Anda di halaman 1dari 7

PROSES TRIMING ORGAN, DEHIDRASI,

CLEARING, & INFILTRASI PARAFIN

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Mikroteknik atau teknik histologi ini akan dipelajari ilmu atau seni untuk
mempersiapkan organ, jaringan atau bagian yang lainnya untuk dapat diamati dan
dipelajari dengan lebih teliti. Pada umumnya untuk melihat jaringan atau organ ini
dilakukan dengan bantuan mikroskop, karena struktur jaringan secara terperinci
pada dasarnya terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Suatu
spesimen mikroteknik dapat merupakan sebagian ataupun keseluruhan dari
struktur yang ditetapkan. Selain diletakkan pada kaca preparat, spesimen tadi
umumnya dilindungi dengan kaca penutup yang direkatkan di atas spesimen
(Alyas 2010).
Preparat histologi memiliki kegunaan untuk mempelajari struktur normal
jaringan, diagnosa penyakit, mempelajari peran sel atau jaringan, dan mengetahui
perubahan pada suatu sel atau jaringan. Tahapan pembuatan preparat histologi
dimulai dari koleksi organ-fiksasi-trimming organ-dehidrasi-clearing-infiltrasi
parafin-blocking-trimming block-staining. Pada laporan ini kami membahas
tentang trimming organ,dehidrasi,clearing, dan infiltrasi paraffin.
Trimming berfungsi untuk memotong preparat histologi agar bisa
dimasukan kedalam kaset blok. Dehidrasi bertujuan untuk menghilangkan
kandungan air yang terdapat dalam preparat histologi biasanya menggunakan
alkohol. Clearing bertujuan menghilangkan larutan pengdehidras (alkohol)
dengan menggunakan larutan xylol. Infiltrasi paraffin bertujuan memasukkan
paraffin cair ke dalam jaringan.

Tujuan Praktikum
Mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui jenis larutan dehidrasi dan
clearing. Dapat mengetahui cara dan mampu melakukan triming organ, dehidrasi,
clearing, dan infiltrasi parafin.
METODE

Tempat dan Waktu

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah fume hood, blade,
pinset, cassette block, pensil, basket, tissue prosessor, tissue embedding console,
cetakan blok paraffin dan cold plate embedding console.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jaringan yang telah
difiksasi, alkohol 80%, alkohol 90%, alkohol 95%, alkohol absolut, xylol absolut,
paraplast dan gliserin.

Prosedur Percobaan

Trimming Organ
Sampel yang telah difiksasi dipotong pada bagian yang diinginkan
menggunakan blade. Pemotongan sample dilakukan dengan ukuran lebar 0,5cm
dan panjang 1-2cm. Pemotongan ini dilakukan di dalam fume hood agar bau
larutan tidak tercium langsung oleh manusia. Sayatan jaringan yang telah didapat
diletakkan dalam cassette block yang telah diberi label, pengisian cassette block
maksimal diisi tiga sampel. Setelah trimming selesai cassette block disimpan di
dalam basket sebelum dilakukkan proses dehidrasi dan clearing.

Dehidrasi
Dehidrasi dilakukan di dalam alat Tissue prosessor yang terdiri dari lima
tabung berisi alkohol dan xylol, alat ini akan memindahkan jaringan dari tabung
yang satu ke tabung lainnya dengan otomatis sesuai waktu yang telah diatur.
Jaringan akan direndam dengan menggunakan larutan alkohol bertingkat. Pertama
direndam dalam alkohol 80% selama 24 jam. Kedua, jaringan direndam dalam
alkohol 90% selama 24 jam. Ketiga, jaringan direndam dalam alkohol 95%
selama 24 jam. Keempat, jaringan direndam dalam alkohol absolut selama 1 jam.

Clearing
Alat yang digunakan untuk clearing sama seperti alat untuk dehidrasi yaitu
Tissue prosessor prinsipnya sama hanya saya larutan yang digunakan berbeda
yaitu dengan merendam jaringan kedalam xylol agar jaringan menjadi jernih dan
transparan. Proses clearing ini merupakan proses lanjutan dari dehidrasi, dari
empat tabung untuk dehidrasi dan satu tabung untuk proses clearing. Pada tabung
kelima, jaringan direndam dalam xylol absolut selama 1 jam.
Infiltrasi Paraffin
Pertama tissue embedding console disiapkan terlebih dahulu ketika organ
telah memasuki larutan Xylol absolut atau kira-kira 2 jam sebelum embedding.
Paraffin yang akan digunakan disiapkan untuk proses embedding menggunakan
paraplast ataupun paraffin block dan dimasukkan kedalam Cryo Console.
Cetakan blok paraffin dilumasi dengan menggunakan gliserin agar tidak lengket.
Cetakan yang sudah disiapkan diisi dengan paraffin cair sampai paraffin cembung.
Sampel di masukkan dalam paraffin dengan menggunakan pinset hangat,
kemudian ditutup dan diisi parafin kembali sampai penuh. Setelah jaringan
ditanam, paraffin didinginkan di atas cold plate embedding console agar paraffin
membeku. Penutup dilepaskan, parafin yang berisi organ dapat dipotong dengan
mikrotom.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 Persiapan Trimming Organ

Proses setelah fiksasi yaitu trimming. Trimming merupakan penyayatan


suatu organ untuk membuat sebuah permukaan organ tipis dengan ketebalan yang
telah ditentukan. Pisau yang digunakan untuk trimming adalah scalpel no 22-24.
Trimming organ bertujuan untuk memisahkan bagian organ yang akan diamati
yang akan dijadikan sebagai preparat. Biasanya proses ini dilakukan didalam
ruangan kaca yang tertera pada Gambar 1 yang dilengkapi “exhaust hood” untuk
menyedot dan membuang bau formalin keluar. Pada saat dilakukan penyayatan
sesuai dengan Gambar 1, penyayatan harus sesuai dengan serat bagian yang akan
kita amati, yaitu arah sayatan vertical, melintang (khusus organ yang berongga)
dan sayatan menyamping. Apabila ada sayatan yang abnormal, sayat pada bagian
abnormal untuk dapat dilihat kerusakan organ yang akan diamati nanti.
Organ yang telah di trimming, dimasukan pada alat yang bernama cassete.
Banyak organ yang dimasukkan pada alat tersebut yaitu maksimal tiga organ.
Macam tissue cassete pun disesuaikan dengan jenis potongan dan besar atau
kecilnya potongan organ yang diinginkan. Keuntungan dari tempat organ tersebut
yaitu organ yang akan kita simpan pada cassete akan tetap pada posisinya,
kelemahannya jika kita meletakkan organ lebih dari tiga pada cassete, akan
mengganggu proses selanjutnya yaitu pada saat pemotongan menggunakan alat
mikrotom pemotongan tidak merata dan jaringannya bertumpuk sehingga sulit
untuk membedakan antara satu dengan yang lain. Hasil dari proses trimming
adalah organ yang akan dibuat preparat histologi sudah terpotong bagian khusus
yang ingin diteliti dan ditempatkan pada cassete blok untuk dilakukan proses
selanjutnya.
Prosesing jaringan bertujuan untuk menghilangkan air dari jaringan dan
mengganti dengan media yang dapat membeku atau keras untuk memungkinkan
yang tipis dapat dipotong atau jaringan dapat dipotong sangat tipis. Dehidrasi
merupakan proses yang bertujuan untuk mengeluarkan kandungan air dalam
jaringan dengan menggunakan medium tertentu (parafin atau zat lainnya) yang
digunakan untuk membuat blok prerparat dapat mengganti atau mengisi tempat air
di dalam jaringan atau menyerap masuk ke dalam jaringan, Hal ini mencegah agar
air tidak dapat bercampur dengan cairan (Zulham 2009).
Jaringan biologis sendiri harus didukung dalam matriks keras untuk
memungkinkan bagian yang cukup tipis. Dehidrasi adalah suatu proses atau cara
untuk mengurangi atau menghilangkan air dari dalam sel atau jaringan. Dehidrasi
merupakan proses yang dilakukan sebelum melakukan penjernihan atau clearing.
Dehidrasi berfungsi mencegah terjadinya kerusakan jaringan atau preparat yang
berakibat terjadinya pembusukan. (Ika Rochdjatun Sastrahidaya 2014).
Reagen yang digunakan pada proses dehidrasi yaitu alkohol, sukrosa 20%,
metil alkohol atau spiritus. Tahapan dehidrasi dilakukan setelah proses fiksasi
dengan merendam jaringan kedalam alkohol bertingkat secara berturut-turut
dengan menggunakan alkohol 80% selama 3 jam, dilanjutkan dengan alkohol 90%
selama 3 jam, dilanjutkan dengan alkohol 95% selama 3 jam dan terakhir dengan
alkohol 100% selama 1 jam. Tujuan dilakukan secara bertingkat untuk menjaga
agar tidak terjadi perubahan secara tiba-tiba dalam terhadap sel jaringan, sehingga
perubahan struktur sel yang terjadi sekecil mungkin (Subowo 2009).
Apabila proses dehidrasi ini tidak sempurna berarti masih ada molekul air
dari dalam jaringan. Ketidaksempurnaan proses dehidrasi ini dapat diketahui
dengan jelas setelah jaringan dimasukan ke dalam zat penjernih, dimana jaringan
tidak menjadi transparan walaupun jaringan telah lama dalam larutan penjernih.
Jika terjadi hal yang demikian, maka jaringan harus dikembalikan ke dehidran.

Gambar 2 Dehidrasi dan Clearing

Proses ini menggunakan mesin dehidrasi, yang memiliki dua tipe yakni
otomatis dan manual. Kelebihan menggunakan tipe otomatis, tidak perlu
menunggu semalaman untuk memindahkan dari tabung 1 ke tabung yang lainnya
dengan cara mengatur waktu yang kita inginkan seperti pada Gambar 2. Berbeda
dengan tipe manual, dimana kita sebagai pengamat harus menunggu dan
memindahkan tabung tersebut selama 1 malam.
Clearing merupakan proses penjernihan jaringan dengan menggunakan
larutan xylol yang dapat mendesak keluar larutan alkohol dari suatu
jaringan/organ dan menggantikan suasana jaringan/organ dalam larutan xylol.
Clearing yang belum sempurna membuat jaringan/organ masih mengandung air,
sehingga tidak dapat memperlihatkan struktur dari morfologi secara jelas. Cairan
yang digunakan yaitu xylol. Xylol merupakan larutan dengan indeks refraksi
tinggi serta cepat menarik alkohol, namun untuk mendapatkan hasil penjernihan
maksimal, diperlukan waktu perendaman dalam xylol selama semalam (Sumanto
2014).
Clearing dilakukan dengan perendaman pada xylol absolut dengan bantuan
alat Tissue prosessor seperti yang terlihat pada Gambar 2. Ketika organ
dimasukkan dalam xylol tidak boleh terlalu lama karena akan memberikan warna
kehitaman pada organ. Waktu proses clearing tergantung pada tebal jaringan/
besar kecilnya jaringan, konsentrasi jaringan, macam zat fiksasi yang dipakai,
dan sifat clearing agent yang dipakai.
Perendaman xylol bila terlalu lama bisa merapuhkan jaringan sehingga tidak
disarankan penggunaan xylol dalam waktu yang lama. Perendaman xylol jika
terlalu lama menyebabkan jaringan menjadi kering, rapuh, dan getas sehingga
hasil akhir dari pembuatan sediaan tidak akan bertahan lama (Prawiranegara
2015). Zat yang sering digunakan adalah xylol, tapi bisa juga dipakai zat lain
seperti benzol, benzene, chloroform, cedar wood oil, dan methyl benzoat.
Pertimbangan dalam memilih zat clearing adalah cepat dalam menghilangkan
alkohol, mudah dihilangkan untuk proses infiltrasi, tidak merusak jaringan, tidak
mudah terbakar, tidak beracun, dan harga zat tersebut.
Kelebihan xylol dibandingkan bahan clearing lainnya adalah umum
digunakan, murah, bekerja cepat, dan membuat jaringan cepat menjadi
transparan. Namun xylol memiliki kekurangan yaitu menyebabkan pengerutan
jaringan yang dibuat, pengekerutan jaringan ini dapat mengakibatikan tidak
sempurnanya dalam tahapan.
Metode parafin termasuk metode irisan yang paling sering digunakan.
Pengamatan mikrokopis dari jaringan normal maupun yang mengidap penyakit
(patologis) akan lebih baik hasilnya bila dilakukan dari preparat jaringan yang
dilakukan penyayatan cukup tipis sehingga berbagai elemen jaringan lebih mudah
diamati. Metode paraffin memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan
metode yang lain. Kelebihan metode parafin antara lain irisan yang dihasilkan
lebih tipis dibandingkan dengan metode yang lain. Irisan yang dihasilkan juga
bersifat mudah dipraktekkan, dan prosesnya lebih cepat (Suntoro 2008)
Kekurangan metode parafin antara lain jaringan menjadi keras dan mudah
patah, tidak bisa digunakan untuk jaringan besar, dan sebagian enzim pada
jaringan akan larut. Pembuatan sediaan dengan metode parafin memerlukan
langkah-langkah yang harus dikerjakan dengan urut agar dihasilkan sediaan yang
dapat diamati dan dipelajari sesuai tujuan pembuatan sediaan (Suntoro 2008)

Infiltrasi adalah suatu proses memasukkan paraffin lunak secara sedikit


demi sedikit kedalam jaringan atau preparat yang akan diamati dengan beberapa
tahapan yang masih bercampur dengan xilol. Untuk memudahkan proses infiltrasi
paraffin kedalam jaringan ,menggunakan alkohol dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi (Ika Rochdjatun Sastrahidaya 2014). Cara melakukan Infiltrasi
paraffin yaitu dilakukan dengan merendam organ ke dalam cetakan blok yang
sudah diisikan paraffin cair dalam suhu hangat seperti yang terlihat pada Gambar
3.
Menurut Dasumiati (2008), dalam proses infiltrasi paraffin, sebaiknya
jangan dimasukan langsung dari zat penjernih kedalam paraffin murni, tetapi
sebaiknya sebelum paraffin murni, jaringan dimasukan terlebih dahulu kedalam
campuran antara paraffin dan penjernih (paraffin:xylol) dengan volume
perbandingan yang sama. Hal ini dimaksudkan agar menghindari perubahan
lingkungan yang sangat mendadak terhadap jaringan tersebut sehingga jaringan
dapat mengkerut karena tertarik secara maksimal.
Jaringan tidak dimasukkan langsung ke paraffin murni setelah proses
clearing juga bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa bahan clearing yang
menempel pada jaringan dengan memasukkan jaringan dalam campuran larutan
paraffin dan xylol. Sehingga pada saat jaringan dimasukkan dalam parafin murni,
jaringan sudah benar-benar bebas dari bahan clearing. Jika bahan clering masih
terdapat pada jaringan atau organ maka dapat mengganggu proses infiltrasi
paraffin.
Jaringan atau organ setelah proses clearing dan langsung dimasukkan dalam
parafin murni juga diperbolehkan. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi waktu
dalam proses. Namun, jaringan atau organ harus benar-benar tidak mengandung
bahan clearing supaya infiltrasi paraffin berjalan dengan baik.
Terdapat beberapa jenis parafin yang dapat digunakan, pertama adalah jenis
soft parafin. Paraffin jenis ini memiliki titik leleh 50-52oC/53-55 oC. kelebihan
dari soft parafin adalah membuat organ tidak mudah rapuh. Paraffin ini biasa
digunakan untuk jaringan embrional yang memiliki sifat jaringan tebal. Kedua
adalah jenis hard paraffin yang memiliki titik leleh 56-58 oC/60-68 oC, paraffin ini
digunakan untuk jaringan keras yang memiliki sifat jaringan tipis. Ketiga adalah
jenis paraplast merupakan campuran parafin dan polimer plastik yang memiliki
titik leleh 56-58 oC. Keuntungan memakai paraplast adalah sifat paraffinnya lebih
elastis sehingga tidak mudah sobek ketika dipotong dengan mikrotom dan dapat
dipotong lebih mudah, tidak menyerap air yang cukup, dan tekanan jaringan
sedikit.
Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan proses infiltrasi
paraffin adalah temperatur harus tetap hangat dan tidak boleh terlalu panas, hal ini
dimaksudkan agar parafin tetap dalam kondisi cair dan jaringan tidak rusak jika
temperatur hangat. Parafin yang digunakan harus meleleh sempurna supaya
jaringan atau organ tertutup sempurna oleh parafin. Parafin cair yang dilelehkan
sudah beberapa hari yang lalu dan disimpan dalam suhu hangat lebih baik
daripada parafin yang baru saja dilelehkan, hal ini karena parafin sudah meleleh
sempurna dan sangat baik untuk digunakan.
Jaringan atau organ harus dipastikan bersih dari sisa cairan penjernih,
karena sisa larutan penjernih dapat mengkristal dan saat dipotong dengan
mirkotom dapat membuat suatu organ mudah rusak. Cetakan blok parafin
disesuaikan ukurannya dengan jaringan atau organ, tidak boleh terlalu rapat atau
terlalu longgar. Hal ini supaya organ mudah dipotong dan merata pemotongannya
jika tidak terlalu rapat, juga untuk efisiensi tempat jika cetakan yang digunakan
pas (tidak terlalu longgar).
Pengisian jaringan atau organ dalam paraffin harus rata (tidak ada yang
menonjol disebagian organ). Hal ini dimaksudkan supaya jaringan atau organ
tertutup oleh paraffin secara sempurna dan mudah pada saat dilakukan
pemotongan. Selain itu agar jaringan atau organ tidak rusak karena semua bagian
sudah tertutup oleh paraffin.

SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


trimming organ dilakukan dalam alat fume hood dengan menyayat bagian organ
secara hati-hati. Dehidrasi dilakukan dalam alat tissue processor dengan bahan
alkohol bertingkat mulai dari 80%, 90%, 95%, dan 100%. Clearing dilakukan
dalam alat tissue processor dengan bahan xylol absolut. Infiltrasi parafin
dilakukan dalam suhu hangat, alat yang digunakan dalam keadaan hangat, dan
dilakukan dengan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Alyas, A. 2010. Praktikum Pembuatan Preparat Menggunakan Metode Parafin.


Makassar (ID) : Universitas Hasanuddin.
Dasumiati. 2008. Diktat Kuliah Mikroteknik. Jakarta (ID): Prodi Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah..
Prawiranegara, FA. 2015. Mikroteknik Clearing (Penjernihan) Preparat. Medan
(ID): Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Sumatera
Utara.
Sastrahidaya, IR. 2014. Medium Buatan untuk Penelitian Penyakit tubuhan
dilaboratorium. Malang (ID):UB Press.
Subowo. 2009. Imunobiologi. Edisi 2. Jakarta(ID): Penerbit Sagung Seto.
Sumanto D. 2014. Belajar Sitohistoteknologi Untuk Pemula. Semarang(ID) :
IAKIS.
Suntoro. 2008. Metode Pewarnaan Histologi dan Histokimia. Jakarta: Bhratara
Karya Aksara.
Zulham. 2009. Histoteknik Biomedik. Medan (ID): Departemen Histologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Anda mungkin juga menyukai