Kes
TUGAS INDIVIDU
SITOHISTOLOGI (P) & (T)
“RANGKUMAN”
Oleh
PO.71.4.203.17.1.018
2020
A. Pengertian Histologi
Kata Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Histo yang berarti jaringan dan Logos
yang berarti ilmu. Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel dan matriks
ekstraseluler dari jaringan. Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi
yaitu sel dan matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan
kebanyakan diantaranya sangat rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti serabut dan
membran basal. Fungsi matriks ekstrasel ini adalah sebagai penunjang mekanis bagi sel- sel,
mengangkut nutrien ke sel- sel, dan membawa katabolit dan produk sekresi. Walaupun
menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut dipengaruhi dan kadang diatur oleh molekul-
molekul matriks. Sehingga terdapat semacam interaksi intensif antara sel- sel dan matriks.
Jaringan yang berasal dari manusia tentulah yang paling ideal karena struktur histologi
yang harus dipelajari adalah struktur histologi manusia. Jaringan tubuh ini dapat diambil dari
cadaver (jenazah) dengan syarat jaringan atau organ tersebut diambil kurang dari 3 jam
setelah kematian, sebab bila lebih lama sudah terjadi pembusukan atau autolisis. Sayangnya
syarat tersebut pada masa kini hampir mustahil dapat dipenuhi. Cara lain adalah mengambil
jaringan atau organ tersebut dari kamar operasi. Setelah jaringan atau organ tubuh yang akan
dibuat sajian histologi diisolasi dari sumbernya, jaringan tubuh tersebut kemudian diproses
hingga menjadi sajian histologi. Rangkaian proses pembuatan blok preparat jaringan terdiri
atas :
1. Fiksasi (Fixation)
2. Dehidrasi (Dehydration)
3. Pembeningan (Clearing)
4. Pembenaman (Impregnasi/Embedding)
5. Pengecoran (Blocking)
6. Pemotongan jaringan (Cutting)
7. Pewarnaan (Staining)
8. Perekatan (Mounting)
9. Pelabelan (Labelling)
B. Isolasi / Pengambilan Jaringan Tubuh
Cara Pengambilan Jaringan Tubuh:
1. Pemeriksaan Jaringan
Sebelum di lakukan pembuatan blok preparat dilakukan pencocokan identitas.
Identitas pasien harus sesuai dengan sampel.
2. Pemotongan Jaringan
Jaringan yang akan diperiksa harus diambil dari bagian yang representatif (mewakili)
seluruh, yang paling abnormal. Apabila jaringan besar dipotong dengan
pemotongan ‘gross’ tebalnya 0,4 cm lalu dimasukan ke dalam ‘cassette’
3. Cairan Fiksasi
Cairan yang sering digunakan adalah Formalin Buffer 10% dengan perbandingan
(1:10) Jaringan harus direndam dengan cairan fiksasi volume 10 kali, hal ini bertujuan agar
seluruh permukaan jaringan meresap dengan sempurna. Karena pada tahap ini akan
mempengaruhi pada tahapan selanjutnya.
2. Dehidrasi
` Dehidrasi merupakan langkah kedua dalam pemrosesan jaringan. Proses ini bertujuan
untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam jaringan yang telah difiksasi
sehingga jaringan nantinya dapat diisi dengan parafin atau zat lainnya yang dipakai untuk
membuat blok preparat.
Cara melakukan dehidrasi :
Proses dehidrasi dijalankan secara perlahan-lahan menggunakan alkohol bertingkat,
dimulai dengan alkohol presentase rendah sampai dengan alkohol absolute. Dimulai dengan
alkohol 30 %, kemudian 50 %, 70 %, 80 %, 95 %, alkohol absolute. Waktu yang
dipergunakan untuk setiap tingkat alkohol tergantung dari besar kecilnya jaringan. Alkohol
absolute mempunyai kemampuan memperkeras jaringan. Sebagai ancar-ancar jaringan
jangan ditinggalkan didalam alkohol tersebut lebih dari 1 atau 2 jam untuk jaringan
berukuran biasa ( tebal 2-4 mm)
5. Cutting (Pemotongan)
Pemotongan adalah proses pemotongan blok preparat dengan menggunakan mikrotom.
Pemotongan ada 2:
a. Pemotongan kasar, berguna untuk mendapatkan penampang atau dasar jaringan
dengan ketebalan 25-30 mikron.
b. Pemotongan halus/Section, berguna untuk mendapatkan lembaran pita dengan
ketebalan 5 mikron (Standar Internasional)
6. Steaning (Perwarnaan)
Pewarnaan ini yaitu memberikan warna yang kontras terhadap jaringan sehingga apabila
diamati dengan bantuan mikroskop bagian-bagian dari jaringan tersebut tampak
jelas. Tujuannya untuk mewarnai jaringan sehingga mudah diamati di mikroskop.
Pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE)
Menggunakan 2 macam zat warna yaitu:
· Hematoksilin yaitu memulas inti sel dan memberikan warna biru (basofilik).
· Eosin yang merupakan counterstaining hematoksilin, memulas sitoplasma sel dan
jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda dengan nuansa yang berbeda.
Pewarnaan HE
Tahapan staining terdiri dari :
a. Proses deparafinasi atau penarikan parafin dari dalam jaringan.
b. Proses rehidrasi atau pemasukan molekul air ke dalam jaringan yang dilakukan secara
bertahap dengan menggunakan alkohol bertingkat dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah. Proses ini sebagai media penghantar zat warna ke jaringan.
c. Selanjutnya proses infiltrasi zat warna. Menggunakan haematoxilin untuk mewarnai
sitoplasma dan eosin untuk mewarnai inti sel.
d. Lalu dehidrasi kembali yang bertujuan untuk mencegah kerusakan pada jaringan
karena mengakibatkan terjadinya pembusukan.
e. Setelah parafin dikeluarkan dengan menggunakan xilen selama 20 menit preparat
dikeringkan dan diolesi dengan entelan dan ditutup dengan deck glass. Kemudian
diamati di bawah mikroskop
Interpretasi hasil :
· Inti sel bewarna biru
· Sitoplasma bewarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna pada komponen
tertentu
7. Mounting (Perekatan)
Perekatan (mounting) menempelkan potongan jaringan yang baik ke obyek glass.
Proses Mounting
· Obyek glass diberi albumin agar jar menempel dengan baik
· Dimasukkan ke dalam water bath suhu 30 0C - lembaran pita tidak melipat
· Bila sudah menempel dikeringkan/ diriskan (Bisa dengan hot plate)
8. Labelling
Yaitu untuk memberikan suatu tanda atau kode dengan tujuan untuk mencegah
kekeliruan terutama apabila banyak sediaan yang dikerjakan dalam label tersebut.
a. Jenis atau asal sediaan
b. Cairan fiksasi yang digunakan
c. Tanggal pembuatan
d. Pewarnaan yang digunakan
e. Nama penugas yang mengerjakan