Anda di halaman 1dari 9

FOKUS PERTANYAAN Apa yang ingin Anda amati pada praktikum uji urin?

Apa sajakah kandungan dalam urin? Apa yang membedakan urin normal dan abnormal?

TEORI Nilai dasar: Mengapa Anda ingin memecahkan masalah ini? Karena ingin mengetahui kandungan urin dan perbedaan urin normal dan abnormal. Teori dasar: Apa yang Anda ketahui tentang masalah sebelumnya? 1. Proses pembentukan urin (proses yang terjadi dan molekul yang diproses). 2. Komposisi dan karakteristik urin. 3. Jenis kelainan penyakit yang dideteksi dari karakteristik dan kandungan zat dalam urin. PRINSIP Metode apa yang akan Anda gunakan untuk memecahkan masalah tersebut? 1. pH dapat dikenali dengan menggunakan kertas lakmus. 2. Bau amonia dapat dikenali dengan memanaskan urin. 3. Kandungan klor dapat dikenali dengan menambahkan larutan AgNO3 5% sebanyak 5 tetes. 4. Kandungan glukosa dapat dikenali dengan menambahkan larutan Benedict sebanyak 5 tetes kemudian memanaskan urin. 5. Kandungan protein dapat dikenali dengan menambahkan larutan Biuret sebanyak 5 tetes. KONSEP Apa konsep yang paling penting dalam pengetahuan sebelumnya? 1. Kandungan dalam urin yang sehat/normal adalah air, garam, urea, amoniak, dan asam urat. 2. Jika mengandung glukosa ada indikasi penyakit diabetes mellitus. 3. Jika mengandung protein ada indikasi penyakit albuminuria. 4. Jika mengandung klor maka indikasi penyakit batu ginjal.

PERISTIWA DAN/ATAU OBJEK IMPLEMENTASI Kegiatan apa yang harus Anda lakukan untuk menjawab fokus pertanyaan diatas? 1. Mengukur pH urin dengan mencelupkan kertas lakmus. 2. Mengenali bau amonia pada urin dengan men. 3. Mengidentifikasi kandungan klor pada urin. 4. Mengidentifikasi kandungan glukosa pada urin. 5. Mengidentifikasi kandungan protein pada urin.

REKAMAN/ CATATAN Buatlah analisis dari hasil praktikum uji urin yang telah Anda lakukan! 1. Terjadi perubahan warna pada urin sebelum dan sesudah percobaan uji amoniak, klor, dan glukosa. 2. Ditemukan/tidak ditemukan endapan pada hasil percobaan.

TRANSFORMASI Tuliskan data hasil praktikum uji urin yang telah Anda peroleh pada tabel dibawah ini! Uji pH Amon iak Klor Gluko sa Protei n Dimasukkan / Ditetesi Dimasukkan kertas lakmus Ditetesi AgNO3 Ditetesi Benedict Ditetesi Biuret Dipanas kan Perubahan yang Terjadi

KLAIM PENGETAHUAN Apa yang dapat Anda simpulkan dari hasil praktikum uji urin untuk menjawab fokus pertanyaan? 1. Urin sehat/ normal memiliki pH antara 4,7-8,0. 2. Berwarna sedikit kuning (disebabkan urobilinogen) dan bening. 3. Berbau tajam. 4. Tidak ada endapan.

H. Kajian Materi Sistem Ekskresi pada Manusia Setiap makhluk hidup selalu menghasilkan sampah hasil metabolisme yang harus dibuang atau dikeluarkan. Bahan sisa metabolisme yang tidak dipakai oleh tubuh organisme akan dikeluarkan ke lingkungan sekitar. Sistem ekskresi merupakan sistem organ yang mengatur pengeluaran zat sampah hasil metabolisme di dalam tubuh hewan dan manusia. 1. Sistem Urinaria Sistem urinaria merupakan salah satu bagian dari sistem ekskresi. Sistem urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria pada manusia terdiri dari dua ginjal, dua ureter, satu kandung kemih, dan satu uretra. Fungsi utama sistem urinaria adalah memproduksi urin yang dihasilkan oleh organ ginjal. 2. Susunan Sistem Urinaria a. Ginjal 1) Kedudukan Ginjal Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama di daerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak, dibelakang peritorium, dan melekat langsung pada dinding abdomen (Price & Wilson, 2005). Kedudukan ginjal kanan 2 cm lebih rendah dan lebih kecil dari pada ginjal kiri, karena hati menempati ruang sebelah kanan (Tortora, 1992). 2) Bentuk Ginjal Ginjal memiliki bentuk seperti biji kacang. Jumlahnya ada dua buah yaitu kiri dan kanan, ginjal kiri memiliki ukuran lebih besar dari ginjal kanan. Pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal wanita. Ukuran ginjal orang dewasa beratnya mencapai 150 gram, panjang 12 cm, lebar 6 cm, dan tebalnya 3 cm (Wilson, 1979). 3) Struktur Ginjal Ginjal diliputi oleh kapsul tipis yaitu kapsula renalis yang tersusun dari jaringan fibrosa berwarna ungu tua. Jaringan ini adalah jaringan penyambung padat berfungsi untuk melindungi dan mencegah infeksi dari lingkungan sekitar. Ginjal terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang disebut korteks dan lapisan dalam yang disebut medula. Lapisan korteks memiliki warna merah coklat, tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang merupakan unit struktural dan fungsional ginjal. Korteks terletak di dalam di antara piramida-piramida medula yang bersebelahan membentuk kolumna ginjal. Korteks terdiri dari tubulus-tubulus pengumpul yang mengalir ke dalam duktus pengumpul. Lapisan medula tampak bergaris-garis dan terdiri dari massa-massa triangular yang disebut piramida ginjal (renal pyramid). Ujung dari tiap piramida (papilla) yang sempit, masuk dalam kaliks minor dan ditembus oleh mulut duktus pengumpul urin. Tiaptiap piramid dilapisi oleh kolumna renalis dan berjumlah 15-16 buah. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling berlekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya. Bila ginjal diiris memanjang, maka akan tampak dari luar ke dalam ginjal tersusun dari kulit ginjal (korteks), sumsum ginjal (medula), dan rongga ginjal (pelvis renalis). Struktur ginjal manusia dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Struktur Ginjal Manusia (Sumber: http://www.as.miami.edu) Unit teikecil dari ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari badan malpighi atau korpus renalis, tubulus proksimal, lengkung Henle, tubulus distal, dan tubulus koligentus. Setiap korpus renal bergaris tengah kira-kira 200 m dan terdiri atas seberkas kapiler glomerulus yang dikelilingi oleh kapsula Bowman (Junqueira & Carneiro, 1997). Glomerulus adalah suatu jaringan epitelio-vaskuler yang dirancang untuk filtrasi ultra dari plasma, berasal dari cabang arteri renalis yang disebut arteriol renalis aferen dan berakhir di arteriol eferen. Arteriol eferen akan membawa darah keluar dari glomerulus, kemudian membelit pada tubulus renalis dan lengkung Henle yang ujungnya akan membentuk kapiler peritubular, sedangkan kapsula Bowman merupakan permulaan dari tubulus proksimal. Glomerulus secara keseluruhan tertutup oleh kapsula Bowman yang berbentuk mangkok dan dilapisi oleh sel epitel parietal. Kapiler glomerulus dilapisi oleh lapisan endotelium, berlubang pori-pori dengan diameter kurang lebih 100 nm dan lerletak pada bagian dalam membrana basalis, sedangkan pada bagian luar membrana basalis merupakan sel epitel viseral (podosit) (Robbins & Kumar, 1995). Diperkirakan terdapat sepuluh juta nefron yang dapat menyaring darah sebanyak 170 liter selama 24 jam. Struktur nefron dapat dilihat pada gambar 2.5 di bawah ini.

Gambar 2.5 Struktur Nefron (Sumber: http://gagalginjalkronik.blogspot.com/2012/12/bagian-ginjal-danfungsinya.html ) Pada kutub urinarius dari korpuskulus renal, epitel gepeng dari lapisan parietal kapsula Bowman berhubungan langsung dengan epitel silindris dari tubulus kontortus proksimal. Tubulus ini lebih panjang dari tubulus kontortus distal dan karenanya tampak lebih banyak dekat korpuskulus renal dalam labirin korteks. Tubulus kontortus proksimalis dilapisi oleh epitel selapis kuboid atau silindris. Sel-sel epitel ini memiliki sitoplasma asidofilik yang disebabkan oleh adanya mitokondria panjang dalam jumlah besar. Apek sel memiliki banyak mikrovili dengan panjang kira-kira 1 m, membentuk

suatu brushborder yang menambah luas permukaan penyerapan (Junqueira & Carneiro, 1997). Ukuran sel yang besar menyebabkan setiap potongan melintang tubulus kontortus proksimalis mengandung hanya 3 sampai 5 inti bulat dan biasanya terletak pada pusat sel (Junqueira & Carneiro, 1997). Tubulus kontortus proksimal manusia panjangnya 15 mm dengan diameter 55 m. Tubulus kontortus proksimalis berlanjut sebagai lengkung Henle. Lengkung Henle adalah struktur berbentuk U yang terdiri atas ruas tebal desenden dengan struktur yang sangat mirip tubulus kontortus proksimalis, ruas tipis desenden, ruas tipis asenden, dan ruas tebal asenden yang strukturnya sangat mirip tubulus kontortus distal. Di medula bagian luar, ruas tebal desenden dengan garis tengah luar sekitar 60 m, secara mendadak menipis sampai sekitar 12 m dan berlanjut sebagai ruas tipis desenden. Lumen ruas nefron ini lebar karena dindingnya terdiri atas sel epitel gepeng yang intinya hanya sedikit menonjol ke dalam (Junqueira & Carneiro, 1997). Tubulus kontortus distalis merupakan bagian akhir dari nefron. Tubulus ini dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Lumen tubulus distal lebih besar karena sel-sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih kecil dari yang ada di tubulus proksimalis, maka tampak lebih banyak sel dan inti pada dinding tubulus distal (Junqueira & Carneiro, 1997). 4) Fungsi Ginjal a) Mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogen, misalnya amonia. b) Mengekskresikan zat-zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat-obatan, bakteri dan zat warna). c) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi. d) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa. b. Ureter Ureter terdiri dari 2 saluran pipa yang masingmasing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesica urinaria), panjangnya 25-30 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke kandung kemih. Fungsi ureter adalah untuk menyalurkan urin ke vesica urinaria. c. Vasica Urinaria (Kandung Kemih) Vesica urinaria merupakan kantong berotot yang dapat mengempis, terletak dibelakang simfisis pubis. Fungsi vesica urinaria: (1) sebagai tempat penyimpanan urine, dan (2) mendorong urin keluar dari tubuh. Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesica umbikalis medius. d. Uretra Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. 3. Urin Urin pada dasamya adalah air dan zat terlarut. Diantara zat terlarut yang diekskresikan dalam urin adalah kelebihan ion, obat-obatan, vitamin, bahan kimia beracun, dan produk

limbah yang dihasilkan oleh hati atau dengan metabolisme sel. Beberapa zat, seperti air dan natrium klorida, dikeluarkan untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh dan tingkat garam. Hanya zat terlarut utama tidak diekskresikan oleh ginjal dalam keadaan normal, yaitu (karbohidrat, lemak, dan protein) (Johnson, 2008). a. Tahap-tahap pembentukan urin Susunan kimia lingkungan internal diatur oleh ginjal dengan proses-proses yang kompleks yang terdiri dari filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi (sekresi) kemudian diteruskan ke duktus pengumpul. 1) Filtrasi (penyaringan) Filtrasi terjadi ketika tekanan darah memaksa air, urea dan zat terlarut kecil lainnya dari darah dalam glomerulus masuk dalam lumen kapsula Bowman. Kapiler berpori, bersama-sama dengan sel khusus yang disebut sebagai podosit, yang berfungsi sebagai filter pada dinding glomerulus, karena bersifat permeabel terhadap air dan zat terlarut kecil namun tidak permeabel terhadap sel darah dan molekul yang lebih besar seperti protein plasma. Filtrasi bersifat non-selektif terhadap molekul kecil setiap zat yang cukup kecil dapat dipaksa lolos melewati dinding kapiler dan antara sel-sel podosit oleh tekanan darah, sehingga dapat memasuki lumen tubula nefron. Filtrat dalam kapsula Bowman mengandung zat terlarut seperti garam, glukosa, vitamin, limbah bernitrogen seperti urea, dan molekul-molekul kecil lainnya. Filtrat ini merupakan suatu campuran yang merupakan cerminan konsentrasi zat-zat dan osmolaritas plasma darah (Campbell, 2004). 2) Reabsorpsi (penyerapan kembali) Tubula proksimal dan tubula distal serta lengkung Henle semuanya memberikan konstribusi terhadap reabsorbsi, seperti halnya duktus pengumpul. Hampir semua gula, vitamin, dan zat makanan organik lainnya akan diserap kembali. Sebagian besar air filtrat itu juga diserap kembali dalam ginjal mamalia dan burung. Reabsorbsi dan sekresi selektif bersama-sama mengontrol konsentrasi berbagai garam dalam cairan tubuh. Fungsi kunci nefron dan duktus pengumpul memodifikasi komposisi filtrat, yang meningkatkan konsentrasi beberapa zat dan menurunkan konsentrasi bahan lain dalam urin yang akhirnya diekresikan (Campbell, 2004). 3) Augmentasi (sekresi) Tubula proksimal dan distal adalah tempat sekresi yang paling umum. Sekresi merupakan suatu proses yang sangat selektif yang melibatkan transpor aktif dan transpor pasif. Sebagai contoh, sekresi terkontrol ion hidrogen dari cairan interstisial ke dalam tubula nefron penting dalam mempertahankan pH yang konstan bagi cairan tubuh (Campbell, 2004). Urin sekunder dari tubulus distal akan turun menuju tubulus koligentus. Dalam tubulus koligentus, ion natrium direabsorpsi secara aktif dari filtrat, sedangkan ion Klor mengikutinya dengan cara pasif. Pada tubulus koligentus juga terjadi proses penyerapan urea secara pasif. Dari tubulus koligentus, urin dibawa ke pelvis renalis melalui ureter menuju vesika urinaria yang merupakan tempat penyimpanan urin sementara (Setiadi, 2007). b. Mekanisme pembentukan urin Setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung 500 cc plasma mengalir melalui semua glomeroli dan sekitar 100 cc atau 10% dari glukosa dan benda-benda halus lainnya disaring dalam kapsula Bowman. Sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat

menembus pori-pori saringan sehingga akan tetap tinggal dalam aliran darah. Filtrat glomerolus atau urin primer ini kemudian mengalir melalui tubulus proksimal untuk menyerap ion bikarbonat dan semua bahan yang diperlukan tubuh, sedangkan yang tidak diperlukan akan tetap tinggal dalam cairan tersebut. Kemudian cairan akan dibawa terus melalui lengkung Henle dengan cara mentransfer natrium dalam jumlah relatif kecil. Air yang hilang dalam pembuluh desenden diperoleh kembali di pembuluh asenden dan akan dikeluarkan kembali di pembuluh desenden.

Gambar 2.6. Nefron dan Proses Pembentukan Urin pada Manusia (Sumber: Campbell, 2004) c. Komposisi urin Urin merupakan zat buangan hasil metabolisme. Zat yang terkandung di dalam urin antara lain sebagai berikut: Tabel 2.1 Komposisi zat yang terkandung dalam urin Komponen Plasma Urin % Darah% Air 90-91 95-96 Protein 8.0 0 Glukosa 0.1 0 NaCl dan garam lain 0.75 1.5 Zat-zat buangan antara lain: Urea 0.03 2.0 Asam urat 0.004 0.05 Kreatinin 0.001 0.075 (Sumber: Johnson, 2008) d. Sifat-sifat urin Jumlah urin yang dikeluarkan dalam 24 jam 1.500 cc, tergantung dari masuknya cairan dalam tubuh dan faktor lainnya. Urin pada dasarnya berwarna bening kekuningkuningan atau oranye terang tanpa ada endapan, warna urin dapat menjadi oranye gelap bila dalam keadaan seperti terapi obat-obatan tertentu dan bila urin berwarna merah, kuning, coklat maka dapat diindikasi adanya penyakit, selain itu bila urin dibiarkan lama warnanya akan menjadi keruh. Urin berbau khas dan tajam, namun bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amonia karena amonium yang terkandung di dalam urin akan diubah oleh bakteri menjadi amonia yang bersifat alkalis. Urin memiliki reaksi sedikit asam dengan pH antara 4,8-7,4 (Syamsudin, 2013). e. Unsur-unsur Abnormal Urin sebagai Indikasi Kelainan Penyakit pada Sistem Urinaria 1) pH pH adalah derajat keasaman air seni, pH urin pada orang normal adalah 4,8-7,4., pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Beberapa

keadaan bisa menyebabkan pH urin menjadi basa, misalnya: diet vegetarian, setelah makan, muntah-muntah hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas, urin yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urin bisa menjadi rendah atau asam dapat dijumpai pada: diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, dan terapi obatobatan tertentu (Husada, 2011). 2) Amonia Pada urin yang segar/baru biasanya tidak berbau keras/menyengat, tetapi pada urin yang telah lama dikeluarkan dari tubuh, uranium yang terkandung didalamnya akan di ubah menjadi amoniak oleh bakteri yang ada dalam urin, sehingga menimbulkan bau yang keras/menyengat. 3) Klorida Klorida pada urin dihasilkan dari bahan makanan yang dikonsumsi dan memang terkandung klor di dalamnya. Pada tubuh, sesungguhnya tidak selamanya mengandung klor. Saat bahan makanan yang dikonsumsi tidak mengandung klor, maka dalam tubuh pun tidak ada atau sedikit klor. Kandungan klor selain dari urin sendiri, terdapat di bahan makanan yang mengandung garam (NaCl) dan air. 4) Protein Pada keadaan normal tidak ada protein yang terdeteksi pada urin, adanya protein dalam urin disebut proteinuria (albuminuria). Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah: penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosislipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, infeksi saluran kemih. Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urin yang pekat atau stess karena emosi (Healthwise, 2010). 5) Glukosa Pada keadaan normal tidak ada glukosa dalam urin, adanya glukosa dalam urin (disebut glukosuria) menunjukkan adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria hiperglikemia (peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan adalah: diabetes mellitus, sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dan sebagainya) atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, dan sebagainya. Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada: kelainan tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urin atau makan buah-buahan sangat banyak (Healthwise, 2010). f. Uji Kandungan Urin Uji kandungan urin dilakukan dengan uji secara kimiawi yang meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Uji pH dengan Kertas Lakmus Urin normal memiliki kisaran pH 4,8-7,4 sehingga bisa disebut sedikit asam. Hal ini bergantung pada konsumsi, urin lebih asam jika mengkonsumsi banyak protein dan lebih basa jika mengkonsumsi banyak sayuran. Mengetahui pH urin dapat dilakukan dengan mencelupkan kertas lakmus ke dalam urin sesaat dan kemudian ditunggu beberapa saat hingga terlihat perubahan warna pada kertas lakmus. 2) Uji Amonia melalui Bau Urin

Amonia adalah hasil diaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati. Salah satu cara pengeluarannya, dikeluarkan bersama urin. Indikator adanya amonia dalam urin ditandai dengan terciumnya bau khas yakni pesing. Pada dasarnya, urin juga mengandung urea yang bila terhidrolisis akan terurai menjadi asam amonia. CO (NH2)2 + H2O 2NH3 + CO2 Pemanasan urin, akan mempercepat reaksi ini. Walaupun tidak dipanaskan, urea dapat terhidrolisis secara alami. Amonia pada keadaan normal terdapat sedikit dalam urin segar, sedangkan pada penderita diabetes melitus, kandungan amonia dalam urin sangat tinggi. 3) Uji Klorida menggunakan Larutan AgNO3 Klorida merupakan suatu elektrolit yang memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan cairan tubuh. Kelebihan klorida akan dikeluarkan melalui urin. Uji klorida pada urin dapat dilakukan dengan menggunakan larutan AgNO3. Urin yang mengandung klorida akan menghasilkan endapan warna putih setelah ditetesi AgNO3. Masih dapat dikatakan normal apabila endapan yang terbentuk tipis. 4) Uji Protein Menggunakan Larutan Biuret Protein menurut Fisher (1902), protein merupakan senyawa majemuk yang dapat dirombak menjadi molekul-molekul kecil yang disebut asam amino. Protein dapat diketahui dengan metode biuret. Prinsip dari metode ini adalah ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carpette, 2005). Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium hidroksida dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk dua atau lebih ikatan peptida (Harrow, 1954). 5) Uji Glukosa Menggunakan Larutan Benedict Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. Uji benedict menggunakan larutan fehling ataupun benedict yang berfungsi memeriksa kehadiran gula pereduksi dalam suatu cairan. Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4, asam tartat dan basa, akan direduksi gula pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata (Healthwise, 2010).

Anda mungkin juga menyukai