Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM I

MIKROSKOPI ORGANEL DAN SEL

BAGIAN HISTOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
2022
NABILA-KELAS C

NPM 2208260249

1. MIKROSKOPI ORGANEL DAN SEL

TUJUAN PRAKTIKUM

Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan mahir menggunakan mikroskop cahaya,
mampu menyebutkan bagian-bagian sel dan organel sel, mampu melakukan interpretasi sediaan
histologi berdasarkan ciri-ciri sel dan organel sel yang tampak dengan pewarnaan hematoxylin-eosin
(HE), dan menjelaskan fase siklus sel dalam sediaan kultur leukosit

LANDASAN TEORI

MIKROSKOP
Mikroskop atau disebut sebagai “mikroskopik”, “microscope” atau “alat pengamat” berasal dari
bahasan yunani yaitu Micro yang berarti kecil, dan Scopein yang berarti melihat. Secara umum,
mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat objek dengan ukuran kecil, karena sangat kecil nya
objek yang diamati sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Beberapa objek yang biasa
diamati menggunakan mikroskop diantaranya mikro organisme, jaringan (tumbuhan atau hewan),
bakteri hingga virus.

Dalam hal lain, mikroskop adalah alat laboratorium yang menggunakan lensa tunggal untuk
perbesaran, seperti kaca pembesar sedangkan mikroskop majemuk menggunakan beberapa lensa untuk
meningkatkan perbesaran suatu objek. Alat ini menggunakan lensa untuk memperbesar objek melalui
perbesaran sudut saja, memberikan pemirsa gambar virtual yang diperbesar tegak. Penggunaan lensa
cembung tunggal atau kelompok lensa ditemukan pada alat perbesaran sederhana seperti kaca
pembesar, pembesar, dan lensa okuler untuk teleskop dan mikroskop. Ini sebenarnya adalah lensa
cembung dengan panjang fokus kecil, yang digunakan untuk melihat gambar benda kecil yang
diperbesar.

Gambar 1.1 Mikroskop binokuler.


SEDIAAN HISTOLOGI
Persiapan preparat histologis yang layak untuk diinterpretasikan adalah proses yang panjang.
Langkah pertama dalam pembuatan preparat histologis adalah fiksasi (pengawetan). Jaringan/organ
yang diawetkan kemudian melalui serangkaian proses: dehidrasi, deflasi, fiksasi, penanaman
parafin/lilin, dan pemotongan jaringan. Mikrotom digunakan untuk memotong jaringan. Biasanya,
potongan jaringan setebal 5 mikron (m). Bagian jaringan dipasang pada slide, dikeringkan, tertanam
dalam parafin (menghilangkan parafin/lilin dari jaringan) dan diwarnai. Pewarnaan preparat histologis
menyebabkan struktur jaringan diwarnai, yang kemudian dapat diamati, ditafsirkan dan dianalisis di
bawah mikroskop. Pewarnaan preparat histologi standar dengan larutan hematoxylin dan eosin (HE). HE
bekerja sesuai dengan prinsip asam dan basa. Komponen seluler bermuatan negatif (anionik), yaitu
asam nukleat di dalam nukleus, berikatan dengan hematoksilin karena hematoksilin bersifat basa,
sehingga komponen seluler (asam nukleat) berwarna ungu. Oleh karena itu, asam nukleat dan
komponen sel asam atau anionik lainnya dikatakan basofilik (pencinta basa). Komponen seluler
bermuatan positif seperti sitoplasma dan jaringan ikat mengikat eosin. Protein ini adalah dasar. Karena
eosin bersifat asam, protein mengikat eosin dan berubah menjadi merah muda. Komponen sel seperti
itu disebut asidofilik atau eosinofilik.

SEL DAN ORGANEL SEL


Mikrovili pada Enterosit

Enterosit adalah sel epitel yang melapisi permukaan usus (Gambar 1.2). Sel-sel ini memiliki
permukaan sel apikal (atas), lateral (samping), dan basal (bawah). Sel-sel ini berperan dalam penyerapan
makanan. Permukaan apikal enterosit ditutupi dengan mikrovili, yang merupakan lipatan halus
membran sel enterosit. Konstruksi mikrovili dapat diamati dengan mikroskop elektron. Di bawah
mikroskop cahaya, struktur mikrovili dapat ditemukan sebagai struktur yang disebut batas tetap, yaitu
pita tipis berwarna merah tua. Struktur mikrovili menunjukkan peran enterosit dalam penyerapan
nutrisi.

Gambar 1.2. Enterosit dalam epitel saluran cerna.

Enterosit mempunyai permukaan apikal (Ap), lateral (Lat), dan basal (Bas). Permukaan apikal enterosit adalah permukaan yang
menghadap lumen (L) dan memiliki striated border (panah). Enterosit juga menunjukkan vesikel berisi mucin dalam sitoplasma
sel Goblet (G). Nuklei sel-sel terwarnai ungu. Pembesaran 40X. Pewarnaan HE.

Granul Sekretori pada Sel Asinus Pankreas

Sel asinar pankreas adalah bagian dari kelenjar eksokrin. Kata acinus mengacu pada
sekelompok sel yang menyerupai banyak buah beri seperti raspberry dan stroberi. Sel asinar pankreas
diklasifikasikan sebagai kelenjar eksokrin karena sel asinar mengandung granula sekretorik yang
mengandung enzim pencernaan yang disekresikan ke dalam lumen duktus kelenjar. Dalam mikroskop
cahaya, butiran sekretori (disebut butiran zymogen) terlihat di bagian apikal sel asinar (berdekatan
dengan lumen kelenjar).

Gambar 1.3. Asinus pankreas.

Kelenjar eksokrin pankreas (Gambar 3.A) menunjukkan sel-sel dengan ciri yang khas yaitu sitoplasma dengan dua warna yang
berbeda: biru pada bagian basal sel dan merah pada bagian apikal sel. Inzet pada gambar 3.A dibesarkan pada gambar 3.B.
Gambar B menunjukkan nuklei sel-sel asinus pankreas (A), nukleus sel sentroasiner (S), dan lumen asinus. Sel-sel asinus
menunjukkan granul-granul pada bagian apikal sitoplasma (bagian yang berdekatan dengan lumen asinus).

Retikulum Endoplasma Kasar sebagai Nissl’s Bodies

Badan Nissl adalah organel seluler dalam neuron (Gambar 1.). Badan Nissl berwarna ungu
karena mengandung poliribosom. Badan Nissl juga dikenal sebagai kelenjar tiroid karena mereka adalah
macan tutul di kulit harimau. Badan Nissl sebenarnya adalah retikulum endoplasma kasar.

Gambar 1.4. Perikaryon sel saraf.


Sitoplasma sel saraf menunjukkan granul kasar berwarna ungu, nukleus (Nu) yang jernih, dan nukleolus (No) yang jelas. Granul
kasar berwarna ungu adalah Nissl’s bodies dan merupakan gambaran dari retikulum endoplasma kasar. Nissl’s bodies tidak
terdapat dalam muara axon (axon hillock, AH), axon (A), dan dendrit (D). Axon dibungkus oleh selubung myelin yang dihasilkan
oleh sel Schwann (Sc). Pewarnaan HE.

MITOSIS DAN KROMOSOM


Mitosis terdiri dari beberapa fase yaitu profase, metafase, anafase dan telofase. Selama profase,
membran inti menghilang. Kemudian, kromosom berkembang biak dan memadat untuk membentuk
kromatid saudara perempuan yang diatur oleh sentromer. Dalam metafase, kromosom berkembang
biak dan berbaris di ekuator sel. Metafase merupakan waktu yang paling baik untuk memperkirakan
jumlah kromosom karena kromosom-kromosom tersebut tersusun. Pada anafase, kromatid bersaudara
berpisah dan bergerak ke kutub yang berlawanan. Pada telofase, membran nukleus terbentuk,
kromosom terdekondensasi dan sel membelah menjadi dua sel anak.

Preparat kromosom manusia dibuat dari biakan leukosit yang diberi mitogen (Gambar 1.5).
Berbagai sel limfoblastik dan sel limfoblastik dengan membran sel yang rusak hadir dalam preparasi.
Kromosom sedikit tersebar. Di masa lalu, kultur leukosit diberikan colchicine untuk menjaga beberapa
sel kultur dalam metafase. Dengan persiapan kromosom yang baik, kita dapat menghitung jumlah
kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang.

Gambar 1.5. Sediaan ini hasil dari kultur leukosit.

Setelah pewarnaan giemsa, sediaan kultur leukosit menunjukkan nuklei limfosit dengan beragam bentuk dan fase. Ada nuklei
yang piknotik (), berada dalam prometafase (panah), dan metafase (dilingkari ).

ALAT DAN BAHAN

1. Mikroskop
2. Atlas histologi dan buku penuntun praktikum
3. Buku gambar
4. Pensil warna
5. Sediaan histologi
a. Enterosit dengan mikrovilli. HE
b. Sel asinus pankreas. HE
c. Nissl’s bodies, human, sec,CV
d. Kromosom, slide of male limphocytes, Human

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Pelajari bagian-bagian mikroskop dan cobalah mengoperasikannya dengan hati-hati. Gunakanlah


selalu lensa objektif 4X pada awal pengamatan. Setelah Anda melihat bagian yang diinginkandengan
jelas dan gambar yang fokus, letakkan bagian itu di tengah lapangan pandangan, lalu gantilah
dengan lensa objektif yang lebih besar untuk mengamati struktur histologi lebih rinci. Lensa objektif
100xdipergunakan hanya untuk melihat sediaan sel darah tepi. Jika Anda tidak menemukan
bayangan yang jelas, janganlah mencoba memperbaiki sendiri. Mikroskop dan slide histologi
termasuk alat yang mudah cedera. Jadi, jika Anda tidak tahu, jangan sungkan bertanya pada
pengawas praktikum.
2. Pelajari metode pewarnaan sediaan histologi dan interpretasikan hasil pewarnaan tersebut dalam
sediaan yang digunakan.Pada pewarnaan HE maka nukleus berwarna ungu, sitoplasma berwarna
merah jambu. Gunakan mikrometer untuk untuk menilai ketebalan sediaan jaringan histologi dan
struktur halus sediaan.
3. Amatilah sediaan ileum dan perhatikan sel-sel yang terdapat di permukaan lumennya. Selapis sel di
permukaan lumen ileum disusun oleh enterosit. Pelajarilah bagian-bagian dari enterosit
terutamapermukaan basal, lateral, dan apikal. Temukan brush border sebagai gambaran mikrovilli di
permukaan apikal (permukaan yang menghadap lumen) enterosit.
4. Amati sediaan pankreas.Tentukan lumen kelenjar dan temukan sel asinus. Padasel-sel asinus,
perhatikan nukleus, sitoplasma, dan granul zimogen. Gambarlah sel asinus pancreas dan analisis
hubungannya dengan warna, lokasi granul dan lumen asinus, dan peran fisiologis yang mungkin ada.
5. Amatilah sediaan Nissl’s bodies dengan pembesaran 400x.Perhatikan morfologi neuron (sel saraf).
Identifikasi Nissl’s bodies dan organel sel yang direpresentasikan olehnya. Karakterisasi pula
penampilan nukleus dan nukleolus dari neuron dan sel yang bukan neuron. Dapatkan Anda cirikan
perbedaannya?
6. Amatilah sediaan kromosom manusia.Perhatikan leukosit yang pecah dengan menghasilkan
kromosom yang berkelompok. Amati pula leukosit lainnya dalam fase berbeda dan leukosit yang
sedang mengalami piknosis. Gambarlah dengan pembesaran 40x.Perhatikan juga tahapan mitosis
yang dapat Anda amati dengan mengobservasi banyak sel leukosit dalam sediaan ini.

TUGAS PRAKTIKUM HISTOLOGI


(PRAKTIKUM 1)

NAMA : NABILA

NPM: 2208260249

1. ENTEROSIT DENGAN MIKROVILI:

LUMEN

GOBLET
2. SEL ASINUS PANKREAS :

SEPTUM

INTRALOBULAR
DUCT

3. NISSL’S BODIES :

SEL
SCHWAN

DENDRIT NUKLEUS

AXON
HILLOCK
4. KROMOSOM :

PIKNOTIK

PROMETAFASE

METAFAS

5. MITOSIS :

PROFASE

ANAFASE

TELOFASE
6. DARAH TEPI :

ERITROSIT

PLATELET

EOSINOFIL
NEUTROFIL

Anda mungkin juga menyukai