Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

Teknik Pembuatan Preparat Jaringan Lambung Kelinci

Disusun Oleh:

Kelompok 10
Hardianto 1614042004
Rosmiati Irfan 1614042016
Asih Luklu Susiati 1614042014
Indah Maisarah 1614040006
Andi Nur Safitri 1614040024

Kelas 02 Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hewan tersusun atas banyak sel, khususnya pada hewan multiseluler
memiliki sel-sel yang saling berkordinasi satu sama lain yang secara struktural
dan fungsional memiliki kesamaan sehingga membentuk suatu jaringan, yaitu
kelompol sel dengan bentuk dan fungsi yang sama. Pada semua hewan, khususnya
hewan tingkat tinggi jaringan-jaringan yang berbeda akan terorganisasi lebih
lanjut ke dalam unit-unit fungsional yang disebut dengan organ (Campbell dkk,
2008).
Pengamatan jaringan pada organ hewan menggunakan suatu tekhnik
yaitu mikroteknik. Mikroteknik semakin berkembang dewasa ini, banyak metode
yang digunakan untuk pembuatan sediaan tergantung bahan yang akan digunakan.
sel hewan yang kebanyakan digunakan untuk pembuatan sediaan dengan metode
smear ataupun embedding dan seringkali pula dengan metode whole mount
(Sedjo, 2004). Mikroteknik merupakan sebuah teknik atau metode untuk membuat
suatu sediaan ataupreparat untuk pengamatan mikroskopik. Metode ini berbeda
antara hewan dan tumbuhan, oleh sebab itu dikenal dua macam mikroteknik, yaitu
mikroteknik hewan dan tumbuhan. Perbedaan ini diakibatkan karena jaringan
pada organ tumbuhan memiliki tipe sel yang berbeda dengan hewan. Sel
tumbuhan mempunyai dinding sel yang sangat keras, sementara sel hewan tidak
memiliki dinding sel. Pada kedua metode terdapat proses pengirisan dan
pewarnaan.
Proses pengirisan bertujuan untuk menghasilkan preparat/ sediaan yang
berukuran sangat tipis sehingga mampu ditembus oleh cahaya. Proses pewarnaan
bertujuan untuk memberikan warna-warna tertentu pada bagian jaringan atau sel
sehingga mudah dibedakan pada saatpengamatan.Tujuan dari mikroteknik sendiri
adalah agar kita dapat mengamati perubahan yang terjadi secara struktural dalam
tingkatan seluler pada suatu jaringan atau organ.Pengamatan ini tentu saja tidak
dapat dilakukan dengan mata telanjang, oleh sebab itu digunakan alat berupa
mikroskop sebagai alat bantu untuk melihat. Pengamatan yang dilakukan pada
tingkatan sel seperti ini dinamakan pengamatan mikro, dan proses pembuatan
sediaan mikro dinamakan mikroteknik. Praktikum ini akan menggunakan
lambung kelinci sebagai bahan untuk membuat sediaan preparat, dalam lambung
kita akan mengamati susunan jaringan yang terdapat pada lambung kelinci pada
lambung, lambung sendiri berfungdi untuk proses pencernaan kimiawi pada
hewan dengan bantuan enzim dan mengalami kontraksi pada dinding lambung
ketika makanan masuk (Bloom, 1958).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membuat preparat jaringan pada lambung kelinci?
2. Bagaimana struktur jaringan lambung kelinci?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui cara membuat preparat jaringan pada lambung kelinci.
2. Untuk mengetahui struktur jaringan lambung kelinci?
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Mikroteknik Organ

Mikroteknik adalah ilmu yang mempelajari tentang pembuatan preparat.


