spatula ayre 5. Handscoen
3. Cyto brush 6. Kapas
9

7. Kasa

2.5.3 Persiapan Pasien Sebelum Pemeriksaan Pap Smear


1. Waktu pemeriksaan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan
sebelum menstruasi berikutnya
2. Berikan informasi yang jujur mengenai riwayat penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seksual apabila pernah Anda derita
3. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pemeriksaan
dilakukan
4. Pembilasan vagina dengan berbagai macam cairan kimia tidak boleh
dilakukan dalam 24 jam sebelum pemeriksaan
5. Hindari obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina dalam 48 jam
sebelum pemeriksaan dilakukan
6. Bila Anda sedang minum obat tertentu, informasikan pada dokter atau
petugas laboratorium karena beberapa jenis obat bisa mempengaruhi hasil
analisis sel.

2.5.4 Prosedur Pengambilan sampel Pap Smear, yaitu:


1. pasien dibaringkan dalam posisi litotomi
2. Cuci tangan dengan sabun kemudian gunakan sarung tangan dengan benar
3. bersihkan vulva dan perineum dengan kasa kering
4. Kemudian pasang spekulum vagina tanpa menggunakan pelicin, tidak
melakukan pemeriksaan dalam sebelumnya. Speculum cocor bebek
dimasukkan ke dalam introitus vagina dengan posisi lebar spekulum pada
sumbu vertical.
5. Selanjutnya dorong spekulum sampai pangkalnya, kemudian ganggang
spekulum diputar (90 derajat) ke arah bawah.
6. Introitus vagina diregangkan dengan cara membuka spekulum sedemikian
rupa sehingga lumen vagina, portio dan forniks terlihat jelas.
10

7. kemudian ambil spatula ayre, ujung yang pendek dimasukkan ke dalam


ostium uteri eksterna dan dilakukan usapan searah jarum jam (diputar 360
derajat)
8. Bahan hasil usapan tadi dihapuskan pada object glass yang telah disediakan
9. Difiksasi dalam larutan alkohol 95% selama 15 menit Keringkan di udara
10. Cuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir, kemudian keringkan
dengan handuk bersih.
11. Selanjutnya beri label pada sampel, kemudian kirim ke laboratorium.

2.5.5 Teknik Pemeriksaan Pap Smear, yaitu:


1. Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang memakai obat-obatan yang
dimasukkan ke dalam liang senggama.
2. Waktu yang baik untuk pemeriksaan adalah beberapa hari setelah selesai
menstruasi.
3. Terlebih dahulu mengisi informed consent dan formulir Pap Smear secara
lengkap dan sesuaikan dengan nomor urut pengambilan.

2.6 FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)


2.6.1 Pemeriksaan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy)
FNAB ialah tindakan memeriksa suatu bagian tubuh dengan cara
menyuntikkan sebuah jarum yang halus (lebih kecil dari jarum suntik biasa) ke
bagian yang membenjol, kemudian melakukan aspirasi (penyedotan) untuk
mengambil isi benjolan itu. Selanjutnya bahan hasil sedotan itu dikirim ke
dokter Ahli Patologi untuk diperiksa. Dokter Ahli Patologi akan menentukan
jenis penyakit pada benjolan tersebut.
Kondisi dari sampel FNAB memiliki makna yang sangat penting untuk
menentukan apakah hasil tersebut mengandung sel kanker atau tidak. Apabila
sampel yang dihasilkan dari benjolan tersebut tampak bersih, sedikit berwarna,
kehijauan atau kecoklatan, putih, kuning, atau pada kasus yang sangat jarang
mengandung darah, pada kebanyakan kasus kemungkinan besar ini berasal dari
11

tumor yang jinak atau bukan kanker. Sedangkan sampel yang mengandung
darah mengindikasikan sampel tersebut mengandung sel kanker dan dianalisis
lebih lanjut.

2.6.2 Bagian sampel FNAB, yaitu:


1. kelenjar leher
2. kelenjar gondok
3. kelenjar liur
4. payudara atau tumor dimana saja

2.6.3 Prosedur Pemeriksaan Sampel FNAB:


1. Siapkan jarum ( biasanya berukuran 22 atau 25 G )
2. Bersihkan bagian yang akan dilakukan aspirasi.
3. Raba bagian yang terdapat benjolan, selanjutnya pemeriksa akan
memasukkan jarum halus ke daerah benjolan tersebut.
4. Setelah jarum dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal,
maka dilakukan penghisapan melalui jarum tersebut.
5. Hasil sampel yang diperoleh diratakan pada gelas obyek kemudian dibiarkan
kering
6. Lakukan pengecatan sitologi, biarkan kering, lalu periksa dibawah mikroskop
dengan oil imersi.

2.7 Pengecatan Sitologi


Pengecatan sitologi ada 2 macam, yaitu :
2.7.1 Pengecatan Diff Quick untuk FNAB, yaitu;
1. Fiksasi methanol selama 3 menit
2. Tiriskan
3. Eosin selama 3 menit
4. Tiriskan
5. Methylene blue selama 3 menit
12

6. Celupkan dalam air sebanyak 5-7 celup


7. Tiriskan

2.7.2 Pengecatan Papanicolou untuk secret dan cairan tubuh, yaitu:


Pengecatan Papanicolou adalah pengecatan rutin pada preoarat sitology
yang menggunakan Cat Hematoxilin, Orange G, dan EA 50. Inti sel menjadi
biru tuan dan Sitoplasma menjadi Merah Muda,Jingga, Merah dan Biru Muda.
1. Persiapan Alat dan bahan:
a) 19 Staining jar f) Alcohol 96%
b) Cat Hematoksilin g) Alkohol 80%
c) Cat Orange G-6 h) Alcohol 70%
d) Cat EA-50 i) Xylol
e) Alcohol 100%

2. Prosedur Pengecatan Hematoxilin-Eosin


a) Fiksasi alcohol 96% 30 menit
b) HE (hematoxilin) 5 menit
c) Cuci air mengalir 5-7 menit
d) Alcohol 70% 10 celupan
e) Alcohol 80% 10 celupan
f) Alcohol 96% 2 menit
13

g) Orange G-6 20 menit


h) Alcohol 96%. 10 celupan
i) Alcohol 96% 10 celupan
j) Alcohol 96% 2 menit
k) EA-50 (Eosin Alkohol) 20 menit
l) Alcohol 96% 10 celupan
m) Alcohol 96% 10 celupan
n) Alcohol 96% 10 celupan
o) Alcohol 100% 10 celupan
p) Alcohol 100% 10 celupan

BAB III
KESIMPULAN
14

3.1 KESIMPULAN
Pemeriksaan Histology sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis
penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui
hasil pengamatan terhadap jaringan yang diduga terganggu.
Tahap pemeriksaan Histologi:
1. Tahap pemeriksaan dan 4. Dehidrasi
Penerimaan sampel 5. Clearing
2. Jaringan yang diperiksa yaitu, 6. Infiltrasi
jaringan (serviks, kuret, uterus 7. Prossesing jaringan
dan jaringan leher sebelah 8. Pembuatan blok paraffin
kanan. 9. Pemotongan blok paraffin
3. Fiksasi 10. Pengecatan histology (HE )

Pemeriksaan sitologi termasuk pelayanan deteksi dini dalam menghadap


kanker yang diharapkan, angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker dapat
diturunkan. Pemeriksaan sitologi meliputi pemeriksaan Pap smear, FNAB ( Fine
Needle Aspiration Biopsy ), secret dan cairan tubuh. Tahap pemeriksaaan sitologi:
1. persiapan pasien 5. pengecatan sitologi ( pengecatan
2. pengambilan sample Diff quick dan papinocolou )
3. Pengolahan sampel
4. pembuatan preparat

3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan, serta menambahkan lebih banyak
lagi jurnal penelitian untuk menyempurnakan makalah ini.
15

DAFTAR PUSTAKA

Utomo Wahyu, dkk. 2017. Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis penyakit


pada sistem endokrin manusia dengan metode Dempster-Shafer

Sarjadi.Patologi Umum dan Sistematik.Vol 2. Jakarta: EGC; 2000: Pages

All Bga. At a Glance Sistem endokrin: Erlangga; 2010; Pages

Suryatamaja M. 2010, Tiroid : Faal dan Kelainan, ABC Laboratorium


Amerind Bio-Clinic, Jakarta

Demers LM, Spencer CA. In press. Laboratory support for the diagnosis and
monitoring of thyroid disease. Laboratory Medicine Practice Guidelines.
National Academy of Clinical Biochemistry. Thyroid .

Hollowell JG, Staehling NW, Flanders WD, Hannon WH, Gunter EW,
Spencer CA, Braverman LE. 2002. Serum TSH, T(4), and thyroid antibodies
in the United States population (1988 to 1994): National Health and
Nutrition Examination Survey (NHANES III). J Clin Endocrinol Metab
87(2):489–499.

Larsen PR, Davies TF, Schlumberger MJ, Hay ID. 2003. Thyroid physiology
and diagnostic evaluation of patients with thyroid disorders. In: Larsen PR,
editor; , Kronenberg HM, editor; , Melmed S, editor; , Polonsky K, editor. ,
eds. Williams' Textbook of Endocrinology. 10th ed. Philadelphia: WB
Saunders Company. Pp.389– 516.

Hastuti, N. 2011. Manfaat Pemeriksaan Imunohisto(sito)kimia. Fakultas


Kedokteran Universitas Jambi, Jambi.

Key M. 2006. Immunohistochemical staining methods. 4th ed, California,


Carpinteria Dako.

Anda mungkin juga menyukai