Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Sitohistoteknologi

Pembuatan Preparat Histologi ( Pengolahan Jaringan )

Disusun Oleh :

Nama : Wahyuni Mutmainnah Arif

Nim : A201701054

Kelas : C2

Asisten Dosen : Alesman,Sst

Program Studi D-IV Teknologi Laboratorium Medik

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Stikes Mandala Waluya

Kendari

2020
I. Judul : Pembuatan Preparat Histologi ( Pengolahan
.... . Jaringan )
II. Hari / Tanggal : Sabtu / 13 Juni 2020
III. Metode : Parafinasi Jaringan
IV. Prinsip Kerja : Melakukan penanaman jaringan di dalam blok
parafin untuk menghasilkan preparat jaringan . . . . .
.. hewan ataupun tumbuhan yang tipis.
V. Landasan Teori
Hitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan
secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang
dipotong tipis, salah satu cabang dari ilmu biologi. Histologi juga dapat
disebut sebagai ilmu anatomi mikroskop. Cara pembuatan sediaan
histologi disebut mikroteknik. Mikroteknik secara umum didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari metode pembuatan preparat mikroskopis,
baik preparat mikroskopis dan melakukan mikrometri, serta membahas
manfaat preparat bagi perkembangan keilmuwan dan dukungan terhadap
kehidupan manusia. Sedangkan mikroteknik tumbuhan merupakan teknik
dalam pembuatan preparat mikroskopis tumbuhan. Beberapa metode yang
dikenal dalam pembuatan preparat tumbuhan yaitu metode parafin, metode
squash, metode asetolisis, metode maserasi, dan metode whole mount.
Pada praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode parafin
( maximilian,2011 ).
Metode parafin banyak digunakan karena hampir semua macam
jaringan dapat dipotong dengan baik bila menggunakan metode ini.
Kelebihan metode ini adalah irisan yang dihasilkan jauh lebiih tipis dari
pada menggunakan metode beku atau metode seloidin. Irisan – irisan yang
bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah jika meggunakan metode ini.
Namun metode parafin ini juga memiliki kelemahan yaitu jaringan
menjadi keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan – jarigan yang besar
tidak dapat dikerjakan, bila menggunakan metode ini. Sebagian besar
enzim akan larut dengan metode ini ( Praptomo,2010 ).
Metode parafin ini dilakukan penyelubungan karena jaringan
merupakan bahan yang lunak. Pembuatan sediaan dengan pemotongan
jaringan menggunakan parafin dan mikrotom sebagai alat pemotongnya.
Dilakukan infiltrasi agar parafin yang masuk dapat berfungsi sebagai
penyangga jaringan saat diiris dengan mikrotom, lalu diembedding
( proses penanaman ) yaitu merendam jaringan kedalam parafain cair, dan
parafi akan masuk keseluruh bagian jaringan, proses pemotongan dengan
mikrotom, penempelan pada kaca objek, pewarnaan dengan haematoksilin
( pada umumnya bahan ini yang sering digunakan untuk jaringan hewan )
sedangkan jaringan tumbuhan seringkali menggunakan safranin ataupun
fast green. Setelah diearnai lalu dimouting, diberi perekat entellan, dan
diberi label nama ( Tjiptrosoepomo,2000 ).
Irisan utuh suatu specimen sangat bermanfaat bagi studi
pembelajaran. Dengan adanya preparat utuh maka dapat diamati bagian-
bagian jaringan dan jenis sel yang ada dalam suatu preparat. Dalam
pembuatan preparat utuh diupayakan permanen atau awet agar sewaktu
waktu dapat diamati kembali. Dalam pembuatan preparat hendaknya
dipahami karakteristik tanaman yang akan di ambil sebagai spesimen.
Karakteristik tersebut dapat berdasarkan atas pengelompokan jenis batang,
termasuk herba atau berkayu kemudian dilanjutkan berdasarkan penentuan
tumbuhan tersebut tergolong dalam angiospermai atau gymnospermae dan
selanjutnya tumbuhan itu tergolong dalam tumbuhan dikotil atau
monokotil ( Setjo,2004 ).
Prosedur pembuatan sediaan menggunakan metode parafin pada
umumnya sama baik pada jaringan hewan maupun tumbuhan. Pertama –
tama organ yang akan dijadikan preparat diisolasi terlebih dahulu,
kemudian difiksasi minimal 24 jam. Fiksasi ini bertujuan mengawetkan
semua struktur sel sehingga sedapat mungkit berada dalam keadaan sama
atau hampir sama dengan pada waktu masih hidup. Selanjutnya yaitu
dehidrasi dengan alkohol bertingkat selama 30 menit. Dehidrasi ini
bertujuan untuk menarik air yang masih terdapat dalam jaringan.
Kemudian, diclearing dengan xilol murni juga selama 30 menit yang
berfungsi untuk membersihkan sisa alkohol yang masih terdapat dalam
jaringan untuk digantikan dengan xilol. Selanjutnya diinfiltrasi sebagai
penyangga jaringan saat diiris dengan mikrotom lalu diembedding yaitu
merendam jaringan ke dalam parafin cair, dan parafin akan masuk ke
seluruh bagian jaringan , proses pemotongan dengan mikrotom,
penempelan pada kaca objek, pewarnaan dengan haematoksilin sedangkan
jaringan tumbuhan seringkali menggunakan safranin ataupun fast green.
Setelah diwarnai lalu dimounting, diberi perekat entellan, dan diberi label
nama ( Santoso, 2002 ).
VI. Prosedur Kerja

Jaringan diambil didalam


rendaman formalin
 Diletakkan di talenan lalu dipotong
 Diletakkan kembali di muscle
 Diberi 2 label pada dua muscle
Proses Fiksasi

 Dimasukkan kembali muscle


kedalam botol yang berisi formalin
buffer 10% lalu didiamkan selama
24 jam
 Dipindahkan kedalam botol berisi
alkohol 80% dan didiamkan selama
60 menit
Proses Dehidrasi

 Dipindahkan kebotol alkohol 95%


(I) lalu didiamkan selama 60 menit
 Dipindahkan kebotol alkohol 95%
(II) lalu didiamkan selama 60 menit
 Dipindahkan kebotol alkohol 100%
(I) lalu didiamkan selama 60 menit
 Dipindahkan kebotol alkohol 100%
(II) lalu didiamkan selama 60 menit
 Dipindahkan kebotol alkohol 100%
(III) lalu didiamkan selama 60 menit
 Dipindahkan kebotol alkohol 100%
(IV) lalu didiamkan selama 60 menit

Proses Penjernihan
 Dipindahkan kedalam botol Xylene
(I) lalu didiamkan selama 60 menit
 Dipindahkan kedalam botol Xylene
(II) lalu didiamkan selama 90 menit
Proses Parafinasi

 Parafin dipanaskan didalam


incubator dengan suhu 61°C
 Dipindahkan muscle dari botol
Xylene (I) kedalam botol parafin (I)
lalu didiamkan selama 120 menit
 Dipindahkan ke botol parafin (II)
lalu didiamkan selama 120 menit
 Muscle dikeluarkan dari botol
parafin (II)

Proses Parafinasi
Selesai
VII. Hasil Pengamatan
Hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini hanya sebatas proses
yang telah dilakukan sampai tahap parafinasi, dan langkah selanjutnya
adalah pembuatan blok (embedding) jaringan. Hasilnya adalah sebagai
berikut:
VIII. Pembahasan
Histologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur
jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang
dipotong tiis, dan salah satu dari cabang biologi. Histologi juga dapat
disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis. Dalam mempelajari ilmu
histologi terdapat sediaan atau preparat, yang dalam pembuatannya disebut
mikroteknik. Pembuatan sediaan jaringan tersebut dilakukan melalui
beberapa tahapan seperti fiksasi, pemendaman dan pemotongan kemudian
pemulasan atau pewarnaan. Namun pada praktikum kali ini kami hanya
melakukan sampai tahapan penjernihan jaringan.
Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi
yaitu sel dan matriks eksrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis
molekul, seperti serabut dan membrane basal. Fungsi matriks ekstrasel ini
adalah sebagai penunjang mekanis bagi sel-sel, mengangkut nutrient ke
sel-sel, dan membawa katabolit dan produk sekresi. Walaupun
menghasilkan matriks ekstrasel, sel tersebut dipengaruhi dan kadang diatur
oleh molekul-molekul matriks. Sehingga terdapat semacam interaksi
intensif antara sel-sel dan matriks. Ukuran sel dan matriksnya yang kecil
menyebabkan histologi bergantung pada penggunaan mikroskop.
Kemajuan dibidang kimia, biologi molekuler, fisiologi, imunologi dan
patologi serta interaksi diantara bidang-bidang tersebut sangan penting
untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik dibanding biologi
jaringan. Pembiasaan dengan alat dan metode setiap cabang ilmu sangat
penting untuk memahami topic pembelajaran dengan baik.
Dalam pembuatan prepaat histologi metode yang digunakan adalah
metode parafinasi jaringan. Parafinasi jaringan merupakan perendaman
jaringan pada parafin I dan II masing – masing selama 1 jam, tahap awal
yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah jaringan yang akan diuji
dikeluarkan dari botol yang berisi formalin lalu diletakkan ditalenan untuk
dipotong menggunakan scalpet dan pincet. Setelah jaringan dipotong,
jaringan dimasukkan kedalam kaset plastik lalu diberi label pada kedua
kaset plastik yang didalamnya berisi jaringan yang telah dipotong. Setelah
itu kaset dimasukkan kembali kedalam botol yang berisi formalin buffer
100% ( proses fiksasi ) dan didiamkan semalam, setelah semalam
perendaman kaset dipindahkan kedalam botol yang berisi alkohol 80% dan
didiamkan selama 60 menit. Proses fiksasi berfungsi untuk menghindari
jaringan pencernaan oleh enzim didalam sel atau oleh bateri dan untuk
mempertahan kan struktur dan komponen molekul. Setelah proses fiksasi
selesai langkah selanjutnya adalah ke tahap dehidrasi.
Jaringan yang ada didalam botol yang berisi alkohol 80%
dikeluarkan lalu dimasukkan kedalam botol yang berisi alkohol 95% dan
didiamkan selama 60 menit, setelah 60 menit jaringan dipindahkan lagi
kedalam botol alkohol 95% selama 60 menit dibotol yang berbeda. Setelah
perendaman menggunakan alkohol 95% selanjutnya jaringan dipindahkan
ke botol yang berisi alkohol 100% selama 60 menit, dan perendaman ini
diulang sebanyak empat kali dengan waktu perendaman yang sama. Proses
dehidrasi ini bertujuan untuk menarik air didalam jaringan dengan alkohol.
Proses selanjutnya kaset dipindahkan dari botol yang berisi alkohol
100% ke botol yang berisi xylene lalu didiamkan selama 60 menit, setelah
itu kaset diangkat dan dimasukkan lagi kedalam botol yang berisi xylene
dan direndam selama 90 menit. Proses ini bertujuan untuk menjernihkan
jaringan dari enzim didalam sel dengan menggunakan xylol. Xylol
bereaksi sangat cepat sehingga jaringan terdehidrasi yang berukuran kecil
menjadi jernih dalam waktu 1-2 jam. Hal ini sangat bermanfaat karena
Jaringan menjadi jelas dan jernih sebab alkohol digantikan oleh xylol.
Proses berikutnya adalah proses parafin yang dimana parafin
dipanaskan terlebih dahulu didalam incubator pada suhu 61°C. Setelah
parafin selesai dipanaskan, kaset dipindahkan dari xylene ke parafin dan
didiamkan selama 120 menit, setelah beberapa menit perendaman jaringan
dipindahkan lagi ke parafin yang lain lalu didiamkan lagi selama 120
menit, setelah perendaman kaset dikeluarkan dari parafin. Pada tahap demi
tahap yang dilakukan pada setiap proses dilakukan perendaman sebanyak
2 atau 4 kali, yang dimana proses perendaman yang dilakukan secara
berulang tentunya memiliki tujuan tertentu. Tujuan perendaman yang
dilakukan berulang adalah agar jaringan semakin jernih dan memudahkan
pada saat pemeriksaan menggunakan mikroskop.
Pada praktikum kali ini hanya sampai pada tahap parafinasi, dan
langkah selanjutnya adalah pembuatan blok (embedding) jaringan yang
akan dilanjutkan pada praktikum selanjutnya.
IX. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh pada praktikum kali ini adalah
pembuatan preparat histologi menggunakan metode pemeriksaan
parafinasi jaringan. Pengolahan jaringan dilakukan dengan 4 tahap yaitu,
fiksasi, dehidrasi, penjernihan, dan parafinasi. Pada tahap demi tahap yang
dilakukan pada setiap proses dilakukan perendaman sebanyak 2 atau 4
kali, yang dimana proses perendaman yang dilakukan agar jaringan
semakin jernih dan memudahkan pada saat pemeriksaan menggunakan
mikroskop.

2. Saran
Pada praktikum kali ini berjalan dengan mudah
Daftar pustaka

Syaifuddin, Ahmad. 2013 . Pembuatan Preparat Histologi . IDI . Jakarta

Setjo . 2004 . Anatomi Tumbuhan . Universitas Negeri Malang . Malang

https://asliahalya.blogspot.com/2013/05/pembuatan-preparat-dengan-metode-
parafin.html?m=i

Anda mungkin juga menyukai