Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI

PERCOBAAN I

PEMBUATAN PREPARAT HISTOLOGI

OLEH:

NAMA: KARTINI AFRELIA.H

NIM:A201701052

KELAS:C2

DOSEN:

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2020
PEMBUATAN PREPARAT HISTOLOGI

(PENGOLAHAN JARINGAN)

I. Hari/Tanggal :Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu 13 juni 2020


II. Metode :Parafinasi jaringan
III. prinsip kerja : 1.fiksasi adalah suatu usaha manusia untuk
mempertahankan elemen elemen sel atau
jaringan agartetap pada tempatnya
2.dehidrasi adalah proses penarikan molekul
dari jaringan
3.penjernian adalah proses pengrasferkan
jaringan
4.parafin adalah proses penyaluran xylen dari
dalam jaringan yang akan dikeluarkan oleh
parafin
IV. Landasan teori
histologi adalah bidang biologi yang memepelajari tentang struktur
jaringan secara detail yakni dengan menggunakan mikroskop pada
sedian jaringan yang di potong tipis ,histologi juga dapat disebut juga
sebagai ilmu anatomi mikroskopis.(widiastuti,2012)
histologi merupakan ilmu pengetahuan yang memepelajri tentang
jaringan tubuh yamg dapat menyusun suatu organ, jaringa epitel,
jaringan ikat, jaringan otot dan jaringan syaraf.yang merupakan jaringan
fundamental.(soesilowati,2020)
pemeriksan histopatologi berperan penting dalam membantu
menegakkan diagnosis penyakit, adapun tahap tahapan dalam
pembuatan sedian adalah pembuatan jaringan , fiksasi ,clearning
emmbeding bloking, pemotongan jaringam dan pewarnaan jaringan
merupakan salah satu yang di perlukan dalam pembuatan sedian adalah
fiksasi , tujuan fiksasi jatingan antara lain untuk mencegah terjadinya
autolysis dan pembusukan , memelihara atau mengawerkan keadan
elemn elemen jarinfan agar identik dengan keaadan yang masih hidup
serta mengumpulkan jaringan yang cair agar memudahkan pemotongan
jaringan(winny yohanna,2017)
pemeriksaan hispatolgi merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan
untuk setiap jaringan yang dikirim di laboratorium patologi anatomi,
pengolahan jaringan yang baik akan memberikan kualitas hasil sedian
yang memuaskan untuk dinilai oleh patologi, kulaitas sedian hasil
pengolahan jaringan dipengaruhi oleh banyak faktor terutama dari tahap
tahap pengolahan jaringan itu sendiri.fiksasi adalah tahap awal dalam
pengolahan jaringan yang merupakan proses yang kursial agar dapat
membuat sedian hispatologi yang layak untuk dibaca (zuida
musyarifa,2018)
fiksasi adalah salah satu bagian dari beberapa tahapan dalam
pembuatan sedian jaringan histologi,maksud dari fiksasi dilakukan
adalah untuk membuat struktur unsur-unsur jaringan menjadi stabil dan
tidak mengalami perubahan paca kematian (Rusmiatik,2016)
V. Prosedur kerja

jaringan

-jaringan di simpan pada talenan


-jaringan di potong lalu di simpan
pada formalin buffer 10 %dan
diamkan selama semalaman
-kemudian kaset jaringan di pindahkan
dari formalin buffer ke alkohol 80%
selama 60 menit
-kemudian kaset dipindahkan ke alhkohol
95% (I) dan (II) selama 60 menit
-lalu kaset di pindahkan lagi ke alkohol 100%
(I),(II) Dan(III) selama 60 menit
-kaset jaringan kembali di masukan
ke xylene lalu di diamkan selama 60 menit
-pindahkan lagi ke xylene (I)
lalu di diamkan selama 90 menit.
-panaskan parafin terlebih dahulu
inkubator pada suhu 61 derajat celcius.
-pindahkan kaset plastik xylene (II) ke
parafin (I) dan didiamkan selama 120 menit.
-lalu dikeluarkan kaset jaringan dari
parafin (II)
VI. Hasil pengamatan
hasil yang di peroleh pada praktikum ini hanya sebatas proses yang
di lakukan sampai tahap parafinasi.

VII. Pembahasan

Histoteknik adalah metoda membuat sajian dari spesimen tertentu


melalui suatu rangkaian proses hingga menjadi preparat histologi yang baik
dan siap untuk dianalisis. Spesimen dapat berasal dari manusia dan hewan.
Preparat yang baik dapat digunakan untuk mempelajari peran sel/jaringan
dalam keadaan fisiologis atau patologis, mempelajari perubahan sel/jaringan
akibat suatu perlakuan pada penelitian, dan alat bantu diagnosis penyakit.
Preparat yang baik dapat memberikan hasil yang akurat untuk menjawab
pertanyaan riset. Untuk mencapai tujuan tersebut, preparat harus dapat
memberikan gambaran tentang bentuk, besar, dan susunan sebagaimana
sel/jaringan itu hidup

kemudian ada komponen Pengawetan (fiksasi) adalah stabilisasi unsur


penting pada jaringan sehingga unsur tersebut tidak terlarut, berpindah,
atau terdistorsi selama prosedur selanjutnya. Fiksasi yang benar adalah
dasar dari semua preparat yang baik. Efek fiksasi terhadap jaringan yang
diproses adalah menghambat proses pembusukan dan autolysis,
pengawetan jaringan, pengerasan jaringan, pemadatan koloid, diferensiasi
optik, dan berpengaruh terhadap pewarnaan. Sejumlah faktor akan
mempengaruhi proses pengawetan yaitu dapar, penetrasi, volume
pengawet, konsentrasi, interval waktu, suhu, dan jenis larutan pengawet.

proses pengawetan jaringan Cara melakukan pengawetan jaringan ada 2


macam, yaitu supravital/intravital atau merendam dalam larutan pengawet.
Merendam dalam larutan pengawet adalah yang paling sederhana dan
sering dilakukan.

Setelah jaringan diawetkan, jaringan harus diproses menjadi bentuk yang


dapat diiris dengan mikrotom. Biasanya pengirisan dikerjakan dengan
parafin (suatu jenis lilin). Langkah utama pemrosesan jaringan adalah
dehidrasi dan pembeningan. Jaringan tertentu memiliki struktur yang
berbeda dengan kebanyakan jaringan lainnya. Jaringan yang mengandung
kalsium (tulang) atau jaringan yang keras (kulit) akan menjalani proses
tertentu sebelum proses dehidrasi

Adapun pemrosesan jaringan terdiri atas:

1. Fiksasi; Organ sediaan dicuci dengan larutan NaCl 0,9%, lalu di fiksasi
dengan menggunakan larutan formalin selama 1 malam.

2. Pencucian (washing); setelah ginjal difiksasi, dilakukan pencucian dengan


menggunakan alkohol 70% yang berguna untuk menghilangkan larutan
fiksasi darijaringan.

3. Dehidrasi; langkah ini dilakukan setelah proses pencucian selesai, dengan


menggunakan alkohol bertingkat dimulai dari alkohol 70%, 80%, 96%. Botol
yang berisi organ tersebut digoyang-goyangkan terus menerus (shaker)
dengan menggunakan tangan agar proses dehidrasinya lebih cepat.

4. Penjernihan (clearing); penjernihan dilakukan dengan menggunakan xylol


1, dan xylol 2

5. Infiltrasi; proses infiltrasi dilakukan di dalam oven dengan suhu 56oC,


menggunakan perbandingan parafin 1, 2, dan 3 masing-masing selama ± 2
menit.Proses ini dimaksudkan untuk menghindari perubahan lingkungan
yang sangat mendadak terhadap jaringan tersebut.

6. Penanaman (embedding); setelah proses infiltrasi, selanjutnya dilakukan


proses penanaman dalam prafin, sebelum melangkah ke proses ini yang
harus disiapkan adalah mencairkan parafin, setelah semuanya telah siap,
proses embedding dimulai dengan menuangkan parafin yang telah cair
kedalam cetakan secukupnya , selanjutnya ambil organ tersebut dengan
cepat dari parafin murni dengan menggunakan pinset kecil lalu dimasukkan
kedalam cetakan yang telah berisi parafin cair tadi, biarkan hingga parafin
menjadi keras sampai terbentuk blok-blok parafin.

7. Penyayatan (section); penyayatan atau pemotongan dilakukan dengan


memotong blok parafin yang telah ditempelkan pada holder kemudian
dipasang pada mikrotom, lalu mikrotom diputar sampai blok parafin yang
berisi organ tadi terpotong menjadi pita-pita parafin dengan ukuran
ketebalan 6-10 μm.

8. Penempelan (affiksing); penempelan dilakukan dengan mengambil


beberapa pita paraffin yang telah terpotong dengan menggunakan skapel,
kemudian dimasukkan ke dalam water bath ( 40-50 oC) ± 2 menit, hal ini
bertujuan agar jaringan tidak berlipat, lalu di tempelkan pada objek glass
yang telah diolesi albumin secukupnya

9. Dimasukkan kembali ke dalam xylol 1 dan xylol 2 hal ini bertujuan untuk
meghilangkan paraffin yang masih ada pada jaringan

10.Redehidrasi; langkah ini dilakukan dengan menggunakan alkohol dimulai


dari alkohol absolute hingga 70 %
11. Pewarnaan (staining); pewarnaan sediaan organ, diwarnai dengan
menggunakan pewarna Hematoxilin Eosin. Tahapan pewarnaannya adalah
sebagai berikut: Pewarnaan; dilakukan dengan cara objek glass yang telah
berisi irisan jaringan tadi dimasukkan ke dalam larutan pewarna Hematoxilin
Erlich selama 3-7 menit, dicuci dengan aquadest ± 3 menit , dimasukkan ke
dalam larutan pewarna eosin 0,5% dalam alkohol 70% selama 1-3 menit,
preparat dimasukkkan berturut-turut ke dalam alkohol 70%, 80%, 90%, 96%,
dan alkohol absolut, dikeringkan dengan kertas pengisap selanjutnya,
preparat dimasukkan ke xylol 1 dan xylol 2

10. Penutupan (mounting); dari xylol jaringan kemudian ditutup dengan


cover glass setelah ditetesi dengan Canada balsam terlebih dahulu.

11. Diiberi label dan di amati di bawah mikroskop

VIII .Kesimpulan dan saran

A.kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh melalui praktikum adalah sebagai


berikut:

- Melalui praktikum kita dapat mengetahui teknik pembuatan sedian


preparat

secara manual dan melakukan pengamatan

- Melalui praktikum kita dapat mengetahui pembuatan preparat histologi


yang

meliputi

Fiksasi,washing, dehidrasi, clearing, embedding(infiltrasi), section (cutting),

affising, redehidrasi, staining, mounting,microscoping (pengamatan)

B. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :


- Sebaiknya pada saat proses penghilangan parafin di lanjutkan agar kami
memahami

IX . Daftar pustaka

Rusmiatik dkk, 2016 PERBANDINGAN FIKSASI LARUTAN BOIUN DAN


FORMALIN PADA

SEDIAN PREPARAT HISTOLOGI TESTI MARMUT,Jurnal histologi,vol 2 no


1

Widiastuti,2012,TAM[ILAN HISTOLOGI GONAD KERANG DARAH,vol XXXVII


no 2

Winny yohanna, 2017,PERBANDINGAN CAIRAN FIKSASI BOIUN DEMGAN


BUFFER FORMALIN

TERHADAP HAPER TIKUS PUTIH,Jurnal of syiah kuala density society,vol 5


no 2

Soesilowati,2020 BUKU PANDUAN HISTOLOGI KEDOKTERAN DASAR.

Zuida nusyarifa,2016,PROSES FIKSASI PADA PEMERIKSAAN


HISTOPATOLOGIK,jurnal kesehatan

Andalas, vol 7 no 3

Anda mungkin juga menyukai