Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMOTONGAN JARINGAN DENGAN MIKROTOM


DAN PEWARNAAN HAEMATOXYLIN EOSIN

Nama : Annisa Shafa Ar


NIM : 2111304089
Gol./Kelompok : B3
Instruktur : Satya Ulan Mahardika, S.Tr.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI


LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2022
A. Tujuan
Pada praktikum yang dilakukan diharapkan mahasiswa mampu melakukan
pemotongan jaringan dengan mikrotom dan mahasiswa mampu melakukan
pewarnaan Haematoxylin dan Eosin pada jaringan.
B. Dasar Teori
Histologi adalah ilmu tentang jaringan tubuh dan cara jaringan ini menyusun
organ-organ. Akar kata Yunani histo dapat diterjemahkan sebagai 'jaringan' atau
'jaring' karena kebanyakan jaringan merupakan jaring filamen dan serat yang saling
terjalin, baik selular mauPun non-selular, dengan lapisan membranosa.
Histologi mencakup semua aspek biologi jaringan, yang berfokus pada
mekanisme susunan dan struktur sel dalam mengoptimalkan fungsi yang spesifik
untuk setiap or8an. jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi:
sel dan matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan
kebanyakan di antaranya sangat rumit dan membentuk struktur kompleks, seperti
serabut kolagen dan membran basal.
Fungsi utama yang dulu dikatakan sebagai fungsi matriks ekstrasel adaiah
sebagai penunjang mekanis bagi sel-sel, mengangkut nutrien ke selsel, dan membawa
katabolit dan produk sekresi. Kita kini mengetahui bahwa, meskipun menghasilkan
matriks ekstrasel, sel tersebut dipengaruhi dan terkadang diatur oleh molekulmolekul
matriks. Jadi, terdapat semacam interaksi intensif antara sel-sel dan matriks, dengan
sejumlah komponen matriks yang dikenali oleh dan tertambat pada reseptor-reseptor
di permukaan sel. Kebanyakan reseptor tersebut adalah molekul yang melewati
membran sel dan berhubungan dengan komponen struktural di dalam sitoplasma.
Jadi, sel dan matriks ekstrasel membentuk semacam kesatuan yang berfungsi dan
bereaksi terhadap rangsangan dan inhibisi secara bersamasama.
Setiap jaringan fundamental tersebut dibentuk oleh beberapa jenis sel dan secara
khas oleh asosiasi sel dan matriks ekstrasel yang spesifik. Asosiasi yang khas ini
mempermudah pengenalan sejumlah besar subtipe jaringan oleh mahasiswa'
Kebanyakan organ dibentuk oleh kombinasi beberapa jenis jaringary kecuali susunan
saraf pusat, yang hampir seluruhnya terdiri atas jaringan saraf.
Kombinasi yang tepat dari jaringanjaringan tersebut memungkinkan
berfungsinya setiap organ dan organisme secara keseluruhan. Ukuran sel dan
matriksnya yang kecil menyebabkan histologi bergantung pada penggunaan
mikroskop. Kemajuan di bidang kimia, biologi molekular, fisioiogi, imunologi dan
patologi-dan interaksi di antara bidang-bidang tersebutpenting untuk memperoleh
pengetahuan yang lebih baik tentang biologi jaringan. Pembiasaan dengan alat dan
metode setiap cabang ilmu penting untuk memahami topik pembelajaran dengan
baik. Pembuatan preparat histologi yang baik dan tepat dapat digunakan untuk
menunjang diagnosa penyakit (infeksi, peradangan, kanker) dan mengidentifikasi
perubahan fungsi fisiologis tanpa tanda-tanda klinis. Teknik pembuatan preparat
histologi yang disebut histoteknik dimulai dengan koleksi jaringan yang kemudian
diproses sehingga menghasilkan preparat yang siap untuk diidentifikasi.
Cara pembuatan sediaan histologis. Pembuatan sediaan dari suatu jaringan
dimulai dengan operasi, biopsi, atau autopsi. Jaringan yang sudah diambil dilakukan
fiksasi yang akan menjaga supaya sediaan tidak akan rusak (bergeser posisinya,
membusuk, atau rusak). Fiksasi yang paling umum digunakan untuk jaringan
merupakan formalin (10% formaldehida yang dilarutkan dalam air). Larutan Bouin
juga bisa digunakan sebagai larutan alternatif meskipun hasilnya tidak akan sebaik
formalin karena akan meninggalkan kesan warna kuning dan artefak. Artefak
merupakan benda yang tidak terdapat pada jaringan asli, namun tampak pada hasil
sediaan. Artefak ini terbentuk karena kurang sempurnanya pembuatan sediaan.
Pembuatan preparat histologi yang baik dan tepat dapat digunakan untuk
menunjang diagnosa penyakit (infeksi, peradangan, kanker) dan mengidentifikasi
perubahan fungsi fisiologis tanpa tanda-tanda klinis. Teknik pembuatan preparat
histologi yang disebut histoteknik dimulai dengan koleksi jaringan yang kemudian
diproses sehingga menghasilkan preparat yang siap untuk diidentifikasi.. Faktor yang
mempengaruhi preparat histologi terdapat jaringan yang melipat, potongan tidak
merata, pewarnaan tidak merata, dan adanya kotoran pada preparat histologi.
Penyebab dari kerusakan preparat karena pisau kurang tajam, larutan pewarnaan
yang sudah lama, air waterbath yang kotor.
C. Metode
1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum pemotongan dan pewarnaan
haematoxylin dan eosin pada jaringan adalah objek glass, Cover glass,
Penjepit, Mikrotom, dan mikroskop.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum pewarnaan Haematoxylin dan Eosin
yaitu Xylol 1, Xylol 2, Xylol 3, Alkohol absolut, Alkohol 90%, Alkohol 80%,
dan Alkohol 70%.
3. Cara Kerja
Pada pemotongan jaringan, blok paraffin yang di dalamnya terdapat
jaringan diletakkan pada pemegang ( holder ) dan dikunci dengan kuat.
Kemudian pasang pisau mikrotom pada tempatnya dan atur sudut
kemiringannya pada sudut kemiringan berkisar 20-30 C.
Setelah itu atur ketebalan potongan yang diinginkan, biasanya dipakai
ketebalan antara 3-5 mikrometer (m). Disesuaikan dengan tujua pemotongan
organ dan jenis organ. Kemudian gerakkan blok preparat kea rah pisau
sedekat mungkin dan potonglah blok preparat secara teratur dan ritmis, pada
saat pemotongan pertama jaringan buat buang pita-pita paraffin yang awal
tanpa jaringan hingga mendapatkan potongan yang mengandung jaringan.
Setelah itu pita paraffin yang mengandung jaringan kemudian dipindahkan
secara hati-hati menggunakan kuas ke dalam waterbath yang temperaturnya
sudah diatur berkisar 37-40 C.
Biarkan beberapa saat sampai pita paraffin mengembang. Setelah pita
paraffin terkembang secara baik, ambil pita paraffin dengan objek glass
pastikan pita paraffin melekat pada objek glass kemudian angkat keluar dari
waretbath dengan hati-hati agar pita paraffin tidak melipat. Setelah itu
letakkan pada slide warmer dengan temperatur 40-45 C, sampai kering.
Setelah air kering pada pita paraffin yang berada pada objek glass, kemudian
jaringan siap untuk diwarnai.
Pita paraffin yang sudah kering akan dilakukan pewarnaan Haematoxylin
dan Eosin. Pertama dilakukan proses deparafinisasi dengan cara preparat
dicelupakan kedalam Xylol 1, Xylol 2, dan Xylol 3. Masing-masing
direndam selama 5 menit. Selanjutnya pada proses rehidrasi, preparat
dicelupakan kedalam alkohol bertingkat yaitu alkohol absolut, alkohol 90%,
alkohol 80%, alkohol 70%. Masing-masing direndam selama 2 menit.
Selanjutnya pita paraffin yang sudah direndam pada proses rehidrasi di
masukkan ke dalam air yang mengalir selama 5 menit.
Setelah itu dilanjutkan pada proses pengecetan inti, preparat dicelupkan ke
dalam larutan mayer Haematoxylin selama 5 menit, kemudian di masukan
lagi ke dalam air selama 5 menit. Pada tahap ini dapat dilakukan pengecetan
singkat pada preparat menggunakan mikroskop untuk melihat apakah sudah
terwarnai dengan baik.
Setelah dilakukan pengecekan singkat preparat di celupkan ke dalam
larutan Eosin selama 2 menit. Kemudian dilanjutkan dengan dicelupkan ke
dalam aquades sebanyak 3 celup. Selanjutnya dilakukan proses Dehidrasi
menggunakan alkohol 70%, Alkohol 80%, Alkohol 90%, dan Alkohol
absolut, dengan masing-masing perendaman selama 2 menit.
Selanjutnya pada proses Clearning ini preparat di masukkan kedalam
Xylol I, Xylol II masing-masing selama 5 menit. Kemudian keluarkan
preparat pada Xylol dan dikeringkan. Setelah preparat sudah kering di
lakukan pemerikaaan pada mikroskop untuk melihat sitoplasma dan inti sel
dalam jaringan. Untuk proses terakhir yaitu proses mouting preparat diberi 1
tetes entelan dan ditutup deck glass.
D. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Perbesaran 10 x 10 x 40 x

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


Perbesaran 10 x Perbesaran 10 x Perbesaran 10 x
Sitoplasma

Inti Sel (Nukleus)

2. Pembahasan
Pada Gambar 1 merupakan hasil dari pewarnaan Jaringan yang baik, karena
Sitoplasma dan inti sel terwarnai sempurna. Untuk Inti sel pada Jaringan
berwarna ungu kebiruan dan warna merah muda untuk sitoplasma.

Pada Gambar 2 dan 3 merupakan hasil dari pewarnaan yang baik dimana sudah
terlihat perbedaan antara Inti Sel dan Sitoplasma hanya saja kurang mengikat nya
zat warna sehingga warna terlihat memudar.

Pada Gambar 4 merupakan hasil yang kurang baik dimana inti sel tidak terlihat
salah satu penyebab kemungkinan nya adalah pada saat deparafinisasi kurang
lama sehingga paraffin masih tersisa pada jaringan dan menyebabkan zat warna
tidak mengikat inti sel maupun sitoplasma dengan baik.

Pada Gambar 5 merupakan hasil yang kurang baik dimana struktur jaringan yang
tidak teratur salah satu penyebab nya adalah pada saat proses sectioning atau
pemotongan jaringan yang terlalu tipis sehingga jaringan menjadi sobek.

Pada Gambar 6 merupakan hasil yang kurang baik kerena jaringan yang terlipat
sehingga pada tahap selanjutnya tidak bekerja dengan sempurna.
E. Kesimpulan
Hasil pembacaan atau standar pengecatan hematoxylin eosin (HE) yang baik
menunjukan warna biru terang pada inti sel, warna merah (eosin) pada sitoplasma
dan jaringan ikat serta warna pada preparat seragam (ariyadi et al.2017).
F. Daftar Pustaka
Ariyadi, T., & Suryono, H. (2017). Kualitas Sediaan Jaringan Kulit Metode
Microwave Dan Convetional Histoprocessing Pewarnaan Hematoxylin Eosin.
Jurnal Labora Medika, 1(1), 7–11.

Hamny, Mulyani, S., Masyitha, D., Wahyuni, S., & Jalaluddin, M. (2015).
Morfologi Anatomi dan Histologi Usus Biawak Air ( Varanus salvator ).
Jurnal Veteriner, 16(15), 152–158.
Hughes, R. (2008). Junqueira’s Basic Histology. In Journal of Chemical
Information and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Lau, S. K. (2019). Basic and advanced laboratory techniques in histopathology and
cytology. In Journal of Histotechnology (Vol. 42, Issue 1).
https://doi.org/10.1080/01478885.2019.1559501

Tedi Rukmawan, Her Gumiwang Ariswati, I. D. G. H. W. (2015). Automatic Tissue


Processor Tahap Clearing. Seminar Tugas Akhir, 1–15.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai