Anda di halaman 1dari 17

NILAI

PERCOBAAN 4

PEMBUATAN PREPARAT DENGAN METODE PARAFIN

A. Capaian Pembelajaran

1. Mengetahui tahapan metode parafin.


2. Mengetahui hasil pewarnaan hematoxylin eosin.
3. Mengetahui bagian-bagian dari mikrotom

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum metode paraffin ini adalah :
1. Mengetahui hasil pewarnaan dengan menggunakan Hematoxylin eosin
2. Mengetahui struktur histologi organ intestinum
3. Mengetahui bagian-bagian mikrotom

C. Tinjauan Pustaka
a. Mikroteknik
Mikroteknik merupakan salah satu teknik pembuatan sediaan pada bagian
tumbuhan ataupun hewan yang bertujuan mempermudah pengamatan bagian
tumbuhan ataupun hewan dengan bantuan mikroskop. Sediaan harus cukup kecil,
tipis dan transparan sehingga dapat ditembus oleh cahaya. Untuk mempereoleh
sediaan semacam ini diperlukan beberapa macam metode atau cara membuat sediaan-
sediaan tersebut. Di samping itu juga tergantung dari jenis-jenis sediaan yang akan
dibuat (Moebadi, 2011).
Banyak obyek yang telah mengalami beberapa proses dalam mikroteknik
dan kemudian dibalsam lalu berubah bening yang mengakibatkan tidak dapat diamati
dengan mikroskop. Cara mengatasi permasalahan ini, yakni penggunaan zat pewarna
yang dapat mempertegas jaringan maupun organ tumbuhan ataupun hewan. Proses
pewarnaan dapat menggunakan pewarna yang tahan lama dan sesuai dengan
kebutuhan pewarnaan. Zat pewarna harus mampu diserap oleh
irisan preparat agar dapat membedakan bagian jaringan maupun organ secara
jelas. Zat-zat warna itu dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu zat warna asam
dan zat warna basa. Yang termasuk dalam zat warna asam yaitu hematoxylin dan
safranin, yang dapat mewarnai inti dan jaringan berkayu, sedangkan zat warna
basa yaitu eosin dan fast green, tidak dapat mewarnai inti dan jaringan berkayu,
tetapi bagian-bagian lain dari jaringan (Moebadi, 2011).
Proses pembuatan sediaan mikroskopis merupakan suatu pekerjaan yang
memerlukan ketelitian, kemampuan yang tinggi, serta ditunjang kemampuan dan
minat yang didasari oleh faktor seni yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Proses dalam membuat suatu sediaan histologi, secara umum melalui beberapa
tahapan yaitu: persiapan jaringan, pemrosesan jaringan, pemotongan jaringan, dan
pewarnaan jaringan. Mengingat betapa besarnya pengaruh dari masing-masing
tahap terhadap hasil pemeriksaan maka kita dituntut untuk bekerja secara cermat
dan teliti sehingga kita bisa mendapakan sediaan yang sesuai dengan apa yang
kita harapkan (Moebadi, 2011).

b. Metode paraffin
Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan
melakukan penanaman jaringan di dalam blok paafin untuk menghasilkan preparat
jaringan hewanataupun tumbuhan yang tipis. Metode ini sekarang banyak digunakan,
karena hampirsemua macam jaringan dapat dipotong dengan baik dengan
menggunakan metode ini. Preparat parafin ini dilakukan penyelubungan karena
jaringan merupakan bahan yanglunak (Budiono, 1992).
Kelebihan metode parafin antara lain adalah irisan yang dihasilkan lebih
tipis dibandingkan dengan metode yang lain. Irisan yang dihasilkan juga bersifat seri,
mudah dipraktekkan, dan prosesnya lebih cepat dibadingkan dengan metode seloidin.
Kekurangan metode parafin antara lain yaitu jaringan menjadi keras dan mudah
patah, tidak bisa digunakan untuk jaringan besar, dan sebagian enzim pada jaringan
akan larut. Pembuatan sediaan dengan metode parafin memerlukan langkah-langkah
yang harus dikerjakan dengan urut agar dihasilkan sediaan yang dapat diamati dan
dipelajari sesuai tujuan pembuatan sediaan (Budiono, 1992).
c. Tahapan Metode Parafin
Tahapan kerja dari metode parafin adalah sebagai berikut : fiksasi,
pencucian (washing), dehidrasi, penjernihan (clearing), infiltrasi, penanaman
(embedding), penyayatan (sectioning), penempelan (affixing), deparafinisasi,
pewarnaan (staining), penutupan (mounting), dan pelabelan (labelling) (Dasumiati,
2008).
Menurut Dasumiatti (2008), pembuatan preparat jaringan tumbuhan yang
dilakukan dengan metodeparafin melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Pengambilan jaringan (Diseksi/Collecting)
Diseksi merupakan proses pengambilan jaringan atau bagian jaringan dari
sumber alami baik berupa tumbuhan ataupun hewan yang akan digunakan sebagai
bahan dasar dalam mikroteknik. Pada jaringan hewan setelah dilakukan
pengambilan diperlukan proses pencucian (washing). Pencucian (washing) adalah
suatu tahap yang membedakan metode paraffin hewan dengan tumbuhan.
Pencucian ini perlu dilakukan karena jaringan yang diambil pada hewan seringkali
dalam keadaan kotor oleh darah atau kotoran seperti pada organ pencernaan. Selain
itu jaringan hewan lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan, sehingga
perlu secepat mungkin dimasukan ke dalam larutan fisiologis sebagai fiksasi
sementara. Pencucian pada pembuatan preparat hewan menggunakan larutan garam
fisiologis.
2. Fiksasi (Fixation)
Fiksasi adalah usaha yang dapat mempertahankan elemen-elemen sel atau
jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun ukuran. Media yang digunakan untuk fiksasi disebut dengan fiksatif.
Fiksatif terdiri dari unsur-unsur kimia yang dibuat dalam bentuk larutan atau gas
yang berfungsi agar Jaringan tidak membusuk, dan dapat mempertahankan
struktur jaringan.

3. Dehidrasi (dehydration)
Dehidrasi adalah proses penarikan air dari dalam jaringan
dengan menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi bertujuan untuk
mengeluarkan air dari dalam jaringan yang telah difiksasi. Proses
dehidrasi merupakan serangkaian proses dengan cara memasukan sample ke dalam
larutan dehidrasi secara berseri dari konsentrasi rendah sampai konsentrasi tinggi
dengan mengurai konsentrasi air.

4. Penjernihan (Clearing)

Clearing merupakan proses harus segera dilakukan setelah


dehidrasi. Tujuan dari penjernihan ini adalah menggantikan tempat alkohol
sementara dalamjaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu solven
atau medium penjernih sebelum proses penanaman dalam parafin. Medium penjernih
ini akan menjernihkan atau mentranparankan jaringan agar kemudian dapat
terwarnai dengan baik dan memperlihatkan warna sesuai dengan warna pewarnanya.

5. Infiltrasi (Infiltration)

Infiltrasi adalah suatu usaha menyusupkan media penanaman (embedding


media) ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan kedudukan dehidran dan
bahan penjernih (clearing agents). Media penanaman yang digunakan dalam
infiltrasi ini adalah paraffin. Proses infiltrasi ini umumnya dilakukan di dalam oven
yang suhunya dapat diatur sesuai titik leleh jenis parafin yang digunakan. Pada
jaringan hewan bisa langsung digunakan parafin keras dengan titik leleh 56°C-58°C.
Waktu yang diperlukan jaringan campuran ini terlalu lama cukup berkisar antara 10-
30 menit saja tergantung besarkecilnya jaringan.

6. Penanaman (Embedding)

Embedding atau penanaman merupakan proses memasukan atau


penanaman jaringan ke dalam balok-balik parafin (cetakan) sehingga memudahkan
proses penyayatan dengan bantuan mikrotom. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
membuat balok parafin yang berisi jaringan yang akan dibuat preparat permanen.

7. Penyayatan (Sectioning)
Proses penyayatan adalah pembuatan sayatan atau pita dari balok
parafinyang telah terbentuk dengan menggunakan mikrotom, yang bertujuan untuk
membuat sayatan jaringan dan dapat dilihat jelas dari dalam mikroskop. Pembuatan
irisan dengan metode paraffin memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah
yaitu proses embedding lebih cepat dan lebih simpel.

8. Penempelan dan Afiksasi (Afixing)

Afixing adalah proses pelekatan atau penempatan sayatan jaringan pada


kaca objek dengan bantuan media pelekat tertentu, dapat berupa parafin padat yang
dicairkan lalu dimasukkan kedalam box ukuran tertentu dan dibiarkan memadat.
Tujuan penempelan ini adalah untuk menempelkan pita parafin yang sudah berisi
sayatan jaringan pada kaca objek.

9. Deparafinasi dan Pewarnaan (Staining)

Deparafinasi adalah suatu tahap menjelang proses pewarnaan dengan


menggunakan xilol untuk membersihkan paraffin dari jaringan dan kaca objek.
Pengerjaan deparafinasi aserial atau berkelanjutan dengan pengerjaan pewarnaan.
Tujuan dari tahap ini untuk membersihkan jaringan dan kaca objek dari parafin.
Pewarnaan merupakan suatu tahap dalam mikroteknik untuk memperjelas
berbagai elemen jaringan, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan
ditelaah dengan mikroskop tanpa pewarnaan, jaringan akan transparan sehingga sulit
untuk diamati.

10.Penutupan dan Labelling

Langkah terakhir adalah menyimpan sayatan dalam canada balsem serta


menutupnya dengan kaca penutup. Penempatan kaca penutup hendaklah dilakukan
dengan rapi dengan cara menempatkan suatu sisi kaca tersebut samping sayatan
kemudian dengan hati-hati sisi dihadapannya diturunkan dengan jarum.

D. Metode Percobaan
a. Alat dan Fungsinya
1. Mikroskop: untuk mengamati hasil pengamatan organ intestinum mencit
2. Alat Bedah (Disection set): Untuk membedah tikus dan mengambil organnya
3. Staining jar horizontal/vertikal: Alat untuk mengfiksasi larutan methanol dengan
4. Botol Flakon: Alat yang digunakan untuk tempat organ saat proses dehidrasi
5. Gelas Benda: Alat yang digunakan untuk melarutkan garam fisiologis
6. Holder kayu: Alat yang digunakan sebagai sanggahan balok parafin
7. Cassette: Alat untuk mengidentifikasi sampel jaringan
8. Mikrotom: Alat untuk memotong balok parafin
9. Hot plate: Alat untuk membentuk dan memanaskan parafin
10. Inkubator: Alat untuk melelehkan parafin
11. Cover slip: Alat untuk menutup atau menjaga sisi preparat
12. Killing bottle: Alat untuk membius mencit sebelum dilakukan pembedahan

b. Bahan dan Fungsinya


1. Kertas Label: Sebagai penanda agar tidak tertukar / keliru
2. Hewan (Mus musculus): Sebagai bahan untuk uji coba metode paraffin
3. Larutan Fiksatif (BNF): Sebagai larutan fiksasi organ sebelum dilakukan proses
dehidrasi
4. NaCl 0.9 %: Sebagai larutan isotonis untuk menjaga tekanan osmotic agar tidak
terjadinya kondisi hipertonis ataupun hipotonis
5. Kapas: Sebagai bahan untuk larutan eter untuk membius mencit
6. Hematoxylin : Sebagai pewarna basa dipakai ntuk mewarnai inti sel
7. Eosin : Sebagai pewarna asam dipakai untuk mewarnai sitoplasma
8. Alkohol (30%, 40%, dst): Sebagai larutan mendehidrasi organ yang diamati
1. Xilol : Larutan yang digunakan sebagai proses clearing
2. Toluol : Larutan yang digunakan sebagai proses clearing
3. Parafin : Sebagai bahan pengerasan sebelum organ dilakukan pengamatan
4. Entelan / Canada balsam : Sebagai perekat agar tidak terlepas dari cover slip
5. Larutan etil eter : Sebagai bahan untuk membius mencit

c. Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum metode paraffin ini adalah :
1. Narkose :Dengan kloroform, bisa digunakan cara dislokasi, atau dengan di beri es
untuk ikan.
2. Pengambilan organ : Hewan dibedah ambil organ dipotong, tebal 3-5 mm, luas ±1
cm2
3. Labeling: Bila preparat dalam 1 botol (flakon) lebih dari 2 macam preparat
ditempel label. Tapi bila dalam botol flakon hanya 1 organ cukup flakon yang
ditempeli label.
4. Fiksasi: Sebelum masuk fiksasi bila preparat berlumuran darah (kotor) cuci dulu
dengan Lar. garam fisiologis masuk fiksatif: 3-12 jam.
5. Pencucian (Washing): Bila menggunakan fiksatif Bouin pencucian dengan
alkohol 70% berkali-kali sampai warna kuning menjadi hilang/jernih.
6. Dehidrasi:
Dilakukan dengan menggunakan alkohol 70%, 80%, dst sampai dengan
alkohol absolut.
alkohol 70% 4 x 30 menit
alkohol 80% 2 x 30 menit
alkohol 90% 2 x 30 menit
alkohol 96% 1 x 30 menit
alkohol absolut 1 x 30 menit
7. Clearing (dealkoholisasi): Clearing penarikan alkohol dari jaringan
(dealkoholisasi) dengan Toluol (Toluen). Carany a: dari alkohol absolut preparat
diletakkan dulu pada kertas penghisap masukkan Toluol. Secukupnya (tergantung
jenis preparatnya).
8. Infiltrasi: Dalam oven (incubator), temperatur 55° – 60°C. Campuran Toluol
Parafin (1 : 1) 30 menit, Parafin I 50 menit, Parafin II 50 menit, Parafin III 50
menit
9. Embedding: Menanam jaringan dalam parafin padat.
a. Kotak-kotak kecil dibuat dari karton.
b. Parafin murni cair dituang ke dalam kotak tersebut.
c. Pindahkan jaringan dipindahkan dengan cepat yang telah diinfiltrasi tadi
kedalam kotak yang berisi parafin cair tersebut.
d. Letak preparat diatur menurut rencana arah potongan: melintang, atau
membujur.
e. Setiap blok harus diberi label yang berisi nama, organ/jaringan.
10. Sectioning:
a. Blok parafin diiris dengan scalpel à permukaan yang akan diirisdengan pisau
mikrotom berbentuk segi empat teratur, semua sisisejajar letak
preparat/jaringan di tengah coupes (irisan tipis), ± 3-5 mm dari tepi.
b. Blok parafin diletakkan pada holder kayu (melekat erat)
c. Holder dipasang dengan blok parafin tersebut pada “RotaryMicrotome”,
dieratkan.
d. Disiapkan:
1) Kotak tempat pita preparat (Coupes)
2) Kuas untuk mengambil Coupes dari pisau mikrotom
3) Pisau scalpel
4) Kapas dicelup xylol untuk membersihkan pisau mikrotom.
e. Sebelum mulai section atur tebal irisan (Coupes) 6 mikron.
f. Bila sudah lengkap mulai section.
11. Afiksasing
a. Kaca benda yang telah dioles Mayer’ albumin, ditetesi aquadest secukupnya.
b. Sejumlah Coupes diletakan di atas aquadest tersebut.
c. Kaca benda kemudian diletakkan diatas hot plate dengan suhu 40°C - 45°C.
d. Letak Coupes diatur, juga rentangan parafin, sisa aquadest dihisap dengan pipet
atau kertas penghisap.
e. Dibiarkan sampai kering. Baru disimpan dalam map preparat. Pewarnaan
dilaksanakan sebaiknya sesudah 24 jam.
12. Staining
a. Dilakukan deparafinasi Celup kaca benda yang telah ada Coupes tersebut
dalam xylol minimal selama 10 menit .
b. Pewarnaan dilakukan menggunakan tunggal atau majemuk.

EHRLICH HEMATOXYLIN – EOSIN (HE)


1. Setelah dihilangkan parafinnya, Coupes dihisap xylolnya dengan kertas
filter celupkan kee dalam alkohol 96%, 90%, dst sampai dengan aquadest
masukkan Ehrlich hematoxylin selama 3 – 7 detik.
2. Dicuci dengan air mengalir selama 10 menit, amati terlebih dahulu.
3. Dicelupkan ke dalam akuades, alkohol 30%, dst sampai dengan 70%,
beberapa celupan masuk kedalam Eosin Y 1-2% dalam alkohol 70% selama
1-2 menit.
4. Dicuci menggunakan alkohol 70%.
5. Dicelupkan ke alkohol 70% sampai dengan 96% beberapa celupan, pel di
antara kertas filter masukkan ke Xylol, minimal 10 menit.
MALLORY ACID FUCHSIN
1. Mendeparafinasi pel dengan kertas filter, celup kedalam alkohol 96%
sampai dengan aquadest.
2. Larutan Acid Fuchsin 0,1% dimasukan selama 3 menit. Aquadest dicuci,
amati dibawah mikroskop.
3. Larutan PMA (= Phospho Molybdic Acid) 1% dimasukan selama 5 menit.
4. Aquadest dicuci
5. Larutan Mallory dimasukan selama 2 menit.
6. Dicuci dengan aquadest, amati di bawah mikroskop, celup alkohol 30%
sampai dengan 96%, pel di antara kertas filter. Masuk ke Xylol minimal 10
menit.
13. MOUNTING: Sediaan yang basah xylol ditetesi Canada balsam secukupnya
ditutup dengan gelas penutup untuk menghilangkan gelembung udara yang
mungkin muncul selama proses penutupan sediaan diletakkan diatas hot plate.
14. Labelling: Tulis data lengkap pada label misal nama organ/jaringan, tebal irisan,
arah potongan, metode pewarnaan, tanggal pembuatan.
15. Pengamatan mikroskopis.

E. Hasil Pengamatan
Tunjuklah keterangan pada gambar berikut ini minimal 5 tiap nomer!
1

5
2

3 4

Gambar 1. Hasil pengamatan organ intestinum mencit menggunakan mikroskop

Keterangan :

1. Membran basal
2. Lumen
3. Adventitia
4. Serosa
5. Muscularis
3

2 4

Gambar 2. Bagian-bagian mikrotom

Keterangan :

1. Hand wheel
2. Handle
3. Paraffin block
4. Bak Limbah Parafin
5. Steel Knife

F. Pembahasan
Pembuaatan preparat jaringan hewan yang dilakukan dengan metode parafin
melalui beberapa tahapan, yaitu (Widjajanto, 2001):
1) Pengambilan jaringan (Diseksi/Collecting)
Diseksi merupakan proses pengambilan jaringan atau bagian jaringan dari
sumber alami baik berupa tumbuhan ataupun hewan yang akan digunakan sebagai
bahan dasar dalam mikroteknik. Pada jaringan hewan setelah dilakukan pengambilan
diperlukan proses pencucian (washing). Pencucian (washing) adalah suatu tahap
yang membedakan metode paraffin hewan dengan tumbuhan. Pencucian ini perlu
dilakukan karena jaringan yang diambil pada hewan seringkali dalam keadaan kotor
oleh darah atau kotoran seperti pada organ pencernaan. Selain itu jaringan hewan
lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan, sehingga perlu secepat
mungkin dimasukan ke dalam larutan fisiologis sebagai fiksasi sementara. Pencucian
pada pembuatan preparat hewan menggunakan larutan garam fisiologis.
2) Fiksasi (Fixation)
Fiksasi adalah usaha yang dapat mempertahankan elemen-elemen sel atau
jaringan agar tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun ukuran. Media yang digunakan untuk fiksasi disebut dengan fiksatif.
Fiksatif terdiri dari unsur-unsur kimia yang dibuat dalam bentuk larutan atau gas
yang berfungsi agar Jaringan tidak membusuk, dan dapat mempertahankan
struktur jaringan.
3) Dehidrasi (dehydration)
Dehidrasi adalah proses penarikan air dari dalam jaringan
dengan menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi bertujuan untuk
mengeluarkan air dari dalam jaringan yang telah difiksasi. Proses
dehidrasi merupakan serangkaian proses dengan cara memasukan sample ke dalam
larutan dehidrasi secara berseri dari konsentrasi rendah sampai konsentrasi tinggi
dengan mengurai konsentrasi air.
4) Penjernihan (Clearing)
Clearing merupakan proses harus segera dilakukan setelah
dehidrasi. Tujuan dari penjernihan ini adalah menggantikan tempat alkohol
sementara dalam jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi dengan suatu
solven atau medium penjernih sebelum proses penanaman dalam parafin. Medium
penjernih ini akan menjernihkan atau mentransparankan jaringan agar kemudian
dapat terwarnai dengan baik dan memperlihatkan warna sesuai dengan warna
pewarnanya.
5) Infiltrasi (Infiltration)
Infiltrasi adalah suatu usaha menyusupkan media penanaman (embedding
media) ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan kedudukan dehidran dan
bahan penjernih (clearing agents). Media penanaman yang digunakan dalam
infiltrasi ini adalah paraffin. Proses infiltrasi ini umumnya dilakukan di dalam oven
yang suhunya dapat diatur sesuai titik leleh jenis parafin yang digunakan. Pada
jaringan hewan bisa langsung digunakan parafin keras dengan titik leleh 56°C-58°C.
Waktu yang diperlukan jaringan campuran ini terlalu lama cukup berkisar antara 10-
30 menit saja tergantung besar kecilnya jaringan. Infiltrasi parafin bertujuan untuk
memasukkan parafin ke dalam pori-pori jaringan sehingga memudahkan dalam
proses pemotongan blok parafin.
6) Penanaman (Embedding)
Embedding atau penanaman merupakan proses memasukan atau
penanaman jaringan ke dalam balok-balik parafin (cetakan) sehingga memudahkan
proses penyayatan dengan bantuan mikrotom. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
membuat balok parafin yang berisi jaringan yang akan dibuat preparat permanen.
7) Penyayatan (Sectioning)
Proses penyayatan adalah pembuatan sayatan atau pita dari balok
parafinyang telah terbentuk dengan menggunakan mikrotom, yang bertujuan untuk
membuat sayatan jaringan dan dapat dilihat jelas dari dalam mikroskop. Pembuatan
irisan dengan metode paraffin memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah
yaitu proses embedding lebih cepat dan lebih simpel.
8) Penempelan dan Afiksasi (Afixing)
Afixing adalah proses pelekatan atau penempatan sayatan jaringan pada
kaca objek dengan bantuan media pelekat tertentu, dapat berupa parafin padat yang
dicairkan lalu dimasukkan kedalam box ukuran tertentu dan dibiarkan memadat.
Tujuan penempelan ini adalah untuk menempelkan pita parafin yang sudah berisi
sayatan jaringan pada kaca objek.
9) Deparafinasi dan Pewarnaan (Staining)
Deparafinasi adalah suatu tahap menjelang proses pewarnaan dengan
menggunakan xilol untuk membersihkan paraffin dari jaringan dan kaca objek.
Pengerjaan deparafinasi aserial atau berkelanjutan dengan pengerjaan pewarnaan.
Tujuan dari tahap ini untuk membersihkan jaringan dan kaca objek dari parafin.
Pewarnaan merupakan suatu tahap dalam mikroteknik untuk memperjelas
berbagai elemen jaringan, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan
ditelaah dengan mikroskop tanpa pewarnaan, jaringan akan transparan sehingga sulit
untuk diamati.
10) Penutupan dan Labelling
Langkah terakhir adalah menyimpan sayatan dalam canada balsem serta
menutupnya dengan kaca penutup. Penempatan kaca penutup hendaklah dilakukan
dengan rapi dengan cara menempatkan suatu sisi kaca tersebut samping sayatan
kemudian dengan hati-hati sisi dihadapannya diturunkan dengan jarum. Tujuan
dilakukannya labelling agar media uji tidak tertukar dengan yang lainnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan proses dehidrasi memiliki tujuan
untuk mengeluarkan air dan fiksatif dari jaringan dan menganti dengan larutan
dehidrasi yaitu berupa larutan alkohol betingkat dari kosentrasi rendah ke kosentasi
yang lebih tinggi (Harijati, 2017). Penggunaan larutan alkohol secara bertingkat
berfungsi supaya mengurangi terjadi pengkerutan sel atau jaringan, begitu juga
sebaliknya dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Hematoksilin bekerja sebagai pewarna basa, artinya zat ini mewarnai
unsur basofilik jaringan. Hematoksilin memulas inti dan sruktur asam lainnya dari sel
(seperti bagian sitoplasma yang kaya RNA dan matriks tulang rawan) menjadi biru.
Eosin bersifat asam sehingga akan memulas komponen asidofilik jaringan seperti
mitokondria, granula sekretoris dan kolagen. Eosin mewarnai sitoplasma dan kolagen
menjadi merah muda. Hasil pembacaan atau standar pengecatan Hematoksilin-Eosin
(HE) yang baik menunjukkan warna biru terang pada inti sel, warna merah (Eosin)
pada sitoplasma dan jaringan ikat serta warna pada preparat seragam (Aryadi, 2017).
Berdasarkan praktikum dengan metode paraffin memiliki Kekurangan
yaitu jaringan menjadi keras dan mudah patah, tidak bisa digunakan untuk jaringan
besar, dan sebagian enzim pada jaringan akan larut. Pembuatan sediaan dengan
metode parafin memerlukan langkah-langkah yang harus dikerjakan dengan urut agar
dihasilkan sediaan yang dapat diamati dan dipelajari sesuai tujuan pembuatan
sediaan. Sedangkan kelebihannya adalah irisan yang dihasilkan lebih tipis
dibandingkan dengan metode yang lain. Irisan yang dihasilkan juga bersifat seri,
mudah dipraktekkan, dan prosesnya lebih cepat dibadingkan dengan metode seloidin
(Suntoro, 1983).
Menurut Alwi (2016), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dalam
pembuatan preparat histologi metode paraffin diantarnya :
1. pH
pH optimal untuk dilakukan fiksasi adalah 6-8. Jika pH diluarrentang nilai
tersebut maka secara garis besar dapat menyebabkanperubahan pada struktur
jaringan, menjadi rusak akibat presipitasi sel.Perubahan pH akan mempengaruhi
jumlah ion sehingga akan terjadipeningkatan atau penurunan laju reaksi yang
memberikan efek padapengamatan mikroskopik.
2. Suhu
Fiksasi yang akan dilihat dengan mikroskop elektron lebih baik disimpanpada
suhu 0-4°C.
3. Perubahan volume
Selama fiksasi, volume jaringan biasanya mengalami perubahan. Hal
inidisebabkan oleh penghambatan respirasi intraseluler, perubahanpermeabilitas,
dan perubahan transport ion. Fiksasi dengan formalin yangberkepanjangan akan
membuat sel menyusut. Volume sel harus dijagadalam batas normal agar pada
saat pengamatan terlihat seperti sel yanghidup. Volume cairan fiksasi 5-10x
sampel.
4. Waktu
Fiksasi dilakukan selama 12-24 jam pada suhu ruangan yang berkisar 25-30°C.
Waktu fiksasi tergantung dari jenis fiksatifnya.
5. Konsentrasi
Konsentrasi memberikan efek positif yaitu dengan mempercepat prosesfiksasi
melalui banyaknya molekul yang terbentuk.

G. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum metode paraffin ini adalah sebagai berikut :
1. Tahapan dari metode parafin yaitu: fiksasi, pencucian (washing), dehidrasi,
penjernihan (clearing), infiltrasi, penanaman (embedding), penyayatan (sectioning),
penempelan (affixing), deparafinisasi, pewarnaan (staining), penutupan (mounting),
dan pelabelan (labelling).
2. Hematoksilin bekerja sebagai pewarna basa, artinya zat ini mewarnai unsur basofilik
jaringan. Hematoksilin memulas inti dan sruktur asam lainnya dari sel (seperti bagian
sitoplasma yang kaya RNA dan matriks tulang rawan) menjadi biru. Eosin bersifat
asam sehingga akan memulas komponen asidofilik jaringan seperti mitokondria,
granula sekretoris dan kolagen. Eosin mewarnai sitoplasma dan kolagen menjadi
merah muda. Oleh karena itu prinsip dari pewarnaan adalah terjadinya afnitas antara
jaringan dengan bahan pewarna, baik secara langsung yaitu bahan cat dengan jaringan
dapat berikatan secara langsung, atau secara tidak langsung yaitu bahan cat dengan
jaringan tidak dapat berikatan secara langsung kecuali diberi bahan perantara yang
biasa disebut sebagai mordan.
3. Bagian-bagian pada mikrotom diantaranya adalah handle, hand wheel, paraffin block,
tissue dan steel knife.
H. Daftar Pustaka
Alwi, M. A. 2016. Fiksasi 2 Minggu Pada Gambaran Histologi Organ Ginjal, Hepar,
Dan Pankreas Tikus. Skripsi. Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Aryadi, A. A. 2017. Histoteknik Dasar. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Budiono, J. D. 1992. Pembuatan Preparat Mikroskopis. University Press. IKIP.
Surabaya.
Dasumiati. 2008. Diktat Kuliah Mikroteknik. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Press.
Harijati, N., Samino, S., Indriyani, S., & Soewondo, A. 2017. Mikroteknik dasar.
Malang: UB Press.
Moebadi, dkk. 2011. Mikrotehnik. Universitas Negeri Malang. Malang.
Setiawan, B. 2016. Optimalisasi Metode Automatic slide stainer untuk Pewarnaan
Jaringan Menggunakan Hematoksilin-Eosin. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember.
Suntoro, S. H. 1983. Metode Pewarnaan Histologi dan Histokimia. Jakarta: Bhratara
Karya Aksara.
Widjajanto dan Susetyoadi, S. 2001. Mikroteknik Tumbuhan. Universitas Negeri Malang.
Malang.

Anda mungkin juga menyukai