DASAR TEORI
Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk
melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi
petunjuk kearah suatu penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun
yang menahun dan berguna pula setelah terjadi trauma. Secara makroskopi,
mikroskopi, kimia, bakteriologi, dan serologi.
1
Darisisterna cerebelomedular, CSS memasuki ruang subarakhnoid, bersirkulasi
disekitar otak dan medulaspinalis sebelum diabsorpsi pada granulasi arachnoid yang
terdapat pada hemisfer serebral.Sekresi Pleksus Koroideus
Pleksus koroideus adalah pertumbuhan pembuluh darah seperti kembang kol yang
dilapisi oleh selapis tipis sel. Pleksus ini menjorok ke dalam kornu temporal dari
setiap ventrikel lateral,bagian posteror ventrikel ketiga dan atap ventrikel
keempat.Sekresi cairan oleh pleksus koroideus terutama bergantung pada transpor
aktif dari ion natrium melewati sel epitel yang membatasi bagian luar pleksus. Ion-
ion natrium pada waktu kembali positif akan menarik ion akan menarik sejumlah
besar ion-ion klorida, karena ion natrium yang bermuatan klorida yang bermuatan
negatif. Keduanya bersama - sama meningkatkankuantitas osmotis substansi aktif
dalam cairan serebrospinal, yang kemudian segera menyebabkan osmosis air melalui
membran, jadi menyertai sekresi cairan tersebut. Transpor yang kurang begitu penting
memindahkan sejumlah kecil glukosa ke dalam cairan serebrospinal dan ion kalium
dan bikarbonat keluar dari cairan serebrospinal ke dalam kapiler. Oleh karena itu, sifat
khas dari cairan serebrospinal adalah sebagai berikut: tekanan osmotik kira-kira sama
dengan plasma; konsentrasi ion natrium kira-kira sama dengan plasma; klorida kurang
lebih 15% lebih besar dari plasma; kalium kira-kira 40% lebih kecil; dan glukosa kira-
kira 30% lebih sedikit. Inhibitor carbonic anhidrase (acetazolamide) , kortikosteroid,
spironolactone, furosemide, isoflurane dan agen vasokonstriksi untuk mengurangi
produksi CSS.
Telah dikemukakan bahwa lubang ini cukup besar untuk menyebabkan aliran yang
relatif bebas dari cairanserebrospinal, molekul protein, dan bahkan partikel - partikel
sebesar eritrosit dan leukosit ke dalam darah vena. Sebagian kecil diabsorpsi di nerve
root sleeves dan limfatik meningen. Walaupun mekanismenya belum jelas diketahui,
absorpsi CSS ini tampaknya berbanding lurus terhadaptekanan intra kranial (TIK) dan
berbanding terbalik dengan tekanan vena serebral (Cerebral Venous Pressure = CVP).
Karena otak dan medula spinalis sedikit disuplai oleh sistem limfatik, absorpsi
melalui CSS merupakan mekanisme utama untuk mengembalikan protein
perivaskuler dan interstitiilke dalam aliran darah .Ruang Perivaskuler dan Cairan
Serebrospinal Pembuluh darah yang mensuplai otak pertama-tama berjalan melalui
sepanjang permukaanotak dan kemudian menembus ke dalam, membewa selapis pia
mater, yaitu membran yangmenutupi otak. Pia mater hanya melekat longgar pada
2
pembuluh darah, sehingga terdapat sebuahruangan, yaitu ruang perivaskuler, yang ada
di antara pia mater dan setiap pembuluh darah. Oleh karena itu, ruang perivaskuler
mengikuti arteri dan vena ke dalam otak sampai arteriol dan venula, tapi tidak
sampai ke kapiler. Fungsi Limfatik Ruang Perivaskuler.
Sama halnya dengan di tempat lain dalam tubuh, sejumlah kecil protein keluar dari
parenkim kapiler ke dalam ruang interstitiil otak, karena tidak ada pembuluh limfe
dalam jaringan otak, protein ini meninggalkan jaringan terutama dengan mengalir
bersama cairan yang melalui ruangperivaskuler ke dalam ruang subarakhnoid. Untuk
mencapai ruang subarakhnoid, protein akan mengalir bersama cairan serebrospinal
untuk diabsorpsi melalui vili arakhnoidalis ke dlam vena-venaserebral. Ruang
perivaskuler, sebenarnya, merupakan sistem limfatik yang khusus untuk otak.. Selain
menyalurkan cairan dan protein, ruang perivaskuler juga menyalurkan partikel asing
dari otak ke dalam ruang subarakhnoid. Misalnya, ketika terjadi infeksi di otak, sel
darah putih dan jaringanmati infeksius lainnya dibawa keluar melalui ruang
perivaskuler.