Dalam setiap pembuatan preparat pada umumnya selalu dilakukan fiksasi terlebih
dahulu. Sedangkan fiksasi itu sendiri adalah suatu cara atau proses (metode)
yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah fungsi dan struktur di dalam
selitu sendiri. Jika telah dilakukan fiksasi maka preparat yang dibuat akan
menjadilebih awet dan tahan lama (Alyas, 2010).
Metode parafin adalah suatu cara pembutan sediaan baik itu
tumbuhanataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-kebaikan
metode ini ialah irisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda beku.
Dengan metode beku, tebal irisan rata-rata diatas 10 mkron, tapi dengan
metode parafin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang
bersifatseri dapat dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.
Kelemahan dari metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan
mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila
menggunakan metode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat pada
jaringan akan larut dengan menggunakan metode ini (Santoso, 2002).
Metode ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua
macam jaringan dapat dipotong dengan baik dengan menggunakan metode ini.
Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan
penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan
hewanataupun tumbuhan yang tipis. Preparat parafin ini dilakukan penyelubungan
karena jaringan merupakan bahan yang lunak (Nurliani, 2007). Prosedur
pembuatan sediaan menggunakan metode parafin pada umumnyasama baik pada
jaringan hewan maupun tumbuhan. Pertama–tama organ yang akan dijadikan
preparat diisolasi terlebih dahulu, kemudian difiksasi minimal 24 jam, didehidrasi
dengan alkohol bertingkat selama 30 menit, diclearing dengan xilol murni juga
selama 30 menit, di infiltrasi agar parafin yang masuk berfungsi sebagai
penyangga jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu di embedding (proses
penanaman) yaitu merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafin akan
masuk ke seluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan
mikrotom, penempelan pada kaca objek, pewarnaan dengan haematoksilin (pada
umumnya bahan ini yang sering digunakan untuk jaringan hewan) (Andria, 2008).
Alat khusus yang dirancang untuk menyayat material atau jaringan dalam
sayatan-sayatan yang cukup tipis untuk penelaahan dengan mikroskop adalah
mikrotom. Syarat memperoleh hasil sayatan yang baik; 1) Jaringan yang telah
dipersiapkan dengan sempurna 2) Pisau yang cukup tajam, 3) Pemilihan jenis
mikrotom yang tepat, 4) Operator yang cukup terampil dan terlatih (Imran, 2010).
Proses pertama yang disiapkan dalam menyiapkan materi segar dalam
pengamatan mikroskopis yaitu fiksasi. Tujuan dilakukannya fiksasi adalah
mencegah kerusakan jaringan, menghentikan proses metabolisme secara cepat,
mengawetkan komponen sitologis dan histologis, mengawetkan keadaan
sebenarnya, mengeraskan materi yang lembek, dan jaringan-jaringan dapat
diwarnai sehingga bisa diketahui bagian-bagian jaringan (Affuwa, 2007).
Faktor-faktor yang berperan dalam fiksatif adalah buffer (pH), suhu yang rendah
mencegah autolisis, untuk mendapatkan daya penetrasi yang tinggi digunakan
irisan setipis mungkin, perubahan volume, osmolaritas pada larutan fiksatif,
penambahan deterjen sehingga fiksatif cepat masuk, konsentrasi, dan waktu
fiksatif. Dehidrasi memiliki fungsi menghilangkan air dalam jaringan. Bahan yang
digunakan untuk dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air. Dehidrasi yang
baik dilakukan secara bertahap yaitu mulai dari konsentrasi 70% sesuai dengan
pelarut Bouin formol kemudian berturut-turut ke dalam alkohol 80%, 90%, 96%
