1. Sistem koordinasi yang melibatkan sistem saraf, sistem indera dan sistem endokrin.
Dalam mengindera sesuatu akan melibatkan reseptor, saraf dan ekspresi sensoris
(sensasi). Jelaskan yang tersebut dibawah ini!
a. Sel reseptor dibedakan menjadi 2, sebutkan dan beri contoh
1. Sel saraf aferen (ujung-ujung sel saraf dibawah kulit)
2. Sel-sel khusus yang berhubungan baik dengan ujung peripheral sel-sel saraf
(sel saraf pengecap pada lidah)
b. Jelaskan bagaimana proses kerja indra penglihatan (pada saat terang dan gelap)
Pada saat terang (sel kerucut)
Bila seseorang berada di tempat yang sangat terang untuk waktu yang lama,
banyak sekali fotokimiawi yang terdapat di dalam sel batang dan kerucut menjadi
berkurang karena diubah menjadi retinal dan opsin. Selanjutnya, sebagian besar
retinal dalam sel batang dan kerucut akan diubah menjadi vitamin A. Oleh karena
kedua efek inkonsentrasi bahan kimia fotosensitif yang menetap dalam sel batang
dan kerucut akan banyak sekali berkurang, akibatnya sensitivitas mata terhadap
cahaya juga turut berkurang
d. Jelaskan bagaimana kerja dari alat keseimbangan statis dan dinamis. Apa stimulus
dari indra keseimbang ialah (cahaya, suara, suhu) lebih spesifik pada apparatus
vestibularis.
keseimbangan statis (tubuh dalam posisi diam) dan keseimbangan dinamis
(tubuh dalam posisi bergerak). Keseimbangan statis diperlukan saat duduk
atau berdiri diam. Keseimbagan dinamis diperlukan saat jalan, lari atau
gerakan berpindah dari satu titik ke titik yang lainnya dalam suatu ruang.
(BELUM SELESAI, lupaka apa penjelasannya dlu tidur ka d pesentasinya
temanku yang ini wkwk)
4. Mekanisme aksi hormon melibatkan aksi hipofisis dan hipotalamus dan kelenjar
penghasil hormon. Jelaskan mekanisme aksi hipofisis-hipotalamus-kelenjar dalam
menghasilkan hormon. Buatlah satu contoh hormon tentang ini.
Kelenjar hipofisis posterior, juga disebut neurohipofisis, terutama terdiri dari sel-sel
seperti glia yang disebut pituisit. Pituisit ini tidak menyekresikan hormon; sel ini
hanya bekerja sebagai struktur penunjang bagi banyak sekali serat saraf terminal dan
ujung saraf terminal dari jaras saraf yang berasal dari nukleus supraoptik dan nukleus
paraventrikular di hipotalamus.Jaras saraf ini berjalan menuju ke neurohipofisis
melalui tangkai hipofisis (tangkai hipofisis). Bagian akhir saraf ini merupakan kenop
bulbosa yang mengandung banyak granula sekretorik. Bagian ujung ini terletak pada
permukaan kapiler, tempat granula tersebut menyekresikan dua hormon hipofisis
posterior: (1) hormon antidiuretik (ADH), juga disebut sebagai vasopresin, dan (2)
oksitosin. Bila tangkai hipofisis dipotong di atas kelenjar hipofisis tetapi seluruh
hipotalamusnya dibiarkan utuh, hormon hipofisis posterior akan terus disekresikan
secara normal, sesudah mengalami penurunan sekresi sementara selama beberapa
hari; kemudian hormon tersebut disekresikan oleh ujung serat yang terpotong
yang terletak di dalam hipotalamus dan bukan oleh bagian akhir saraf yang terletak di
dalam kelenjar hipofisis posterior. Hal ini terjadi karena pada awalnya hormon
disintesis di dalam badan sel nukleus supraoptik dan nukleus paraventrikular dan
kemudian bergabung dengan protein "pembawa" yang disebut neurofisin diangkut ke
ujung saraf di dalam kelenjar hipofisis posterior, dan untuk dapat mencapai kelenjar
itu dibutuhkan waktu beberapa hari. ADH dibentuk terutama di dalam nukleus
supraoptik, sedangkan oksitosin dibentuk terutama di dalam nukleus paraventrikular.
Masing-masing nukleus ini dapat menyintesis hormon kedua kirakira seperenam dari
hormon primernya. Bila impuls saraf dijalarkan sepanjang serat yang berjalan dari
nukleus supraoptik atau nukleus paraventrikel, hormon segera dilepaskan dari granula
sekretorik di ujung saraf melalui mekanisme sekresi yang biasa, yakni dengan cara
eksositosis, dan akan diabsorbsi oleh kapiler di dekatnya. Neurofisin dan hormon
disekresi secara bersamaan, namun karena keduanya berikatan secara longgar,
keduanya hampir dengan segera terpisah.
5. Dalam melakukan homeostasis hormon bekerja saling terkait antara satu dengan yang
lain. Jelaskan cara kerja hormon melalui kerjasama sinergisme, permisif dan
antagonis.
Langkah pertama kerja suatu hormon adalah pengikatan hormon pada reseptor
spesifik di sel target. Sel yang tidak memiliki reseptor untuk hormon tersebut tidak
akan berespons. Reseptor untuk beberapa hormon terletak pada membran sel target,
sedangkan reseptor hormon yang lain terletak di sitoplasma atau di nukleus. Dalam
bekerja terhadap sel target, hormon mempunyai tiga mekanisme kerja utama,
yaitu:
1.Mengubah permeabilitas saluran (membran) denganbekerja pada protein
saluran (protein kanal) yang sudah ada;
2.Bekerja melalui sistem pembawa pesankedua (second messenger) untuk
mempengaruhi aktivitas sel;
3.Pengaktifan gen spesifik untuk sintesis protein baru
Permisif ialah hormon pertama mempengaruhi responsivitas organ target terhadap
homon kedua, dimana dapat meningkatkan aktifitas hormone kedua (e.g. efek
estrogen pada uterus menginduksi terbentuknya reseptor untuk progesterone).
Antagonis ialah apabila efek dari dua hormone tersebut saling berlawanan (e.g.
insulin dan glucagon)
Pestisida merupakan obat-obatan atau senyawa kimia yang bersifat racun, digunakan untuk
membasmi jasad pengganggu tanaman, baik hama, penyakit maupun gulma. Penggunaan
pestisida bertujuan untuk meningkatkan hasil pertanian, dan menekan biaya pengelolaan
pertanian sehingga lebih efisien dan ekonomis, serta menghindarkan lahan pertanian itu
sendiri dari serangan hama. Intensitas pemakaian pestisida yang tinggi, dan dilakukan secara
terus-menerus pada setiap musim tanam akan menyebabkan beberapa kerugian, antara lain
residu pestisida akan terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, pencemaran
pada lingkungan pertanian, keracunan pada hewan, keracunan pada manusia sehingga
berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Salah satu dampak negatif penggunaan
pestisida bagi kesehatan manusia yaitu terjadinya pembesaran kelenjar tiroid atau yang sering
disebut sebagai penyakit gondok (goiter).
Gondok atau goiter adalah pembesaran kelenjar tiroid dan dapat terjadi dalam bentuk diffuse
atau nodular. Paling sering disebabkan oleh defisiensi yodium dalam makanan. Faktor lain
yang dihubungkan dengan gondok adalah faktor goitrogen, kelebihan unsur yodium, nutrisi,
dan genetik. Beberapa obat dan keadaan dapat mengubah sintesis, pelepasan, dan
metabolisme hormon tiroid. Obat-obatan seperti perklorat dan tiosianat dapat menghambat
sintesis tiroksin, sebagai akibatnya obat-obatan itu dapat menyebabkan penurunan kadar
tiroksin dan melalui rangasangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh
kelenjar hipofisis. Keadaan ini juga mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid dan timbulnya
goiter. Sehingga penyakit ini juga banyak ditemukan pada petani yang terlalu banyak
terpapar pestisida saat melakukan penyemprotan di lahan pertaniannya. Faktor-faktor resiko
yang berhubungan dengan kejadian goiter, yaitu: umur, masa kerja, lama kerja per hari, jenis
pestisida, dosis pestisida, frekuensi penyemprotan, posisi petani terhadap arah angin saat
penyemprotan pestisida, dan penggunaan alat pelindung diri. Faktor-faktor tersebut
memungkinkan untuk terjadi keracunan pestisida seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
yang pada akhirnya menimbulkan kejadian goiter.
Pembesaran kelenjar tiroid atau gondok bisa bersifat jinak, tapi juga bisa merupakan
bentuk kanker dari kelenjar gondok. Sehingga hal ini perlu diwaspadai dan diperiksakan ke
dokter, bila ternyata benjolan pembesaran kelenjar tiroid itu ganas harus dioperasi.
Pembesaran kelenjar gondok dan penyakit gondok lebih banyak terjadi pada wanita, dengan
perbandingan 7:1. Munculnya penyakit kelenjar gondok tak selalu diakibatkan oleh
kekurangan hormon. Penyakit ini bisa pula muncul karena kelebihan hormon. Bila hormon
kelenjar gondok berlebih, terjadi hipermetabolisme. Kasus seperti ini biasanya terjadi pada
usia dewasa. Salah satu contoh penyakit kelenjar gondok yang disebabkan oleh produksi
hormon berlebih adalah penyakit graves. Inilah jenis penyakit kelenjar gondok yang paling
sering terjadi di masyarakat. Penyakit graves adalah penyakit autoimun yang disebabkan oleh
faktor genetic dan lingkungan , termasuk paparan pestisida. Tanda-tanda spesifik penyakit
graves diantaranya mata menonjol, berkeringat banyak, palpitasi (jantung berdebar-debar
keras), terjadi penurunan berat badan, dan badan kurus meskipun makan banyak. Tentu saja
penyakit ini harus diobati, jika tidak sembuh harus operasi.
Contoh kasus seperti yang dialami oleh salah satu petani di sebuah kabupaten yang
bernama Ibu S. Ibu S berumur 47 tahun, dan beliau sudah menjadi petani hortikultura di
daerah tersebut selama lebih dari 10 tahun. Selama itu pula beliau terpapar pestisida yang
digunakan untuk menyemprot tanaman pertaniannya. Racun pestisida ini masuk ke dalam
tubuh bisa melalui kulit karena beliau tidak pernah menggunakan sarung tangan, dan terhirup
lalu masuk melalui ssistem pernafasan karena beliau tidak menggunakan masker. Selain itu
penyemprotan dilakukan secara berlawanan arah dengan arah angin, sehingga pestisida yang
disemprotkan berbalik terbawa angin ke arah Ibu S. Seharusnya penyemprotan dilakukan
searah dengan arah angin. Ibu S mengaku sering merasa pusing, berkunang-kunang, banyak
berkeringat, mengalami batuk, tangannya bergetar sendiri (tremor), sakit di persendian, sering
lupa atau hilang ingatan, dan sudah lama terdapat benjolan di lehernya (mengalami
pembesaran kelenjar tiroid). Beliau juga mengatakan bahwa pernah memeriksakan benjolan
tersebut ke dokter. Awalnya dokter hanya memberikan obat pada Ibu S. Namun benjolan
tersebut tak kunjung hilang, dan ketika Ibu S kembali memeriksakannya, dokter
menyarankan agar benjolan tersebut dioperasi. Terbentur keadaan ekonomi yang hanya
cukup untuk kebutuhan sehari-hari, Ibu S pun mengurungkan niat untuk menghilangkan
benjolan tersebut dan menolak saran dokter untuk operasi. Beliau membiarkan benjolan
tersebut hingga sekarang mengeras, karena dirasa tidak sakit dan mengaku bahwa tidak
terganggu dengan adanya benjolan tersebut. Padahal jika menurut saran dokter benjolan
tersebut seharusnya dioperasi, berarti pembesaran kelenjar tiroid yang terjadi sudah parah
atau mungkin sudah menjadi kanker, seperti yang telah dijelaskan di atas. Sehingga hal ini
perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius, sebelum terjadi hal yang lebih
buruk lagi. Peran Puskesmas juga sangat penting dalam pencegahan terjadinya penyakit yang
lebih serius akibat dari pebesaran kelenjar gondok yang tidak segera ditangani. Kurangnya
penyuluhan dari Puskesmas atau tenaga ahli kesehatan setempat mengenai bahaya dari
gejala-gejala atau tanda penyakit yang muncul pada petani, membuat para petani ini sering
menyepelekan gejala atau penyakit yang mereka alami atau mereka derita. Termasuk salah
satunya contohnya adalah pengakuan dari Ibu S seperti yang telah diterangkan di atas.
Pertanyaan
7. Saat ini anda sedang belajar tentang endokrinologi, masalah apa saja yang ditemukan
pada kasus ibu S yang dapat saudara identifikasi?
8. Jelaskan salah satu masalah yang saudara temukan penyebabnya? Jika terkait dengan
struktur mikroanatomi kelenjar hormon tertentu jelaskanlah.
9. Buatlah beberapa alternatif penyelesaian dari masalah yang telah saudara buat!
10. Pilihlah satu penyelesaian yang menurut anda tepat dan jelaskan mengapa anda
memilih penyelesaian tersebut.