3
spinal kemudiandimasukkan ke dalam kanalis spinalis lumbalis di bawah ujung
terendah medula spinalisdandihubungkan dengan sebuah pipa kaca. Cairan spinal
tersebut dibiarkan naik pada pipa kaca sampaisetinggi-tingginya. Jika nilainya naik
sampai setinggi 136 mm di atas tingkat jarum tersebut,tekanannya dikatakan 136 mm
air atau, dibagi dengan 13,6 yang merupakan berat jenis air raksa,kira-kira 10 mmHg.
Tata Cara :
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (lutut
di tarik ke arah dahi ).
2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan menentukan
garis potong sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis ) dan garis antara kedua
spina ishiadika anterior superior ( SIAS ) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula di
lakukan anatara L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi.
3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm
dengan larutan Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup dengan duk
steril di mana daerah pungsi lumbal di biarkan terbuka.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah
memakai sarung tangan steril selama 15 – 30 detik yang akan menandai titik
pungsi tersebut selama 1 menit.
5. Tasukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan. Masukan jarum
perlahan-lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum
terbuka ke atas samapai menembus duramater. Jarak antara kulit dan ruang
subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya
1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5 cm pada umur 3 –5 tahun. Pada
remaja jaraknya 6 – 8 cm.
6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan
yang lebih baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah ke kranial. Ambil
cairan untuk pemeriksaan
7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester.
4
PEMERIKSAAN CAIRAN OTAK
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
5
Pemeriksaan tentang B. J
Berat jenis untuk penggunan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa
dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu atau temperatur lain
yang tertentu. Dalam keadaan normal B.J cairan otak sekitar 1.003-1.008
Pemeriksaan tentang warna
Dalam keadaan normal cairan otak tidak berwarna, dalam keadaan patologis cairan
otak berwarna :
-Kekuning-kuningan
Warna ini dapat disebaakan derivat hemoglobin dari perdarahan yang telah lama terjadi
(minimum 6 jam maximum 1-1,5 minggu), brasal dari bilirubin darah bila intensitas ikterus
hebat.Cairan otak xanthocrome karena kadar protein yang sangat tinggi atau pendarahan
dapatmembeku
-Merah
Warna merah disebakan oleh karena: Pendarahan artifisialyang merupakan komplikasi dari
punksi, Pendarahan sub arachnoidal
-Coklat
Warna coklat disebabkan perdarahan yang lama disertai dengan adanya hemolisis , maka
LCakan berwarna coklat
-Keabu-abuan
Warna keabu-abuan ini disebabkan oleh adanya leukosit dalam jumlah besar
Pemeriksaan tentang pellicle ( bekuan halus)
Pada cairan otak yang normal pellicle / bekuan halus dapat diperlihatkan. Bila cairan
otakdibiarkan pada suhu kamar pada 24 jam
Pada meningitis purulenta, pellicle akan cepat terbentuk besar dan kasar dalam waktu
beberapamenit sampai 1 menit sampai 1 jam.
Metode : Visual (Manual)
Tujuan : Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik meliputi : warna,
kejernihan, bekuan, pH dan BJ.
Alat :
Tabung reaksi
Beaker gelas
Kertas indikator pH universal
Refraktometer abbe
Spesimen/ Bahan : Cairan LCS
Prinsip : pada keadaan normal wujud LCS seperti air, dengan
membandingkannya dapat dinilai adanya perubahan pada LCS.
6
Cara Kerja :
a. Tes Warna, Kekeruhan, dan Bekuan
Tabung reaksi diisi aquadest secukupnya sebagai pembanding.
Contoh bahan diisikan pada tabung reaksi yang sama ukurannya dengan
pembanding.
Kedua tabung diletakkan berdekatan dengan latar belakang kertas putih.
Bandingkan contoh bahan dengan aquadest.
b. Tes Berat Jenis
Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye
piece BJ.
Interprestasi hasil :
- Warna
Diamati warna pada LCS dengan aquades sebagai pembanding.
- Kejernihan/Kekeruhan
0 = jernih
+ 1 = berkabut
+ 2 = kekeruhan ringan
+ 3 = kekeruhan nyata
+ 4 = sangat keruh
- Bekuan
Tidak ada (negatif) atau ada bekuan (positif)
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Syarat Pemeriksaan :
Dilakukan dalam waktu < 30’, karena bila > 30’ jml sel akan berkurang yang
disebabkan:
- Sel mengalami sitolisis
- Sel akan mengendap, shg sulit mendapat sampel yang homogen
- Sel terperangkap dalam bekuan
- Sel cepat mengalami perubahan morfologi
7
3.3.1 Hitung Jumlah Sel
Pada pemeriksaan hitung jumlah sel berikut digunakan metode bilik hitung.
CSS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel leukosit dan sel lainnya
akan lisis. Lalu dihitung selnya dalam kamar hitung di bawah mikroskop.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui jumlah sel dalam CSS.
= ……..sel/mm3 LCS
8
- Tabung reaksi
- Metanol absolut
- Giemsa
- Timer
Spesimen : LCS
Cara Kerja :
- Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya.
- Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm
- Supernatant dibuang dan endapan diambil.
- Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal
- Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.
- Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
- Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi.
Perhitungan:
PEMERIKSAAN KIMIAWI
Protein cairan dan serum , fraksi protein pada CSS umumnya sama dengan plasma, tetapi
dengan rasio berbeda. Protein CSS normal berbeda berdasarkan metode dan tempat
pemeriksaan, dengan nilai referensi dari 12-60 mg/dl.
Glukosa cairan, kadar glukosa pada CSS sebaiknya diperiksakan segera. Kadar normal
glukosa pada cairan ini adalah dua pertiga kadar glukosa darah, tetapi jumlahnya beragam.
Kadar Kedua kompartemen tersebut sebaiknya diperiksakan bersama karena perbedaan niai
antara plasma dan cairan signifikan secara klinis.
Klorida cairan, bermanfaat pada diagnosis meningitis. Pada menginitis acute nilai
kloridaakan menurun.
9
3.3.3 Protein Kualitatif
Keadaan normal→ cairan otak mengandung sedikit sekali protein
Perbandingan antara albumin dan globulin LCS leih kecil daripada dalam
plasma
Konsentrasi protein ↑ :
- Permeabilitas sawar darah-otak ↑ oleh radang
- Meningitis yang berat
A. Pandy Test
Prinsip : reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein
(albumin dan globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan
normal tidak terjadi kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti
kabut.
Alat dan reagensia :
- Tabung serologi (garis tengah 7 mm)
- Kertas putih
- Reagen Pandy (larutan phenol jenuh dalam air)
Cara Pmeriksaan :
- Ke dalam tabung serologi dimasukkan 1 ml reagen Pandy
- Tambahkan 1 tetes LCS
- Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan.
Interpretasi hasil :
- Negatif : tidak ada kekeruhan
- Positif : terlihat kekeruhan yang jelas
+1 : opalescent (kekeruhan ringan seperti kabut)
+2 : keruh
+3 : sangat keruh
+4 : Kekeruhan seperti susu
Nilai normal : (-) / (+1)
10
- Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar
belakang gelap.
Interpretasi hasil :
- Negatif : tidak terbentuk cincin antara kedua lapisan
- +1 : cincin yang terbentuk menghilang setelah dikocok (tidak ada
bekasnya).
- +2 : setelah dikocok terjadi opalesensi
- +3 : mengawan setelah dikocok
Normal : (-)
11
Menyusutnya kadar glukosa dalam LCS → meningitis purulenta (metabolisme
leukosit & bakteri ↓ kadar glukosa à 0).
Semua mikroorganisme menggunakan glukosaà pe↓ kadar glukosa dapat
disebabkan oleh : fungi, protozoa, bakteri tuberculosis, dan bakteri piogen.
Meningitis oleh virus à sedikit me↓ kadar glukosa dalam LCS.
Metode : GOD-PAP
Prinsip : Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan
hidrogen peroksida yang bereaksi dengn 4-aminoantipirin dan fenol dengan
pengaruh katalis peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna
merah.
Alat :
- Tabung reaksi kecil
- Timer
- Mikropipet 10 dan 1000 µl
- Tissue
- Tip kuning dan biru
- Rak Tabung
- Fotometer
Reagensia :
- Reagen kerja Glukosa
- Reagen standar Glukosa 100 mg/dl
- Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila
disimpan pada suhu 2-8oC.
Spesimen : LCS
Cara Kerja :
- Dipipet ke dalam tabung:
12
3.3.6 Chloroda Kuantitatif
Metode : TPTZ
Prinsip : Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II), 2,4,4-tri-(2
pyridil)-S-triazide kompleks (TPTZ) membentuk merkuri (II) chlorida. TPTZ
bebas bereaksi dengan ion besi (II) menghasilkan warna biru kompleks.
Perubahan absorben pada 578 nm sebanding dengan kadar chlorida.
Alat :
- Tabung reaksi kecil
- Timer
- Mikropipet 10 dan 1000 µl
- Tissue
- Tip kuning dan biru
- Rak Tabung
- Fotometer
Reagensia :
- Reagen warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan merkuri (II)
kompleks 0,96 mmol/L dan besi (II) sulfat 0,5 mmol/L
- Standard Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau 355 mg/dL
Spesimen : LCS
Cara Kerja :
- Dipipet ke dalam tabung:
13
Gandasoebrata, R.1969. Penuntun Laboratorium Klinik . Dian Rakyat : Jakarta
14