dan alkohol absolut. Pada setiap konsentrasi dilakukan pengulangan 3 kali
(Botanika, 2008).
Untuk memungkinkan paraffin dapat masuk ke dalam sel, haruslah alkohol
di dalam organ diganti dengan zat yang mudah mengusir alkohol tetapi kemudian
harus bisa diusir oleh paraffin. Clearing atau dealkoholisasi ini dapat
menggunakan aceton, benzol, toluol, dan xilol. Clearing dapat dilakukan selama
24 jam (Imran, 2010).
Infiltrasi merupakan suatu tahapan diimana media tanam dimasukkan ke
dalam jaringan secara bertahap. Media yang digunakan untuk menanam yaitu
paraffin. Infiltrasi dilakukan di dalam oven pada suhu 52oC dengan perbandingan
parafin dan xilol 1:1 sel (Botanika, 2008).Ada beberapa macam paraffin yaitu
paraffin lunak dengan titik leleh 48oC, paraffin medium dengan titik leleh 52 oC,
dan paraffin keras dengan titik leleh 56oC. Waktu yang dibutuhkan di setiap
tahapan paraffin yaitu 15-20 menit. Tidak perlu waktu yang cukup lama karena
dilakukan di dalam oven yang menyebabkan jaringan kuat dan rapuh (Campbell,
2008).
Embedding dilakukan dengn membuat kotak kertas. Beberapa keuntungan
menggunakan kotak kertas yaitu bisa membuat arah sayatan dan menandai
jaringan. Sebelum jaringan atau sampel ditanam maka terlebih dahulu paraffin
dalam kotak harus membeku pada bagian dasarnya sehingga memungkinkan
objek tidak langsung menempel pada dasar kertas. Blok paraffin yang akan
disayat dulu maka dibentuk dulu (trimming). Bentuk blok disesuaikan dengan
bentuk pitanya yang diinginkan. Hal in dikarenakan penampang blok paraffin
menggambarkan blok pita yangg akan diiris.Letak mata pisau pada mikrotom
sangat menentukan hasil yang diperoleh. Pisau dibersihan dengan xylol dari sisa-
sisa paraffin yang menempel. Hasil sayatan diambil dengan menggunakan kuas
secara hati-hati. Hasil sayatan diletakkan dalam bak khusus dan diperhatikan
urutannya. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca objek dengan menggunakan
meyer albumin. Kaca objek selanjutnya diletakkan di atas meja penangans
(heating plate) (Botanika, 2008). Meyer albumin memiliki kandungan putih telur
dan gliserin dan merupakan pelekat alami yang sangat baik (Hugo, 2008).
Sangatlah penting dilakukan rehidrasi atau dehidrasi sebelum dilakukan
pewarnaan. Hal itu baru dilakukan bila paraffin dalam sayatan sudah larut dan
biasanya dilarutkan dalam xylol (Botanika, 2008).
Proses sectioning diawali dengan pengirisan blok parafin dengan scalpel,
sehingga permukaan blok parafin yang akan diiris dengan mikrotom berbentuk
segi empat. Irislah sedemikian rupa, sehingga preparat akan terletak tepat berada
di tengah blok. Proses pewarnaan dilakukan setelah preparat di parafinasi dengan
merendam preparat pada xylol. Salah satu pewarna metode parafin pada jaringan
hewan adalah hematoxylin dan eosin (Imran, 2010).
Dehidrasi adalah suatu cara atau proses (metode) pengurangan
atau penghilangan air dari dalam sel. Penjernihan adalah suatu cara atau proses
(metode) yang digunakan untuk menghilangkan warna asli suatu preparat supaya
ketika pemberian warna yang baru menjadi lebih sempurna daripada warna
aslinya. Fungsi dari dehidrasi pada metode pembuatan preparat
dengan penyelubungan agar parafin dapat terinfiltrasi dengan sempuna. Sediaan
adalah benda yang akan diamati strukturnya. Sifat–sifat dari sediaan ada yang
sementara, semi permanen, dan permanen. Sumber sediaan adalah semua
organisme atau yang pernah hidup baik itu tumbuhan, hewan, maupun manusia
dan hasil pertumbuhannya (bagian atau keseluruhan tubuh organisme). Garis
besar pembuatan sediaan adalah pengambilan dan persiapan material, fiksasi,
pencucian, pewarnaan, dehidrasi, penjernihan, penempelan pada gelas objek, dan
pemberian nama. Beberapa metode dalam pembuatan sediaan antara lain: sediaan
utuh (Whole Mount), sediaan apus (Smear), sediaan remas (Squash), sediaan
gosok, maserasi, dan sediaan sayatan tanpa embedding maupun dengan
embedding (Kusuma, dan wahyu, 2008).
Tubuh hewan secara morfologi terdiri atas unit sel, dan masing-masing sel
dengan mengadakan kesatuan dengan adanya substansi antar sel. Di dalam tubuh
hewan sel-sel ini terdapat dalam kelompok yang secara struktural dan fungsional
berbeda dengan kelompok sel yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut
dikenal dengan jaringan. Preparat awetan jaringan hewan adalah salah satu media
pembelajaran Biologi yang sangat efektif. Dengan latar belakang seperti di atas,
maka diharapkan kita dapat mengamati dan melihat preparat dengan
menggunakan metode paraffin dengan pewarnaan tunggal (Sumardi, 2002).
Struktur suatu organisme terdiri dari bagian yang lunak dan keras.
Perbedaan struktur inilah yang akan menentukan metode yang digunakan untuk
membuat preparat. Struktur yang lunak umumnya mengunakan metode parafin
(metode irisan). Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan
melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan
preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Bahan berupa organ atau
jaringan yang lunak dibuat keras terlebih dahulu sebelum diamati dengan
melewati beberapa tahapan. Sedangkan bahan yang strukturnya keras dilakukan
dengan metode yang berbeda dapat langsung diiris yang sebelumya difiksasi dan
dibekukan (Gunarso, dkk 2009).
Percobaan pembuatan preparat permanen dengan metode parafin
dilakukan dengan beberapa tahapan, diantaranya pembiusan (narcose),
pengumpulan (colleting/diseksi), fiksasi (fixation), aerasi, dehidrasi, penjernihan
(clearing), infiltrasi (infiltration), penanaman (embedding), penyayatan
(sectioning), afiksasi (affixing), pewarnaan (staining) dan penutupan (mounting).
Pembiusan (narcose) ialah proses yang khusus untuk preparat hewan bertujuan
untuk memudahkan pengambilan jaringan atau bagian jaringan pada hewan.
Pembiusan berguna untuk mengambil organ hewan dalam keadaan hidup
sehingga organ yang diambil tidak jauh dari keadaan ketika hidup. Hindari
pembiusan yang berlebihan sehingga hewan tersebut mati. Pembiusan tidak perlu
dilakukan jika yang akan diambil atau diamati adalah jaringan yang menyangkut
kelenjar-kelenjar (endokrinologi), karena mungkin akan berpengaruh terhadap
hormon-hormon yang terkandung di dalamnya (Imran, 2010).
Pengumpulan (colleting/ diseksi) merupakan proses pengambilan jaringan
atau bagian jaringan dari sumber alami baik berupa tumbuhan ataupun hewan
yang akan digunakan sebagai bahan dasar dalam mikroteknik. Ketebalan jaringan
yang diambil harus disesuaikan dengan larutan infiltrasi agar seluruh jaringan
keras sehingga hasil yang didapatkan bagus. Pada jaringan hewan setelah
dilakukan pengambilan diperlukan proses pencucian (washing).  Pencucian agar
organ yang dipilih bersih (bebas dari darah atau kotoran seperti pada organ
pencernaan) dengan menggunakan larutan fisiologis agar tidak terjadi perubahan
struktur sel dan jaringan dari organ tersebut (Kusuma dan wahyu, 2008).
Pencucian (washing) adalah suatu tahap yang membedakan metode
paraffin hewan dengan tumbuhan. Jaringan hewan lebih cepat mengalami
dehidrasi yang merusak jaringan, sehingga perlu secepat mungkin dimasukan ke
dalam larutan fisiologis sebagai fiksasi sementara. Pencucian pada pembuatan
preparat hewan menggunakan larutan garam fisiologis. Sedangkan tumbuhan
cukup menggunakan aquades. Pencucian yang tidak baik akan mengakibatkan
organ tida transparan ketika proses clearing (Sumardi, 2002).
Proses penyayatan (sectioning) diawali dengan pengirisan blok parafin
dengan scalpel, sehingga permukaan blok parafin yang akan diiris dengan
mikrotom berbentuk trapesium. Letak mata pisau pada mikrotom menentukan
hasil yang diperoleh. Hasil sayatan diambil dengan menggunakan kuas secara
hati-hati. Pita hasil sayatan ditempel pada kaca objek dengan menggunakan meyer
albumin. Kaca obyek tersebut diletakkan di atas meja penangas ( haeting plate).
Meyer albumin memiliki kandungan putih telur dan gliserin dan merupakan
pelakat alami yang sangat baik). Sedang proses pewarnaan dilakukan setelah
preparat dideparafinasi dengan merendam preparat pada xylol. Salah satu pewarna
metode parafin pada jaringan hewan adalah hematoxylin dan eosin. Zat warna
hematoxilin ini bersifat mewarnai inti sedang eosin mewarnai sitoplasmanya
(Gunarso, dkk 2009).
Tubuh hewan secara morfologi terdiri atas unit sel, dan masing-masing sel
dengan mengadakan kesatuan dengan adanya substansi antar sel. Di dalam tubuh
hewan sel-sel ini terdapat dalam kelompok yang secara struktural dan fungsional
berbeda dengan kelompok sel yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut
dikenal dengan jaringan. Preparat awetan jaringan hewan adalah salah satu media
pembelajaran biologi yang sangat efektif. Dengan latar belakang seperti di atas,
maka diharapkan kita dapat mengamati dan melihat preparat dengan
menggunakan metode paraffin dengan pewarnaan tunggal (Sumardi, 2002).
Struktur suatu organisme terdiri dari bagian yang lunak dan keras.
Perbedaan struktur inilah yang akan menentukan metode yang digunakan untuk
membuat preparat. Struktur yang lunak umumnya mengunakan metode parafin
(metode irisan). Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan
melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan
preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Bahan berupa organ atau
jaringan yang lunak dibuat keras terlebih dahulu sebelum diamati dengan
melewati beberapa tahapan. Sedangkan bahan yang strukturnya keras dilakukan
dengan metode yang berbeda dapat langsung diiris yang sebelumya difiksasi dan
dibekukan (Gunarso, dkk 2009).
Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah
makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan
oleh tubuh. Sistem pencernaan juga akan memecah molekul makanan yang
kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga
mudah dicerna oleh tubuh (Hedisasrawan, 2012).
Sistem pencernaan terdiri atas saluran pencernaan, kelenjar-kelenjar yang
berhubungan. Susunan saluran pencernaan terdiri atas: rongga mulut, faring
(tekak), esophagus (kerongkongan), lambung (ventriculus), usus halus (intestinum
minor), usus besar (intestinum mayor), rectum dan anus. Makanan mengalami
proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses
pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan (Irianto, 2004). Sistem
pencernaan kelinci adalah sistem pencernaan yang sederhana (monogastrik)
dengan coecum dan usus besar. Tidak seperti halnya hewan mamalia lainnya,
kelinci mempunyai kebiasaan makan feses yang telah dikeluarkan. Sifat ini
disebut coprophagy. Keadaan ini sangat umum terjadi pada kelinci dan hal ini
berdasar pada kontruksi saluran pencernaannya. Sifat coprophagy biasanya terjadi
berdasarkan pada malam atau pagi hari berikutnya. Feses yang berwarna hijau
muda dan konsintensi lembek dimakan lagi oleh kelinci. Feses yang dikeluarkan
pada siang hari dan telah berwarna coklat serta mengeras, tidak dimakan. Hal ini
memungkinan kelinci itu memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di
saluran bagian bawah, yaitu mengkonversikan protein asal hijauan menjadi
protein bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecahkan
selulose atau serat menjadi energi yang berguna. Jadi sifat coprophagy sebenarnya
memang menguntungkan bagi proses pencernaan. (Campbell, 2008).
Kelinci termasuk pseudoruminant yaitu herbivora yang tidak dapat
mencerna serat kasar dengan baik.Kelinci memfermentasikan pakan di sekum
kurang lebih 50% dari seluruh kapasitas saluran pencernaannya kurang lebih 50%
dari seluruh kapasitas saluran pencernaannya sistem pencernaan kelinci
merupakan sistem pencernaan yang sederhana dengan coecum dan usus yang
besar. Hal ini memungkinkan kelinci dapat memanfaatkan bahan-bahan hijauan,
rumput dan sejenisnya. Bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di saluran cerna
bagian bawah seperti yang terjadi pada saluran cerna kuda. Kelinci mempunyai
sifat coprophagy yaitu memakan feses yang sudah dikeluarkan. Feses ini berwarna
hijau muda dan lembek. Hal ini terjadi karena konstruksi saluran pencernaannnya
sehingga memungkinkan kelinci untuk memanfaatkan secara penuh pencernaan
bakteri di saluran bagian bawah atau yaitu mengkonversi protein asal hijauan
menjadi protein bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan
memecah selulose/serat menjadi energi yang berguna. Kelinci memiliki sistem
pencernaan yang amat rumit, dan mereka tidak dapat mencerna semua makanan
dengan cara yang sama baiknya. Sebagai contoh, mereka dapat mencerna fruktosa
(zat gula pada buah-buahan) dengan sangat baik, namun kemampuan untuk
mencerna gula jenis lain sangat rendah. Karenanya permen dan kue-kue manis
dapat membuat kelinci menjadi sangat sakit (Sumardi, 2002).
Hal ini disebabkan karena gula dan zat-zat makanan yang tidak dapat
dicerna oleh usus halus kelinci akan menumpuk di cecum, dan memancing
bertambahnya bakteri produsen racun yang menyebabkan banyak penyakit pada
kelinci. Urutan sistem pencernaan kelinci dimulai dari mulut, dimana dalam mulut
terjadi pencernaan secara mekanik yaitu dengan jalan mastikasi bertujuan untuk
memecah pakan agar menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan mencampurnya
dengan saliva yang mengandung enzim amilase yang mengubah pati
menjadi maltosa agar mudah ditelan (Kamal, 2010).
Esophagus merupakan lanjutan dari pharinx dan masuk ke dalam cavum
abdominale dan bermuara pada bagian ventriculus.  Lambung kelinci disebut
juga ventriculus yang terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal (kardia), bagian
tengah (fundus) dan bagian akhir (pilorus).Ventrikulus berfungsi sebagai tempat
penyimpanan pakan dan tempat terjadinya proses pencernaan dimana dinding
lambung mensekresikan getah lambung yang terdiri dari air, garam anorganik,
mucus, HCl, pepsinogen dan faktor intrinsik yang penting untuk efisiensi absorbsi
vitamin B12. Keasaman getah lambung bervariasi sesuai dengan macam
makanannya. Pada umumnya sekitar 0,1N atau pH lebih kurang dari dua. Usus
halus terdiri dari duodenum, jejenum dan illeum.Kelenjar branner menghasilkan
getah duodenum dan disekresikan ke dalam duodenum melalui vili-vili dan getah
ini bersifat basa. Getah pankreas yang dihasilkan disekresikan ke
dalam duodenum melalui ductus pancreaticus.Jejenum merupakan kelanjutan
dari duodenum dan illeum di sebelah caudal ventriculus dan berfungsi sebagai
tempat absorbsi makanan (Kusumawati dan Diah, 2006).
Sekum pada kelinci berbentuk seperti kantung berwarna hijau tua keabu-
abuan.Dalam sekum makanan disimpan dalam waktu sementara. Pencernaan
selulosa dilakukan oleh bakteri yang menghasilkan asam
asetat, propionat dan butirat.  Kolon berjalan ke arah caudal diagonal menyilang
sekum di sini terdapat ascenden dan colon transverasum, colon
descenden dan colon sigmoideum yang belum jelas. Rektum merupakan
kelanjutan dari kolon dan membentuk feces dan rektum berakhir sebagai anus
(Sundoro, 2011).

2. Histologi Lambung
Lambung kelinci disebut juga ventrikulus yang terdiri dari tiga bagian yaitu
bagian awal (kardia), bagian tengah (fundus) dan bagian akhir (pilorus).
Ventrikulus berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan dan tempat terjadinya
proses pencernaan dimana dinding lambung mensekresikan getah lambung yang
terdiri dari air, garam anorganik, mucus, HCl, pepsinogen dan faktor intrinsik
yang penting untuk efisiensi absorbsi vitamin B12. Keasaman getah lambung
bervariasi sesuai dengan macam makanannya. Pada umumnya sekitar 0,1N atau
ber-pH lebih kurang dari  2 (Sumardi, 2002).

3. Prosedur Kerja
Dalam pembuatan preparat awetan dengan metode parafin, terdapat beberapa
prosedur kerja yang harus dilakukan diantranya proses pembiusan hewan, proses
pembedahan, proses dehidrasi, proses fiksasi, penanaman dalam blok parafin,
hingga ke proses pemotongan dengan mikrotom dan diamati dibawah lensa
mikroskop. Adapun prosedur kerja dalam proses pembuatan preparat awetan
ginjal kelinci adalah sebagai berikut :

Mencit/sampel dibius lalu dibedah dan


mengambil organ lambung dan jantungnya.

Tahap pencucian sebelum fiksasi bertujuan


untuk membuang segala sesuatu yang tidak
dikehendaki untuk terbawa pada proses proses
selanjutnya seperti kotoran dan debu ataupun
darah yang tersisa. Larutan yang digunakan yaitu
NaCl fisiologis dalam waktu yang singkat

Tahap fiksasi, tujuannya untuk mencegah


terjadinya kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh mikroorganisme maupun perusakan oleh
jenis enzim yang terkandung dalam jaringan itu
sendiri yang dikenal dengan autolisis, cara
fiksasi dilakukan dengan cara diawetkan dengan
direndam kedalam formalin 10% selama 48 jam.
Perendaman dalam alkohol 70% (selama 24 jam)

Perendaman dalam alkohol 80%, dan 90%


(masing-masing selama 24 jam)

Perendaman dalam alkohol absolut I (selama 24


jam). Kemudian dilanjutkan ke absolut II, dan
absolut III (masing-masing selama 1 jam)
Perendaman dalam larutan xylol I (selama 1 jam)
dan Xylol II (30 menit di suhu ruang, 30 menit di
suhu 70 derajat)

Penyiapan botol untuk perendaman dalam


parafin .

Perendaman dan proses pencetakan dalam blok


parafin
Pemasangan balok pada cetakan
parafin yang telah berisi organ.

Blok parafin yang siap dipotong.

11. Pemotongan blok parafin


pada mikrotom.
DAFTAR PUSTAKA

Alyas, A., 2010. Praktikum Pembuatan Preparat Menggunakan Metode Parafin.


Makassar: Universitas Hasanuddin.
Bloom, W., & Maximow, A. A. 1958. A Text Book of Histology. United States of
America: W. B Saunders Company.

Botanika. 2008. Digestive System Ternak Kelinci. Makassar: Buku Penuntun Ilmu


Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia. 

Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A.,
Minorsky, P.V., & Jackson, R. B. 2008. Biology Eight Edition. London:
Pearson Education Inc.

Gunarso, W. 2009. Bahan Pengajaran Mikroteknik. Bogor: Institiut Pertanian


Bogor
Kamal. 1982. Anatomi Hewan. Yogyakarta: Laboratorium Anatomi Hewan
Fakultas Biologi      UGM. 
Kusumawati, Diah. 2006. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gajah
Mada.
Kusumawati, Wahyu. 2008. Pembuatan Sediaan Irisan Jaringan Hewan Dengan
Metode Parafin. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.

Setjo, S. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sundoro, S.H. 2011. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Jakarta:


Penerbit Bhrataro Karya Aksara.

Syarifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai