Anda di halaman 1dari 11

Oleh :

Beta Lutfi A .N.


(1613353004)

SITOHISTOLOGI Rima Afriana


(1613353018)
Saskia Ratna
Ayu P.
(1613353020)
HISTOPATOLOGI

 Histopatologi merupakan cabang ilmu biologi


tentang kondisi dan fungsi jaringan terkait dengan
adanya suatu penyakit. Teknik pemeriksaan
histopatologi berguna untuk mendeteksi adanya
komponen pathogen yang bersifat infektif melalui
pengamatan secara mikroanatomi. Pemeriksaan
histopatologi bertujuan untuk memeriksa penyakit
berdasarkan reaksi perubahan jaringan dengan
membandingkan kondisi jaringan yang normal
dengan abnormal. Pemeriksaan histopatologi dapat
dilakukan dengan metode histoteknik (lab patologi
anatomi, 2013).
SITOPATOLOGI

Sitopatologi atau patologi seluler adalah cabang ilmu patologi anatomi yang
mempelajari perubahan di tingkat sel akibat dari suatu penyakit. Sitopatologi
berurusan dengan pemeriksaan mikroskopis atas sel seseorang secara
keseluruhan yang diperoleh dari usapan atau aspirasi jarum tajam.
Secara garis besar ada 2 macam pemeriksaan dasar yang dilakukan yaitu
pemeriksaan Histopatologi dan Sitopatologi. Pemeriksaan Histopatologi adalah
pemeriksaan dari jaringan tubuh manusia, dimana jaringan dilakukan
pemeriksaan dan pemotongan makroskopis, diproses sampai siap menjadi
slide atau preparat yang kemudian dilakukan pembacaan secara mikroskopis
untuk penentuan diagnosis. Pemeriksaan Sitopatologi adalah pemeriksaan
cairan tubuh manusia yang kemudian diproses, yaitu dilakukan fiksasi dan
pemberian pigmen kemudian dilakukan pembacaan dengan mikroskop.
HISTOTEKNIK

 Histoteknik adalah suatu metode pembuatan sediaan dari


specimen tertentu melalui suatu rangkaian proses hingga
diperoleh suatu preparat histopatologi yang siap untuk
dianalisa. Preparat histopatologi dapat digunakan untuk
mengetahui keadaan patologis serta perubahan suatu sel
atau jaringan.

 Untuk membuat suatu sediaan histopatologi, jaringan diambil


terlebih dahulu dari sumbernya kemudian siap untuk diproses.
Rangkaian proses pembuatan sajian histopatologi terdiri atas
: Fiksasi, dehidrasi, pembeningan (clearing), pembenaman
(impregnasi), blocking, pemotongan jaringan (sectioning),
floating, pewarnaan, perekatan (mounting), pelabelan
(labelling). (Bestari, 2013)
1. FIKSASI

 Fiksasi adalah salah satu tahapan histoteknik yang bertujuan


untuk mempertahankan morfologi jaringan seperti kondisi
awal atau fisiologis, sehingga tidak terdapat perubahan
apapun
2. DEHIDRASI

 Proses berikutnya setelah jaringan diawetkan adalah


dehidrasi, dimana air dikeluarkan dari dalam jaringan agar
jaringan tersebut dapat diisi dengan parafin sehingga jaringan
mudah diiris tipis-tipis. Larutan yang digunakan dalam
dehidrasi ini adalah alkohol dari konsentrasi yang rendah
sampai pada konsentrasi absolute (70% ke 80% ke 90% ke
100%) masing-masing 1 jam. Dalam hal ini organ harus
terendam semua di dalam alkohol. Alasan penggunaan
konsentrasi alkohol dari yang rendah ke yang tinggi supaya
proses dehidrasi tidak terlalu cepat yang akan merusak
mukosa (jaringan lunak) dan supaya tidak menimbulkan
artefack yang akan mengganggu diagnosis (Tarigan, 2012).
proses dehidrasi dilakukan pada chamber1
3. PEMBENINGAN (CLEARING)

 Pembeningan adalah suatu tahap untuk mengeluarkan alkohol


dari jaringan dan menggantinya dengan suatu larutan yang dapat
berikatan dengan parafin. Jaringan tidak dapat langsung
dimasukkan ke dalam parafin karena alkohol dan

 parafin tidak bisa saling melarutkan. Proses mengeluarkan


alkohol dari jaringan ini sangat krusial karena bila di dalam
jaringan masih tertinggal sedikit alkohol maka parafin tidak bisa
masuk kedalam jaringan sehingga jaringan menjadi matang
diluar, mentah di dalam dan akan menyebabkan jaringan
menjadi sulit untuk dipotong dengan mikrotom (Sihaloho, 2011).
Larutan yang umum digunakan untuk proses pembeningan
adalah xylol. Alasan pemilihan xylol sebagai clearing agent
karena xylol bekerja cukup cepat bila dibandingkan dengan
larutan yang lain. Proses clearing pada tissue processor
dilakukan pada chamber 8-10 (SOP RSDK, 2014).
4. IMPREGNASI

 Impregnasi adalah proses mengeluarkan cairan pembening


(xylol) dari dalam jaringan untuk digantikan dengan paraffin.
Pada tahap impregnasi, jaringan harus benar-benar bebas
dari xylol karena sisa cairan pembening dapat mengkristal
dan pada saat dilkukan proses pemotongan blok, jaringan
akan menjadi mudah robek (Sihaloho, 2011). Pada umumnya,
zat yang digunakan pada proses impregnasi adalah paraffin
dengan titik lebur rendah. Keuntungan menggunakan paraf fin
sebagai impregnasi agent adalah jaringan tidak mudah rapuh.
Zat lain yang termasuk dalam impregnasi agent adalah
paraplast, yaitu campuran paraffin murni dengan polimer
plastic. Keuntungan menggunakan paraolast jika
dibandingkan dengan parafin adalah sifatnya yang lebih
elastic sehingga tidak mudah sobek ketika dipotong dan
proses pemotongan akan lebih mudah. Proses impregnasi
pada tissue processor dilakukan pada chamber 11- 12 (SOP
RSDK, 2014).
5. BLOCKING

 Pengeblokan (embedding) adalah proses pembuatan blok


preparat. Dengan menanamkan atau memasukkan jaringan
kedalam cetakan untuk memudahkan proses penyayatan dengan
mikrotom. Cetakan yang digunakan adalah base mould, yaitu
cetakan yang terbuat dari logam yang tidak berkarat. Tujuan dari
proses ini untuk membuat blok paraffin menjadi Preparat
permanen. Pertama-tama cairan paraffin dituangkan kedalam
base mould lalu jaringan dimasukkan dengan menggunakan
pinset. Kemudian kaset dimasukkan kedalam base mould dan
ditambahkan parafin hingga menutupi seluruh bagian kaset yang
terdapat dalam base mould. Setelah itu, base mould diletakkan
pada hod plate untuk memadatkan paraffin. Proses embedding
harus dilakukan dengan cepat agar paraffin tidak segera
membeku ketika gross masih diatur posisinya. Selain itu harus
dipastikan seluruh bagian gross tertanam dalam paraffin
sehingga, pada saat pemotongan blok dengan mikrotom
diperoleh angka yang sesuai (UI, 2009).
Tahap Pengeblokan ( embedding ) Jaringan.

Anda mungkin juga menyukai