Anda di halaman 1dari 46

SKENARIO

Nasib malang menimpa Junaidi, warga Desa Mlandingan Kulon, Kecamatan Mlandingan,
Situbondo pagi kemarin. Perajin kerang itu langsung kritis setelah mencebur ke laut. Dia
diduga tersengat ubur-ubur jenis olayan saat mandi di laut. Saat dievakuasi ke darat,
punggung, perut, dan kaki korban tampak memerah seperti bekas sengatan. Untuk
menyelamatkan nyawanya, remaja 19 tahun langsung dievakuasi ke puskesmas Besuki.
Namun baru beberapa saat dirawat, nyawanya tidak bisa diselamatkan. Dokter puskesmas
mengatakan bahwa kemungkinan racun ubur-ubur sudah menyebar measuk kedalam tubuh
dan merusak sel, jaringan, dan organ vital korban. Walaupun demikian, untuk memastikan
penyebab kematian perlu dilakukan pemeriksaan mayat korban (otopsi).

1
KLARIFIKASI ISTILAH

1. Sel :
Unit terkecil dari makhluk hidup yang memiliki struktural dan fungsional tertentu,
terdiri dari membran, sitoplasma, dan nukleus atau inti.
2. Molekul :
Bagian terkecil dari suatu atom yang terikat secara kimia
3. Kematian :
Hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen , tanda tanda kehidupan
itu berupa sistem respirasi atau pernafasan, kardiovaskuler atau darah dan
persyarafan.
4. Otopsi :
Pemeriksaan perubahan perubahan pada mayat berupa perubahan patologi dan
bagaimana patogenesisnya. Dengan cara mengenal, menganalisis data dataa yang
ada pada mayat.
5. Jaringan :
Kumpulan sel khusus serupa yang mempunyai fungsi khas. Dan kumpulan dari
beberapa jaringan akan membentuk organ. Jaringan terdiri jaringan ikat, jaringan
epitel, jaringan otot, dan jaringan syaraf.
6. Organ :
Kumpulan jaringan yang berfungsi khusus dan menunjang kehidupan makhluk
hidup.
7. Evakuasi :
Pengungsian / pemindahan penduduk dari daerah bahaya ke daerah lebih
aman.(KBBI)
8. Kritis :
Kondisi yang gawat, genting. Kritis juga berarti keadaan morbiditas yang
mengancam kematian (KBBI)
9. Racun :
Suatu zat menghambat aktifitas enzim yang masuk melalui berbagai cara ke dalam
tubuh yang dapat menyebabkan penyakit, gangguan tubuh dan bahkan kematian.

2
RUMUSAN MASALAH

1. Apa kreteria seseorang dianggap kritis ?


2. Bagaimana mekanisme racun dapat merusak sel ?
3. Bagaimana respon fisiologis yang menyebabkan punggung,perut, dan kaki korban
menjadi merah ?
4. Apa pertolongan pertama yang dapat dilakukaan saat mengevakuasi korban?
5. Mengapa kerusakan sel, jaringan dan organ dapat menyebabkan kematian ?
6. Apa kemungkinan korban meninggal ?
7. Apa pertolongan yang dapat diberikan saat korban tiba di klinik ?

Pembahasan
1. Kritis merupakan keadaan yang mengancam jiwa seseorang. Dapat diandai dengan
:
 Kegagalan satu atau lebih sistem tubuh
 Tanda vital tidak stabil. Misal tekanan darah turun secara bertahap
 Adanya indikator-indikator tidak baik. Misalnya :
 Pada sistem saraf pemeriksaan pupil dengan rangsangan cahaya tidak
menunjukkan adanya perubahan ukuran pupil
 Pada sistem pernafasan tidak ditemukan tanda-tanda nafas seperti dada
naik turun, nafas yang keluar dari hidung tidak terasa
 Pada sistem kardio tidak ditemukannya denyut nadi atau denyut nadi
lemah

2. Mekanisme racun dapat merusak sel


Mekanisme racun masuk kita ibaratkan dengan mekanisme kerja obat yang
berlebihan dalam tubuh. Prosesnya meliputi absorpsi dimana racun akan melewati
bagian reseptor pada tubuh kita. Masuk melewati berbagai cara antara lain oral,
supositoria, rektal, inhalasi,suplingual dll. kemudian racun terakumulasi dalam
sistemik atau pembuluh darah. Dan masuk ke pembuluh darah porta ( hepar) untuk
di seleksi. Kemudian di distribusi keseluruh tubuh. Di dalam sel, racun
mempengaruhi transpor aktif kalium pada sel, menyebabkan ion kalium mendesak
masuk ke sitoplasma sel. Akibatnya sel mengalami hiperkalminea. Dan waktu

3
potensial membran sel menurun. Karena menurunnya waktu potensial membran
menyebabkan potensial aktif (-). Karena ini terjadi pada sel jantung menyebabkan
kardiolkares yang menyebabkan kematian.

3. Respon fisiologis yang menyebabkan timbul warna merah pada permukaan kulit
Infasi mikroba  pelebaran anteriol (memperbanyak sel darah putih dan plasma
darah yang lewat)  faso dilatasi yang dipicu oleh histamin dan dibebaskan oleh
sel mas  prostagladin

4. Pertolongan pertama saat mengevakuasi korban


 Membawa korban ketempat yang lebih aman
 Menghilangkan ubur-ubur yang menempel dengan handuk
 Membasuh tubuh korban yang terkena ubur-ubur dengan air asin atau baking
soda
 Membawa korban ke pelayanan kesehatan terdekat

5. Mekanismenya sama dengan yang sudah dibahas dinomor 2.

6. Yang memungkinkan korban meinggal :


 Tenggelam karena korban tidak sadarkan diri saat disengat ubur-ubur, sehingga
sistem pernafasannya terganggu
 Terkena ubur-ubur yang bercun dan racunnya sudah menyebar dan merusak
organ-organ yang vital

7. Pertolongan yang dapat diberikan ketika di klinik :


 Resusitasi jantung jika korban tadi tenggelam
 Menyuntik korban dengan epinefrin pada kondisi anafilaksis (denyut jantung
lemah)
 Memberi obat antivenin untuk menetralkan racun
 Memberi obat analgesik untuk mengurangi rasa nyeri

4
RUMUSAN MASALAH

1. Membandingkan sel eukariotik dan sel prokariotik


a. Mejelaskan bagian-bagian yang terdapat pada sel eukariotik berserta fungsinya
 Membran sel
 Sitolplasma
 Organel
 Mitokondria
 Retikulum endoplasma
 Badan golgi
 Ribosom
 Sentriol
 Sitoskeleton
 Perioksom
 Lisosom
 Inklusi
 Nukleus
 Selaput inti
 Kromatin
 Anak inti / nukleolus
 Matriks inti
b. Mejelaskan bagian-bagian yang terdapat pada sel prokariotik berserta
fungsinya
 Membran , dinding sel
 Sitoplasma
 Organel inklusio : ribosom, plasmid, mesosom, vakuola
2. Menjelaskan transport yang melalui membran sel secara aktif maupun pasif
3. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam jaringan yang ada didalam tubuh
manusia
4. Menjelaskan siklus sel dan pembelahan sel
5. Menjelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik
6. Menjelaskan jejas, adaptasi, dan kematian sel

5
PEMBAHASAN

1. Sel eukariotik dan sel prokariotik


a. Bagian-bagian pada sel eukariotik berserta fungsinya.
Membran sel

Terdapat dinding sel yang berfungsi sebagai kerangka sel dan pelindung . Ia
juga berfungsi untuk pengenalan sel, perlekatan antar sel, sebagai reseptor dan
tempat perlekatan. Di sel hewan awalnya dikira tidak memiliki dinding sel, namun
ternyata penelitian menemukan bahwa sel hewan memiliki dinding sel semu atau
yang biasa disebut selubung sel. Dinding sel tersusun dari Karbohidrat kompleks.
Di jaringan epitel, dinding sel terdiri dari glikoprotein dan polisakarida, sedangkan
di usus terdiri dari molekul mucin. Dinding sel memiliki 3 struktur :

1. Dinding primer yang terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan pektin


2. Lamela yang terdiri dari pektin.
3. Dinding sekunder yang terdiri dari selulosa dan lignin.

6
 Struktur membran sel
Membran dengan 3 lapisan (trilaminer), bersifat semipermeable dan
memiliki tebal membran bervariasi dari 75-111 Å.
 Lapisan lemak
 Struktur dengan 2 lapisan
 Sifatnya cair
 Ada dua unsur utama, fosfolipid dan kolesterol
 Fosfolipid : substansi yang mengandung fosfor dan asam lemak.
Berbentuk seperti paku. Bagian luar disebut kepala yang merupakan
ujung polar serta bersifat larut dalam air dan hidrofilik. Sedangkan
bagian dalam disebut ekor yang merupakan ujung nonpolar, tidak larut
dalam air dan bersifat hidrofobik.
 Kolesterol : struktur yang lunak dan berminyak, bertanggungjawab
atas keutuhan struktural lapisan lipid pada membran sel.
 Fungsinya : membentuk membran semipermeable, sehingga hanya
substansi yang larut dalam lemak untuk melintasinya.
 Lapisan protein
 Lapisan padat elektron
 Substansi protein lapisan ini berupa glikoprotein
 Diklasifikasikan menjadi 2 kategori
 Protein integral : protein yang dapat melintasi keseluruhan tebal
membran sel dari satu sisi ke sisi lainnya.
 Protein perifer : terbenam secara parsial dalam permukaan membran
sel dan tidak menembus membran sel.
 Karbohidrat pada membran sel
 Dapat melekat pada protein (glikoprotein) dan melekat pada lemak
(glikolipid).
 Membentuk lapisan tipis yang menutupi seluruh permukaan membran sel
dan dinamakan glikokaliks.
 Fungsinya :
 Karena bermuatan negatif maka tidak memungkinkan substansi
bermuatan negatif untuk bergerak keluar masuk sel

7
 Glikokaliks membantu menghasilkan fiksasi yang erat antara sel satu
den yang lain
 Reseptor untuk sejumlah hormon

 Fungsi membran sel


 Fungsi protektif : melindungi sitoplasma dan organel didalamnya
 Permeabilitas selektif
 Fungsi absorbsi
 Fungsi eksresi
 Perukaran gas
 Pemeliharaan bentuk dan ukuran sel

Sitoplasma
 Material seperti jeli yang terbentuk dari 80% air. Terdapat dua jenis golongan
benda yang terdapat pada sitoplasma, yaitu organel dan inklusi.

8
a. Organel : benda hidup yang melayang-layang pada sitoplasma. Ada berbagai
macam organel dalam sitoplasma.
 Mitokondria
Mitokondria berasal dari kata “mitos” yang berarti benang dan “chondrion”
yang berarti butir. Mitokodria merupakan organel bermembran dengan
sederetan enzim yang di khususkan untuk respirasi aerob dan produksi adenosin
trifosfat (ATP), yang memiliki simpanan energi dalam ikatan fosfat berenergi-
tinggi dan digunakan pada sebagian besar aktivitas sel yang memerlukan
energi. Mitokondria bersifat sangat plastis, cepat berubah bentuk, bergabung
satu sama lain dan membelah serta bergerak melalui sitoplasma di sepanjang
mikrotubulus. Mitrokondria memiliki dua membran yang terpisah dan sangat
berbeda yang bersama-sama membentuk dua kompartemen : matriks yang
berada paling dalam dan ruang intermembran yang sempit. Membran
mitokondria luar berbentuk seperti saringan dan mengandung banyak protein
transmembran yang disebut porin yang membentuk kanal-kanal. Membran
mitokondria dalam membentuk lipatan menjadi serangkaian lipatan ke dalam
yang disebut krista.

 Retikulum endoplasma
Retikulum Endoplasma dibedakan menjadi 3 macam jenis bentuk yaitu:
1) Sisterna : bentuk ruangan gepeng yang kadang kadang tersusun
berlapis-lapis dan saling berhubungan.
2) Tubuler: ruangan berbentuk tabung atau saluran.
3) Vesikuler: ruangan berbentuk seperti gelembung yang lepas satu sama
lain.
Retikulum Endoplasma dibagi menjadi dua yaitu:
1) Retikulum Endoplasma bergranula (rough endoplasmic
reticulum(RER)), pada dindingnya ternyata menempel ribosom.
2) Retikulum Endoplasma tidak bergranula (smooth endoplasmic
reticulum (SER)).
Hasil sintesis protein yang ditampung dalam retikulum endoplasma akan
dibawa ke dalam aparatus golgi untuk dikeluarkan sebagai hasil sekresi sel.
Fungsi dari RER adalah untuk memisahkan protein yang tidak diperuntukkan

9
untuk sitosol, glikosilasi awal (inti) glikoprotein, perakitan protein. SER
mengandung enzim-enzim yang berhubungan dengan sejumlah kemampuan
fungsional khusus. Fungsi dari SER adalah sintesis berbagai fofolipid yang
menyusun semua membran sel.

 Badan golgi
Aparatus golgi merupakan gelembung-gelembung berdinding membran
dengan bagian-bagian:
1.) Saccula : berbentuk gelembung gepeng tersusun bertumpuk-tumpuk dan
masing-masing saling berhubungan. Dibagi menjadi dua permukaan yaitu
cembung menghadap ke arah inti sel yang dinamakan immature
face/forming face, dan permukaan lainnya dinaman mature face.
2.) Vesikel sekretoris : gelembung bulat/oval terdapat pada mature face.
3.) Mikrovesikel : gelembung kecil terdapat pada forming face dan berasal dari
retikulum endoplasma yang tak bergranula.
Fungsi dari aparatus golgi yaitu untuk transport protein keluar sel,
pembentukan karbohidrat yang akan digabungkan dengan protein, memelihara
membran plasma.

 Ribosom
Ribosom ini terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Ribosom bebas  terdapat bebas pada sitoplasma. Berfungsi untuk
mengadakan sintesis protein yang akan digunakan untuk pertumbuhan
dan pembelahan sel.
2. Ribosom terikat  terdapat menempel pada RE kasar yang digunakan
untuk mengadakan sintesis protein yang akan digunakan dalam fungsi
sekresi.
Ribosom merupakan pemegang peran kunci dalam penyampaian sinyal
selama pembuatan protein. Ribosom dalam menjalankan fungsinya dibantu
oleh mRNA, tRNA, dan rRNA.

10
 Sentriol
Sentriol memegang peran penting dalam proses pembelahan. Setiap sel
memiliki sepasang sentriol yang letaknya didekat membran inti sel dan
berbentuk silinder.

 Sitoskeleton
Mikrotubulus
Fungsi mikrotubulus adalah sebagai rangka sel, dalam sel saraf membentuk
berkas dengan arah tertentu dan berfungsi sebagai alat transportasi partikel
dan makromolekul, mempunyai hubungan dengan fungsi gerakan sel baik
gerakan silia maupun flagel, mempunyai fungsi penting dalam proses
pembelahan sel.
Mikrofilamen
Aktivitas kontraktil dalam sel otot terutama terjadi akibat adanya interaksi
antara aktin dan protein terkaitnya, miosin. Aktin terdapat dalam
mikrofilamen terpolarisasi yang halus, yang berdiri atas subunit globular
yang tersusun berupa heliks ganda. Dalam otot rangka, mikrofilamen
membentuk susunan stabil yang berintegrasi dengan filamen miosin tebal.

 Perioksom
Peroksisom adalah organel sferis bermembran. Peroksisom mengoksidasi
substrat organik tertentu dengan melepaskan atom hidrogen yang dipindahkan
ke oksigen molekuler, sehingga menghasilkan hidrogen peroksida , sesuatu zat
yang berpotensi merusak sel, yang segera dihancurkan oleh katalase, enzim lain
di semua peroksisom. Banyak enzim peroksisom disintesis dalam poliribosom
sitosol bebas, dengan sederetan pendek asam amino di dekat ujung karboksil
yang berfungsi sebagai sinyal impor yang spesifik.

 Lisosom
Lisosom adalah vesikel bermembran yang mengandung sekitar 40 enzim
hidrolitik yang berbeda dan terutama banyak ditemukan di sel-sel dengan
aktivitas fagositik yang besar. Enzim-enzim yang ada di lisosom dibuat oleh
ribosom yang menempel pada RE dan ditampung dalam RE bergranula. RE ini

11
akan kehilangan ribosom dan akan menjadi RE takbergranula, sengdangkan
ribosom akan menuju aparatus golgi dan berubah menjadi mikrovesikel yang
akan menempel pada immature face dari aparatus golgi dan memindahkan
isinya ke dalam saccula. Di dalam aparatus golgi enzim tersebut akan masuk ke
vesikel sekretoris dan selanjutnya akan disekresikan oleh sel. Sedangkan yang
menetap dalam gelembung akan menjadi lisosom primer. Lisosom berfungsi
menghancurkan organel lain yang tidak berfungsi , megeluarkan enzim dari
dalam sel dalam proses sekresi, mengadakan fusi dengan mitokondria yang
telah mati dan bertindak sebagai sitolisosom, mengadakan fusi dengan vesikel
pinositosis, mengadakan fusi dengan fagosom, mengadakan fusi dengan
lisosom lain untuk membentuk badan multivesikuler.

b. Inklusi
Inklusio adalah benda mati dalam sitoplasma yang
mungkin merupakan hasil dari aktivitas sel, tetapi tidak
ikut dalam proses metabolisme.
Inklusio ini berisi :
1. Timbunan makanan  timbunan ini bisa berupa
karbohidrat dalam bentuk glikogen ataupun bisa
berupa lipid.
2. Butir-butir sekresi.
3. Pigmen  pigmen merupakan benda bewarna dalam sitoplasma walaupun tidak
diwarnai. Pigmen terbagi menjadi pigmen endogen yang berada di dalam sel
(contoh : hemoglobin di eritrosit) dan pigmen eksogen yang berada di sitoplasma
namun berasal dari luar sel.

Nukleus
 Selaput inti
 Terdiri atas dua membrane parallel yang dipisahkan celah sempit (ruang
perinuklear) Poliribosom melekat pada membrane luar, yang menunjukkan
bahwa selaput inti merupakan bagian dari reticulum endoplasma. Di dekat
membran internal terdapat suatu jalinan protein fibrosa yang disebut lamina
nuclear. Komponen utama lamina adalah protein yang disebut lamin yang

12
berikatan dengan protein membrane dan menghubungkannya dengan kromatin
pada sel.
 Di celah penyatuan membrane luar dan dalam, celah – celah yang tidak berisi
lipid mengandung kompleks pori inti atau NPC (nuclear pore complexes)
yang memiliki perangkat untuk mengatur kebanyakan transport dua arah antara
nucleus dan sitoplasma
 Kromatin
Kromatin terdiri atas pilinan untai DNA yang terikat pada protein basa yang
disebut histon. Kromatin terdiri dari 2 macam, yaitu :
o Heterokromatin : bagian yang padat electron, tampak sebagai granula kasar
dengan mikroskop electron dan tampak sebagai gumpalan basofilik dalam
mikroskop cahaya.
o Eukromatin : bagian yang kurang bergelung, yang tampak sebagai materi
granular halus dengan mikroskop electron, dan terlihat sebagai bagian basofilik
lemah pada mikroskop cahaya

 Anak inti / nukleolus


Nukleolus adalah struktur sferfis yang sangat basofilik dan terdapat pada inti
sel yang aktif mengadakan sintesis protein. Sifat basofilia pada nucleolus bukan
ditimbulkan oleh heterokromatin, melainkan oleh adanya kumpulan padat rRNA
yang ditranskripsikan. Nukleolus secara intens berhubungan dengan nucleus dalam
mensintesis protein untuk pertumbuhan atau sekresi.

Fungsi nukleus :
o Mengendalikan semua aktivitas sel yang mencakup metabolisme, sintesis
protein, pertumbuhan dan reproduksi (pembelahan sel)
o Sintesis RNA
o Pembentukan subunit ribosom
o Pengiriman instruksi genetik ke sitoplasma untuk sintesis protein lewat mRNA
o Pengendalian pembelahan sel lewat gen
o Penyimpanan materi herediter dan transformasi informasi ini dari generasi
yang satu ke generasi berikutnya dari spesies tersebut.

13
b. Bagian-bagian yang terdapat pada sel prokariotik
 Membran : memiliki selaput pembungkus diluar membran sel yang biasa
disebut dengan kapsul.
 Sitoplasma : intinya masih belum jelas, karena tidak ada selaput
pembungkusnya.

14
2. Transport yang melalui membran sel secara aktif maupun pasif
a. Transport Aktif
Suatu transportasi zat yang melalui membran plasma dan membutuhkan energi
dalam prosesnya.
Berdasarkan sumber energi yang digunakan untuk menimbulkan transpor,
transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu (1) Transpor aktif primer. sumber
energi yang digunakan adalah energi secara langsung dari pemecahan adenosine
trifosfat (ATP) atau beberapa senyawa fosfat berenergi tinggi lainnya. (2)
Transpor aktif sekunder. sumber energi yang digunakan adalah energi yang
disimpan di dalam membran dalam bentuk perbedaan konsentrasi ionik antara
kedua sisi membran.
Transpor Aktif Primer
 Pompa Natrium-Kalium.
Proses traspor yang memompa ion natrium keluar melalui membran plasma
dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar masuk ke dalam sel.
Pompa ini terdapat pada seluruh sel tubuh. Keistimewaan memiliki tiga
tempat reseptor untuk mengikat ion natrium pada bagian protein pembawa
(menonjol ke bagian dalam sel), memiliki dua tempat reseptor untuk
mengikat ion kalium pada bagian protein pembawa (menonjol ke bagian luar
sel), bagian dalam dari protein berbatasan dengan tempat pengikatan natrium
yang memiliki aktivitas enzim ATPase.
Fungsinya memelihara perbedaan konsentrasi natrium dan kalium antara
bagian luar dan dalam membran plasma, menjaga volume sel agar tetap
normal.

15
Mekanisme :

Dua ion kalium terikat di bagian luar protein pembawa dan tiga ion natrium
terikat di bagian dalamnya → fungsi ATPase pada protein aktif →
memecahkan satu moelkul ATP menjadi ADP → membebaskan energy yang
berasal dari sebuah ikatan fosfat berenergi tinggi → perubahan bentuk dan
kimiawi pada protein pembawa → mendorong tiga ion natrium keluar dan
tiga ion kalium masuk.

 Transpor Aktif Primer Kalsium.


Proses transpor yang memompa ion kalsium ke dalam dan luar sel serta
memompa kepada satu atau lebih organel vesicular internal sel. Pada keadaan
normal, ion kalsium dipertahankan pada konsentrasi kira-kira 10.000 kali
lebih kecil dari cairan ekstraseluler.
Mekanisme :
Protein pembawa memiliki dua fungsi yaitu sebagai reseptor spesifik untuk
ion kalsium dan sebagai ATPase untuk memecah ATP yang digunakan

16
selama proses transport ion kalsium ke luar sel atau ke organel vesicular
internal sel.

 Transpor Aktif Primer Ion Hidrogen.


Transpor aktif primer ion hydrogen memiliki arti penting pada dua tempat,
yaitu (1) Kelenjar gastrik pada lambung. Konsentrasi ion hydrogen dalam sel
pariental ditingkatkan sebanyak sejuta kali. Kemudian, dilepaskan dalam
ikatan dengan ion klorida membentuk hidroklorida. (2) Bagian akhir tubulus
distal dan duktus koligentes kortikalis pada ginjal. ion hydrogen disekresikan
dengan melawan gradient konsentrasi sekitar 900 kali lipat untuk regulasi ion
hydrogen dalam darah.

Transpor Aktif Sekunder


o Ko-Transpor Glukosa dan Asam Amino Bersama Ion Natrium
o Ko-Transpor untuk natrium pada glukosa
Pada ko-transpor ini, protein pembawa memiliki dua tempat pengikatan
pada sisi luar untuk natrium dan glukosa. Protein pembawa akan merubah
bentuknya untuk natrium dan glukosa secara otomatis dan mentraspornya ke
dalam sel.
o Ko-Transpor untuk natrium pada asam amino
Pada ko-transpor ini, mekanisme transpor sama dengan ko-transpor untuk
natrium pada glukosa. Namun, terdapat lima protein transport asam amino
untuk mentranspor sekelompok asam amino dengan sifat molekular khas.

Selain itu, transport aktif juga mencakup endositosis dan eksositosis.


 Endositosis
Proses pemasukan zat-zat besar dari luar sel ke dalam sel melalui membran
plasma.

17
Macam:

 Pinositosis
Pinositosis : sel meminum
Pinositosis terjadi pada benda-benda cair. contohnya penyerapan nutrisi oleh
sel-sel embrio. Peristiwa ini dapat terjadi jika terdapat konsentrasi yang
sesuai dari asam amino, protein, atau ion-ion tertentu pada medium
sekeliling sel dengan di dalam sel. contoh peristiwa pinositosis adalah
penyerapan nutrisi oleh embrio mamalia.
Mekanisme :
Ligan (contoh : hormone) terikat reseptor permukaan membrane sel yang
spesifik, masuk melalui vesikel pinositotik yang diselubungi clathrin dan
protein lain. Kemudian molekul dilepas, vesikel menyatu dengan endosom
(pH rendah) mengakibatkan ligan terlepas dari reseptor. Membran dan
reseptor kembali ke permukaan sel. Ligan dipindahkan ke lisosom.

 Fagositosis
Fagositosis : sel memakan
Mekanisme :
Ligan terikat reseptor permukaan membrane sel melalui vesikel. Vesikel
berisi ligan tersebut berfusi dengan endosom. Ligan dipindahkan ke lisosom
untuk dicerna atau digesti.
Contoh : sel leukosit dan makrofag. sel darah putih memakan protein asing
(kuman penyakit)atau ameba yang memakan bakteri. Zat-zat yang dimakan
dimasukkan ke dalam vakuola makanan.

18
 Eksositosis
Penggabungan sebuah struktur membrane dengan membrane plasma yang
disertai dengan pelepasan ini ke ruang ekstrasel tanpa merusak integritas
membran plasma. Proses pengeluaran atau sekresi zat dari dalam keluar sel yang
berupa vesikel yang berasal dari badan golgi.
Contoh eksositosis adalah proses pengeluaran zat dari dalam sel-sel kelenjar
pada peristiwa sekresi. Misalnya ssel-sel penghasil enzim pencernaan
mensekresikan enzim itu ke dalam usus. Caranya enzim-enzim itu dimasukkan
ke dalam vakuola atau kantong-kantong kecil. Vakuola itu menuju ke tepi sel,
membrannya membuka dan keluarlah enzim-enzim tersebut dari sel. Proses
pengeluaran enzim ini memerlukan energy sel. Tanpa energi, sel tidak akan
mampu mengeluarkannya.

b. Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan suatu transportasi zat yang melalui membran
plasma dan tidak membutuhkan energi dalam prosesnya.
Macam-macamnya :
o DIFUSI
Difusi berarti gerakan acak molekul zat dari molekul ke molekul, baik
melalui ruang antarmolekul di membrane atau melalui kombinasi dengan
protein pembawa. Energy berasal dari gerakan kinetic normal suatu materi.
Difusi melalui membrane sel terbagi menjadi difusi sederhana dan difusi
terfasilitasi.
 Difusi sederhana berarti bahwa gerakan kinetic molekul atau ion terjadi
melalui suatu celah membrane atau melalui ruang antarmolekul tanpa

19
berinteraksi dengan protein pembawa dalam membrane. Kecepatan difusi
ditentukan oleh jumlah zat yang tersedia, kecepatan gerakan kinetic, dan
jumlah serta ukuran celah pada membrane yang dapat dilalui oleh
molekul atau ion.
Difusi ini dapat terjadi melalui membrane sel dengan dua cara:
(1) melalui celah pada lapisan lipid ganda, jika zat yang berdifusi larut
dalam lipid. Kecepatan difusi berbanding lurus dengan sifat kelarutan
lipidnya.
(2) melalui kanal berair yang menembus beberapa protein transport yang
besar. Semakin besar ukuran molekulnya, kemampuan penetrasinya
menurun drastis.
 Difusi terfasilitasi disebut juga difusi yang diperantarai pembawa karena
zat yang ditranspor dengan cara ini berdifusi melalui membrane dengan
bantuan protein pembawa yang spesifik. Perbedaannya dengan difusi
sederhana ialah ketika konsentrasi zat meningkat, kecepatan difusi
sederhana terus meningkat secara proporsional, namun pada difusi
terfasilitasi, kecepatan difusi tak dapat melebihi nilai maksimum karena
adanya protein pembawa.

Faktor yang mempengaruhi kecepatan netto difusi :


o Pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap difusi netto yang melalui
membrane
o Pengaruh potensial listrik membrane terhadap difusi ion
o Pengaruh perbedaan tekanan antara kedua sisi membrane.

20
 OSMOSIS
Osmosis adalah difusi air melalui membrane semipermeable selektif. Tekanan
osmtotik yang dihasilkan partikel dalam larutan ditentukan oleh jumlah
partikel per unit volume cairan dan bukan oleh massa partikel. Untuk
menyatakan konsentrasi suatu larutan yang ditentukan oleh jumlah partikel
digunakan satuan yang disebut osmol sebagai pengganti satuan gram.
Osmolaritas merupakan konsentrasi osmol yang dinyatakan dengan osmol per
liter larutan dan bukan osmol per kilogram air.

21
3. Jaringan-jaringan yang ada didalam tubuh manusia
Jaringan secara umum terbagi menjadi 4, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat,
jaringan saraf, dan jaringan otot.
JARINGAN EPITEL
Jaringan epitel merupakan lembaran sel yang menutupi permukaan luar
tubuh, melapisi rongga dalam, membentuk organ dan kelenjar, serta melapisi
duktusnya. Jaringan epitel bersifat non vaskular yang berarti tidak ada pembuluh
darah di dalamnya sehingga oksigen, nutrien, metabolit harus berdifusi ke jaringan
dibawahnya.
Jaringan Epitel Penutup
 Modifikasi jaringan epitel :
1. Bersilia  struktur motil pada sel tertentu. Terdapat di Tuba Uterina,
Uterus, pernapasan.
2. Mikrovili  tonjolan non motil yang melapisi sel absortif pada usus halus
dan tubulus proximal ginjal
3. Streosilia  mikrovili non motil panjang, bercabang, melapisi sel di
epididimis dan duktus deferens.
 Jenis epitel :
1. Epitel selapis gepeng
- Mesotel : melapisi permukaan luar organ pencernaan, paru-paru dan
jantung
- Endotel : melapisi lumen jantung, pembuluh darah dan pembuluh limfe

2. Epitel selapis kuboid


- Melapisi duktus ekskretorius kecil di bagian organ. Contohnya pada
tubulus kontortus proximal ginjal terdapat epitel kuboid yg dilapisi
microvili.

22
3. Epitel selapis silindris
- Melapisi organ pencernaan ( lambung, usus, empedu )

4. Epitel bertingkat gepeng


- Berkeratin : melapisi permukaan eksternal tubuh, mengandung sel-sel
mati berkeratin. Contohnya permukaan telapak tangan
- Tidak berkeratin : memiliki sek permukaan yg hidup dan melapisi
rongga-rongga basah seperti mulut dan faring.
5. Epitel bertingkat kuboid dan epitel bertingkat silindris
- Tidak banyak dijumpai, biasanya melapisi duktus ekskretorius pancreas,
kelenjar liur, dan kelenjar keringat

6. Epitel bertingkat transisional


- Biasanya melapisi ureter, pelvis dan vesica urinaria. Dapat berubah
bentuk dan dapat menyerupai epitel berlapis gepeng atau kuboid,
tergantung pada keadaan. Contohnya saja pada kandung kemih, saat ada
peningkatan volume cairan maka sel epitelnya akan teregang dan gepeng,
namun saat mengeluarkan urin bentuknya akan mengkerut seperti kubah.

23
Jaringan Epitel Kelenjar
Terdiri dari kelompok sel yang mempunyai fungsi khusus yakni mengsekresi suatu
bahan/zat.
Berdasarkan jumlah sel :
 Uniseluler : hanya terdiri dari satu sel dan biasanya terdapat di antara sel epitel
yang lain. Contohnya sel goblet atau disebut juga sel piala terdapat di antara epitel
tractus digestivus dan tractus respiratorius.
 Multiseluler : kelenjar pada umumnya.

Berdasarkan cara menyalurkan sekret :


 Eksokrin : sekret melalui saluran pembuangan. Contoh: kelenjar pancreas
 Endokrin: sekret langsung masuk ke pembuluh darah. Contoh: kelenjar hipofisis
dan teroid, dll
 Endo-Eksokrin: Kelenjar gabungan dan kelenjar ensokrin dan endokrin. Contoh:
kelenjar pankreas, ensokrinnya menghasilkan pankreatic juice, sedangkan
endokrinnya menghasilkan hormon insulin dan glukogen.

Berdasarkan cara membuat secret :


 Holokrin : seluruh sel epitel akan menjadi sekret.
 Apokrin : sebagian sel hancur menjadi sekret.
 Merokrin/Ekrin : sel tidak mengalami perubahan sama sekali.

Berdasarkan Jenis Sekret yang Dibentuk :


 Kelenjar serous : sekretnya jernih dan encer.
 Kelenjar mucous : sekretnya licin dan kental.
 Kelenjar sero-mucous : mengandung bagian serous dan mucous bersama-sama.

Berdasarkan Bentuk Kelenjar:


 Simple : - Tubulus sederhana
- Acinar
- Alveolar
 Compound.

24
JARINGAN IKAT
Letak dan fungsi
Jaringan ikat banyak ditemukan di organ-organ visera (ginjal, paru)
mengandung banyak jaringan ikat yang memegang sel epitel parenkim, sistem
kardiovaskuler di mana jaringan ikat mengikat sel-sel otot dan sel endotel bersama-
sama.
Komponen jaringan ikat
Semua jaringan ikat terdiri atas :
a. Sel
Sel setempat. Sel yang ada di jaringan ikat setempat, contoh : fibroblas,
osteosit, osteoblas, makrofag, dsb.
Sel pindahan. Sel yang berada di sekitar jaringan ikat dan akan turut ikut
serta apabila terdapat kerusakan tertentu. contoh : leukosit dan bagian darah
lainnya akan membantu apabila terjadi luka atau kerusakan pada jaringan
ikat atau yang lain.
b. Serat ekstraseluler
Terdiri atas serta kolagen, serat elastis, dan serat retikulin. Fibrinogen pada
darah juga termasuk serat, karena membentuk serat fibrin yang sebenarnya.
c. Substansi dasar amorf adalah gen mutan yang menghasilkan fenotip yang
tidak terdeteksi
Terdiri atas proteoglikan, glikosaminoglikan, dan glikoprotein.

Macam – macam jaringan ikat


a. Jaringan Ikat Embrionik
1. Mesenkim
Hanya ditemukan pada jaringan
embryo dan terdiri dari sel mesenkim,
memiliki penjuluran panjang saling
berhubungan membentuk jalinan tiga
dimensi. Matriks jaringan ikat cukup
banyak dan pada tahap-tahap awalnya

25
adalah cairan yang dapat mengental tetapi kemudian mengandung serabut-
serabut halus. Sel mesenkim mempunyai inti lonjong. Sel mesenkim dapat
menumbuhkan organ tubuh.

2. Jaringan Ikat Mukosa


Selnya membentuk jalinan, matriknya diisi oleh
massa gel terutama mengandung asam hyaluronat.
Jaringan ikat ini telah mengandung serabut kolagen
terutama tipe I dan III serta fibroblast. Jaringan ikat ini
dikenal juga dengan nama Wharton’s jelly. Terdapat
pada hipodermis embrio dan tali pusar. Pada dewasa terdapat pada lipatan
omasum dan glans penis.

b. Jaringan Ikat Dewasa


Memiliki sel, serabut dan matrik. Serabut pada jaringan ikat dewasa berbeda
dalam jenis, kuantitas dan ukurannya.
1. Jaringan Ikat Longgar.
Jaringan ikat longgar dikenal juga dengan
nama Jaringan Ikat Areolar. Jenis jaringan ikat ini
banyak ditemukan pada hewan dewasa. Jaringan ikat
ini menciri dengan banyak ditemukan adanya
substansi dasar dan cairan jaringan. Jaringan ikat ini
juga banyak mengandung sel dan serabutnya
longgar. Serabutnya adalah kolagen, elastis dan
retikuler. Jumlah serabutnya tergantung orientasi, susunan dan kuantitasnya.
Jaringan ikat longgar banyak mengandung sel pengembara seperti makrofag, sel
mast dan sel yang tidak berdeferensiasi. Jaringan ini banyak dijumpai pada
pembuluh darah, saraf, diantara berkas otot, di bawah epitel. Fungsi jaringan ini
sebagai pengisi, penunjang dan bantalan.

2. Jaringan Ikat Padat


Jumlah serabut lebih banyak dari sel dan matrik. Jaringan ikat padat dibagi
menjadi 2, yaitu :

26
a. Jaringan Ikat Padat Teratur
Jaringan Ikat Padat Teratur, mengandung terutama serabut kolagen. Serabut
kolagen paling banyak dan tersusun saling menyilang. Populasi sel yang utama
adalah fibroblast. Banyak dijumpai pada organ seperti : kapsula paru-paru,
kapsula hati, ginjal, limpa, testis, fasia, aponeurosa, perikardium dan dermis.
b. Jaringan Ikat Padat Tidak Teratur
Terdapat dua bentuk tergatung macam
serabutnya. Pada tendon dan ligamen mayoritas
kolagen sedangkan pada ligamentum nukhe
serabut elatis yang utama.

3. Jaringan Retikuler
Terdiri dari sel retikuler dan serabut kolagen tipe III, yang saling
berhubungan membentuk jalinan tiga dimensi. Terdapat pada jaringan limfoid dan
mieloid.
4. Jaringan Lemak
Merupakan bentuk jaringan khusus dimana selnya mampu menimbun lemak.
Ada dua macam yaitu lemak coklat dan lemak putih.
Jaringan lemak putih terbagi atas septa
berbentuk jaringan ikat longgar menjadi
kelompok sel lemak disebut lobulus. Tiap sel
dikelilingi oleh serabut kolagen dan retikuler.
Diameter sel lemak 200 µm dan mengandung
satu unit lemak. Sitoplasma tipis dan inti pipih.
Jaringan Lemak Coklat, selnya lebih kecil
dari lemak putih. Unit-unit kecil lemak tersebar
pada sitoplasma. Kadar sitokrom tinggi, sehingga
warnanya coklat. Banyak dijumpai pada rodensia
dan binatang berhibernansi.

27
JARINGAN SARAF
 Dendrites
 Umumnya pendek dan berbentuk cabang
seperti pohon.
 Sering diselubungi oleh banyak sinaps dan
merupakan tempat penerimaan sinyal dan
pemrosesan utama neuron.
 Mempunyai spina dendritic yang berperan
banyak pada perubahan konstan yang
membentuk plastisitas neuron yang menjadi
dasar proses adaptasi, pembelajaran, dan
memori.
 Badan Nissl
Badan Nissl merupakan struktur yang dibentuk dari banyak tumpukan endoplasmik
retikulum (endoplasmic reticulum/ER) granular/kasar (rough endoplasmic
reticulum)
Pada permukaan luar membran badan Nissl/ER terdapat ribosom yang tersusun
dalam barisan, spiral, dan menempel pada permukaan luar membran ER
Badan Nissl merupakan tempat sintesa protein
 BadanSel
Disebut juga perikarion, adalah bagian neuron yang mengandung inti dan
sitoplasma disekelilingnya dan tidak menyangkut proses sus sel.
- Merupakan pusat trofik, dapat menerima sejumlah besar ujung syaraf yang
membawa stimulus eksitatorik atau inhibitorik yang berasal dari sel saraf
lain.
- Di dalam inti terdapat DNA yang merupakan pembawa sifat turunan,
sedangkan dalam sitoplasma terdapat berbagai organel dan badan inklusi.
 Nukleus
- Nukleus pada umumnya besar, berbentuk bulat atau sedikit lonjong, bewarna
pucat, dan umumnya terletak di pusat perikarion.
- Pada inti sel terdapat rantai double helix ”deoxyribonucleate acid (DNA)” yang
merupakan pembawa kode genetik.

28
 Schwan Cell
- Sel Schwann penting artinya bagi kelangsungan hidup atau fungsi akson
- Sel Schwann mempunyai inti yang heterokromatik biasanya gepeng dan
terdapat ditengah sel, banyak mengandung mitokondria, mikrotubulus,
mikrofilamen, tetapi mengandung hanya sedikit lisosom, endoplasmik
retikulum dan apparatus Golgi
 Axon
- Sebuah axon merupakan cabang silindris dengan panang dan diameter
bervariasi sesuai jenis neuronnya.
- Fungsinya sebagai pembawa impuls dari badan sel dan diliputi oleh selubung
myelin yang terdiri atas sel-sel lain.
- Ujung akson biasanya memiliki banyak cabang kecil yang disebut percabangan
terminal. Setiap percabangan biasanya memiliki suatu pembesaran di bagian
ujung yang disebut bouton yang membentuk hubungan fungsional (sinaps).
- akson juga dapat bercabang lebih dekat kebadan sel dan membentuk cabang
kolateral yang berhubungan dengan kelompok sel lain.
 Selubung Myelin
- Selubung mielin adalah lapisan yang melingkari akson secara konsentris dan
terdiri atas lipid dan neurokeratin.
- Fungsi selubung mielin adalah seperti insulator pada kawat listrik. Arus listrik
meloncat dari dari nodus Ranvier yang satu ke nodus Ranvier berikutnya
dengan sangat cepat (saltatory conduction)
 NodusRenvier
- Adanya nodus ranvier menyebabkan rendahnya kapasitas isolator listrik dan
meningkatkan suatu resistensi tinggi, namun dapat mengganggu isolasi pada
selubung mielin sehinga memungkinkan impuls untuk melompat-lompat.
Impuls yang melompat-lompat ini membuat pengiriman impuls sepanjang
akson menjadi lebih cepat.

29
JARINGAN OTOT
 Mengandung protein kontraktil
 Sel otot & substansia interselularis
 Berdasarkan struktur & fungsinya:
1. Otot polos (textus muscularis non striatus)

o Bentuk seperti kumparan (fusiform)


o Inti di tengah sel
o Sitoplasma: homogen
o Lokasi: pd semua organ yang bekerja diluar kehendak kita. Kecuali jantung.
o BergerakInvolunter

2. Otot seran lintang (otot rangka/textus muscularis striatus)

o Struktur sel otot rangka


o Inti di tepi sel
o Sitoplasma mempunyai myofibril, pada mikroskop elektron tampak
myofilamen
o Pada potongan membujur: sel-sel berdampingan, menunjukkan batas sel
yang tidak jelas seperti sinsitium, sehingga nukleus tampak banyak
o Bergerak volunteer

30
3. Otot jantung (textus muscularis cardiacus)

o Sel-sel berbentuk silinder, saling berhubungan dg hubungan khusus discus


intercalatus
o Sitoplasma mirip otot rangka
o Nukleus terlihat jelas, di pusat sel
o Bergerakinvolunteer
o Hanyaterdapatpada organ jantung

31
4. Siklus sel dan pembelahan sel
SIKLUS SEL

1. Interfase
Pada tahap interfase, sel dianggap istirahat dari proses pembelahan. Meskipun
demikian, sebenarnya tahap interfase merupakan tahap yang aktif dan penting
untuk mempersiapkan pembelahan. Fase ini memakan waktu hampir 95% dari
waktu yang dibutuhkan untuk 1 siklus sel. Pada sel manusia interfase terjadi sekitar
23 jam dari siklus sel (24 jam). (Alberts, B. dkk. 2002:3).
Dalam interfase terdapat beberapa fase lagi yaitu :
 G1(Gap pertama)/prasintesis
- Waktu yang diperlukan 3-4 jam
- Meliputi proses penyempurnaan/penyembuhan sel anak (hasil mitosis) shg
menjadi lebih sempurna
- Terjadi sintesis RNA yang kemudian diikat oleh protein
- Belum mengadakan replikasi DNA, sehingga DNA masih berjumlah 1
salinan dan diploid.
 S (Sintesis)
- waktu yang diperlukan 7-8 jam
- mengalami duplikasi dan sintesis kromosom untuk melengkapi DNA
- sintesis RNA masih ada tapi tidak dominan
- pembentukan molekul histo ( merupakan protein dasar kromosom )
- mengalami replikasi DNA yang menghasilkan 2 salinan DNA dan diploid.

32
 G2 (Gap kedua)/pasca duplikasi DNA
- Mensintesis protein yang berhubungan dengan mitosis
- Menjelang mitosis berikutnya, sel melakukan pertumbuhan kedua dgn
memperbanyak organel-organel yg dimilikinya. Hal ini dimaksudkan agar
organel-organel itu dapat diwariskan kepada setiap sel keturunannya.
- Umumnya 2-5 jam
- Masih ada sintesis RNA yang akan berhenti saat pembelahan sel dimulai
mempersiapkan diri untuk melakukan pembelahan.

2. Pembelahan
a. Amitosis
adalah reproduksi sel di mana sel membelah diri secara langsung tanpamelalui
tahap-tahap pembelahan sel. Pembelahan cara ini banyak dijumpai pada sel-sel
yang bersifat prokariotik, misalnya pada bakteri, ganggang biru. Proses
pembelahan secaralangsung disebut juga pembelahan amitosis atau
pembelahan biner
Pembelahan biner m e r u p a k a n p r o s e s p e m b e l a h a n d a r i 1 s e l
menjadi 2 sel tanpa melalui fase-fase a t a u tahaptahap
pembelahan sel. Pembelahan biner banyak dilakukan organisme uniseluler
(berselsatu), seperti bakteri, protozoa, dan mikroalga (alga bersel satu
yang bersifat mikroskopis).Setiap terjadi pembelahan biner, satu sel akan
membelah menjadi dua sel yang identik (samasatu sama lain). Dua sel ini akan
membelah lagi menjadi empat, begitu seterusnya.

33
b. Mitosis
Terdiri dari penebalan dan pembelahan kromosom serta sitokinesis, pembelahan
actual sitoplasma untuk membentuk 2 sel anak. Pembelahan dibagi menjadi :
profase, metafase, anafase, telofase.
1. Profase
 Kromosom menebal menjadi pilinan yang kuat dan besar serta
menjadi terlihat. Setiap kromosom berisi 2 kromatid yang distukan
oleh sentromer. Kromaid akan menjadi kromosom dalam generasi sel
berikutnya.
 Pasangan sentriol berpisah dan mulai bergerak ke sisi nucleus yang
berlawanan, deigerakkan dengan perpan jangan mikrotubulus yang
terbentuk diantara sentriol. Setelah sampai di sisi nucleus, sentriol
membentuk benang spindle mitosis polar.
 Nukleolus melebur dan membrane nuclear menghilang. Sehingga
memungkinkan spindle memasuki nucleus. Mikrotubulus yang
muncul dari kinetochore , struktur pada sentromer, sekarang dapat
berinteraksi dengan benang spindle polar.
 Mikrotubulus lain menyebar ke sentriol dan membentuk aster.
2. Metafase
 Kromosom berbaris pada bidang metaphase/ equator sel.
 Sentromer pada semua kromosom saling berikatan.

34
 Kinetochore memisah dan kromatid bergerak menjauh.
3. Anafase
 Akibat perubahan panjang mikrotubulus di tempat perkatannya,
pasangan kromatid bergerak dari bidang equator ke setiap kutub.
 Akhir anaphase ditandai dengan adanya dua set kromosom lengkap
yang berkumpul pada kutub sel
4. Telofase
 Dua nuclei kembali terbentuk di sekitar kromosom. Kromosom
kemudian terurai dan melebur. Membrane nuclear dan nucleolus
terbentuk kembali.
 Terjadi sitokinesis/pembelahan plasma.

35
c. Meiosis
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi dalam pembentukan sel-sel kelamin
(ovum dan sperma. Pembelahan tersebut mengurangi jumlah kromosom menjadi
setengah/haploid. Meiosis terdiri dari 2 pembelahan nuclear dan selular, disebut
Meiosis 1 dan Meiosis 2 yang menghasilkan 4 sel.
Tahapan:
1) Pembelahan I
a. Profase I
ii.Leptoten
Disebut juga leptonema. DNA kromatin berpilin rapat dan padat.
Tiap benang kromatin dibina atas rangkap dua DNA, yang berasal
dari replikasi waktu periode sintesis protein saat interfase.
Kromatin kini disebut kromosom.

iii.Zigonema
Disebut juga zigonema. Pilihan DNA kian rapat dan padat, dan
benang kromosom kini tampak mengandung banyak manik besar-
kecil dan tak sama jaraknya. Manik-manik itu disebut kromomer,
mengandung beberapa buah gen.

36
iv. Pakiten
Disebut juga pakhinema. Pilinan DNA kian rapat dan padat lagi,
sehingga kromosom kian besar dan pendek. Kromatid dari tiap
kromosom kini agak renggang, jadi tampak jelas batasnya, lalu
terbentuk benang halus seperti tangga tali antara kromatid yang
merenggang itu. Kromosom homolog yang bergandeng rapat
dengan kromatid masing-masing rangkap dua disebut dalam
susunan tetrad.

v. Diploten
Disebut juga diplonema. Daya tarik-menarik antara kromosom
homolog hilan, dan saling meregangkan diri. Namun mereka tetap
dalam susunan bergandengan. Tangga antara kromatid hilang,
sehingga tiap kromosom tampak kini rangkap-rangkap dua
semua. Pada tahap ini terjadi peristiwa crossing over (pindah
silang). Artinya saling pindahnya fragmen kromosom yang
bertautan ke kromosom pasangan.

vi.Diakinesis
Selaput inti hancur dan serat gelendong terbentuk antara kedua
sentrosom yang kini terletak pada kutub bersebrangan.

b. Prometafase I
- Membran inti mulai menghilang
- Kromosom lebih pendek dan menebal
- Kromosom tampak mempunyai 4 lengan

c. Metafase I
- Kromosom tampak tersusun di bidang ekuator
- Pemisahan kromosom; pasangan kromosom tidak terpisah tetap satu
kesatuan

37
d. Anafase I
- Kromosom mulai bergerak menuju kutub pembelahan
e. Telofase I
- Kromosom telah berkumpul di kutub-kutub pembelahan
- Pembentukan membrane inti dan pemisahan sitoplasma
- Kromosom mulai membentuk benang-benang tipis
Interfase
Tahap antara meiosis I dan II, tidak terjadi replikasi kromosom, jumlah
kromosom hasil hanya separuh dari kromosom induknya.
2) Pembelahan II
a. Profase II
- Terbentuknya spindle, aster, pergeseran sentriol ke kutub
pembelahan
- Pemendekan benang-benang kromatid
- Nucleolus mulai mengecil dan menghilang
- Dinding inti sel menghilang sedikit demi sedikit
b. Metafase II
- Pengumpulan kromosom pada bidang ekuator
- Pemisahan pasangan kromosom yang masing-masing akan
tersusun pada sisi yang berlawanan
c. Anafase II
- Pergeseran kromosom ke arah kutub pembelahan masing-masing
- Membrane sel lebih lonjong
d. Telofase II
- Kromosom telah berkumpul pada kutub-kutub pembelahan
- Pembentukan membrane inti, pemisahan sitoplasma
- Hasil: 4 buah sel yang masing-masing memiliki jumlah kromosom
separuh dari sel induknya.

38
39
5. Farmakokinetik dan Farmakodinamik
FARMAKOKINETIK
Farmakokinetika atau kinetika obat adalah nasib obat di dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat. Rmakokinetik mencakup 4 proses, yakni proses absorpsi (A),
distribusi (D), metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi,
dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk aktif, merupakan eliminasi obat.
1. ABSORPSI
Absorpsi merupakan pergerakan obat dari tempat pemberiannya menuju
kompartemen pusat. Pada absorpsi sediaan padat, tablet atau kapsul harus
terdisolusi terlebih dahulu sehingga melepaskan zat aktif yang akan diabsorpsi ke
sirkulasi lokal, dari sini obat tersebut akan didistribusikan ketempat kerjanya.
Bioavailabilitas menunjukkan tingkat fraksional dari jumlah obat yang mencapai
tempat kerjanya, dengan memperhitungkan. Sebagai contoh, efek metabolisme
hepatik dan ekskresi empedu yang mungkin terjadi sebelum obat yang diminum
secara oral diabsorpsi dan masuk kedalam sistem sirkulasi sistemik.
Bioavailabilitas akan turun secara signifikan jika eliminasi obat melalui hati
sangat besar (efek lintas pertama). Penurunan availabilitas ini merupakan fungsi
dari sisi anatomis tempat proses absorpsi terjadi. Faktor anatomis, fisiologis
dan patofisiologis lain dapat memengaruhi bioavailabilitas dan pilihan rute
pemberian obat harus didasarkan pada pemahaman akan kondisi-kondisi
tersebut.
Absorpsi sebagian besar obat secara difusi pasif, maka sebagian barier absorpsi
adalah membran sel epitel saluran cerna, yang seperti halnya semua membran sel
ditubuh kita merupakan lipid bilayer. Dengan demikian, agar dapat melintasi
membran sel tersebut, molekul obat harus mempunyai kelarutan lemak (setelah
terlebih dahulu larut dalam air) Kecepatan difusi berbanding lurus dengan derajat
kelarutan lemak molekul obat.

2. DISTRIBUSI OBAT
Setelah absorpsi atau pemberian secara sistemik ke dalam pembuluh darah, obat
akan terdistribusi ke dalam cairan interstitial dan antarsel tergantung pada sifat-
sifat fisikokimia khusus dari obat tersebut. Dalam darah obat akan diikat oleh
protein plasma dengan berbagai ikatan lemah ikatan hidrofobik, van der waals,

40
hidrogen dan ionik. Obat yang terikat pada protein plasma akan dibawa oleh darah
ke seluruh tubuh.

3. METABOLISME = BIOTRANSFORMASI
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic
reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain
(ekstrahepatik) adalah: dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di
lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan
perubahan ini obat aktif umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah
menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik.

4. EKSKRESI
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal
dalam bentuk utuh maupun maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk
utuh atau bentuk aktif merupakan cara eliminasi obat melalui ginjal. Ekskresi
melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di
tubulus proksimal dan reabsorpsi pasif disepanjang tubulus. Fungsi ginjal
mengalami kematangan pada usia 6 – 12 bulan, dan setelah dewasa menurun 1%
setiap tahun.
Ekskresi melalui ginjal akan berkurang jika terdapat gangguan fungsi ginjal. Lain
halnya dengan pengurangan fungsi hati yang tidak dapat dihitung. Pengurangan
fungsi ginjal dapat dihitung berdasarkan pengurangan klirens kreatinin. Dengan
demikian pengurangan dosis obat pada gangguan fungsi ginjal dapat dihitung.

FARMAKODINAMIK
Farmakodinameik ialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek
biokimiawi dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari
mekanisme kerja obat ialah untuk meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi
obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons
yang terjadi. Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi
rasional dan berguna dalam sentesis obat baru.

41
1. MEKANISME KERJA OBAT
Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui reseptornya pada sel organisme.
Efek sebagian besar obat dihasilkan dari interaksinya dengan komponen
makromolekular tubuh organisme. Interaksi ini mengubah fungsi dari komponen-
komponen yang berkaitan sehingga memulai perubahan biokimia dan fisiologi
sebagai respons dari obat. Pengertian reteptor mengarah pada komponen dari
organisme yang berinteraksi dengan obat.
2. RESEPTOR OBAT
Kelas terpenting dari reseptor obat kebanyakan dibentuk oleh protein.
Contohnya meliputi resptor untuk hormon, faktor pertumbuhan, faktor transkripsi
dan neurotransmiter; enzim-enzim untuk metabolisme atau jalur pengaturan
penting (misalnya, dihidrofolat reduktase, asetilkolinesterase, dan nukleotida siklik
fosfodiestelase); protein yang terlibat dalam proses transpor (misalnya, Na+,
K+-ATPase); glikoprotein tersekresi dan protein struktural (misalnya, tubulin).
Sifat pengikatan spesifik dari konstituen sel lainnya juga dapat digunakan untuk
tujuan rerapi. Oleh karena itu, asam nukleat merupakan reseptor obat yang
penting, khususnya untuk senyawa kemoterapi kanker.
3. TEMPAT KERJA OBAT DALAM SEL
Obat bekerja dengan cara memengaruhi aktivitas reseptornya. Bagian tempat
obat bekerja dan besarnya kerja tersebut ditentukan oleh lokasi dan kapasitas
fungsional reseptor. Oleh sebab itu, lokalisasi selektif dari kerja obat pada
suatu organisme tidak selalu tergantung pada distribusi selektif obat. Jika suatu
obat bekerja pada reseptor yang memiliki fungsi yang umum pada semua sel,
efek obat tersebut akan menyebar secara luas. Apabila fungsi ini merupakan
suatu yang vital, obat tersebut dapat menjadi sulit atau berbahaya untuk
digunakan. Namun, obat seperti itu dapat memiliki fungsi klinis yang penting.
4. PENGATURAN RESEPTOR
Reseptor tidak hanya memulai regulasi peristiwa biokimia dan fungsi
fisiologis, tetapi juga menjadi subjek berbagai kendali regulasi dan
homeostatik. Kendali ini meliputi regulasi sintesis dan degradasi reseptor
melalui berbagai mekanisme, modifikasi kovalen, penggabungan dengan protein
peregulasi lainnya, dan relokalisasi dalam sel. Protein transduser dan protein
efektor diatur dengan cara yang serupa. Masukan yang memodulasi dapat

42
berasal dari reseptor lainnya, secara langsung maupun tidak langsung, dan
reseptor hampir selalu dihadapkan pada pengaturan umpan balik oleh keluaran
sinyalnya sendiri.
Stimulasi berkelanjutan pada sel umumnya menghasilkan keadaan
desensitisasi (disebut juga sebagai adaptasi, resistensi atau regulasi menurun)
sehingga efek setelah pemajanan kontinu dan pemajanan berikutnya terhadap
konsentrasi obat yang sama akan hilang. Fenomena ini disebut takifilaksis,
terjadi dengan cepat dan sangat penting pada terapi.
5. KERJA OBAT YANG TIDAK DIPERANTARAI OLEH RESEPTOR
Beberapa efek obat tidak muncul melalui reseptor makromolekul, seperti
terapi penetralan asam lambung oleh basa (antasid). Obat seperti manitol bekerja
berdasarkan sifat kolegatif, meningkatkan osmolariias dari berbagai cairan tubuh
dan menyebabkan perubahan distribusi air sehingga menyebabkan diuresi,
katarsis, penambahan volume yang bersirkulasi dalam kompartemen vaskular,
atau pengurangan edema serebal. Pemberian senyawa pengikat kolesterol secara
oral (misalnya, resin holestiramin) dapat digunakan untuk menurunkan absorpsi
kolesterol dari makanan.

43
6. Jejas, adaptasi, dan kematian sel
JEJAS SEL
Jejas sel merupakan suatu keadaan dimana sel diberi rangsangan atau stimulus melebihi
kemampuan sel dalam beradaptasi, yang bisa menyebabkan cedera secara reversible
dimana sel dapat kembali normal dengan degenerasi sel maupun irreversible yang
mengarah pada kematian sel. Terjadinya jejas irreversible pada sel sebenarnya
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor dari dalam sel dan faktor dari luar sel
meliputi jenis stimulus, dan durasi yang diberikan kepada sel tersebut.
Jenis – jenis stimulus yang dapat menyebabkan jejas antara lain adalah :
1. Hipoksia yang merupakan defisiensi oksigen yang dapat menyebabkan penurunan
fosforilasi oksidatif pada mitokondria menurun.
2. Agen Fisik, seperti trauma, suhu ekstrem, radiasi, tegangan listrik, tekanan
atmosfer, dll.
3. Agen infeksi, seperti bakteri dan virus.
4. Agen kimia dan obat – obatan, meliputi semua bahan – bahan kimia, dan racun
yang dapat merusak permeabilitas membran sel yang mengganggu homeostasis
osmotik atau integritas sel yang dapat menyebabkan kematian sel.
5. Reaksi imunologis, seperti shock anafilaktik, dan penyakit autoimun.
6. Cacat genetik
7. Ketidakseimbangan nutrisi, meliputi defisiensi nutrisi dan kelebihan nutrisi.
8. Aging

ADAPTASI SEL
Adaptasi seluler adalah keadaan yang berada diantara kondisi normal, sel tidak
stress, atau sel cedera stres yang berlebihan.
Macam-macam adaptasi sel:
 Atrofi
Penurunan ukuran sel dan organel-organel yang ada didalamnya. Jika terjadi
pada cakupan yang cukup luas dapat menurunkan fungsi jaringan tersebut.
Walaupun dapat menurun fungsinya sel atrofi tidak mati.
a. Beberapa penyebab atrofi :
o Beban kerja berkurang
o Hilangnya persyarafan

44
o Berkurangnya aliran darah
o Nutrisi tidak cukup
o Hilangnya rangsangan hormon
o Hilangnya rangsangan endokrin
o Penuaan
o Berkurangnya suplai darah

Penyakit yang bisa ditimbulkan akibat Atrofi:


a. Stroke
b. Polio

 Hipertrofi
Penambahan ukuran sel dan menyebabkan penambahan ukuran organ. Jadi
hipertrofi berbeda dengan hiperplasia yang ditadai dengan penambahan jumlah
sel namun hipertofi dan hiperplasia dapat terjadi secara bersamaan. Hipertofi
bisa disebabkan oleh fisologik, patologik, peningkatan kebutuhan fungsional
atau dapat juga disebabkan oleh rangsangan hormonal spesifik.
Contoh Hipertrofi:
a. Pembesaran pada jantung
b. Pembessaran pada uterus
c. Pembesaran otot karna fitness

 Hiperplasia
Hiperplasia merupakan peningkatan jumlah sel dalam jaringan atau organ.
Hiperplasia juga dapat terjadi karena fisiologik maupun patologik. Hiperplasia
fisiologik sendiri dapat dibagi menjadi:
a) Hiperplasia Hormonal
Contoh hiperplasia hormonal terjadi pada proliferasi sel epitel kelenjar
payudara perempuan pada saat masa pubertas dan selama kehamilan.
b) Hiperplasia Kompensatoris
Misalnya hiperplasia yang terjadi saat sebagian jaringan di buang atau
rusak, jadi hiperplasia yang terjadi sebagai kompensasi atau pengganti
jaringan yang rusak.

45
Sebagian bentuk hiperplasia patologi adalah contoh stimulasi faktor
pertumbuhan atau hormonal yang berlebih.
Contoh : kutil yang trjadi di kulit disebabkan oleh peningkatan ekspresi
berbagai faktor transkripsi oleh papilloma virus penginfeksi.

 Metaplasia
perubahan satu jenis sel dewasa menjadi digantikan jenis sel dewasa yang lain.
Pada metaplasi sel yang lebih sensitif terhadap tekanan atau kondisi lingkungan
tertentu digantikan dengan sel lain yang yang lebih mampu bertahan pada
kondisi tesebut.
Contoh metaplasia adalah perubahan epitel silindris bersilia degan epitel
gepeng pada saluran nafas seorang perokok. Walaupun epitelmetapalstik
adaptif mempunyai keuntungan dalam daya tahan hidu, tetapi mekanisme
perlindungan yang oenting akan hilang seperti sekresi muus dan pembersihan
material berukuran partikel yang merupakan fungsi dari epitel silindris bersilia.

KEMATIAN SEL
1. Apoptosis
Apoptosis (dari basa yunani apo = "dari" dan ptosis = "jatuh") adalah mekanisme
biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram.
2. Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut
atau trauma (mis: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan cedera
mekanis), dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol yang dapat
menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

46

Anda mungkin juga menyukai