Anda di halaman 1dari 28

Teknik Evaluasi Bioaktivitas

- Pemeriksaan Histopatologi -

Dosen Pengampu : apt. Rahmayati Rusnedy, S.Farm, M.si

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2022
01

Definisi Histopatologi
Definisi :
● Histopatologi yaitu pemeriksaan
mikroskopik pada salah satu bagian jaringan
yang dicat dengan menggunakan teknik
histologis.
● Cara pemeriksaan ini dilakukan adalah
dengan menggunakan kaca mikroskop yang
dicat dengan hematoksilin dan eosin untuk
mendapatkan diagnosis yang lebih spesifik
berdasarkan pada morfologi.
02
Tujuan Pemeriksaan
Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi bertujuan untuk
memeriksa penyakit berdasarkan pada
reaksi perubahan jaringan. Pemeriksaan ini
hendaknya disertai dengan pengetahuan Selain itu pemeriksaan
tentang gambaran histologi normal jaringan histopatologi bertujuan untuk
sehingga dapat dilakukan perbandingan melihat perubahan morfologi sel
antara kondisi jaringan normal terhadap dari jaringan dengan metode
jaringan sampel (abnormal). Dengan paraffin. Metode parafin adalah
membandingkan kondisi jaringan tersebut suatu metode pembuatan preparat
maka dapat diketahui apakah suatu dengan melakukan penanaman
penyakit yang diduga benar-benar jaringan di dalam blok parafin
menyerang atau tidak. untuk menghasilkan preparat
jaringan hewan ataupun
tumbuhan yang tipis.
03
Pembagian
Histopatologi
definisi Hispatologi pPembagian Hhispatologi tTeknik pPemeriksaan hHispatologi Ttahapan Ppembuatan Ssediaan Hhispatologi

Pembagian Hispatologi
Umum (jaringan dasar yang terdapat Khusus (struktur histologi organ-
pada tubuh) organ tubuh)
 Jaringan epitel  Kulit
 Jaringan pengikat
 Kardiovaskular
 Kartilago
 Organ limfoid
 Tulang
 Darah  Sistem respirasi
 Otot  Sistem pencernaan
04
Teknik Pemeriksaan
Jaringan Histopatologi
ALUR
PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGI
05
Tahapan Teknik
Histologi
Tahapan Pembuatan Sediaan Histologis

1 2 3
Pengambilan Fiksasi dan Penjernihan /
contoh jaringan Dehidrsi pembeningan

4 5 6
Pemancangan Pemotongan Deparafinisasi
(embedding) / dan dan
infiltrasi Penempelan Pewarnaan
Tahapan Pembuatan Sediaan Histologis

1 Pengambilan Contoh Jaringan


• Jaringan diambil sekecil mungkin, tetapi mewakili
struktur keseluruhan.
• Tebal jaringan maksimal 4 mm.
• Semakin pendek waktu jeda pengambilan jaringan dari
tubuh terhadap waktu perendaman dalam larutan fiksatif
membuat hasil semakin baik.
Mematikan Hewan Uji (Euthanasia)
Digunakan apabila penggunaan kloroform atau eter tidak memungkinkan karena
Secara Fisik mengganggu hasil penelitian. Euthanasia secara fisik yang paling umum dilakukan
adalah dislokasi leher.

Menggunakan senyawa asam barbiturat serta derivatnya, campuran barbiturat,


Farmakologi non-inhalan sodium pentobarbital atau magnesium sulfat. Diberikan dengan suntikan secara iv,
intrakardial namun harus dengan cara yang tepat mengenai jantung.

Senyawa yang biasanya digunakan dalam teknik ini adalah: Kloroform, eter,
Anestetik inhalan
halothane, metoksifluran dan nitrous oksida

Gas non-anestetik Gas-gas yang tergolong non anestetik adalah CO; CO2; N; sianida.

Zat-zat yang tergolong dalam transkuiliser adalah valium, librium, miltown, atarax,
serax dan equamil. Pada dasarnya digunakan untuk menekan aktivitas sistem saraf
Gas anestetik
pusat, mengurangi aktivitas simpatis, mereduksi kecepatan jantung, kecepatan
pernafasan.
Tahapan Pembuatan Sediaan Histologis

2 Fiksasi dan Dehidrsi

Fiksasi merupakan tahapan yang dilakukan untuk


menjaga komponen jaringan agar tetap seperti
kondisi ketika masih hidup. Mekanisme kerja dari
fiksasi pada dasarnya adalah mengawetkan
bentuk sel dan organel sehingga mendekati
bentuk ketika masih di tubuh.

Larutan Fiksasi yang biasa digunakan adalah


Formalin dan Bouin.
Tahapan Pembuatan Sediaan Histologis

2 Fiksasi dan Dehidrsi


• Dehidrasi adalah proses menghilangkan air dan zat fiksatif
dari komponen jaringan.
• Reagen yang dapat digunakan pada proses dehidrasi
diantaranya ethanol, aseton, methanol, isoprofil alkohol,
butil alkohol, dan alkohol terdenaturasi.
• Tanda-tanda berhasilnya proses dehidrasi adalah tidak
terlihatnya lagi aliran perpindahan larutan ketika
dimasukkan ke dalam larutan dehidrasi terakhir, warna
yang dihasilkan dari jaringan tersebut terlihat berwarna
abu-abu atau pucat, tekstur lunak dan rapuh.
Tahapan Pembuatan Sediaan Histologis

3 Penjernihan / pembeningan

1. Penjernihan atau pembeningan bertindak sebagai


perantara antara larutan dehidrasi dan infiltrasi.
2. Jika agen dehidrasi telah digantikan semua dengan
agen pembeningan, maka jaringan tersebut akan
memiliki penampilan yang bening dan tembus
cahaya, agen pembeningan juga mempermudah
parafin memasuki jaringan.
3. Agen pembeningan diantaranya adalah xilol, toluen,
kloroform, xilol substitusi, citrus fruit oil.
Tahapan Pembuatan Sediaan Histologis

4 Pemancangan (embedding) / infiltrasi

1. Pemancangan bertujuan untuk mengganti bahan


penjernihan dalam jaringan dengan parafin cair
disertai pengerasan sehingga jaringan mudah
dipotong menjadi irisan-irisan yang sangat tipis.
2. Tahapan pemancangan meliputi peresapan
(impregnasi) yaitu parafin masuk ke dalam sela-
sela jaringan dan pembuatan balok membentuk
balok paraffin di sekeliling jaringan.
Tahapan Pembuatan Sediaan Histologis

5 Pemotongan dan Penempelan


Untuk mendapatkan pita jaringan yang baik harus melalui dua
tahap pemotongan yang harus dilakukan secara berurutan. Tahap
tersebut ialah, tahap potong kasar dan potong halus.
Potong Kasar Potong Halus

1. Merupakan proses awal pemotongan blok jaringan yang Proses potong halus ini bertujuan untuk menghasilkan pita
bertujuan untuk membuang kelebihan paraffin yang jaringan dengan ketebalan tertentu. Ketebalan pita jaringan
menutupi jaringan sehingga permukaan jaringan dapat untuk jaringan hasil pembedahan rutin ialah 3-4 μm.
terbuka dan bisa dihasilkan pita jaringan yang utuh.
2. Dikatakan potong kasar, dikarenakan pada proses ini
mikrometer diatur pada ketebalan yang cukup tinggi yaitu
pada 15-30μm.
Tahapan Pembuatan Sediaan Histologis

5 Pemotongan dan Penempelan

Instrumen yang digunakan dalam melakukan pemotongan


jaringan adalah “mikrotom”.
Tahapan Pembuatan Sediaan Histologis

5 Pemotongan dan Penempelan


 Penempelan merupakan proses pelekatan atau penempatan sayatan
jaringan pada kaca objek.
 Setelah pita menempel pada kaca objek, hal yang selanjutnya
dilakukan adalah mengeringkan sediaan untuk menghilangkan sisa air
yang masih terperangkap dibawah pita jaringan.
 Suhu pemanasan harus dijaga tidak terlalu panas, cukup pada titik leleh
paraffin. Pengeringan untuk berbagai jaringan juga dianjurkan
dilakukan pada 37°C selama satu malam.
 Sediaan yang telah benar-benar kering dapat dilanjutkan dengan
pewarnaan sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Tahapan Pembuatan Sediaan Histologis

6 Deparafinisasi dan Pewarnaan

Deparafinisasi Pewarnaan

1. Proses pelunturan paraffin dari jaringan. Pewarnaan dapat memperlihatkan struktur


2. Proses ini diperlukan sebelum pewarnaan dan morfologi jaringan, keberadaan dan
karena jaringan yang telah melewati prevalensi sel-sel jaringan tertentu.
pematangan jaringan (dehidrasi, Pewarnaan rutin yang biasanya digunakan
pembeningan, infiltrasi) masih untuk histopatologi adalah pewarnaan
mengandung paraffin, sedangkan proses Hematoxylin Eosin (H&E).
pewarnaan adalah proses yang banyak
melibatkan air, sehingga sebelum proses
pewarnaan paraffin harus dilunturkan
terlebih dahulu.
Jurnal
Contoh Jurnal
Tujuan, Alat dan Bahan
Tujuan

Uji toksisitas subkronis dilakukan untuk melihat tingkat


keamanan dari ekstrak etanol 70% kulit buah Citrusnobilis lour.

Alat Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian Kulit buah Citrusnobilis Lour,
iniantara lain timbangan analitik, Etanol 70%.
timbangan untuk hewan coba, kandang
plastik dengan kawat penutup, sonde
lambung, pinset, alat bedah, mikroskop
cahaya dengan digital camera DS fi 12.
Prosedur Kerja

STEP 1 STEP 2 STEP 3 STEP 4

Pengamatan Preparat
Persiapan hewan uji dan Uji toksisitas sub Pembuatan Preparat
Histopatologi :
Persiapan bahan uji kronis : Histopatologi :
Disiapkan 4 kelompok tikus
Pengamatan dilakukan dengan
@10 ekor. Pemberian secara
oral (maks 1-2 mL/100g BB)
Fiksasi, Pemotongan, mikroskop cahay 100x
1x sehari selama 90 hari dan Pewarnaan, Dehidrasi pembesaran saat mementukan
lobulus hati dan 400x pembesaran
BB ditimbang tiap hari. dan Clearing saat mengamati perubahan sel-sel
hati.
Hasil
Kesimpulan

Pada pemberian ekstrak etanol 70 % kulit buah Citrus


nobilis Lour selama 90 hari dengan dosis 1000 mg/Kg BB
pada tikus berdasarkan uji statistik mempengaruhi tingkat
kerusakan sel otot jantung pada pengamatan histopatologi
jantung, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya dapat
dilakukan uji toksisitas kronik ekstrak etanol 70 % Kulit
buah Citrus nobilis Lour selama 12 bulan untuk
memprediksi keamanan penggunaan klinik pada manusia
dalam jangka panjang.
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai