Anda di halaman 1dari 10

BAB I DASAR-DASAR MEMAHAMI SEL DAN JARINGAN dr. Zulham, M. Biomed.

PENDAHULUAN Sel merupakan unit struktural fungsional terkecil dari kehidupan. Sel dibentuk atas berbagai kompartemen. Organ tubuh manusia terbentuk dari sel dan matriks interselular. Untuk mengamati sel dan jaringan tubuh yang berukuran kecil diperlukan mikroskop dan pengetahuan pemrosesan jaringan dan istilah-istilah dalam pengamatan mikroskopis sel.

Pokok bahasan: Cara mempelajari sel dan jaringan Istilah pengamatan mikroskopis sel Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa akan dapat: Menjelaskan secara umum langkah mempelajari sel Menjelaskan metoda mempelajari sel dengan pemrosesan jaringan dan pewarnaan, dan manfaat pewarnaan terhadap sel dan jaringan Menjelaskan berbagai jenis mikroskop, cara kerja, dan manfaat mikroskop cahaya. Menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam pengamatan preparat histologi dan histopatologi

TEKNIK MEMPELAJARI SEL Sejak ditemukannya mikroskop, perhatian dan minat para ahli biologi untuk mempelajari sel semakin berkembang. Selain menggunakan mikroskop, peran sel dapat dipelajari melalui berbagai teknik biokimia dan kultur sel.

Teknik Biokimia Teknik biokimia dilaksanakan dalam tiga cara utama yaitu

memecah/merusak/mencerai beraikan jaringan/sel menjadi bagian-bagian kecil / fraksi sel (homogenat), purifikasi/separasi komponen-komponen sel, dan menganalisis komponen / fraksi sel berdasarkan sifat-sifat fisik dan atau biokimia.

Untuk Kalangan sendiri. Pertanyaan atau saran dapat dikirim ke histo_fkusu@yahoo.com

Teknik Kultur Sel Sel (hewan, tumbuhan, bakteri) dapat hidup bebas apabila diberi kondisi tertentu sesuai dengan kebutuhan hidup sel. Teknik ini digunakan pada percobaan-percobaan yang melibatkan sel sebagai subjek maupun objek penelitian. Sel dapat menunjukkan tanda-tanda hidup dan dapat mengekspresikan karakter sel sesuai dengan tingkat diferensiasinya. Sel ditumbuhkan di dalam media kultur. Media kultur berisi bahan-bahan untuk pertumbuhan sel seperti nutrien, growth factors, sumber ion, antibiotik, prekursor biosintesis, metabolit, stimulan dan vitamin. Di dalam media kultur, sel mampu berproliferasi membentuk selapis sel (mono layer) pada dasar/dinding tabung.

Mikroskop Resolving Power adalah kemampuan suatu alat optik untuk membedakan 2 titik yang terpisah pada jarak yang paling dekat. Mata manusia memiliki resolving power sejauh 100 m. Sementara diameter sel hewan/manusia ialah 10-20 m. Dengan demikian, untuk mengamati sel, manusia memerlukan alat bantu yang berupa mikroskop. Mikroskop cahaya (compound microscope) yang sederhana memiliki resolving power sejauh 0,2-0,8 m.

Resolving power mikroskop cahaya sebanding dengan panjang sinar yang dipakai. Dengan menggunakan mikroskop cahaya, manusia mampu mengamati bakteri dan mitokondria. Mikroskop elektron memiliki resolving power sejauh 2-4 nm. Alat ini dapat digunakan untuk melihat partikel dan organel sel yang lebih kecil. Hasil diferensiasi suatu mikroskop sehingga diperoleh gambar atau bayangan yang baik/nyata disebut resolusi. Resolusi mikroskop dipengaruhi oleh panjang gelombang (), indeks refraksi (n), dan aperture. Nilai indek refraksi bergantung pada media yang dilalui sinar antara obyektif dan spesimen. Indek refraksi dapat diperbesar nilainya dengan memberi minyak emersi atau air. Aperture adalah sudut sinar datang/dikoleksi lensa obyektif C. n. Sin Q

Resolusi (D) =

C n

= Konstanta = 0,61 = Panjang gelombang = Indek refraksi

Sin Q = Numerical aperture Selain mikroskop cahaya kovensional, beberapa modifikasi mikroskop cahaya adalah:
Untuk Kalangan sendiri. Pertanyaan atau saran dapat dikirim ke histo_fkusu@yahoo.com

1. Mikroskop Flouresensi Mikroskop fluoresensi digunakan untuk melihat molekul/struktur spesifik dalam sel. Molekul menyerap cahaya berenergi tinggi ( pendek, ultraviolet) dan memancarkannya kembali pada energi yang lebih rendah ( panjang = visible light). Molekul/bagian sel yang akan diamati dikonjugasi dengan zat flourescen. Zat fluoresen bisa berrupa zat quinacrine (untuk demonstrasi kromosom Y) atau antibodi yang dikonjugasi dengan zat fluoresen. Mikroskop flouresensi biasanya dilengkapi 2 filter. Filter pertama akan menyeleksi cahaya yang datang menuju spesimen (dengan panjang gelombang 200 -300 nm). Filter ini hanya mengambil sinar yang mengeksitasi flouresen pada spesimen. Filter kedua akan menyeleksi cahaya yang meninggalkan spesimen. Dengan kata lain, filter kedua akan melewatkan sinar dengan panjang gelombang yang sesuai dengan zat flouresen yang dipakai.

2. Mikroskop Fase Kontras Mikroskop fase kontras digunakan untuk melihat sel dalam keadaan utuh/hidup. Bila sinar melewati sel/bagian sel, cahaya tersebut akan berubah fase sesuai dengan indeks refraksi sel. Cahaya yang melewati bagian padat sel (misalnya nukleus) akan mengalami perubahan fase secara relatif dibandingkan dengan bagian sekitarnya. Perubahan fase akan diinterferensikan oleh ring phase. Cahaya satu fase akan mengalami interferensi sehingga saling memperkuat dan menimbulkan warna terang. Cahaya yang berbeda fase akan mengalami interferensi juga namun dalam keadaan saling melemahkan sehingga cahaya yang dihasilkan redup.

3. Mikroskop Lapangan Gelap Cahaya yang melewati obyek (sel) akan berpendar (scattered). Mikroskop ini dilengkapi alat yang dapat mengarahkan sinar yang berpendar ke lensa obyektif. Sel kelihatan teriluminasi dengan latar belakang yang gelap.

Histoteknik Hampir semua jaringan tubuh manusia tidak memiliki warna. Agar dapat mengamati strukturnya, sel dan jaringan harus diwarnai terlebih dahulu. Zat warna (dyes) terdiri atas banyak jenis. Sebelum dapat diwarnai, jaringan-jaringan organ yang akan diamati akan menjalani serangkaian proses yang disebut tissue processing. Pemrosesan jaringan ini akan mengawetkan, mencegah pembusukan, dan memudahkan pewarnaan jaringan dan sel karena

Untuk Kalangan sendiri. Pertanyaan atau saran dapat dikirim ke histo_fkusu@yahoo.com

mereka memiliki sifat alamiah untuk mengikat zat warna. Pekerjaan membuat jaringan hingga siap untuk diamati disebut sebagai histoteknik. Jenis proses pembuatan preparat/sediaan histologi dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Preparat rutin Yang dimaksud dengan preparat rutin ialah preparat jaringan yang diproses secara sederhana dan diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin eosin (HE). Pembuatan preparat jenis ini sangat sering dilakukan di laboratorium histology/mikroteknik sehingga dapat dikatakan dikerjakan secara rutin. Preparat jenis ini biasa digunakan dalam proses pendidikan karena sebagian besar struktur mikroskopis sudah dapat didemonstrasikan dengan teknik ini.

2. Preparat khusus Preparat khusus ialah preparat yang dibuat dengan teknik tertentu dan lebih sulit dalam pengerjaannya. Pengerjaannya dilakukan sewaktu-waktu dikarenakan faktor kesulitan dan penggunaan bahan-bahan yang lebih mahal. Preparat khusus dapat berupa preparat dengan pewarnaan khusus (misal: pewarnaan perak, pewarnaan lemak, pewarnaan neuroglia), imunohistokimia, in situ hybrization, dan preparat untuk mikroskopi elektron. Hal mengenai preparat khusus tidak dibicarakan dalam bahan ajar ini.

Tahapan Dalam Pembuatan Preparat Rutin Sedikitnya terdapat 10 langkah dalam tahapan pembuatan preparat rutin yaitu pengawetan, dehidrasi (pengeluaran air dari dalam sel/organ), pembeningan (clearing), pembenaman (embedding), pencetakan (blocking), pengirisan blok jaringan (sectioning), penempelan irisan pada kaca objek, pewarnaan (staining), penutupan preparat dengan kaca penutup (mounting), dan pelabelan preparat (labeling). Pengawetan (fixation) dilakukan untuk mempertahankan struktur sel dan jaringan sedapat mungkin mendekati keadaan aslinya (saat masih hidup). Sebagian besar dari larutan pengawet bekerja untuk mempertahankan protein. Dengan demikian, tidak ada satu pun jenis larutan pengawet yang dapat melakukan pengawetan secara sempurna dalam mencapai tujuan pengawetan. Karena sebagian besar volume sel terdiri dari air dan air memberikan konsistensi lunak pada jaringan sehingga keberadaan air dalam sel akan menyulitkan pengirisan jaringan. Untuk itu, air dalam jaringan / sel mesti dikeluarkan dari sel dengan menggunakan dehidran seperti alkohol atau aseton. Selain menarik air dari dalam jaringan dan sel, penggunaan
Untuk Kalangan sendiri. Pertanyaan atau saran dapat dikirim ke histo_fkusu@yahoo.com

alkohol akan mengakibatkan larutnya komponen lemak dari sel. Contoh yang paling nyata dapat ditemukan pada jaringan lemak (adiposa) yang diproses dengan cara ini, saat jaringan telah diwarnai, kita akan mendapati vakuola lemak kosong di dalam sel preparat jaringan adiposa putih (Gambar 1a).

Gambar 1. White adipose tissue. Pada preparat, semua lemak telah dihilangkan dan sel-sel lemak tampak sebagai lingkaran kosong dengan nukleus yang terletak di pinggir (a). Gambar 1b menunjukkan jaringan adiposa dalam preparat mesenterium yang dilekatkan secara langsung (whole mount) menggunakan pewarna Sudan yang larut lemak. Lemak terwarnai merah. Fibroblast dan nuklei lainnya dapat di lihat juga di sebelah kanan.

Untuk dapat diiris dengan mikrotom (Gambar 2), jaringan harus menjadi cukup keras. Secara rutin, parafin digunakan mengisi bagian sel yang telah ditinggalkan oleh air. Namun, parafin tidak dapat menyusup ke dalam sel tanpa bantuan zat yang disebut sebagai bahan penjernih (clearing agent). Bahan penjernih yang rutin digunakan adalah xylol. Setelah mencapai tahap jernih, jaringan akan direndam dalam parafin cair bersuhu 55 oC selama 3 jam di dalam inkubator. Diperkirakan selama waktu tersebut, parafin yang dapat bercampur dengan xylol akan menggantikan xylol di dalam jaringan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pencetakan dengan cetakan parafin. Sampel organ dikeluarkan dari inkubator dan diberi tambahan parafin cair. Saat parafin mengeras, kita telah mendapatkan blok parafin berisi sampel organ yang kita inginkan. Pengirisan sampel dilakukan dengan menggunakan mikrotom dengan ketebalan yang diinginkan. Variasi ketebalan disesuaikan dengan tujuan pembuatan preparat. Untuk penggunaan rutin, ketebalan yang sesuai adalah 5 m. Setelah dilekatkan pada kaca benda (object glass), irisan dapat diwarnai dengan pewarnaan yang diinginkan. Makna yang diinginkan berarti mengikut kepada unsur yang akan didemonstrasikan. Unsur tersebut dapat berupa suatu protein, karbohidrat, atau

Untuk Kalangan sendiri. Pertanyaan atau saran dapat dikirim ke histo_fkusu@yahoo.com

gambaran umum struktur histologis. Untuk pilihan terakhir, pewarnaan yang digunakan adalah hematoxylin eosin.

Gambar 2. Mikrotom rotari. Berbagai jenis mikrotom dan peralatan lainnya telah dikembangkan untuk membantu para peneliti dalam pengamatan visual/citra sel.

Pewarnaan yang rutin digunakan di laboratorium histopatologi di seluruh dunia adalah pewarnaan HE (Gambar 3). Pewarnaan ini terdiri atas masing-masingnya zat warna utamanya adalah hematoxylin dan eosin. Larutan pewarna hematoxylin mengandung beberapa zat lainnya selain daripada zat warna hematoxylin, dikenal sebagai zat mordan. Larutan eosin dibuat dengan melarutkan zat warna eosin dalam akuades dan alkohol. HE merupakan teknik pewarnaan yang berdasarkan pada prinsip asam basa. Larutan hematoxylin bersifat basa sedangkan larutan eosin bersifat asam. Sifat basa pada larutan hematoxylin akan memungkinkan hematoxylin berikatan terutama dengan komponen sel yang bersifat asam. Hematoxylin sendiri bukanlah zat warna yang benar-benar bersifat basa. Kita dapat mengamati bahwa warna biru yang ditimbulkan hematoxylin akan banyak ditemukan pada nukleus. Hal ini terjadi karena nukleus mengandung DNA dan RNA, suatu zat yang bersifat asam. Sementara itu, eosin akan mengikat komponen sel yang bersifat asam. Kita dapat menemukan cukup banyak komponen sel yang bersifat asam, meski tidak semuanya, pada sitoplasma sel.

ISTILAH DALAM PENGAMATAN PREPARAT HISTOLOGI Istilah dasar dalam pengamatan histologi didasarkan pada sifat dan karakter pewarnaan (asidofilik, basofilik, dan sebagainya), bentuk (cuboidal, columnar, spindel, squamous, reticular), kemiripan dengan bentuk lain (star-shaped appearance, umbrella sign,

Untuk Kalangan sendiri. Pertanyaan atau saran dapat dikirim ke histo_fkusu@yahoo.com

ladder like, signet ring cell), posisi sesuatu terhadap polaritas sel (apical, basal, centric, eccentric, adluminal, peri nuclear).

Gambar 3. Pada irisan retina di samping (pewarnaan HE) dapat dilihat komponen organ yang berwarna gelap (biru kehitaman) dan komponen organ yang berwarna merah muda. Warna biru kehitaman mewakili nuklei dan tiap satu noktah berwarna biru kehitaman mewakili 1 nukleus. Warna merah muda terdapat cukup luas namun tidak dapat memberikan pembedaan batas masingmasing sel.

Beberapa istilah pewarnaan yang didasarkan pada sifat dan karakter pewarnaan adalah perlu dipahami.

Asidofilik Asidofilik menjabarkan pola pewarnaan sel jaringan tertentu yang menggunakan pewarnaan asam dan basa (misalnya HE). Secara khusus, asidofilik merujuk pada sifat struktur yang senang berikatan dengan zat warna asam. Pada pewarnaan yang menggunakan eosin, suatu zat warna yang bersifat asam, makna asidofilik dapat disamakan dengan eosinofilik. Bagian sel yang sering menunjukkan sifat asidofilik adalah sitoplasma sel. Zat warna asam lainnya adalah biru anilin, acid fuchsin, dan orang G.

Basofilik Basofilik merujuk pada sifat struktur yang senang berikatan dengan zat warna basa. Zat warna basa yang sering digunakan adalah hematoxylin. Selain hematoxylin, zat warna basa lainnya adalah biru toluidin. Bagian sel yang menunjukkan sifat basofilik adalah nukleus.

Untuk Kalangan sendiri. Pertanyaan atau saran dapat dikirim ke histo_fkusu@yahoo.com

Argirofilik / Argentaffin Perak (argentum) digunakan terutama untuk mendemonstrasikan protein (khususnya serabut retikular (kolagen tipe III)) dan DNA (Gambar 4).

Gambar 4. Pewarnaan perak pada limpa (a). Pada bagian kanan gambar terdapat garis-garis tak teratur yang membentuk pola seperti jala (reticular). Serabut retikular merupakan serabut kolagen III. Gambar b. Sel argentaffin (panah). Sediaan sel enteroendokrin pada epitel usus.

Chromaffin Chromaffin merujuk pada keadaan yang dapat didemonstrasikan oleh pewarnaan garam chromium. Garam chromaffin mengoksidasi dan mempolimerisasi katekolamin untuk membentuk warna coklat, yang terkuat warnanya dihasilkan oleh sel yang menyekresikan noradrenalin.

Metakromasia Metakromasia adalah perubahan khas pada warna dari pewarnaan yang terjadi pada jaringan biologis, ditunjukkan oleh zat warna anilin tertentu saat zat warna tersebut berikatan dengan bahan-bahan tertentu yang terdapat pada jaringan biologis, yang disebut chromotrophes. Sebagai contoh biru toluidin menjadi merah muda (pink), tidak mewarnai jaringan menjadi biru, saat berikatan dengan cartilage. Ketiadaan perubahan warna pada pewarnaan dinamai ortokromasi.

Untuk Kalangan sendiri. Pertanyaan atau saran dapat dikirim ke histo_fkusu@yahoo.com

Periodic Acid Schiff (PAS) Reaksi terhadap pewarnaan PAS menunjukkan adanya glikogen dalam jaringan. Periodic acid akan mengoksidasi residu glukosa dan menghasilkan aldehida yang selanjutnya bereaksi dengan reagen Schiff dan menimbulkan warna magenta-purple. Pewarnaan PAS diberi perona (counterstain) berupa pewarnaan basa (mislnya hematoxylin). Pewarnaan PAS akan menunjukkan keberadaan karbohidrat pada jaringan ikat, mukus, dan membran basal jaringan epitel.

Sudanofil Pewarnaan Sudan adalah penggunaan zat warna untuk mewarnai bahan-bahan sudanofil, biasanya lemak. Pewarnaan sudan digunakan untuk mendemonstrasikan trigliserida, lipid, dan lipoprotein.

LATIHAN

RINGKASAN

PENUTUP Tes formatif 1. Sebutkan cara-cara mempelajari sel! 2. Sebutkan langkah pemrosesan jaringan. 3. Sebutkan dasar pewarnaan rutin hematoxylin eosin.

DAFTAR PUSTAKA 1. Alberts B et al. 2002. Molecular Biology of the Cell 4th Ed. New York. Garland Science. 2. Young B, Heath JW. Histology A Text and Atlas. 4th Ed. SENARAI Asidofil Argentaffin Basofil Fiksasi Hematoxylin Eosin
Untuk Kalangan sendiri. Pertanyaan atau saran dapat dikirim ke histo_fkusu@yahoo.com

Metakromasia Periodic Acid Schiff Resolving Power Zat warna

Untuk Kalangan sendiri. Pertanyaan atau saran dapat dikirim ke histo_fkusu@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai