Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

HISTOLOGI
HISTOLOGI JANTUNG (Cor) PADA IKAN MAS (Cyprinus
Carpio) (Linnaeus, 1758)






OLEH:


NAMA : ARIANA
STAMBUK : L221 12 607
KELOMPOK : VI(ENAM)
ASISTEN : FEBRY KRISTINE













LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIR
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
I. PENDAHULUAN
Histologi mempelajari jaringan penyusun tubuh, kimia jaringan dan sel
dipelajari dengan metode analitik mikroskopik dan kimia. Zat-zat kimia di dalam
jaringan dan sel dapat dikenali dengan reaksi kimia yang menghasilkan senyawa
berwarna tak dapat larut, diamati dengan mikroskop cahaya atau penghamburan
elektron oleh presipitat yang dapat diamati menggunakan mikroskop elektron.
Disamping reaksi kimia yang terjadi dalam jaringan, metode lain misalnya
metode fisis sering digunakan, misalnya mikroskop interferensi yang
memungkinkan penentuan massa sel atau jaringan dan mikroskop
spektrophotometri yang memungkinkan penentuan jumlah DNA dan RNA dalam
sel dan jaringan (Harjana, 2011).
Jaringan adalah kumpulan dari sel-sel sejenis atau berlainan jenis
termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.
Meskipun sangat komplek tubuh hanya tersusun oleh 4 jenis jaringan yaitu
jaringan epitel, penyambung/pengikat,otot dan saraf. Dalam tubuh jaringan ini
tidak terdapat dalam satuan-satuan yang tersendiri tetapi saling bersambungan
satu dengan yang lain dalam perbandingan yang berbeda-beda menyusun suatu
organ dan sistema tubuh. Jaringan penyambung ditandai banyaknya bahan
intersel yang dihasilkan oleh sel-selnya. jaringan otot terdiri dari sel-sel panjang
yang mempunyai fungsi khusus yaitu kontraksi dan jaringan saraf terdiri dari sel-
sel dengan prosesus panjang yang menonjol dari bahan sel dan mempunyai
fungsi khusus yaitu menerima, membangkitkan dan menghantarkan impuls
saraf (Harjana, 2011).
Ikan mempunyai organ sirkulasi darah dalam tubuh yang disebut jantung
dan terletak pada ruang perikardial di sebelah posterior insang. Jantung
merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian
kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium
yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka
ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan
keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh
dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida) (Sanjoyo,
2005).
Kontraksi otot jantung ikan merupakan sarana untuk mengkonversi energi
kimiawi menjadi energi mekanik dalam bentuk tekanan dan aliran darah.
Jantung ikan mas terdiri atas dua ruang, yaitu atrium auricle dun ventrikel. Sistem
kerja jantung yang seperti pompa memiliki dua mekanisme gerak, yaitu sistole
dun diastole. Sistole adalah suatu keadaan saat ventrikel rnenyempit dan
mangalami kontraksi. Sedangkan diastole adalah suatu keadaan saat ventrikel
mengembang dan mengalami relaksasi (Gonawi et al, 2008).

Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum histologi yaitu untuk mengetahui cara pembuatan
preparat histologi dan mengamatidan mengamati jarigan pada organ ikan mas
koi (Cyprinus carpio).
Kegunaan dari praktikum histologi yaitu agar mahasiswa dapat memahami
dan mengetahui proses pembuatan preparat histologi serta mampu mengamati
jarigan pada organ ikan mas koi (Cyprinus carpio).




II. METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum preparat Histologi ini dilaksanakan pada hari tanggal 12-22 Mei
2014 di Laboratorium Fisiologi Biota Air, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan Histologi pada Jantung
(Cor) Ikan Mas Koi (Cyprinus caprio) dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum beserta fungsinya
No. Alat Fungsi
1. Papan preparat Untuk meletakkan ikan
2. Lap kasar Untuk melapisi papan preparat
3. Gunting Bedah Untuk membedah ikan
4. Pisau bedah Untuk membedah ikan
5. Pinset Untuk membantu dalam waktu pembedahan
6. Botol sampel Untuk menaruh organ yang akan diamati
7. Pipet tetes Untuk memipet larutan yang akan digunakan
8. Botol larutan Untuk menyimpan larutan yang akan digunakan
10. Stopwatch Untuk menghitung waktu pada saat percobaan
11. Scaple Sebagai alat bantu dalam pembedahan ikan
12. Microtom Sebagai tempat untuk memotong sampel
13. Water bath Untuk mensterilkan sampel
14. Staining jar Tempat pewarnaan
15. Objek glass Sebagai tempat meletakkan sampel
16. Deg glass Untuk melapisi sampel agar tidak bersentuhan langsung
dengan mikroskop
17.
18.
19.
Mikroskop
Histoembeder
Gelas ukur
Untuk mengamati sampel
Untuk proses embedding
Untuk digunakan dalam pengenceran

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum beserta fungsinya
No. Bahan Fungsi
1. Ikan mas Koi Sebagai objek yang akan diambil
organnya
2. Alkohol 70%, 75%, 80%,
85%, 90%, 96%
Untuk digunakan dalam proses washig,
3. Boince Sebagai larutan fiksasi
4. Hematoxylin Untuk mewarnai inti sel
5. Eosin Untuk mewarnai sitoplasma
6. Aquades Sebagai bahan pengenceran
7. Usus ikan mas Sebagai sampel yang akan diamati

8. Entelan Sebagai perekat
9. Xylen Untuk menghilangkan alkohol dalam
jaringan
10. Parafin Untuk manipulasi ligkungan pada sampel
11. Tissue Untuk membersihkan peralatan

Prosedur Kerja
Menurut Siahaan (2011) prosedur kerja pada pecobaan histologi adalah
sebagai berikut:
1. Persiapan jaringan
Melakukan pembiusan pada ikan Mas Koi, selanjutnya dilakukan
pembedahan untuk mengambil organ jantung. Memotong jaringan sekitar 1cm x
1cm untuk memudahkan fiksasi, sehingga cairan fiksasi dapat menyerap sampai
ke seluruh jaringan.
2. Tahap Fiksasi/ Pengawetan
Proses fiksasi adalah proses perendaman preparat organ ke dalam larutan
fiksatif dalam hal ini bouins yang dilakukan selama 24 jam. Tujuan dilakukannya
fiksasi adalah mencegah terjadi kerusakan pada jaringan, menghentikan proses
metabolisme secara cepat, mengawetkan komponen sitologis dan histologis,
mengawetkan keadaan sebenarnya, mengeraskan materi yang lembek, dan
jaringan-jaringan dapat di warnai sehingga bisa diketahui bagian-bagian jaringan.
Merendam jaringan yang sudah dipersiapkan tadi ke dalam cairan Boynce
selama 24 jam, hal yang harus diperhatikan dalam proses fiksasi jaringan
histologi. Tebal irisan jangan terlalu tebal (1cm x 1cm) supaya mempermudah
penyerapan cairan fiksatif merata ke seluruh jaringan. Volume cairan fiksasi
harus sampai dapat merendam seluruh bagian jaringan
3. Washing
Washing adalah proses pencucian untuk menghilangkan larutan fiksasi
dari jaringan. Sampel yang berisi larutan Boynce dipipet keluar sampai tidak ada
larutan Boynce yang tertinggal, selanjutnya direndam kedalam alkohol 70%
selama 2x15 menit.
4. Tahap Dehidrasi
Dehidrasi adalah proses penarikan molekul air dari dalam jaringan.
Dehidrasi bertujuan untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam
jaringan yang telah difiksasi sehingga jaringan nantinya dapat diisi dengan
parafin atau zat lainnya yang dipakai untuk membuat blok preparat. Rendam
Jaringan yang sudah difiksasi ke dalam larutan Alkohol secara bertahap: Larutan
Alkohol 70 %, 75%, 80%,85%,96% masing masing 1x5 menit. Dilakukan
bertahap dari konsentarsi Alkohol yang rendah ke konsentrasi Alkohol yang tinggi
agar stroma tidak terlepas dari jaringan, dimana stroma yang lepas dapat
menjadi artefact pada saat mengamati preparat bila telah jadi.
5. Tahap Pembeningan/ Clearing
Clearing adalah proses penjernihan atau mentransparankan jaringan
Clearing bertujuan menghilangkan alkohol dari jaringan, mempersiapkan jaringan
ke pembenaman merendam Jaringan yang sudah melalui tahap dehidrasi ke
dalam cairan Xylen yang diletakkan dalam wadah kaca (karena wadah plastik
bisa larut bila terkena Xylen). Dilakukan 2 kali (Xylen I dan Xylen II) masing-
masing selama 15 menit. Tujuan dilakukan clearing adalah untuk menarik sisa
alkohol dari jaringan sebagai persiapan jaringan memasuki tahap pembenaman.
Bila Clearing dilakukan terlalu lama akan menyebabkan jaringan menghitam.
Xylen menyebabkan sitoplasma menjadi kosong (menjadi jaringan murni)
6. Tahap Pembenaman (Impregnasi/embedding)
Agar jaringan mudah dipotong maka jaringan harus dipadatkan
menggunakan paraffin. Impregnasi adalah proses pengeluaran cairan pembening
(clearing agent) dari jaringan dan menggantikannya dengan paraffin. Dilakukan
dengan menggunakan paraffin oven. Clearing agent yang tersisa dapat
mengkristal dalam jaringan sehingga saat dipotong dengan mikrotom jaringan
akan robek. Teknik Pembenaman dilakukan dengan cara paraffin + xylen selama
35 menit, paraffin tanpa xylen selama 35 menit, dan paraffin murni selama 35
menit, setelah pembenaman, proses dilanjutkan dengan pengecoran (blocking).
7. Tahap Pengecoran/ Blocking
Pengecoran merupakan pembuatan blok preparat menggunakan potongan
besi berbentuk L (Leuckhart).Menuangkan sedikit paraffin cair di bagian pinggir
agar tidak bocor. Meletakkan jaringan sesuai dengan keinginan saat jaringan
diiris (potongan jaringan yang ingin diamati di bawah mikroskop diletakkan di
dasar agar permukaannya rata), kemudian menuangkan paraffin secukupnya
agar menutupi jaringan seluruhnya, untuk menghindarkan terbentuknya air
bubble. Mendiamkannya semalaman (12 jam)
8. Tahap Pemotongan Jaringan/Cutting
Meletakkan pisau pada mikrotom dengan sudut tertentu.Merekatkan blok
paraffin yang akan dipotong pada holder dengan menggunakan spatula atau
scalpel blade yang panas. Selanjutnya, meletakkan holder berikut blok preparat
pada tempatnya di mikrotom. Ketebalan irisan + 510 mm (disesuaikan
kebutuhan). Atur jarak preparat yang dipegang oleh holder ke arah pisau sedekat
mungkin. Gerakkan rotor (putaran) pada mikrotom secara ritmis dan membuang
pita-pita paraffin awal yang tanpa jaringan, setelah potongan mengenai jaringan,
potong blok preparat secara hati-hati, lalu memindahkan secara hati-hati dengan
sengkelit ke atas air di dalam waterbath yang diatur pada suhu 55
0
C, tujuannya
agar lembaran/paraffin terkembang dengan baik.
9. Tahap Pewarnaan/Staining
Staining adalah proses pewarnaan, dimana sampel diwarnai dengan
menggunakan zat warna. Tujuannya yaitu untuk mewarnai jaringan sehingga
mudah diamati di mikroskop.Memasukkan kaca objek yang berisi jaringan
kedalam Larutan Xilen I selama 10 menit, selanjutnya dipindahkan ke Xylen II
selama 10 menit. Kemudian masukan kaca objek yang berisi jaringan kedalam
Larutan haematoxylin 510 menit, bilas dengan air mengalir 23 menit kemudian
masukkan ke dalam larutan Eosin, selanjutnya cuci dengan aquades. Kemudian
dilakukan dehidrasi dari alkohol yang konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi,
masingmasing 2 menit alkohol 70%, 75%, 80%, 85%, 96%.
10. Tahap Perekatan/ Mounting
Meletakkan 1-2 tetes entelan diatas deck glass, lalu tutupkan ke atas kaca
objek jangan sampai ada gelembung udara
11. Tahap Labelling
Memberi label pada preparat, selanjutnya Melakukan pengamatan dibawah
mikroskop















III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil yang diperoleh dari Praktikum Pembuatan Preparat Histologi
Jantung (Cor) Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio L) yaitu sebagai berikut :


Gambar 1. Histologi Jantung Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio L)


Gambar 2. Histologi Jantung Ikan Normal (Wahyudi, C. Y., 2009).


Epicardium
m
Myocardum
Endocardium
m
Pembahasan
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat
dada. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung
melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan
oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah
akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian
mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke
jaringan di seluruh tubuh (Sanjoyo, 2005).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan maka dapat dijelaskan
bahwa antara hasil yang diperoleh dengan literatur yang didapatkan, belum
diketahui secara pasti bahwa hasil histologi jantung dalam keadaan normal atau
tidak karena pengamatan yang dilakukan masih secara makroskopik. Namun,
pada hasil histologi jantung yang didapatkan, sampel terlihat mengalami
abnormal tetapi sebenarnya jaringan tersebut normal hal ini karenakan pada saat
proses cutting dan mounting dilakukan, kurang hati-hati dan teliti sehingga
jaringan pada saat di amati di mikroskop sampel terlihat mengalami penebalan
jaringan karena pada saat dilakukan proses pemotongan (Cutting), sampel dalam
keadaan terlipat.
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan preparat histologi gagal yaitu :
1. Pada proses fiksasi organ tidak terendam sepenuhnya dengan larutan
boince yang dapat menyebabkan kegagalan pembuatan preparat
1. Saat pengambilan jaringan terjadi kesalahan pada pengambilan organ
yang akan dijadikan preparat histologi..
2. Tahap washing, jaringan yang tidak tecuci bersih dari larutan boince yaitu
masih berwarna kuning yang seharusnya berwarna putih dapat
menghambat atau menghalangi proses selanjutnya.
3. Untuk proses dehidrasi, molekul air yang masih berada di jaringan akan
sukar untuk diisi dengan paraffin.
4. Clearing yang dilakukan terlalu lama akan menyebabkan jaringan
menghitam sehingga jaringan tidak transparan dan akan susah untuk di
amati pada mikroskop.
5. Saat proses pembenaman, jaringan yang tidak berada pas ditengah
lempengan blok akan mengakibatkan jaringan sukar untuk dicutting dan
hasilnya tidak sesuai yang diinginkan.
6. Pemotongan tidak akan bdrhasil berhasil jika pisau tumpul, berkarat, dan
terdapat sisa-sisa parafin dari hasil pemotongan sebelumnya dan posisi
sampel tidak lurus. Suhu pisau dan suhu sampel serta ruangan yang tidak
sama menyebabkan patah atau terpotong-potong saat pengirisan.
7. Pada saat melakukan proses mounting, yaitu saat meneteskan entelan
apabila terdapat gelembung, jaringan akan susah diamati di mikroskop.













DAFTAR PUSTAKA
Gonawi et.al. 2008.Studi Kontraksi Otot Jantung Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Dalam Upaya Peningkatan Komoditas Perikanan Darat. http//:
Jurnal IPB.com. Diakses pada 23 Mei 2014 pukul 21.00 WITA.
Harjana. 2011. Buku Ajar Histologi. Jurusan Pendidikan Bilogi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Putri et al. 2009. Kontraksi Otot Jantung Ikan. http//: Jurnal IPB.com. Diakses
pada 23 Mei 2014 pukul 21.00 WITA.
Sanjoyo. R. 2005. Sistem Kardiovaskuler. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai