Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM SITOHISTOTEKNOLOGI 1

"HISTOLOGI ORGAN HEPAR AYAM"

DISUSUN OLEH :

Marselina S. Pesik

NIM. 711345320004

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

2023
1. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui histopatologi hepar pada ayam

2. Dasar Teori

1. Histologi organ hepar

Hepar merupakan kelenjar tubuh paling besar yang mendapat vaskularisasi

ganda. Vena porta membawa darah berisi makanan yang diserap dari usus

dan organ tertentu, sedangkan arteria hepatica member darah pada sel hepar

dengan darah bersih yang membawa oksigen. Saat memasuki hepar , vena porta

dan arteria hepatika bercabang menuju lobus disebut arteria atau vena

interlobaris lalu bercabang lagi membentuk arteria dan vena interlobularis yang

berada di daerah portal atau segitiga Kiernan (Dellman et al, 1992).

Hepar memiliki dua lobus utama kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi

menjadi segmen anterior dan posterior bila dilihat dari luar. Lobus kiri dibagi

menjadi segmen medial dan segmen lateral oleh ligamentum falsiforme bila

dilihat dari luar. Setiap lobus hepar dibagi menjadi struktur-struktur yang

disebut lobulus. Unit fungsional dasar hepar adalah lobulus hepar, yang

berbentuk silindris dengan panjang beberapa millimeter dan diameter 0,8-2

mm. Hepar manusia berisi 50.000-

100.000 lobulus (Guyton dan Hall, 1997).

Lobulus hepar terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis yang

mengalir ke vena hepatica dan kemudian ke vena cava. Lobulus hepar dibentuk

terutama dari banyak lempeng sel hepar yang memencar secara sentrifugal dari

vena sentralis seperti jeruji roda. Masing-masing lempeng hepar tebalnya1-2


sel, dan diantara sel yang bersekatan terdapat kanalikuli biliaris kecil yang

mengalir ke duktus biliaris di dalam septum fibrosa yang memisahkan lobulus

hepar yang berdekatan. Dan diantara lempengan sel hepar terdapat kapiler-

kapiler yang dinamakan sinusoid hepar, yang merupakan cabang vena porta dan

arteri hepatika. Sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel kupffer. Sel kupffer

merupakan sistem retikuloendotel, dan fungsi utamanya adalah memfagositosis

bakteri dan benda-benda asing dalam darah (Guyton dan Hall, 1997).

Hepar mendapatkan suplai darah dari arteri hepatika yang berisi darah

kaya oksigen dan dari vena porta berisi darah deoksigenasi yang berisi nutrisi,

obat- obatan, mikroba dan terkadang bahan toksin yang diabsorbsi dari saluran

pencernaan traktus gastrointestinalis. Cabang dari arteri hepatika maupun vena

porta membawa darah ke sinusoid yang kaya oksigen, nutrisi dan beberapa

substansi toksik yang diterima oleh hepatosit. Produk yang dihasilkan oleh

hepatosit dan nutrisi yang dibutuhkan oleh sel lain diekresikan kembali ke

darah yang kemudian dialirkan ke vena sentralis melawati vena hepatika

(Tortora, 2001; Ariawan, 2008).

Sel hepar (hepatosit) berbentuk polyhedral, inti berbentuk bulat terletak

di tengah, nucleolus berjumlah satu atau lebih dengan kromatin yang menyebar

serta sitoplasma hepatosit yang agak berbutir (Dellman et al., 1992).


2. Fisiologi Organ Hepar

Hepar memiliki peran besar dalam faal normal pada tubuh dan merupakan

tempat berbagai penyakit berkembang. Hepar merupakan jembatan

penghubung antara saluran cerna dengan organ-organ lain pada tubuh, sebab

hepar merupakan organ yang memelihara homeostasis metabolisme (Kumar et

al., 2013).

Sistem sirkulasi pada hepar dikenal sebagai sirkulasi portal hepatik

yaitu suatu arteri yang terpecah menjadi kapiler yang bergabung menjadi vena

yang merupakan saluran penyusun langsung dari vena kava kaudal atau cranial.

Darah yang mengalir dari perut, limfa, usus halus serta pancreas disaring

melalui hepar oleh sirkulasi portal hepatik sebelum masuk ke dalam sirkulasi

umum. Darah dari wilayah ini menuju vena portal yang merupakan awal dari

sistem portal hepatik. Vena portal masuk ke dalam hepar dan terpecah menjadi

cabang yang semakin kecil dalam hepar , yang berasal dari sinusoid hepar .

Selanjutnya darah menuju vena sentral dari setiap lobulus hepar. Vena sentral

akan membentuk vena hepatik yang mengalirkan darah tersebut ke vena cava

caudal (Frandson, 1986).


Darah yang mengalir dari saluran pencernaan terlebih dahulu

dilewatkan pada sel hepar sebelum memasuki sirkulasi umum. Hal ini bertujuan

agar nutrient dapat disimpan dalam hepar dan mendetoksifikasi zat yang

berbahaya yang telah diserap dari saluran pencernaan. Arteri hepatik yang

merupakan cabang arteri seliak menyalurkan darah beroksigen dan nutrien

menuju hepar. Selanjutnya arteri meninggalkan hepar melalui sinusoid hepar,

vena sentral dan vena hepatik (Frandson, 1986). Hepar memiliki karakteristik

yang khas karena multifungsi kompleks, misalnya ekskresi (metabolit), sekresi

(empedu), penyimpanan (lipid, vitamin A dan B, glikogen), sintesis

(fibrinogen, globulin, albumin, protrombin), fagositosis (benda asing),

detoksikasi, metabolism (protein, hidrat arang, lemak, hemoglobin, obat) dan

hemopoesis (Dellman et al, 1992).

3. Pra Analitik

Alat:

1. Telenan

2. Pinset

3. Cutter

4. Tissue cassete

5. Beaker glass
6. Batang pengaduk

7. Hot plate

8. Mould

9. Stopwatch

Bahan:

1. Alcohol fine fix

2. Alcohol 96%

3. Alcohol absolut

4. Xylene

5. Wax paraffin

6. Sampel: hati ayam

4. Analitik

- Mengawetkan jaringan

Cara melakukan pengawetan jaringan ada 2 macam, yaitu supravital/intravital


ataumerendam dalam larutan pengawet. Merendam dalam larutan pengawet
adalah yang palingsederhana dan sering dilakukan.Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam fiksasi jaringan histologi adalah:
1. Tebal irisan.
2. Volume larutan pengawet.
3. Jenis larutan pengawet.
Jenis-jenis cairan fiksasi yang digunakan:
 FORMALIN
 MULLER
 BOUIN
 CARNOY
 ZENKER FORMAL (CAIRAN HELLY)
 ETANOL
 ASAM ASETAT-ALKOHOL-FORMALIN (TELLYESNICZKY)
- Pemrosesan jaringan

Setelah jaringan diawetkan, jaringan harus diproses menjadi bentuk yang dapat
diiris dengan mikrotom. Biasanya pengirisan dikerjakan dengan parafin
(suatu jenis lilin). Langkah utama pemrosesan jaringan adalah dehidrasi dan
pembeningan. Jaringan tertentu memiliki struktur yang berbeda dengan
kebanyakan jaringan lainnya. Jaringan yang mengandung kalsium (tulang) atau
jaringan yang keras (kulit) akan menjalani proses tertentu sebelum proses
dehidrasi.

- Dehidrasi

Dehidrasi adalah proses pengeluaran air dari jaringan agar jaringan tersebut
dapatdiisi oleh parafin sehingga jaringan dapat diiris tipis. Cairan dehidrasi
(dehidran)
dapat berupa alkohol dengan kadar yang meningkat, metanol, sukrosa, dan aseton
Alkohol danaseton adalah yang paling sering digunakan.
 Alkohol: Alkohol 70%, 80%, 90%, masing-masing 1 hari; alkohol 95% 2
hari (2xganti); alkohol 100 % 2 hari (2x ganti).
 Aseton: 3 x 20 menit
- Pembeningan (clearing)
Clearing adalah upaya untuk mengeluarkan zat penarik air (dehidran)
danmenggantinya dengan bahan kimia yang dapat bercampur dengan dehidran
maupun parafin.Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai clearing agent
yaitu kloroform, benzena (benzol),xylena (xylol), cedar wood oil benzyl benzoate
atau methyl benzoate.
Xylol adalah bahan yang sering digunakan sebagai clearing agent
Meskikarsinogenik, bahan ini memberikan waktu clearing yang cepat yakni sekitar
½ - 1 jam.Pembeningan dilakukan dengan merendam jaringan dalam xylol 2 kali
15 menit hingga jaringan menjadi bening dan transparan. Pada organ yang banyak
mengandung darah, organakan tampak menghitam. Volume xylol adalah 20 kali
volume jaringan. Setelah bening, jaringan dimasukkan ke dalam parafin cair
panas dalam oven paraffin.
- Pembenaman (embedding)
Impregnasi adalah proses pengeluaran clearing agent dari jaringan
danmenggantikannya dengan parafin. Ada banyak jenis parafin yang digunakan
untuk pembenaman. Parafin tersebut dapat berbeda dalam hal titik cair (melting
point), untuk beragam kekerasan dan cara pemotongan. Untuk tujuan rutin, yang
digunakan adalah parafinyang mencair pada suhu 56 – 59o C. Pembenaman
dilakukan dengan merendam jaringandalam parafin cair di oven bersuhu 60 o C
selama 3 x 1 jam.Hal yang perlu diperhatikan adalah clearing agent yang tersisa
dapat mengkristaldalam jaringan sehingga saat dipotong dengan mikrotom,
jaringan akan robek
- Pengecoran (blocking)
Pengecoran adalah proses pembuatan blok parafin agar dapat dipotong
denganmikrotom. Agar mudah diiris, jaringan dibentuk dan dikeraskan dengan
parafin. Alat pencetak dapat berupa besi berbentuk L (Leuckhart), atau cetakan
(mold) .Tuangkan parafin secukupnya pada cetakan dan letakkan jaringan pada
dasar cetakansesuai dengan keinginan saat jaringan diiris. Hindarkan
terbentuknya gelembung udara (airubble). Berilah label identitas jaringan.
- Mengiris blok paraffin
Sectionin adalah pengirisan blok parafin dengan mikrotom. Untuk merekatkan
irisan,harus dipersiapkan perekat pada kaca benda. Zat perekat dapat berupa
albumin dari putihtelur. Perekat ini dibuat dengan menambahkan 50 ml albumin
dengan 50 ml gliserin, laludiaduk dan ditambahkan sedikit timol. Simpan dalam 4
o C (refrigerator). Coated slides dapat dipergunakan segera.
- Pewarnaan Haematoxylin dan Eosin
Untuk menganalisis struktur jaringan yang telah diiris, preparat harus
diwarnai.Pewarnaan rutin yang sering dikerjakan adalah haematoxylin-eosin
(HE). Haematoxylin akan mewarnai nukleus sedangkan eosin mewarnai
sitoplasma.
Mewarnai preparate:
1. Deparafinisasi dengan xylol (2 x 2 menit);
2. Hidrasi dengan alkohol 100% (2x2 menit) – 95% (2 menit) – 90% (2 menit) –
80% (2 menit) – 70% (2 menit) – air kran (3 menit);
3. Inkubasi dalam larutan haematoxylinbMayer selama beberapa menit;
4. Cuci dalam air kran mengalir selama 15-20 menit;
5. Observasi di bawah mikroskop, bila masih terlalu biru cuci lagi di air
mengalirselama beberapa menit. Bila sudah cukup warnanya, lanjutkan
dengan tahapselanjutnya;
6. Counterstaining dengan eosin working solution selama beberapa menit.
Lamainkubasi bergantung pada umur eosin dan kedalaman warna yang
diinginkan.
7. Dehidrasi dalam serial alkohol dengan gradasi meningkat perlahan mulai
70%hingga 100% masing-masing selama 2 menit.
8. Inkubasi dalam xylol 2x2 menit.
9. Tutup (mounting) dengan entellan balsam Kanada dan cover glass
10. Beri label pada sajian tersebut dan biarkan hingga entelan mengering

5. Pasca analitik

Hasil

 Nukleus berwarna biru.


 Sitoplasma berwarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna padakomponen
tertentu.

6. Pembahasan

Organ atau jaringan yang akan dibuat terlebih dahulu harus melewati proses fiksasi. Proses
fiksasi dilakukan dengan cara merendam organ atau jaringan didalam larutan fiksatif. Salah
satu larutan fiksatif yang bisa digunakan adalah formalin. Organ
atau jaringan direndam dalam larutan formaldehid selama 24 jam. Pada praktikum proses ini
tidak dilakukan. Sudah disediakan organ yang sudah difiksasi.

Setelah proses fiksasi, dilakukan pemotongan jaringan. Yaitu bagian mana dari organ yang
ingin dianalisa, dipotong sesuai penampang yang diinginkan. Pada praktikum jaringan yang
dipotong adalah hepar ayam.

Tahap selanjutnya adalah Dehidrasi. Tujuan proses dehidrasi ini untukmenghilangkan air yang
terdapat didalam sel. Dilakukan dengan menggunakanalkohol dari konsentrasi yang rendah ke
konsentrasi yang tinggi. Jaringan direndamdi dalam alkohol 70% selama 1 jam, kemudian
dipindahkan lagi ke alkohol 70 %selama 1 jam sampai sebanyak 3 kali. Hal yang sama
dilakukan pada alkohol 80 %dan alkohol 100%.

Jaringan tersebut kemudian direndam ke dalam larutan xylol. Tahap ini disebut Clearing yang
bertujuan untuk menjernihkan preparat, sehingga tampak lebihtransparan. Dilakukan
peremdaman di larutan xylol selama 15-20 menit sebanyak 2kali pada larutan dan konsentrasi
yang sama.

Tahap berikutnya Impregnasi yaitu proses pengeluaran cairan pembening (xylol)dari dalam sel
dan menggantikannya dengan parafin. Hal ini dilakukan agar mudahdalam pemotongan
dengan menggunakan mikrotom. Jaringan yang sudah melewatitahap clearing kemudian
direndam kedalam parafin yang sudah dicairkan dalamsuhu 56o C. Direndam didalam 3 wadah
yang berisi parafin cair, dimana padasetiap wadah dilakukan perendaman masing-masing 1
jam. Seluruh proses tersebutdiatas dilakukan di dalalam oven dengan suhu 56o C.

Jaringan kemudian ditanam didalam block parafin dan diletakkan sesuai dengan proyeksi yang
diinginkan. Kemudian dibiarkan selam 24 jam.

Block parafin yang sudah mengeras kemudian dipotong dengan menggunakan mikrotom
dengan ukuran 5-7 µm.

Setelah itu slice yang sudah terpotong direndam didalam water bath dengan suhu40-50o C.
Slice tersebut diambil dari waterbath dengan menggunkan objek glass yang telahdioleskan
albumin secara tegak lurus terhadap permukaan air. Albumin berfungsiuntuk melekatkan
slice ke objek glass.

Preparat yang tersebut direndam ke dalam xylol selama 5 menit dan dilakukansebanyak 2
kali. Gunanya untuk menghilangkan paraffin.

Preparat dicuci dengan alkohol, mulai dari konsentrasi yang paling tinggi kekonsentrasi yang
rendah. Masing-masing dilakukan sebanyak dua kali.

Dilakukan pewarnaan dengan hematoksilin selama 5 menit kemudian cuci dibawahair


mengalir.

Pewarnaan berikutnya dengan menggunakan eosin selama 3 menit dan kemudiancuci dibawah
air mengalir.

Setelah pewarnaan preparat dicuci lagi dengan menggunkan alkohol, ,mulai darialkohol
berkonsentrasi rendah ke alkohol berkonsentrasi tinggi. Dilakukan masing-masing 2kali.

Keringkan preparat, kemudian berikan balsem di atasnya kemudian tutup dengan deck glass.

Letakkan label pada objek glass untuk penamaan.

Lihat dibawah mikroskop, mulai dari pembesaran terendah.

7. Kesimpulan

 Nukleus berwarna biru.


 Sitoplasma berwarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna padakomponen
tertentu.
Daftar Pustaka
KH. 82-16 Aul g-min (1)[1].pdf
Nona Rafika Wahyuni - Proses Pematangan Pada Hati Ayam | PDF (scribd.com)

Anda mungkin juga menyukai